• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perpustakaan merupakan salah satu sarana yang paling dibutuhkan di dalam mendapatkan wawasan ilmu pengetahuan. Keberadaan perpustakaan dan kearsipan telah memberikan banyak pengaruh bagi kepentingan pendidikan. Peserta didik diharapkan dapat belajar lebih mandiri dalam memahami materi yang telah disampaikan oleh guru di kelas. Perpustakaan dan kearsipan adalah salah satu sarana yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar dan mencari sebuah informasi.

Perpustakaan yaitu “ sebuah ruangan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan buku atau bahan pustaka lainnya yang disusun menurut sistem tertentu” (Sulistyo-Basuki, 1991: 3). Sesuai dengan fungsinya, perpustakaan sudah seharusnya menjadi lembaga yang bertindak sebagai penghubung antara dua dunia, yaitu masyarakat sebagai kelompok pemakai perpustakaan dan sumber-sumber informasi baik dalam bentuk cetak maupun non cetak (Qalyubi, 2003: 125). Salah satu bagian yang cukup vital di perpustakaan adalah bagian akses pelayanan karena pada bagian inilah terjadi interaksi langsung antara pustakawan dengan pemustaka dan pustakawan dengan sistem tertentu.

Baik tidaknya sebuah perpustakaan berkaitan erat dengan bagaimana akses pelayanan perpustakaan yang diberikan. Bagian akses pelayanan merupakan tolok ukur keberhasilan sebuah perpustakaan. Perpustakaan akan dinilai baik secara keseluruhan oleh pemustaka jika mampu memberikan kualitas pelayanan yang terbaik akan tetapi sebaliknya, perpustakaan akan dinilai buruk secara keseluruhan jika kualitas pelayanan yang diberikan buruk. Sumber informasi yang dimiliki perpustakaan harus terus ditambah sejalan dengan berkembangnya informasi, oleh karena itu sudah menjadi tugas perpustakaan untuk menjamin setiap koleksi atau informasi yang dimiliki agar mudah digunakan secara optimal oleh pemustakanya, sehingga proses temu kembali informasi di perpustakaan dapat tercipta, baik untuk masyarakat umum maupun masyarakat yang berkebutuhan khusus.

(2)

Menurut Yusup informasi menjadi bahan kebutuhan setiap orang dalam skala yang sangat luas dan segenap anggota masyarakat mempunyai potensi yang sama dalam hal pemanfaatan informasi, oleh karena itu mereka mempunyai hak yang sama terhadap akses informasi. Masyarakat tidak dibatasi oleh ruang secara tegas, setiap user dianggap mempunyai hak untuk mendapatkan berhak pula atas pelayanan perpustakaan. (Yusup, 2009: 346)

Undang-undang RI no. 43 tahun 2007 bab II pasal 5 menyebutkan masyarakat disabilitas berhak untuk memperoleh dan menggunakan layanan perpustakaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan masing-masing. Difabel (differently able) adalah orang-orang yang terklasifikasi memiliki kemampuan yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya.

Menurut Syafi‟ie ketidakmampuan dan kecakapan penyandang disabilitas tidak sama dengan mereka yang bukan disabilitas, dalam hal-hal tertentu mereka seringkali tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa bantuan orang lain. (Syafie, 2004: 19)

Setiap orang mendapatkan jaminan hak yang sama untuk memperoleh pelayanan dan informasi apapun di perpustakaan tanpa melihat status, latar belakang, pendidikan, agama, ras ataupun keterbatasan yang dimiliki oleh seseorang. Para penyandang disabilitas, juga memiliki hak yang sama dalam mengakses semua informasi yang mereka butuhkan dan hak untuk diterima di perpustakaan. Oleh sebab itu, dalam menyetarakan hak antara penyandang disabilitas dengan non disabilitas perlu memperhatikan fasilitas layanan yang memadai. Perpustakaan tidak boleh membedakan status, latar belakang, pendidikan, agama, ras ataupun keterbatasan yang dimiliki oleh seseorang, termasuk di dalamnya para penyandang disabilitas.

Dalam membantu penyetaraan hak tersebut, salah satu upaya perpustakaan adalah membuat standar khusus untuk menyelenggarakan kegiatan di perpustakaan. Satu-satunya standar internasional yang dapat digunakan sebagai panduan adalah standar yang dikeluarkan oleh IFLA (International Federation of Association and Institution). IFLA adalah sebuah asosiasi tingkat dunia, yang menyusun sebuah standar untuk digunakan berbagai pihak yang berkepentingan

(3)

dalam pengembangan perpustakaan umum, akademik, sekolah, maupun perpustakaan khusus.

Setiap perpustakaan perlu mengikuti standar IFLA terutama untuk pelayanan disabilitas, contohnya perpustakaan sekolah, perpustakaan kecamatan, dan perpustakaan desa. Salah satu dari perpustakaan umum yaitu di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga merupakan salah satu mitra kerja Pemerintah Kota Salatiga yang strategis dalam memberikan layanan publik di bidang informasi, menyediakan beberapa layanan umum, antara lain: layanan sirkulasi, layanan referensi, layanan internet, layanan keanggotaan, perpustakaan keliling, “Blind Corner,” Bank buku, layanan perpustakaan digital. Salah satu fasilitas layanan khusus disabilitas di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga adalah Blind Corner. Blind Corner adalah sarana bagi pemustaka tunanetra yang berbasis IT yang menyediakan satu perangkat komputer yang menggunakan software JAWS.

