• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif idak bergerak dan kurang responsif (ambang respon. tubuh meningkat) dibandingkan waktu terjaga.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif idak bergerak dan kurang responsif (ambang respon. tubuh meningkat) dibandingkan waktu terjaga."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

A. Konsep Dasar Teori Terkait 1. Gangguan Pola Tidur

a. Definisi Tidur

Tidur adalah suatu keadaan organisme yang teratur, berulang dan mudah dibalikkan (dibangunkan) yang ditandai oleh keadaan tubuh yang relatif idak bergerak dan “kurang responsif” (ambang respon tubuh meningkat) dibandingkan waktu terjaga. (Anonim,2004, Gangguan tidur psikomatis, ¶ http://www.medicastore.com. Di peroleh tanggal 20 september 2006)

b. Pola Tidur

Secara umum, proses tidur normal diawali dengan tahap mengantuk, yaitu suatu keadaan saat hunungan antara kesadaran dengan lingkungan. Pada saat mengantuk ini, rangsangan – rangangan dari luar masih dapat diterima dengan mudah dan membuat terbangun atau tersadar kembali. Kemudian, jika proses tidur berlanjut, maka kesadaran semakin berkurang dan timbullah suatu tahap yang sering disebut sebagai tahap tidur ayam. Pada tahap ini, rangsangan indrawi masih sedikit dapat diterima (sayup-sayup), namun tidak mengganggu kesadaran. Tahap berikutnya merupakan tahap yang terakhir, yaitu tahap tidur nyenyak. Sekarang para ahli telah berhasil menemukan

(2)

adanya dua pola tidur, yaitu pola tidur biasa (Non REM) dan pola tidur paradoksal REM).

1. Pola Tidur Biasa

Pola tidur biasa juga disebut sebagai tidur REM ( Non-Rapid Eye Movement). Pada keadan ini, sebagian besar organ tubuh secara berangsur-angsur menjadi kurang aktif, pernapasan teratur, kecepatan denyut jantung berkurang, otot mulai berrelaksasi, mata dan muka diam tanpa gerak. Fase Non-REM berlangsung ± 1 jam, dan pada di sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari tidurnya.

2. Pola Tidur Paradoksal

Pola tidur paradoksal disebut juga sebagai tidur REM (Rapid Eye Movemoent). Pada fase ini, akan terjadi gerakan-gerakan mata secara cepat, denyut jantung dan pernapasan yang naik turun, sedangkan otot-otot mengalami pengendoran (relaksasi total). Proses relaksasi otot ini sangat berguna bagi pemulihan tenaga dan penghilangkan semua rasa lelah. Fase tidur REM (fase tidur nyenyak) berlangsung selama ± 20 menit. Pada fase ini, sering timbul mimpi-mimpi, mengigau, atau bahkan mendengkur.

2. Gangguan Tidur

Gangguan tidur ialah merupakan suatu keadaan seseorang dengan kuantitas dan kualitas tidur yang kurang.(Gunawan L, 2001).

(3)

a. Insomnia

Insomnia adalah kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur, atau gangguan tidur yang membuat penderita merasa belum cukup tidur pada saat terbangun.Gejala fisik : Muka pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan tubuh menurun sehingga menjadi mudah terserang penyakit, dan gejala psikisnya : Lesu, lambat menghadapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi.

b. Hipersomnia

Hipersomnia adalah gangguan jumlah tidur yang berlebihan dan selalu mengantuk di siag hari. Gangguan ini dikenal sebagai narkolepsi yaitu pasien tidak dapat menghindari untuk tidur. Dapat terjadi pada setiap usia,tapi paling sering pada awal remaja atau dewasa muda.Gejala fisik: mengantuk yang hebat, gugup, depresi, hargadiri rendah, hilangnya tonus otot dipicu oleh emosi mengakibatkan immobilisasi, tidak mampu bergerak waktu mula-mula bangun.Gejala psikis: halusinasi visual atau audio (pendengaran).

