• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA LAPORAN EVALUASI CAPAIAN RENCANA AKSI HAK ASASI MANUSIA TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA LAPORAN EVALUASI CAPAIAN RENCANA AKSI HAK ASASI MANUSIA TAHUN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

CAPAIAN RENCANA AKSI HAK ASASI MANUSIA

TAHUN 2015 - 2019

KEMENTERIAN HUKUM

DAN HAK ASASI MANUSIA

(2)

LAPORAN EVALUASI CAPAIAN RENCANA AKSI HAM 2015 – 2019 A. Pendahuluan

Komitmen Negara Republik Indonesia dalam rangka penghormatan, pelindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tanggung jawab negara tersebut telah dilakukan secara konsisten dan terukur, di antaranya melalui Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM).

RANHAM merupakan suatu langkah percepatan (debottlenecking) yang dilakukan pemerintah baik oleh Kementerian, Lembaga maupun Pemerintah Daerah. Pelaksanaan RANHAM periode 2015-2019 merupakan generasi ke-IV yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 75 Tahun 2015 jo Perpres No. 33 Tahun 2018 tentang Perubahan Perpres No. 75 Tahun 2015 Tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia. Dalam pelaksanaannya, selain melibatkan kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah, RANHAM turut melibatkan non-pemerintah seperti masyarakat sipil dan akademisi.

RANHAM periode 2015-2019 diimplementasikan melalui aksi-aksi yang memiliki fokus terhadap beberapa kelompok masyarakat yang dianggap paling membutuhkan percepatan pelindungan terhadap hak-haknya yaitu kelompok perempuan, anak, penyandang

disabilitas, dan masyarakat hukum adat.

Dalam upaya pelindungan, penghormatan, dan pemenuhan hak-hak kelompok rentan pada RANHAM 2015-2019, Sekretariat Bersama RANHAM yang terdiri dari Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Kementerian Luar Negeri serta Kementerian PPN/Bappenas menyepakati beberapa strategi dalam pelaksanaan RANHAM yaitu:

1. Penguatan institusi pelaksana RANHAM;

2. Penyiapan regulasi, pengesahan, dan penyusunan bahan laporan implementasi instrumen internasional HAM;

3. Penyiapan regulasi, harmonisasi rancangan, dan evaluasi peraturan perundang-undangan dari perspektif HAM;

4. Pendidikan dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang HAM; 5. Penerapan dan Standar HAM; serta

6. Pelayanan komunikasi masyarakat.

RANHAM Generasi IV Periode 2015-2019 Kelompok Perempuan Kelompok Anak Kelompok Penyandang Disabilitas Kelompok Masyarakat Hukum Adat

(3)

B. Partisipasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah Dalam Pelaksanaan RANHAM 2015-2019

Pada RANHAM generasi ke-IV ini, terdapat sebanyak 46 Kementerian/Lembaga dan Provinsi/Kabupaten/Kota yang turut berpartisipasi pada implementasi Peraturan Presiden (Perpres) No. 75 Tahun 2015 jo Perpres No. 33 Tahun 2018 tentang Perubahan Perpres No. 75 Tahun 2015 Tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia 2015-2019 (Perpres RANHAM), sebagaimana gambar berikut:

*Ket: Jumlah K/L yang berpartisipasi berbeda setiap tahun sesuai dengan fokus RANHAM dan kesediaan K/L untuk berpartisipasi. 32 26 26 25 25 125 64 77 71 68 15 63 71 57 64 2015 2016 2017 2018 2019

Partisipasi K/L Dalam RANHAM Tahun 2015-2019

Jumlah K/L yang Berpartisipasi Total Target Aksi K/L Total Target Aksi K/L yang Tercapai

2015 2016 2017 2018 2019

Tidak Lapor 22 7 2 1 1

Lapor 12 27 32 33 33

Partisipasi Pemerintah Provinsi Dalam RANHAM Tahun 2015-2019

2015 2016 2017 2018 2019

Tidak Lapor 470 311 201 121 87

Lapor 44 203 313 393 427

(4)

