• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI BEBERAPA KONSENTRASI NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) TERHADAP ULAT Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI LAPANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI BEBERAPA KONSENTRASI NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) TERHADAP ULAT Spodoptera exigua PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI LAPANGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

36

UJI BEBERAPA KONSENTRASI NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus)

TERHADAP ULAT Spodoptera exigua

PADA TANAMAN BAWANG MERAH DI LAPANGAN

Magdalena Saragih

Staf Pengajar Kopertis Wil. I Dpk UMA Medan

ABSTRAK

Tanaman bawang merah merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang berkhasiat sebagai obat tradisional.

Produktifitas bawang merah sangat berfluktuasi, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor terutama di bidang produksi dan pemasaran. Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya produksi bawang merah adalah gangguan serangga hama.

Berbagai jenis serangga hama dapat merusak tanaman bawang merah dan salah satu jenis ulat yang sering menyebabkan kerugian adalah ulat Spodoptera exigua. Untuk menanggulangi serangga hama ini umumnya petani lebih sering menggunakan pestisida daripada cara lain. Menurut Untung (1981), pengendalian hama dengan insektisida memang mempunyai banyak keuntungan akan tetapi penggunaan yang sepihak dapat menimbulkan pengaruh samping yang merugikan antara lain timbulnya resistansi hama, terbunuhnya jasad bukan sasaran, resurgensi hama, dengan demikian perlu dikembangkan metode pengendalian alternatif yang lebih efektif dan aman untuk mengurangi pemakaian insektisida yang berlebihan dan sejalan dengan upaya pengendalian hama terpadu. Dalam pengendalian hayati, salah satu agensia yang potensial untuk dikembangkan secara komersial adalah golongan virus yang dikenal dengan nama NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus) yang digunakan sebagai bioinsektisida.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti salah satu jenis hama tanaman penting pada bawang merah yaitu ulat daun (Spodoptera

exigua) dan cara pengendaliannya dengan menggunakan patogen yang

diperoleh dari ulat yang mati.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui konsentrsi patogen NPV terhadap mortalitas ulat daun (Spodoptera exigua) 2. Untuk mengetahui pengaruh

konsentrasi NPV terhadap tingkat kerusakan tanaman bawang merah.

Hipotesa Penelitian

Ada pengaruh konsentrasi NPV terhadap mortalitas ulat daun (Spodoptera exigua) dan tingkat kerusakan tanaman bawang merah.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian,

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2004 sampai dengan bulan

(2)

Agustus 2004 di kebun percobaan Universitas Medan Area, Medan.

Bahan dan Alat, Bahan yang

digunakan dalam penelitian ini antara lain: umbi bawang merah, NPV, Pupuk Urea, TSP, KCl, air dan bahan bahan lainnya yang diperlukan.

Metode Penelitian, Penelitian ini

dilaksanakan dengan menggunukan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor perlakuan konsentrasi NPV (K) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan, yaitu:

K0 = kontrol (tanpa NPV), K1 = konsentrasi 1cc PIBs/ l air, K2 = konsentrasi 2 cc PIBs/ l air, K3 = konsentrasi 3 cc PIBs/ l air

Jumlah ulangan (r)

Jumlah ulangan seluruhnya : 20 plot

Ukuran plot : 100 cm x 100 cm Jumlah tanaman/plot : 16 tanaman

Jumlah total tanaman : 320 tanaman

Jarak tanam : 25 x 25 cm Jarak antar plot : 50 cm Jarak antar ulangan : 1 m

Metode analisa

Hasil pengamatan data di analisa dengan menggunakan Analisa Sidik Ragam dengan model linier sebagai berikut:

Dimana: Yij = μ + ρi + αj + Σij

Yij = hasil pengamatan dari faktor " K"

taraf ke - j pada ulangan ke-i μ = nilai tengah

ρi = efek dari ulangan taraf ke-I

αj = efek dari faktor " K " pada taraf ke -

j

Σij = efek error dari ulangan taraf ke-I

dan faktor "K" taraf ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Infeksi NPV Terhadap S.

exigua

Hasil pengamatan terhadap gejala S.

exigua yang terinfeksi NPV pada

pengamatan pertama yaitu satu hari setelah aplikasi virus terlihat bahwa larva S. exigua belum menunjukkan gejala terinfeksi virus oleh masing-masing perlakuan.