c. Parasomnia

Parasomnia adalah gangguan tidur yang tidak umum dan tidak diinginkan, yang tampak secara tiba- tiba selama tidur atau yang terjadi pada ambang terjaga dan tidur. Sering muncul dalam bentuk mimpi buruk yang ditandai mimpi lama dan menakutkan. Gejala fisik: jalan waktu tidur, kadang-kadang bicara waktu tidur,mendadak duduk ditempat tidur dan matanya tampak membelalak liar. Gejala psikis: penderita jarang mengingat kejadianya.(Anonim, 2004, Mekanisme tidur, ¶ http://www.voanews.com. di peroleh tanggal 20 september 2006).

(4)

3. Istirahat dan tidur

Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang. Untuk dapat berfungsi secara optimal maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Demikian pula orang yang sedang menderita sakit, mereka juga membutuhkan istirahat dan tidur yang memadai. Namun dalam keadan sakit pola tidur seseorang biasanya terganggu (gangguan pola tidur), sehingga perawat perlu berupaya untuk memenuhi kebutuhan tidur yang normal. Istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan atau kecemasan. Sebagian besar orang dapat istirahat sewaktu mereka merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi, merasa diterima, mengetahui apa yang sedang terjadi, bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan, mempunyai rencana–rencana kegiatan yang memuaskan mengetahui adanya bantuan sewaktu diperlukan.

Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar yang dialami seseorang, yang dapat dibangunkan kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup (Guyton, 1996). Tidur ditandai dengan aktifitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

Pada dasarnya ada 2 macam tidur, yaitu REM (Rapid Eye Movement = gerakan mata cepat) dan tidur NREM (Non Rapid Eye Movement = gerakan mata tidak cepat). Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif yang ditandai dengan mimpi bermacam–macam, otot–otot kendor,

(5)

kecepatan denyut jantung dan pernafasan tidak teratur sering lebih cepat, perubahan tekanan darah, gerakan otot tidak teratur, gerakan mata cepat, pembebasan steroid, sekresi lambung meningkat, ereksi penis pada pria. Tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang pendek karena gelombamg otak selama NREM lebih lambat dari pada gelombang alpha dan beta pada orang yang sadar atau dalam keadan tidur. Tanda–tanda tidur NREM dalam mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan pernafasan turun, metabolisme turun, gerakan mata lambat.

Tidur NREM mempunyai 4 tahapan yang masing – masing tahap ditandai dengan pola gelombang otak :

1. Tahap I

Merupakan tahapan transisi, berlangsung selama lima menit yang mana seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan rileks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih sadar di bantu dengan gelombang beta yang lambat. Seseorang yang tidur pada tahap pertama dapat di bangunkan dengan mudah. 2. Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan preses tubuh terus menurun. Mata masih bergerak–gerak kecepatan jantung dan pernapasan turun dengan jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai

(6)

dengan sleep spindles dan gelombang K kompleks. Tahap kedua berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10 – 15 menit.

3. Tahap III

Pada tahap ini kecepatan jantung dan pernapasan serta proses tubuh berlanjut mengalami penurunan akibat dominasi sistem saraf parasimpatis. Seseorang lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat. 4. Tahap IV

Merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan redominasi gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernapasan turun. Selama tidur seseprang mengalami 4 sampai 6 kali siklus tidur dalam waktu 7 sampai 8 jam. Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir dengan tidur REM.

4. Fisiologis Tidur

Dua sistem didalam batang otak, sistem pengaktivasi retikulum dan daerah sinkronisasi bulbar, diyakini bekerja bersama mengontrol sifat siklik pada tidur. Formasi retikulum ditemukan didalam batang otak. Ini membetang ke atas sampai ke medula, pons, otak tengah dan kemudian ke hipotalamus. Ini terdiri dari banyak sel saraf dan serabut. Saraf mempuyai hubungan yang merelay impuls ke dalam kerteks serebral dan ke dalam medula spinalis. Formasi retikulum membantu refleks dan gerakan volunter, maupun aktivitas korteks yang berkaitan dengan keadaan sadar penuh. Selama tidur, sistem retikulum mengalami beberapa stimulasi dari