C. Capaian Pelaksanaan RANHAM 2015-2019

Secara keseluruhan, perkembangan capaian pelaksanaan Aksi HAM Tahun 2015 - 2019 di tingkat K/L, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat disampaikan pada tabel berikut:

No. Pelaksana RANHAM

Capaian Aksi HAM Yang Memenuhi Target (Dalam %) 2015 2016 2017 2018 2019 1 K/L 88 98,44 92,21 73,24 100 2 Provinsi 19,60 72,06 70,59 85,88 88,82 3 Kab/Kota 6,13 37,81 52,59 63,57 72,23 CAPAIAN (rata2) 37,91 69,44 71,80 74,23 87,02 *Ket:

1. Capaian Aksi HAM dimaksud bukanlah hanya jumlah K/L, Provinsi, dan Kab/Kota yang berpartisipasi pada pelaporan RANHAM, melainkan capaian aksi ham yang sudah memenuhi target sehingga banyaknya jumlah K/L, Provinsi, dan Kab/Kota yang melapor belum tentu berkorelasi positif dengan capaian aksi HAM yang memenuhi target;

2. Capaian Aksi HAM yang dihitung adalah total capaian aksi (rata-rata) dari K/L, Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang memenuhi target (bernilai hijau/ 100% di dalam sistem monitoring online Kantor Staf Presiden).

Pelaksanaan RANHAM 2015-2019 dilakukan melalui aksi yang dikelompokkan pada empat fokus kelompok rentan yang meliputi perempuan, anak, masyarakat adat dan penyandang disabilitas. Berikut adalah capaian pada masing-masing kelompok yaitu:

1) Kelompok Anak dan Perempuan

Pelaksanaan aksi a) Peningkatan terhadap pemenuhan hak-hak anak atas dokumen kependudukan,

b) Akses pendidikan khususnya bagi anak yang berada di wilayah 3T, Peningkatan cakupan Air Susu Ibu (ASI) guna menekan angka kurang gizi,

c) Peningkatan jumlah Polisi Wanita di Unit PPA serta

d) Pemenuhan hak anak yang berhadapan dengan hukum melalui Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA).

Beberapa capaian sebagai berikut:

Peningkatan angka pemberian ASI Eksklusif hingga 50,7% pada 2019 serta telah dilakukannya imunisasi dasar kepada 2,9 juta anak (97,8% dari jumlah seluruh anak pada 2019).

Peningkatan akses pendidikan melalui Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dan ADEM 3T di 22 Provinsi dengan peserta 2.476 siswa.

Dalam rangka peningkatan sarana dan prasarana dalam SPPA, telah dilakukan penambahan 10 Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA), 78 Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), dan ketersediaan ruang mediasi khusus anak di hampir seluruh Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

Peningkatan pemenuhan hak atas dokumen kependudukan terhadap anak di 15 wilayah kantong kemiskinan sebesar 44%.

(5)

Meningkatnya jumlah Polisi Wanita yang telah mengikuti pendidikan kejuruan SPPA sejumlah 1022 orang serta diselesaikannya 58,3% perkara perempuan dan anak yang meliputi perkara KDRT, perkosaan, pencabulan, persetubuhan, eksploitasi, perzinahan, pornografi, dan tindak pidana lainnya.

2) Kelompok Masyarakat Adat

Pelaksanaan aksi a) Fasilitasi Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 52 Tahun 2014, terkait Pengakuan masyarakat Hukum Adat dan wilayah adatnya b) Pendampingan komunitas adat terpencil (KAT) dalam rangka

memperoleh pemenuhan hak dasar.

Beberapa capaian sebagai berikut :

Kemendagri menerbitkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 145/7778/BPD tertanggal 11 November 2019 tentang Penetapan Desa dan Desa Adat dalam Rangka Menata Kembali Status Desa dan Desa Adat kepada Seluruh Provinsi (terkecuali Provinsi DKI Jakarta) dan Kabupaten/Kota.

Kemensos melakukan pendampingan terhadap warga KAT dan telah memiliki dokumen kependudukan, yaitu di Aceh sebanyak 30 orang, Sumatera Selatan 69 orang, Kalimantan Barat sebanyak 45, Kalimantan Selatan sebanyak 39 orang, dan Sulawesi Barat sebanyak 41 orang.

