• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1. Jumlah Residen di RSCM Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tabel 1. Jumlah Residen di RSCM Tahun 2014"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) telah terakreditasi Internasional oleh Join Commision Internasional (JCI) sejak tahun 2012. Saat ini rumah sakit ini bahkan telah melalui akreditasi internasional (JCI) dalam konteks Rumah Sakit Pendidikan (teaching hospital) di tahun 2016. Sebagai rumah sakit besar yang telah terakreditasi internasional maka RSCM harus memberikan pelayanan yang terbaik, dengan berorientasi pada kepuasan pelanggan dan mengutamakan patient

safety. Seluruh komponen rumah sakit termasuk dokter pemberi layanan

kesehatan dituntut untuk memiliki kinerja yang excellent.

Rumah Sakit pendidikan melibatkan peserta didik khususnya peserta program pendidikan dokter spesialis (residen) dalam melakukan pelayanan kepada pasien baik di Unit Gawat Darurat, rawat jalan maupun rawat inap. Di RSUPN DR Cipto Mangunkusumo sebagai salah satu Rumah Sakit yang menjadi lahan pendidikan ketrampilan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga melibatkan residen dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Data dari Badan Koordinasi Pendidikan RSCM (Bakordik) menyebutkan bahwa pada tahun 2014 tercatat sebanyak 2013 residen yang melakukan pelayanan di RSCM.

(2)

Tabel 1. Jumlah Residen di RSCM Tahun 2014

Program Studi Jumlah Residen

Anestesiologi 117

Ilmu Bedah 105

Ilmu Penyakit Dalam 192

Ilmu Kesehatan Anak 124

Obstetri dan Ginekologi 193

Ilmu Penyakit Saraf 54

Ilmu Orthopaedi dan Traumatologi 76

Urologi 71

Ilmu Bedah Saraf 25

Ilmu Bedah Plastik 59

Bedah Thoraks 40

Program Studi Lainnya 957

Total Jumlah Residen 2013

Di Indonesia pendidikan kedokteran berbasis universitas (university based) dan bukan berbasis rumah sakit (hospital based). Residen secara de jure adalah peserta didik dari Fakultas Kedokteran namun secara de facto adalah dokter yang bekerja di rumah sakit. Residen menjadi lini terdepan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Kualitas dan kinerja residen akan menggambarkan kualitas dan kinerja pelayanan klinis di rumah sakit ini.

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, residen memiliki seperangkat peraturan akademik yang telah disusun oleh masing-masing Program Studi. Target-target akademik ini disusun sedemikian rupa meliputi aspek knowledge,

skill dan attitude. Dalam prakteknya di lapangan, terkadang residen dalam

melakukan pelayanan kepada pasien hanya berorientasi kepada tuntutan akademik dan mengesampingkan kualitas pelayanan rumah sakit. Contohnya adalah, residen

(3)

yang bersikap tidak ramah terhadap pasien, tidak memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk terjadinya kejadian yang diharapkan dan yang tidak diharapkan, residen yang tidak mengisi rekam medis dengan lengkap. Bahkan terkadang residen melakukan pemeriksaan-pemeriksaan berlebihan yang mengakibatkan tingginya biaya yang harus ditanggung oleh pasien. Hal-hal seperti ini yang sering menimbulkan keluhan pasien dan keluarga pasien yang dapat menurunkan citra rumah sakit pendidikan.

Beban tugas residen di rumah sakit sangat berat. Residen di salah satu bagian memiliki jam kerja hingga 80 jam perminggu, dan mereka harus juga menyelesaikan tugas-tugas ilmiah seperti membuat makalah, baca jurnal, dan penelitian disamping tugas-tugas administrasi selama mereka melakukan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Soedibyo, 2011).

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran dalam pasal 31 ayat 1b menyebutkan bahwa peserta didik program pendidikan dokter spesialis berhak mendapatkan insentif. Peraturan ini baru saja diimplemetasikan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (sejak bulan April tahun 2016) dan belum diimplementasikan di banyak rumah sakit pendidikan lain di Indonesia. Belum terdapat Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih khusus mengenai hal ini, namun sebagai rumah sakit pendidikan maka perlu dilakukan sebuah kajian tentang kinerja residen di rumah sakit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam rangka perbaikan kualitas pelayanan oleh residen. Selama ini residen di sebagian program studi menerima insentif informal berupa biaya untuk ikut serta dalam pertemuan ilmiah nasional dan sebagainya.