(7)

korteks serebral dan dari tepi tubuh. Keadaan terbangun terjadi apabila sistem retikulum diaktivasi dengan stimulasi dari korteks serebral dan dari sel dan organ sensori tepi. Sebagai contoh: jam alam membangunkan kita dari tidur ke keadaan sadar apabila kita menyadari bahwa kita harus mempersiapkan diri untuk hari itu. Sensasi seperti nyeri, tekanan dan suara menimbulkan keadaan terbangun melalui sel dan organ tepi. Keadaan terbangun diaktivasi oleh korteks serebral dan sensasi tubuh. Selama tidur, stimulasi dari korteks adalah minimal.

Hipotalamus mempunyai pusat kontrol untuk beberapa aktivitas tubuh, salah satunya adalah mengenai tidur dan terbangun. Cedera pada hipotalamus dapat menyebabkan seseorang tertidur untuk periode yang abnormal atau panjang.

Sejumlah senyawa berperan sebagai neurotransmitter dan terlibat dalam proses tidur. Norepinefrin asetilkolin, diikuti oleh dopamine, serotonin dan histamin, terlibat dalam inhibisi GaBa (gamma aminobutyric acid ) tampaknya perlu untuk inhibisi.

5. Manfaat Tidur

Tidur akan terlihat lebih baik setelah tidur malam yang baik adalah berdasarkan pada keyakinan bahwa tidur :

a. Memulihkan kondisi fisik

b. Mengurangi stres dan kecemasan.

c. Memulihkan kemampuan untuk mengatasi dan berkonsentrasi pada aktifitas kehidupannya sehari-hari.

(8)

Ada beberapa hal yang berhubungan dengan kebutuhan tidur dan istirahat :

1. Kebiasaan tidur

Yang perlu diperhatikan kebiasaan banyaknya tidur pasien, kebiasaan menjelang tidur, jam berangkat tidur, waktu yang diperlukan untuk dapat tidur, jumlah terjaga selama tidur, obat-obatan yang diminum pasien dan pengaruhnya terhadap tidur, lingkungan tidur sehari-hari, persepsi pasien terhadap kebutuhan tidur, posisi waktu tidur.

2. Tanda-tanda klinis kekurangan istirahat dan tidur

Ada beberapa tanda klinis yang perlu diketahui terhadap pasien yang kurang istirahat dan tidur, pasien mengungkapkan rasa capek, pasien mudah tersinggung, dan kurang santai, apatis, warna kehitam-hitaman di sekitar mata, konjungtiva merah, pusing dan mual.

3. Tahap perkembangan

Lama tidur yang dibutuhkan oleh seseorang tergantung pada usia. Semakin tua usia seseorang semakin sedikit pula lama tidur yang diperlukan.

(9)

Tabel 2.1 Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Usia/Perkembangan Tingkat

Perkembangan

Pola Tidur Normal

Bayi baru lahir Tidur 14-18 jam/hari, pernapasan teratur, gerakan tubuh sedikit. 50 % tidur NREM siklus tidur 45-60 menit

Bayi Tidur 13-16 jam/hari, 20-30 % tidur NREM mungkin tidur sepanjang malam

1-3 tahun Tidur sekitar 11-12 jam/hari, 25 % tidur REM.

3-6 tahun Tidur sekitar 11jam/hari, 20 % tidur REM. Akil baligh Tidur sekitar 7-8,5 jam/hari, 20 % tidur REM Dewasa Muda Tidur sampai 7-8 jam/hari, 20-50 % tidur

REM.

Dewasa pertengahan Tidur 7-8 jam/hari, 20 % tidur REM. Mungkin mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.

Dewasa Tua (Diatas 60 tahun)

Tidur sekitar 5-6 jam/hari, 20-25 % tidur REM, mungkin mengalami insomnia dan sering bangun sewaktu tidur.

(Lumbantobing, 2004 dan ----(2004).www.medicastore.com.)