3) Kelompok Penyandang Disabilitas

Pelaksanaan aksi a) Penyusunan RPP sebagai amanat dari UU No.8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas

b) Penerbitan regulasi teknis yang ramah disabilitas dibidang ketenagakerjaan, layanan paspor, dan formasi khusus disabilitas c) Peningkatan pelayanan Kesehatan untuk orang dengan

gangguan jiwa (ODGJ)

a) Di bidang pendidikan, Aksi HAM juga fokus pada bimbingan teknis peningkatan kompetensi guru pendidikan inklusi.

b) Penayangan bahasa isyarat dan/atau teks/closed captions (cc) di televisi dan program berita

Beberapa capaian sebagai berikut :

a) Penyusunan RPP sebagai amanat dari UU No.8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas

Terbitnya PP RI nomor 70 Tahun 2019 tentang Perencanaan, Penyelenggaraan, dan Evaluasi Terhadap Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas

b) Penerbitan regulasi teknis yang ramah disabilitas dibidang ketenagakerjaan, layanan paspor, dan formasi khusus disabilitas

Penerbitan Peraturan Badan Kepegawaian Negara (BKN) No. 1 Tahun 2019 tertanggal 13 Februari 2019 Tentang Petunjuk Teknis Pengadaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja. Terdapat beberapa pengaturan tentang disabilitas di dalamnya, di antaranya pengaturan tentang Sarana dan prasarana bagi

(6)

peserta seleksi penyandang disabilitas harus disesuaikan dengan kebutuhan, paling kurang mencakup a) tempat pendaftaran khusus bagi penyandang disabilitas; b) petugas pembaca bagi tuna netra; dan c) akses menuju ruang ujian yang mudah bagi penyandang disabilitas. Pengaturan lainnya, keharusan bagi panitia seleksi instansi pengadaan PPPK menyediakan sarana dan prasarana yang memadai sehingga memudahkan peserta seleksi penyandang disabilitas mengikuti kompetensi.

Penerbitan Surat Edaran Tentang Pemberian Fasilitas Bagi Kelompok Rentan Dalam Layanan Penerbitan Paspor Berdimensi Ramah Hak Asasi Manusia Nomor IMI-UM.01.01-2435 Tahun 2018 Tanggal 29 Juni 2018 dan Surat Perintah Tentang Penyediaan Jalur Layanan Khusus Bagi Penyandang Disabilitas Nomor IMI.1-UM.01.01-0849 Tanggal 20 Februari 2019 Tentang Pemberian Fasilitas bagi Kelompok Rentan dalam Layanan Penerbitan Paspor Berdimensi Hak Asasi Manusia.

Penerbitan Peraturan Menpan dan RB Nomor 23 Tahun 2019 tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil dan Pelaksanaan Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pelaksanaan Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun 2019 pada tanggal 30 Oktober 2019. Peraturan tersebut mengatur tentang Penyandang Disabilitas dan Formasi Khusus Disabilitas.

Penerbitan SE MenPANRB No. B/1236/M.SM.01.00/2019 mengenai optimalisasi pelaksanaan PermenPANRB No. 23 Tahun 2019 yaitu para penyandang disabilitas (fisik, sensorik, mental, dan/atau intelektual) dapat mendaftar pada Formasi Khusus Disabilitas, Formasi Khusus Lainnya selain Formasi Khusus Disabilitas, atau Formasi Umum.

c) Peningkatan pelayanan Kesehatan untuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)

Hingga Maret 2019, sebanyak 4.474 kasus pasung yang ditangani oleh Kementerian Kesehatan. Hingga Maret 2019 pula, sebanyak 4.821 ODGJ berat mendapatkan layanan kesehatan sesuai standar yang tersebar di 34 provinsi/ 284 kabupaten/kota. Peningkatan jumlah pusat kesehatan masyarakat yang melayani kesehatan jiwa yaitu sebanyak 4.879 hingga Desember 2019.