Di era Academic Health System (AHS) maka institusi pendidikan dalam hal ini fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan (RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo) harus berkolaborasi untuk menghasilkan mutu pelayanan kesehatan yang baik dan biaya yang terjangkau. AHS UI sudah tertuang dalam Surat Keputusan Bersama antara Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan

(4)

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Sistem Integrasi Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan dari Universitas Indonesia dengan sembilan Rumah Sakit Pendidikan (Academic Health System). Dalam SKB ini RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai salah satu rumah sakit pendidikan yang tergabung dalam AHS. Salah satu implikasi dari AHS adalah rumah sakit turut andil dalam pengelolaan pendidikan kedokteran terutama pada aspek-aspek yang berkaitan langsung dengan praktek pelayanan kesehatan di rumah sakit pendidikan. Contohnya adalah aspek quality and patient safety. Rumah sakit harus turut serta dalam merancang suatu sistem yang menjamin para residen menjalankan standar-standar quality and patient safety di rumah sakit pendidikan. Maka saat ini RSCM selalu melibatkan residen dalam program-program pelatihan dan evaluasi program yang terkait patient safety di rumah sakit. Contoh: program pencegahan infeksi rumah sakit (cuci tangan enam langkah, etika batuk), penulisan rekam medik yang baik dan benar, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Sejak tahun 2010, RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo menerapkan sistem Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) yang bertugas sebagai supervisor bagi residen. Setiap kasus yang ditangani oleh residen harus dilaporkan kepada DPJP dan tanggung jawab hukum berada di tangan DPJP karena status hukum PPDS adalah peserta didik dan bukan pegawai Rumah Sakit. DPJP atau supervisor ini harus bertugas penuh dan ada di rumah sakit 24 jam dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan. DPJP berperan sangat penting dalam proses pendidikan residen di rumah sakit pendidikan. Dalam kebijakan dan Standar Prosedur Operasional tentang DPJP yang dibuat pada tahun 2009 disebutkan bahwa pelaksanaan DPJP dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran adalah menciptakan suatu bentuk pembelajaran best practises. Pelaksanaan program DPJP adalah bentuk konkrit dalam pelaksanaan supervisi spesialistik sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Renstra RSCM tahun 2006-2010 serta pemjaminan mutu akademik dalam rangka pendidikan kedokteran yang tercantum di Renstra FKUI 2006-2012. Idealnya DPJP harus hadir secara fisik di

(5)

rumah sakit agar proses supervisi klinis berjalan dengan baik. Kehadiran DPJP di rumah sakit akan sangat memudahkan komunikasi antara residen dengan DPJP sehingga pengelolaan pasien diharapkan menjadi lebih baik. Di IGD peran supervisor klinis sangat krusial karena karakteristik pasien-pasien IGD adalah pasien-pasien yang memerlukan penanganan segera.

Misi penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penilaian kinerja residen di IGD oleh supervisor dan apa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja residen. Peneliti memilih lokasi penelitian di Instalasi Gawat Darurat IGD) karena sifat pelayanan di IGD yang memiliki ciri khas tertentu yakni kasus-kasus yang ditangani merupakan kasus yang gawat dan perlu penanganan segera sehingga tenaga kesehatan yang bertugas di IGD harus dapat mengambil keputusan dengan cepat dan mampu bekerja dibawah tekanan (Herkutanto,2007).

B. Perumusan Masalah

Instalasi Gawat Darurat adalah salah satu pintu masuk pasien di Rumah Sakit. Kualitas pelayanan di IGD akan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap rumah sakit tersebut. Residen yang bertugas di IGD dituntut untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara cepat dan tepat, sesuai standar prosedur.

Berkenaan dengan kondisi tersebut, maka rumusan masalah penelitian adalah:

1. Bagaimana kinerja residen di Instalasi Gawat Darurat RSUPN DR Cipto Mangunkusumo menurut penilaian supervisor?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja residen di IGD RSUPN DR Cipto Mangunkusumo?

(6)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian adalah:

Tujuan umum:

1. Menggambarkan beban kerja residen

2. mengidentifikasi kinerja residen di IGD berdasarkan penilaian dari supervisor

3. mengeksplorasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja residen di IGD

Tujuan khusus:

1. mengetahui hubungan antara faktor beban kerja dengan kinerja residen di IGD

2. mengetahui pengaruh antara faktor supervisi oleh supervisor (DPJP) di IGD dengan kinerja residen

3. mengukur hubungan antara faktor insentif kepada residen dengan kinerja residen

4. mengetahui pengaruh antara faktor penghargaan (reward) kepada residen dari institusi rumah sakit dengan kinerja residen

D. Manfaat Penelitian

Penelitian dibuat agar rumah sakit dalam hal ini adalah RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo mendapatkan gambaran tentang kinerja residen di IGD dari penilaian supervisor dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja residen dari sudut pandang residen. Pengaruh faktor beban kerja, supervisi, insentif dan penghargaan, dapat menjadi bahan masukan bagi rumah sakit untuk mempertimbangkan upaya-upaya perbaikan kinerja residen dan meningkatkan

engagement residen terhadap rumah sakit agar kualitas pelayanan rumah sakit

meningkat. Rumah sakit dapat mengkaji kebijakan pemberian insentif bagi residen sesuai amanat Undang-undang Pendidikan Kedokteran sebagai salah satu

(7)

upaya untuk meningkatkan engagement residen terhadap rumah sakit. Bila kinerja residen di IGD meningkat, maka diharapkan kepuasan pasien terhadap rumah sakit juga meningkat.