Pada hari kedua dan ketiga larva S.

exigua menunjukkan gejala terinfeksi

NPV. Peningkatan jumlah gejala atau larva yang terinfeksi virus dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rata-rata pengaruh konsentrasi polyhedra terhadap kematian S. exigua pada 5,7 dan 9 hari setelah aplikasi NPV.

Konsentrasi

(cc/liter)

Persentase Kematian Larva 5

Has Hsa 7 Hsa 9 A1 = ( 3 cc ) A2 = ( 2 cc ) A3 = ( 1 cc ) A4 = ( kontrol ) 22,9 cd 17,2 bc 14,9 b 0 a 56,3 d 34,2 bc 28,9 b 0 a 100 c 82,6 b 69,6 b 0 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan

(3)

38

Gejala-gejala yang diperlihatkan larva

S. exigua yang terinfeksi oleh NPV

antara lain larva malas bergerak dan pada bagian kulit tampak warna kulit mulai mengalami perubahan yaitu warna berubah menjadi pucat dan selanjutnya kulit berubah menjadi keputih-putihan. Larva S. exigua yang mati karena terinfeksi berubah warnanya menjadi coklat kehitaman. Seusia dengan apa yang dikemukakan oleh Untung (1993), bahwa larva yang terserang NPV akan semakin malas bergerak dan pertumbuhannya menjadi lambat. Kulit menjadi pucat dan memutih serta larva akan bergerak ke pucuk tanaman. Ulat yang mati posisi tubuhnya seperti patah dan tergantung pada bagian tanaman. Virus Nuclear Polyhedrosis menunjukkan perilaku yang abnormal,

yaitu bergerak naik menuju ujung tanaman sampai ia berhenti makan dan tubuh menjadi lunak (flaccid) di ujung tanaman. Simpton itu umumnya

timbul agak lambat sesudah infeksi. Integumen serangga sering berubah warnanya (biasanya dimulai dengan warna keputihan, kemudian menjadi gelap) dan membengkak. Larva yang terinfeksi sering menggantung dengan kaki-kaki semu berpegang pada ujung daun dan segera menyusul kematian larva. Pada saat mana

jaringan-jaringan internal menajdi terdisintegrasi dan tersebarnya badan-badan inklusi sehingga hemolymfe menjadi kerut integumen dapat hancur bila hypodermis terinfeksi (Poinar dan Thomas, 1984).

Persentase Mortalitas S. exigua

Berdasarkan pengamatan dan analisis secara statistik menunjukkan bahwa mortalitas larva S. exigua yang terinfeksi NPV baru terjadi pada 4 hari setelah aplikasi dilakukan. Hasil perhitungan lainnya untuk seluruh perlakuan konsentrasi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata – rata Tingkat Kerusakan Daun Bawang Merah ( % ) oleh S.

exigua Setelah Aplikasi NPV Pada Hari ke 3,5,7,9

Perlakuan (cc / l ) 3 5 7 9 Tingkat Kerusakan ( % ) A1 = ( 3 cc ) A2 = ( 2 cc ) A3 = ( 1 cc ) A4 = ( Kontrol) 60, 9 a 58,7 a 58,8 a 63,6 a 52,4 a 71,4 ab 91,4 bc 95,9 c 22,1 a 36,5 ab 58,7 ab 96,3 c 8,6 a 14,7 ab 32,7 bc 41,7 c

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut Uji Jarak Duncan

Analisis data di atas menunjukkan hasil penelitian terhadap mortalitas S.

exigua dengan menggunakan virus.