Kementerian Kesehatan juga telah memiliki Peta Jalan Kesehatan Inklusi dan telah disosialisasikan ke 34 Provinsi di seluruh Indonesia

d) Di bidang pendidikan, Aksi HAM juga fokus pada bimbingan teknis peningkatan kompetensi guru pendidikan inklusi.

Telah dilakukan bimtek pada tahun 2019 sebanyak 103 orang guru untuk tingkat Pendidikan Dasar dan 100 orang guru untuk Pendidikan Lanjut.

Kemendikbud menerbitkan Surat Keputusan Nomor: 0780/D6.2.2/KR/2019 (tertanggal 4 April 2019) tentang Penerima Bantuan Pemerintah Pendidikan Inklusif Tahun 2019 yang menegaskan tentang daftar penerima bantuan sekolah inklusi yang berjumlah 150 sekolah di seluruh Indonesia dengan total masing-masing sekolah sebesar Rp. 50 juta rupiah

Pelaksanaan Bantuan Belajar Anak Berkebutuhan Khusus yang mendapatkan bantuan (cutoff Dapodik 31 Januari 2019) sebanyak 134.045 siswa di 2.209 sekolah dengan anggaran anggaran sekitar Rp. 199 milyar. Bantuan direalisasi dalam dua tahapan, dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 198.762.125.000. Bantuan ini telah diberikan kepada 133.260 siswa/siswi ABK dengan total sebanyak 133.260 siswa. e) Penayangan bahasa isyarat dan/atau teks/closed captions (cc) di televisi dan program

berita

15 stasiun televisi nasional telah menampilkan bahasa isyarat untuk tayangan tertentu, terutama berita. Kemudian, Kominfo juga melakukan peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak dan perspektif disabilitas melalui ragam media, baik videografis maupun infografis.

(7)

No. Aksi HAM Daerah 2015 2016/ 2017 2018/ 2019

1. Harmonisasi

Rancangan Produk Hukum Daerah yang tidak mendiskriminasi hak-hak

perempuan, anak, dan penyandang disabilitas 2. Review/ Kajian Produk Hukum Daerah dari perspektif HAM* 3. Pemantauan dan penyelesaian perkara implementasi produk hukum daerah*

4 Pelayanan komunikasi masyarakat melalui peningkatan penanganan dan tindak lanjut pengaduan masyarakat terhadap dugaan pelanggaran hak perempuan, anak, penyandang disabilitas, masyarakat adat dan pengaduan terkait konflik lahan.

5. Identifikasi, penanganan, dan tindak lanjut kasus, pemasungan orang dengan

gangguan jiwa (ODGJ) di tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota 6. Pengelolaan dan Pemerataan Distribusi (sebaran) jumlah guru di daerah 7. Penyediaan Ruang Menyusui yang Memadai bagi perempuan bekerja di

perkantoran milik pemerintah daerah dan swasta dalam rangka implementasi UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif

Implementasi aksi HAM daerah selama tahun 2015-2019 telah berhasil mendorong penghormatan, pelindungan, dan pemajuan HAM di tingkat Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota ke dalam capaian-capaian sebagai berikut:

1. Beberapa daerah telah mengeluarkan berbagai produk hukum daerah yang mendorong penghormatan, pelindungan, dan pemajuan HAM;

2. Beberapa daerah telah memetakan regulasi-regulasi daerahnya yang diskriminatif, untuk dilakukan revisi;

3. Penyediaan fasilitas dan tindak lanjut pelayanan pengaduan dugaan pelanggaran HAM di Organisasi Perangkat Daerah (OPD);

Selanjutnya khusus untuk Rencana Aksi HAM daerah disesuaikan dengan keadaan aktual, sehingga aksi mengalami penyesuaian setiap tahunnya. Berikut adalah aksi HAM daerah tahun 2015-2019:

a) Survei Indeks Kebebasan Pers 2019 yang menunjukkan bahwa Indikator Perlindungan Disabilitas naik menjadi 57,96 dari sebelumnya 43,92;

b) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi berhasil melaksanakan Aksi Gerakan Desa dan Kabupaten/ Kota Inklusi, yang mengarahkan dana desa untuk perlindungan disabilitas. Pada 2019, hampir 90% Dana Desa untuk disabilitas disalurkan untuk pelatihan dan penguatan penyandang disabilitas,