E. Keaslian Penelitian

Sampai saat ini peneliti belum menemukan penelitian serupa di Indonesia yang meneliti tentang persepsi supervisor terhadap kinerja residen di IGD dan bagaimana pengaruh faktor beban kerja, supervisi, insentif dan penghargaan (reward) serta kemananan dan keselamatan residen terhadap kinerja residen di IGD. Peneliti mencari beberapa artikel dan hasil penelitian lain yang terkait dengan penelitian ini. Berikut tabel daftar penelitian yang terkait:

Penulis (Tahun)

Tujuan Lokasi Rancangan penelitian Sample Hasil Utama J Cornish, A. Bhangu (2014) Mengetahui apakah level residen dan level supervisi yang melakukan operasi apendektomi mempengaruhi outcome pasien United Kingdo m Multicenter, prospective cohort study 2867 kasus operasi apendekt omi Perbedaan angka infeksi luka pasca operasi dan angka abses rongga panggul antara pasien yang dioperasi oleh residen

(8)

junior, senior dan attending doctors Ron M Walls (2008) Mengetahui apakah supervisi oleh dokter spesialis anestesi dapat menurunkan angka komplikasi pada tindakan intubasi darurat yang dilakukan oleh residen United State Prospective, observasion al 322 tindakan intubasi darurat yang dilakuka n oleh residen Perbandin gan angka komplikas i pasca tindakan intubasi darurat yang dilakukan oleh residen dengan supervisi dan tanpa supervisi Nadkarni, Sabharwal et al (2014) Mengetahui hubungan antara kepuasan pasien dengan status tingkatan residen New York, USA Cross-sectional survey 252 pasien Perbedaan angka kepuasan pasien terhadap pelayanan oleh residen tahun 1,

(9)

tahun 2, dan residen tahun 3 Royani (2010) Mengetahui hubungan antara sistem penghargaan dengan kinerja perawat RSUD Cilegon Banten Deskriptif korelatif dengan rancangan cross-sectional 114 orang tenaga perawat pelaksan a Gambaran tentang kinerja perawat yang dipersepsi kan oleh perawat, dan melalui observasi, persepsi perawat terhadap sistem pengharga an P Gohari, et al (2013) Hubungan antara penghargaan dengan kinerja pegawai Malays ia kuesioner 77 pegawai Pengaruh faktor pengharga an intrinsik dan ekstrinsik

(10)

terhadap kinerja karyawan

Hal yang berbeda pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian diatas adalah pada penelitian ini peneliti ingin mengeksplor sekaligus hubungan antara kinerja residen dengan faktor supervisi dan faktor penghargaan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Royani tahun 2010 subyek penelitian adalah perawat sedangkan pada penelitian Gohari tahun 2013 subyek penelitian adalah karyawan perusahaan di bidang pariwisata. Peneliti sadar bahwa penelitian mengenai hubungan antara penghargaan dengan kinerja dokter (termasuk residen) masih sangat terbatas.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Residen di RSCM Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Seorang wanita umur 55 tahun mengeluh berdebar dan rasa mau jatuh, sejak beberapa hari gejala ini beberapa kali terjadi sebelumnya pasien tidak pernah sakit atau tidak minum obat

jangka waktu pemilihan pasien harus tidak terlalu pendek, terutama untuk penyakit yang dipengaruhi musim, kecuali untuk penyakit yang tidak dipengaruhi musim hal ini

Sekaggya, menyoroti dalam laporan terhadap situasi pembela HAM di tahun 2013 (A/HRC/25/55) bahwa “Lembaga HAM nasional yang patuh pada Paris Principles ada di posisi yang unik

Resiko vasospasme tergantung pada tebalnya darah di ruang subarakhnoid dan ventrikel disebabkan oleh ruptur aneurisma sakular, malformasi vaskular atau tumor otak

Risiko pasar adalah risiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan dari suatu instrumen keuangan berfluktuasi karena perubahan pada harga pasar, seperti suku

Arah hubungan (r) adalah positif, semakin tinggi luas penutupan kayu apu pada limbah cair tahu maka semakin tinggi pula penurunan nitrat pada limbah cair tahu. 28.Tabel

Setelah aplikasi dibangun hasilnya adalah Sistem Informasi penjualan laptop pada CV Sembilan Sembilan ini dapat menjadi sarana informasi kepada konsumen untuk mengetahui daftar

museum yang modern dan menarik baik dari segi fisik maupun non fisik, salah satunya adalah identitas visual, perumusan masalahnya adalah bagaimana merancang sebuah identitas