• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini, sebagai awalnya dilihat fenomena yang terjadi di Desa Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun, linear yang terdapat di permukiman ini adalah linear yang berbentuk lengkungan. Dalam permukiman adat di Desa Nggela ini terdapat juga zona-zona wilayah dan yang menjadi fokus dari penelitian ini lebih kepada tata zonasi dalam permukiman adat ini, struktur organisasi masyarakatnya, peranan serta hubungan antara kedua aspek tersebut dalam permukiman adat.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan secara naturalistik. Pendekatan naturalistik ini lebih mengarah ke metode kualitatif dari pada kuantitatif, karena lebih mampu mengungkap realitas ganda; lebih mengungkapkan hubungan wajar antara penetliti dengan responden; dan karena metode kualitatif lebih sensitif dan adaptif terhadap peran berbagai pengaruh timbal-balik (Muhadjir, 1996: 113).

Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan untuk dapat mengetahui struktur organisasi masyarakatnya dilihat dari hierarki, kronologi terbentuknya struktur organisasi ini, serta peran masing-masing anggota di dalamnya. Tata zonasi permukiman adat di Desa Nggela yang dilihat dari beberapa aspek yaitu sejarah, orientasi, hierarki ruang luar, kepercayaan, topografi, dan kondisi alam.

(2)

Peranan dari struktur organisasi dan tata zonasi permukiman adat di Desa Nggela dilihat dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakat sehingga permukiman adat ini dapat bertahan sampai sekarang. Sedangkan hubungan antara kedua aspek tersebut dapat dilihat dari kedudukan dan peran/tugas dari tiap Mosalaki/pemimpin dalam tata zonasi permukiman adat di Desa Nggela.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Desa Nggela, Kecamatan Wolojita, Kabupaten Ende NTT. Kecamatan Wolojita dengan luas wilayah 32,9 km² terdiri dari 1 kelurahan dan 5 desa yaitu: Desa Nuamulu, Desa Nggela, Desa Pora, Kelurahan Wolojita, Desa Tenda, Desa Wiwipemo (BPS Kabupaten Ende, 2012: 26). Desa Nggela memiliki luas wilayah 7,44 km² dan ketinggian 400 m dari permukaan Laut (BPS Kabupaten Ende, 2012: 5).

Gambar 3.1. (A) Lokasi Kabupaten, (B) Lokasi Kecamatan Wolojita Ende

Sumber: Google Earth

(3)

Desa Nggela berada di Selatan Pulau Flores dimana desa ini juga dekat dengan pantai. Desa Nggela berada di dataran tinggi yang diapit oleh dua sungai di bagian Timur dan Barat Desa dan berikut ini adalah batas-batas dari Desa Nggela selain adanya batas dengan daerah aliran sungai:

1. Sebelah Utara Desa dibatasi oleh Desa Pora,

2. Sebelah Timur dibatasi dengan oleh Desa Wologawi, 3. Sebelah Setalan dengan Laut Sawu, dan

4. Sebelah Barat dengan Desa Nuamulu.

Dari batas-batas yang disebut di atas tidak dapat dilihat adanya desa-desa tersebut karena jarak antara desa masih sangat jauh. Desa Nggela memiliki iklim sedang dengan mata pencahariannya sebagai petani dan peternak, sedangkan para

Gambar 3.2 Lokasi Permukiman Adat di Desa Nggela Sumber: Google Earth

(4)

wanitanya menghasilkan tenun ikat yang tidak hanya untuk dipakai sendiri, namun digunakan untuk upacara-upacara adat dan untuk dijual.

Desa Nggela terdapat enam dusun (BPS Kabupaten Ende, 2012: 13) dimana lokasi penelitian ini berada di Desa Nggela 1 yang merupakan kampung asal bagi seluruh masyarakat Nggela. Di Nggela 1 ini terdiri dari 14 rumah adat dengan 16 Mosalaki yang memiliki peran dan fungsi yang berbeda demi kelangsungan hidup masyarakat Nggela. Selain itu ada beberapa rumah yang merupakan rumah penduduk biasa dan bukan rumah adat. Selain itu ada beberapa benda yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat sesuai dengan kepercayaan yang dianut.

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa pada umumnya di Kabupaten Ende letak pola permukiman adat selalu dilihat dalam hubungan dengan tempat asal manusia pertama Suku Ende-Lio yaitu Gunung Lepembusu. Berdasarkan pertimbangan inilah ujung permukiman adat Suku Ende-Lio selalu mengarah ke Gunung Lepembusu dan arah berlawanan mengarah ke daerah paling rendah yaitu lautan. Sesuai pertimbangan kosmologis yang mempertahankan keseimbangan antara dua titik ekstrim, kaitannya dalam permukiman yaitu ulu (kepala) dan eko (hilir). Diantara keduanya terdapat puse (pusat). Ulu dihubungkan dengan matahari terbit atau ke arah gunung Lepembusu sedangkan eko ke arah matahari terbenam atau berlawanan dengan gunung tempat asal-usul nenek moyang Suku Ende (Mbete dkk, 2008: 131).

(5)

Dalam permukiman adat di Kabupaten Ende, Utara/ arah gunung sebagai arah utama atau yang disebut sebagai Ulu/ kepala , sedangkan arah Selatan/ arah laut merupakan arah yang berlawanan yang disebut Eko/ ekor. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Ulu sebagai tempat asal usul nenek moyang mereka yang diibaratkan sebagai matahari terbit, sedangkan Eko sebagai tempat yang berlawanannya diibaratkan sebagai matahari terbenam.