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur

Beberapa faktor mempengaruhi tidur baik kualitas maupun kuantitas tidur :

a. Pertimbangan tentang perkembangan

(10)

b. Aktivitas fisik

Aktivitas dan olah raga mempengaruhi tidur dengan cara meningkatkan kelelahan, tampak bahwa aktivitas fisik meningkatkan baik tidur REM maupun NREM.

c. Stres psikologis.

Penyakit dan situasi dalam kehidupan sehari – hari yang menyebabkan srtess psikologis cencerung mengganggu tidur. Biasanya stress psikologis mempengaruhi tidur melalui dua cara :

1. Orang yang mengalami stres cenderung sulit memperoleh jumlah tidur yang dibutuhkan.

2. Tidur REM

Berkurang jumlahnya, ini menambah kecemasan dan stres. d. Motivasi

Keinginan untuk bangun dan sadar penuh membantu mengatasi mengantuk dan tidur. Apabila motivasi untuk tetap terbangun adalah minimal, biasanya akan diikuti oleh tidur.

e. Implikasi kultural

Penting bagi perawat mengetahui bahwa pekerjaan dan praktek kultural dapat mempengaruhi istirahat dan tidur. Walaupun tahap-tahap perkembangan adalah serupa, tetapi tempat tidur, pola tidur mungkin bervariasai sesuai dengan budaya (Ruth F, Constance J. Himle, 2000).

(11)

7. Kecemasan

Kecemasan adalah menunjukan reaksi terhadap bahaya yang memperingatkan orang “dari dalam “ secara naluri, bahwa ada bahaya dan orang yang bersangkutan mungkin kehilangan kendali dalam situasi tersebut.

Cemas atau anxietas merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang spesifik yang dapat menimbulkan perasan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart and Sundeen, 1998).

Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif, yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Cemas berbeda dengan takut, seseorang yang mengalami kecemasan tidak dapat mengidentifikasi ancaman, Cemas dapat terjadi rasa takut, namun ketakutan biasanya tidak terjadi tanpa kecemasan (Carpenito, Lynda Juall, 1999).

Beberapa teori yang mengemukakan faktor predisposisi (pendukung) terjadinya kecemasan antara lain :

a. Teori Psikoanalitik

Menurut pandangan psikoanalitik, kecemasan terjadi karena adanya konflik yang terjadi antara emosional eleman kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani sedangkan ego menengahi konflik yang terjadi antara kedua elemen yang bertentangan, dan timbulnya kecemasan merupakan upaya dalam memberikan tanda adanya bahaya pada elemen ego.

(12)

b. Teori Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.

c. Teori Behavior

Berdasarkan teori behavior (perilaku), kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Teori Perspektif Keluarga

Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi di dalam keluarga. Kecemasan menunjukkan adanya pola interaksi yang tidak adaptif dalam sistem keluarga.

e. Teori Perspektif Biologi

Kesehatan umum seseorang menurut pandangan biologis merupakan faktor predisposisi timbulnya kecemasan.

Beberapa faktor pencetus yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan antara lain :

a. Ancaman terhadap integritas biologi seperti : penyakit, trauma fisik, dan pembedahan yang akan dilakukan.

b. Ancaman terhadap konsep diri seperti proses kehilangan, perubahan peran, perubahan lingkungan atau status sosial ekonomi (Struat and Sundeen, 1998, Ann Isaacs, 2005).

(13)

Manifestasi cemas dapat meliputi aspek perilaku,tandanya: gelisah, ketegangan fisik,tremor,gugup dan bicara cepat. Kognitif, tandanya: perhatiaan terganggu,konsentrasi buruk,pelupa, dan binggung dan afektif, tandanya: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah tegang, nerves dan ketakutan teror. (Stuard dan Sundeen, 1998 dan Gunawan L, 2006) sedangkan menurut Rawin dan Heacock manifestasi kecemasan dapat meliputi dimensi fisik, emosi, intelektual, sosial serta spiritual.