Pada pengamatan 1 – 5 hari setelah aplikasi seluruh perlakuan menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (lampiran 1 dan 2). Data hasil ini juga menunjukkan bahwa kematian larva S. exigua baru menjadi pada hari ke-4 dan ke-5 setelah aplikasi, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Hall )1857) dalam Saragih (1994). Pengaruh insektisida

biologi terhadap serangga tidak tampak seketika, akan tetapi baru tampak beberapa hari setelah aplikasi. Hal ini terjadi karena dalam tubuh larva berlangsung proses biologi yang membutuhkan waktu beberapa hari mulai larva terinfeksi hingga mati. Hal ini juga menunjukkan bahwa untuk mencapai tahap kematian larva, yang disebabkan oleh virus itu terjadi dengan terlebih dahulu melalui beberapa tahapan. Menurut Falcon (1993) dalam Pollet (1993) dalam

(4)

39

Suhartiningsih dan Ridho (1995) proses masuknya virus melalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Injeksi partikel virus

2. Pembebasan pertama partikel virus Cytopola (4 – 8 jam)

3. Perubahan pertama pada nukleus yang diinfeksi (16 jam)

4. Pembentukan viroplasma (24 jam) 5. Replikasi nukleucapsid (36 jam) 6. Replikasi polyhedral (48 jam)

7. Terbentuknya virus lengkap dengan ikklusi (72 jam)

Pengamatan hari ke-5 setelah aplikasi, dari hasil pengujian secara statistik dapat dilihat bahwa pada perlakuan A4 menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap perlakuan A1, A2, A3 dan A5. Namun seluruh perlakuan tersebut menunjukkan hasil berbeda nyata pada perlakuan A0 (kontrol). Kematian larva tertimnggi terjadi pada perlakuan A4 yaitu sebesar 37,50% kemudian berturut-turut diikuti oleh perlakuan A5 yaitu 28,40%, A2 25,50; A3 21,87%; A1 1875%. Pengamatan mortalitas larva S. exigua pada hari ke-6 setelah aplikasi menunjukkan adanya peningkatan mortalitas pada perlakuan yang diperlukan kecuali pada kontrol bila dibandingkan dengan hari sebelumnya. Data pada Tabel 2 juga memperhatikan dilihat bahwa mortalitas larva antar perlakuan A4, A1, A2, A3 dan A5 tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap kontrol.

Pengamatan mortalitas larva S. exigua pada hari ke-7 setelah aplikasi dapat dilihat terjadinya peningkatan persentase mortalitas larva S. exigua pada masing-masing perlakuan kecuali montrol.

Pengamatan mortalitas larva pada hari ke-8 setelah aplikasi dapat diketahui bahwa pada perlakuan A4 adalah merupakan perlakuan yang

mempunyai persentase mortalitas tertinggi yaitu 75,00%, namun antara

masing-masing perlakuan menunjukkan hasil yang tidak

berbeda nyata, kecuali jika dibandingkan dengan kontrol.

Pengamatan hari ke-9 setelah aplikasi walaupun terjadi peningkatan mortalitas pada perlakuan A1, A2, A3, A4 dan A5, akan tetapi tidak berbda nyata seperti halnya pada pengamatan ke-8, namun berbeda nyata dengan kontrol. Pada pengamatan ini persentase mortalitas tertinggi terjadi pada perlakuan A5 yaitu 93,75%, kemudian berturut-turut diikuti oleh perlakuan A4, A3, A1 dan A2.

Pengamatan mortalitas larva S. exigua hari ke-10 setelah aplikasi terjadi peningkatan persentase mortalitas pada perlakuan A5, A4, A3, A2 dan A1 kecuali kontrol. Perlakuan A5, A4, A3 menunjukkan mortalitas ulat mencapai 100% dimana perlakuan A2 dan A1 96,87%, sementara pada kontrol sampai dengan hari terakhir pengamatan tidak dijumpai larva yang mati.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa perlakuan NPV cukup efektif digunakan sebagai pengendali hama

S. exigua pada tanaman bawang

merah, hasil pengujian menunjukkan bahwa tingginya tingkat kematian yang disebabkan virus patogen.