c) Penguatan landasan hukum pelaksanaan layanan keuangan bagi penyandang disabilitas melalui penetapan PTO (Petunjuk Teknis Operasional) Pelayanan Keuangan Kepada Penyandang Disabilitas sebagai lampiran dari SE.OJK 31/SEOJK.07/2017

d) KPU melakukan aksi pemutakhiran Data Pemilih Tetap (DPT) dalam rangka peningkatan akses bagi penyandang disabilitas Pemilu (Termasuk Pemilu Kepala Daerah/Kada). Data penyandang disabilitas yang dimiliki KPU dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2019 sebanyak 1.247.730 orang, terbagi atas Tunadaksa 83.182, Tunanetra 166.364, Tunarungu 249.546, Tunagrahita 332.728, dan disabilitas lainnya 415.910.

(8)

4. Penanganan tindak lanjut kasus pasung ODGJ berupa pemberian obat dan kunjungan dari tenaga medis dan dinas sosial;

5. Pengelolaan dan pemerataan distribusi guru melalui pemetaan sebaran guru di tingkat SD, SMP, dan SMA melalui intervensi. Beberapa pemerintah daerah telah melakukan intervensi dengan mengambil langkah pengangkatan tenaga pengajar kontrak menjadi tenaga pengajar yang berstatus sebagai pegawai negeri (aparatur sipil negara) dan melakukan mutasi guru ke sekolah-sekolah yang kekurangan tenaga pengajar;

6. Penyediaan kebijakan dan bangunan ruang menyusui bagi ibu yang bekerja di berbagai bangunan milik pemerintah daerah dan bangunan milik swasta.

Capaian-capaian di atas diperkuat dengan meningkatnya partisipasi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yang melaksanakan RANHAM selama tahun 2015-2019. Untuk capaian dari 34 Pemerintah Provinsi sebanyak 90% sudah memenuhi target. Namun, masih terdapat Provinsi yang masih perlu didorong untuk berpartisipasi lebih optimal antara lain Provinsi Aceh, Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Tengah. Sedangkan, gambaran untuk capaian pemerintah Kabupaten dan Kota dapat dilihat pada grafik berikut:

Ket: Capaian rata-rata Kabupaten/Kota per Provinsi pada B12 Tahun 2019

D. Tantangan Pelaksanaan Aksi HAM

Dari sisi pelaksanaan Aksi HAM, hampir sebagian besar aksi telah mencapai target yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh sejumlah kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah, sehingga berhasil menjawab permasalahan HAM yang teridentifikasi sebelumnya. Namun, dari pencapaian HAM tersebut masih memerlukan perbaikan dan penyempurnaan, antara lain dapat diidentifikasi pada dua aspek berikut ini:

1. Aspek implementasi, meliputi:

a. Ruang lingkup aksi HAM tahun 2015-2019 masih sangat luas dan belum fokus, sehingga sulit untuk dipantau dan dievaluasi.

b. RANHAM lima tahunan menyulitkan Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah dalam menanggapi isu HAM yang perlu diakomodasi secepatnya;

c. Aksi HAM masih merupakan program rutin Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah.

d. Belum optimalnya sistem pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Aksi HAM yang masih sebatas prosedural administrasi

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00 B an gk a B el itu ng Ja m bi S um at er a Se la ta n D K I J ak ar ta Y og ya ka rt a B al i S ul aw es i S el at an Ja w a Ti m ur K ep ul au an R ia u R ia u G or o nt al o B en gk ul u Ja w a Te ng ah S ul aw es i B ar at S um at er a B ar at Ja w a B ar at S um at er a U ta ra M al uk u La m pu ng K al im an ta n Te ng ah B an te n S ul aw es i T en ga h N TB K al im an ta n Ti m ur M al uk u U ta ra K al im an ta n Se la ta n S ul aw es i T en gg ar a K al im an ta n U ta ra K al im an ta n B ar at P ap ua B ar at S ul aw es i U ta ra A ce h P ap ua NTT Capaian Aksi HAM Kab/Kota Tahun 2019