Tingkat – Tingkat Kecemasan : a. Cemas ringan

Ketegangan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lapangan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan pertumbuhan serta aktivitas.

b. Cemas sedang

Seseorang masih memungkinkan untuk memusatkan pada sesuatu yang penting dan mengesampingkan yang lainnya sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun masih dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

c. Cemas berat

Kecemasan ini menyebabkan persepsi terkurangi sehingga cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Perilaku ditunjukan untuk mengurangi

(14)

ketegangan. Individu ini perlu banyak pengarahan untuk dapat memusatkan perhatiannya pada yang lain.

d. Cemas panik

Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan, teror. Individu mengalami panik tidak mampu mengontrol persepsi walaupun dengan pengarahan. Panik merupakan disorganisasi kepribadian, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi penyimpangan pemikiran rasional. Cemas ini jika berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan dan kematian (Struat and Sundeen, 1998).

Alat ukur yang dipakai untuk mengetahui tingkat kecemasan menggunakan Hamilton Rate Scale For Anxiety (HRSA) yang sudah

dikembangkan oleh kelompok psikiatri Biologi Jakarta (KPBJ) dalam bentuk Anxiety Analog Scale (AAS).

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini di lakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang telah di latih untuk menggunakan melalui tehnik wawancara langsung, maka dapat di ketahui derajat kecemasan seseorang menurut Hawari yaitu : 0: tidak ada cemas, 1: gejala cemas ringan, 2: gejala cemas sedang, 3: gejala cemas berat, 4: gejala cemas berat sekali atau panik.

(15)

B. Kerangka Teori

Dari uraian di atas dapat dibuat dengan kerangka teori sebagai berikut :

CEMAS

Faktor yang mempengaruhi tidur : 1. Pertimbangan tentang perkembangan 2. Aktivitas fisik. 3. Sres psikologik. 4. Motivasi. 5. Implikasi kultura.

Kebutuhan istirahat dan tidur • Kebiasaan tidur

• Tanda klinis kekurangan istirahat dan tidur

Gangguan pola tidur

Gambar.1 Kerangka teori. Hubungan Antara tingkat Kecemasan pasien preoprasi dengan gangguan pola tidur. ( Stuardand Sunden, 1998, Ann Isaac, 2005 dan Ruth F, Constance J. Himle, 2000)

C. Kerangka Konsep

Dependen Variabel Gangguan Pola Tidur Variabel Independen

Tingkat kecemasan

Gambar.2 Kerangka konsep. Penelitian yang akan diteliti. (Stuard and Sunden, 1998 dan Gunawan L, (2001)).

D. Variabel Penelitian

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah variabel Dependen (terikat) dan variabel Independen (bebas).

1. Variabel Depanden

(16)

2. Variabel Independen

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi.

E. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan gangguan pola tidur pada pasien preoperasi.

Gambar

Tabel 2.1  Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Usia/Perkembangan  Tingkat

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi diri akademik mahasiswa studi eksperimen pada mahasiswa fakultas psikologi UNDIP Semarang.. Hubugan tingkat kecemasan

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil dan kesimpulan bahwa angka piutang tak tertagih pada CV Al Abrar Surakarta masih tinggi karena sistem akuntansi penagihan

[r]

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih

Menurut Sugiyono (2009) ³kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member VHSHUDQJNDW SHUWDQ\DDQ DWDX SHUQ\DWDDQ WHUWXOLV NHSDGD UHVSRQGHQ XQWXN

Dari tabel 9 tentang jawaban kuesioner responden berdasarkan ngobrol di ketahui 80% responden ngobrol dan lawan bicaranya menanggapi obrolan ketika berbicara, sebanyak 80%

Sebab, bagi Agung, saat sudah memutuskan untuk menjadi enterpreneur, 80% kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan non- teknis.. Seperti membuat proposal, negoisasi,

Bab ini merupakan salah satu kompetensi inti yang harus Anda pahami, karena dengan semakin pesatnya perkembangan zaman menjadikan dunia bisnis sebagai permasalahan dalam negeri