Sutarya dan Sastrosiswojo (1993) menyatakan bahwa konsentrasi polyhedra yang tertinggi dapat meningkatkan persentase kematian larva dan kematian larva terjadi lebih awal, sebagaimana penemuan dalam penelitian.

Hasil penelitian juga tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian NPV terhadap S. litura pada tanaman

(5)

40

kedelai yang dilakukan oleh Arifin (1988). Percobaan ini membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi polyhedra yang digunakan cenderung mengakibatkan semakin tinggi kematian larva S. litura.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa virus patogen dengan perlakuan A1 menunjukkan hasil tidak berbeda nyata dengan A2, A3m A4 dan A5. Hasilnya memberikan gambaran bahwa virus patogen dengan konsentrasi 2,9 x 108 cukup

ekeftif mengendalikan S. exigua.

Tingkat Kerusakan Daun Bawang Merah Oleh Larva Spodoptera exigua

Tingkat kerusakan daun bawang merah oleh larva S. exigua dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Tingkat Kerusakan Daun Bawang oleh Larva Spodoptera exigua Pada Beberapa Konsentrasi NPV

Perlakuan

(PIBs/ ml) 3 5 7 9 Tingkat Kerusakan Daun Pada (Hsa) Persen A0 = Kontrol A1 = 2,9 x 108 A2 = 2,9 x 109 A3 = 2,9 x 1010 A4 = 2,9 x 1011 A5 = 2,9 x 1012 68,8a 66,7a 62,5a 56,3a 56,3a 62,5a 97,9c 91,7bc 91,7bc 77,1 abc 72,9ab 52,1a 97,9c 60,4b 70,8bc 58,4ab 37,5ab 22,9a 41,7c 33,3bc 31,1bc 31,1bc 14,6ab 8,3a

Ke

terangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam tiap kolom menunjukkan

tidak berbeda nyata pada taraf lima persen menurut Uji Jarak Duncan

Tingkat kerusakan daun pada tiga hsa tidak menunjukkan perbedaan yang nyata untuk semua perlakuan yang dicoba walaupun larva-larva telah diberi perlakuan, artinya semua larva masih memiliki kemampuan merusak yang sama dan belum terlihat pengaruh perlakuan polihedra yang diberikan. Akan tetapi pada lima has, konsentrasi polihedra yang tertinggi (perlakuan A5) mengakibatkan menurunnya kemampuan makan dari larva. Selanjutnya pada tujuh hsa, semua perlakuan polihedra menunjukkan tingkat keusakan daun yang lebih rendaj jika dibandingkan dengan kontrolnya. Hal ini diakibatkan oleh adanya larva-larva yang mati dan menurunnya kemampuan makan dari larva-larva yang masih hidup karena telah memakan polihedra yang diberikan. Pada perlakuan kontrol, persentase kerusakan daun

juga menurun pada 9 hsa karena telah banyak larva yang telah masuk ke dalam stadia prepupa atau telah menjadi pupa. Hasil yang sama dari percobaan NPV terhadap S.exigua pada tanaman chrisan yang dilakukan oleh Smits (1987) menunjukkan bahwa semua perlakuan polihedra yang dicobanya

menghasilkan pengurangan kerusakan daun yang berarti

jdibandingkan dengan kontrolnya. Pengurangan kerusakan ini paling menonjol pada tanaman yang diinfestasi oleh larva stadia muda.

(6)

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Kematian larva Spodoptera exigua oleh virus patogen dan tingkat kerusakan daun bawang dipengaruhi oleh konsentrasi polihedra yang diberikan. Makin tinggi konsentrasi polihedra yang digunakan, persentase kematian larva semakin tinggi dan kemampuan larva merusak daun juga menurun

2. Kemampuan larva merusak daun bawang pada semua perlakuan polihedra mulai menurun pada tujuh hsa dibandingkan dengan perlakuan kontrolnya.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjutan peng-gunaan virus patogen dengan konsentrasi yang sama terhadap budidaya Bawang Merah di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989. Cropping systems research: Strategy for identifying and developing technology appropriate to farmers needs. (Case study: Shallot-based cropping systems in Brebes). Int. Comm. LEHRI/ATA-395 No. 4.