(9)

e. Pelaporan RANHAM belum optimal digunakan untuk pelaporan Indonesia pada Dewan HAM PBB, Badan Traktat PBB, dan forum HAM Internasional lainnya. 2. Aspek substansi:

a. Belum optimalnya kebijakan, regulasi, dan program yang terkait dengan perlindungan, penghormatan, pemenuhan, dan penegakan hak perempuan, anak, masyarakat hukum adat, dan penyandang disabilitas.

b. Masih terdapat kasus-kasus kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi terhadap anak dan perempuan.

c. Belum optimalnya perhatian pada perempuan berhadapan dengan hukum dan akses keadilan.

d. Belum memadainya kerangka hukum pengakuan hukum dan jaminan perlindungan, penghormatan, dan pemenuhan hak masyarakat hukum adat.

e. Belum optimalnya pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas.

E. Rekomendasi

1. Perlunya mempertimbangkan peran Kementerian Koordinator Bidang yang lebih strategis agar dapat mendorong K/L dan Daerah dalam Pelaporan Aksi HAM, terutama untuk aksi-aksi yang memerlukan koordinasi lintas sektor K/L.

2. Perlunya memperkuat peranan instansi dari vertikal, terutama Kementerian Hukum dan HAM yang memiliki Kantor Wilayah dan sebagai koordinator Aksi HAM.

3. Perumusan RANHAM seharusnya dirumuskan dengan menggunakan teori dan baseline data yang relevan, sehingga dapat diketahui capaian Aksi yang telah memenuhi target dan/ sasaran outcome atau belum. Rumusan aksi dirumuskan secara linier sebagai intervensi untuk mencapai outcome yang dituju.

4. Perlunya membuat spesifikasi isu HAM yang masuk ke dalam RANHAM dan tidak merupakan program atau rencana aksi yang telah masuk dalam platform lainnya. Pendekatan human rights-based approach (pendekatan berbasis HAM) dalam program pembangunan dapat digunakan untuk identifikasi ini.

5. Perlunya membuat evaluasi Aksi HAM pada level outcome (Sasaran Strategis) yang dilaksanakan paruh waktu dan akhir waktu pelaksanaan untuk mengetahui apakah Aksi HAM telah efektif sebagai landasan kebijakan HAM pemerintah atau belum.

6. Perlunya pelibatan masyarakat sipil dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi, baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini setidaknya memperkuat skema pelaksanaan HAM, pemantauan, dan evaluasi RANHAM secara komprehensif.

7. Perlunya meningkatkan sosialisasi RANHAM secara lebih menyeluruh kepada semua stakeholder, dengan memastikan kemudahan dan ketersediaan akses informasi, seperti media online, serta ruang partisipasi yang luas untuk terlibat dalam pelaksanaan, pemantauan, atau evaluasi RANHAM.

Referensi

Dokumen terkait

Sampai saat penyusunan Laporan Keuangan Tahun 2012, Kementerian Hukum dan HAM belum menerapkan penyusutan Barang Milik Negara berupa Aset Tetap, hal tersebut sesuai

6 01 16034 WEGIG PRASETYA JATI, SIP Kantor lmigrasi Kelas I Khusus Soekarno Hatta Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta.. 7 0116024 I GUSTI PUTU ALIT

Dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disampaikan capaian pelaksanaan program dan kegiatan Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Hukum dan

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA HUKUM DAN HAM KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

Agar Kanwil Kementerian Hukumdan HAM Sulawesi Barat dapat bekerjasama dengan masyarakat sebagai penyampai komunikasi dan instansi terkait dalam kasus dugaan pelanggaran

Pada permasalahan dugaan pelanggaran HAM yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara terdapat peningkatan dalam partisipasi instansi dalam menanggapi permasalahan HAM

120 Kanwil Kumham Sulsel Targetkan Seluruh UPT dan Kab/Kota Raih Predikat Peduli HAM Kepala kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan, Harun

Renstra Komnas HAM 2015-2019 sebagai dokumen perencanaan yang akan dijalankan selama lima tahun merupakan acuan dalam mewujudkan tujuan Komnas HAM sesuai dengan fungsi,