Seringkali yang menjadi permasalahan di perpustakaan adalah yang berkaitan dengan permasalahan „ketiadaan‟ atau „ketidakberdayaan‟ fasilitas. Misalnya ketiadaan tempat, ketiadaan sarana pendukung, dan sarana prasarana lainnya. Perpustakaan di tiap daerah mempunyai karakteristik masing-masing dalam pengelolaan fasilitas. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan fasilitas perpustakaan yaitu: kenyamanan, keterbukaan, dan pengguna. Pemanfaatan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi merupakan sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi ataupun memberikan kemudahan bagi penggunanya. Fasilitas pelayanan sangat penting artinya dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas. Pelayanan dan fasilitas perpustakaan yang lengkap dan memadai merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar pelayanan yang diberikan mampu mencapai kepuasan yang tinggi bagi penggunanya. Sebaliknya, dengan keterbatasan pelayanan dan fasilitas perpustakaan akan sulit dilakukan secara optimal sehingga sulit pula harapan terwujud kepuasan yang tinggi bagi penggunanya.

Memberikan layanan yang dapat memberi kepuasan kepada pengguna bukan hal mudah, sering juga ditemukan masalah pada pelaksanaan yang

(4)

membuat pengguna tidak nyaman. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan yang matang dan fasilitas yang memadai agar tercipta kepuasan penggunanya. Suasana perpustakaan yang nyaman dan tenang juga dapat mengawal konsentrasi belajar yang mantap bagi penggunanya. Ketersediaan ruangan perpustakaan yang representatif dan kesediaan fasilitas untuk mendukung proses belajar pengguna menjadi sangat penting demi menunjang kepuasan pengguna.

Keberagaman fasilitas yang disediakan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga memiliki ketersediaan fasilitas gedung yang bagus dan nyaman dalam upaya agar pemustaka penyandang disabilitas mengunjungi perpustakaan Kota Salatiga, namun kenyataannya tidak seperti yang diharapkan, dimana perpustakaan memiliki pustakawan banyak, tetapi hanya sedikit pemustaka penyandang disabilitas yang datang ke perpustakaan.

Penelitian ini dibuat untuk mengetahui fasilitas dan layanan bagi penyandang disabilitas di Kota Salatiga baik dari segi sarana prasarana, tenaga pustakawan yang memadai agar pemustaka disabilitas dapat mengakses informasi yang disajikan di perpustakaan ini dengan mudah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, ditetapkan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Fasilitas dan Pelayanan Perpustakaan bagi Penyandang Disabilitas di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fasilitas serta pelayanan perpustakaan yang digunakan bagi pemustaka penyandang disabilitas di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga.

(5)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga, penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran dan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak terkait.

2. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini akan mampu menambah wawasan serta lebih mengerti dan memahami teori-teori yang didapat tentang fasilitas dan pelayanan perpustakaan bagi penyandang disabilitas di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga.

3. Bagi pustakawan, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam peningkatkan pelayanan dan fasilitas bagi pemustaka penyandang disabilitas.

4. Bagi peneliti lain, diharapkan dengan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau konsep awal untuk penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini hanya pada masalah yang berkaitan dengan fasilitas dan pelayanan perpustakaan bagi penyandang disabilitas di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, sistematika penulisan, dan penjelasan istilah.

BAB II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini akan membahas mengenai hasil penelitian yang sejenis, pernah diteliti sebelumnya oleh orang lain. Selain itu akan membahas teori-teori yang digunakan sebagai pendukung dalam penulisan skripsi.

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini membahas tentang objek penelitian, lokasi penelitian, sumber data dan teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

(6)

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang “Fasilitas dan Pelayanan Perpustakaan bagi Penyandang Disabilitas di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Salatiga”.

BAB V Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Petisi, yang pertama diselenggarakan oleh ilmuwan individu yang mendukung teknologi RG telah menghasilkan lebih dari 1.600 tanda tangan dari ahli ilmu tanaman mendukung pernyataan

Secara parsial, variabel kualitas layanan yang terdiri dari: dimensi variabel bukti fisik (tangibles) dan empati (emphaty) berpengaruh secara signifikan dan

Berbagai dikotomi antara ilmu – ilmu agama Islam dan ilmu – ilmu umum pada kenyataannya tidak mampu diselesaikan dengan pendekatan modernisasi sebagimana dilakukan Abduh dan

Sekolah harus melakukan evaluasi secara berkala dengan menggunakan suatu instrumen khusus yang dapat menilai tingkat kerentanan dan kapasitas murid sekolah untuk

BILLY TANG ENTERPRISE PT 15944, BATU 7, JALAN BESAR KEPONG 52100 KUALA LUMPUR WILAYAH PERSEKUTUAN CENTRAL EZ JET STATION LOT PT 6559, SECTOR C7/R13, BANDAR BARU WANGSA MAJU 51750

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik berupa lirik, laras/ tangganada, lagu serta dongkari/ ornamentasi yang digunakan dalam pupuh Kinanti Kawali dengan pendekatan

Dari hasil perhitungan back testing pada tabel tersebut tampak bahwa nilai LR lebih kecil dari critical value sehingga dapat disimpulkan bahwa model perhitungan OpVaR