Arifinm M., 1998. Pengaruh Konsentrasi dan Volume Nuclear Polyhedrosis

Virus Terhadap Kematian Ulat

Grayak Kedelai (Spodoptera

litura). Penelitian Pertanian 8 (1).

Kalshoven, L.G.E., 1981. Pests of Corps in Indonesia, PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve-Jakarta.

Poinar, G.O. dan G.M. Thomas., 1984. Laboratory Guide to Insect

Pathogens and Parasits. Plenum Press, New York and London: 392 p.

Saragih, M., 1994. Kajian Efektifitas S1NPV dan Mamestra NPV, Insektisida Cypermetrin dan

Kombinasinya Terhadap Pertumbuhan Ulat Grayak S. litura.

Seminar Thesis Pasca Sarjana Program Study Ilmu Hama Tumbuhan. Faperta UGM-Yogyakarta.

Setyobudi, L., 1983. Penentuan Kehi-langan Hasil Bawang Akibat Defoliasi oleh Hama Spodoptera oleh Hama Spodoptera exigua Hubn. (Lepidoptera: Noctuidae). Kongres Entomologi II, 24 – 26 Januari 1983.

Suhartiningsih D.B., Ridho B., 1995. Pemanfaatan S1NPV Sebagai Bioinsektisida Terhadap S. litura F. Pada Melon Merupakan Upaya Pengendalian Hama Akrab Lingkungan. Karya Tulis Ilmiah Dalam LKTI FKSIMPTI IX 26 – 30 Juli 1995. Universitas Udayana, Bali. 32 Halaman.

Sutarya R. dan Sastrosiswojo S., 1993. Uji Pendahuluan Pengaruh Nuclear Polyhedrosis Virus SeNPV) Terhadap Kematian Ulat Bawang (S. exigua) di Laboratorium. Simposium Patologi Serangga 12 – 13 Oktober 1993. Yogyakarta, Halaman 21.

Untung, K., 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, Gajah Mada Univer-sity Press. Yogyakarta, Halaman 28.

Woodford, J.A.T., 1981. Agrochemical Survey on Vegetables in West Java. BPH-Lembang.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata pengaruh konsentrasi polyhedra terhadap kematian S. exigua  pada 5,7 dan 9 hari setelah aplikasi NPV
Tabel 2.   Rata – rata Tingkat Kerusakan Daun Bawang Merah ( % ) oleh S.
Tabel 3. Tingkat Kerusakan Daun Bawang oleh Larva Spodoptera exigua Pada  Beberapa Konsentrasi NPV

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghindari bencana yang menimpa desa tersebut, maka dengan kesepakatan masyarakat Desa Jumpai diadakanlah pementasan Tari Telek Anak-Anak dengan Barong Ket

beberapa hal, Indonesia masih berharap dan berpatokan dengan poin ke dua isi KMB masalah Irian Barat akan dibahas nantinya dan hal tersebut memberikan kesempatan

Pembentukan pegunungan pada kala miosen tengah telah mengangkat bagian tenggara dari cekungan tersebut dan batuan Formasi Tertiary yang muncul dari erosi

Saya mengikutsertakan saudari dalam penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap remaja putri di Desa Tanjung Selamat mengenai risiko kehamilan

Namun, permasalahan utama dalam konflik di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak terletak pada Perbedaan dalam akuan hak kepemilikan (klaim), terjadi ketika pihak taman

9 Wayang Sandosa Jawa Tengah Wayang Sandosa adalah bentuk pakeliran garapan baru, yang menggunakan layar lebar, dengan dalang lebih dari satu orang,

Dari proses membatik diketahui faktor pekerjaan yang merupakan faktor risiko terjadinya Carpal Tunnel Syndrome pada proses membatik yaitu gerakan tangan berulang,

“Peningkatan Motivasi dan Keterampilan Proses Belajar Matematika pada Materi Garis dan Sudut Melalui Pembelajaran Student Teams Achievement Divisians (STAD) Pada Siswa Kelas