Pada umumnya dalam permukiman adat selain terdapat arah Utara-Selatan sebagai dasar orientasi, juga terdapat arah Timur-Barat. Seperti yang diungkapkan oleh Dwijendra bahwa orintasi ruang di Bali terdapat orientasi dengan konsep

Gambar 3.3. Orientasi Permukiman Adat di Kabupaten Ende Sumber: analisis Kerong, 2013

U

S

T

B

Permukiman adat Puse/ pusat Gunung Laut

(6)

sumbu ritual Kangin (Timur) arah matahari terbit sebagai nilai utama dan Kauh (Barat) merupakan arah matahari terbenam sebagai nilai nista. Sedangkan orientasi dengan konsep bumi/ natural yaitu, Kaja (Utara) merupakan arah gunung sebagai nilai utama dan Kelod (Selatan) merupakan arah laut sebagai nilai nista (Dwijendra, 2008: 6). Namun dalam permukiman adat di Kabupaten Ende menurut Mbete seperti yang dijelaskan sebelumnya hanya terdapat arah Utara (Ulu) – Selatan (Eko).

3.3 Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis data

Menurut Masyhuri dan Zainuddin bahwa data yang diperoleh dapat berupa naratif, deskriptif, dalam kata-kata mereka yang diteliti, dokumen pribadi, catatan lapangan, dan artifak (Masyhuri dan Zainuddin, 2008: 17). Berdasarkan ketiga rumusan masalah, maka data yang akan dikumpulkan bersifat kualitatif. Apabila dilihat lebih detail, data kualitatif ini dapat dikategorikan dalam dua jenis data, yaitu:

1. Data deskriptif yaitu: untuk mengetahui struktur organisasi masyarakat yang berkaitan dengan hierarki, kronologi terbentuknya struktur organisasi, dan peran dari tiap anggotanya.

2. Data gambar yaitu: berupa gambar-gambar dalam pola permukiman adat, elemen-elemen pembentuk permukiman adat, ruang, masa bangunan, fungsi, serta elemen-elemen lainya.

(7)

3.3.2 Sumber data

Sumber data yaitu primer dan sekunder yang akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Data primer

a. Observasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pengamatan, pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, objek-objek yang dilihat dan juga hal-hal yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini (Iskandar, 2009: 121). Sebagai langkah awal dari observasi yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi sebanyak-banyaknya. Setelah itu mulai mempersempitnya untuk lebih mengarahkan pada tema dari penelitian ini.

Data yang diperoleh dari observasi yaitu data yang berkaitan dengan ruang-ruang yang terbentuk dari struktur organisasi masyarakat di Desa Nggela dan zona-zona dalam permukiman adat ini. Data yang diperoleh berupa data lapangan seperti foto-foto di lokasi penelitian juga dalam bentuk video rekaman untuk lebih dapat mempertanggungjawabkan data ini.

Data diperoleh dengan mengambil foto ataupun video untuk melihat pola permukiman adat, elemen-elemen pembentuk dari permukiman adat, masa bangunan, serta fungsi dan peruntukkannya. Selain itu sebagai suatu permukiman yang merupakan tempat berkumpulnya masyarakat yang hidup dan memenuhi kebutuhanya sehari-hari perlu dilihat juga beberapa fasilitas yang ada dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Misalnya: sumber air, mata perncaharian, dan beberapa fasilitas dalam menunjang kehidupan masyarakatnya.

(8)

b. Wawancara

Wawancara dengan berpegang pada pedoman wawancara pada beberapa tokoh masyarakat di Nggela yang dianggap memiliki peranan penting dalam masyarakat. Wawancara yang dilakukan adalah secara tidak struktur karena bebas menentukan fokus dari masalah wawancara dan proses wawancara dapat lebih fleksibel seperti pembicaraan biasa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dari informan.

Wawancara yang dilakukan untuk mengetahui kronologi terbentuknya struktur organisasi ini dapat diketahui dengan menelusuri sejarah terbentuknya permukiman adat di Desa Nggela dan perkembangannya sehinnga bersifat tetap dan bertahan sampai pada saat sekarang.

2. Data sekunder

Merupakan data yang berupa literatur ataupun data kepustakaan berupa buku-buku, jurnal, artikel, ataupun hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan permasalahan penelitian.

Data ini digunakan untuk menelaah referensi-referensi yang berhubungan dengan struktur organisasi dan tata zonasi di permukiman adat Desa Nggela dan juga beberapa hal lain yang berkaitan misalnya aspek keyakinan, kosmologi, topografi, dan sifat ruuangnya, sehingga data ini dapat bermanfaat untuk menguji dan menganalisis dan juga memprediksikan hasil atau jawaban dari permasalahan penelitian.

(9)

JENIS DATA SUMBER DATA DATA Data Kualitatif Primer Wawancara Beberapa tokoh masyarakat Nggela yang memiliki peranan penting dalam masyarakat. Struktur organisasi masyarakat, hierarki, kronologi terbentuknya, serta peran anggota-anggotanya. Observasi Lapangan (permukiman adat desa Nggela). Elemen-elemen permukiman, orientasi, topografi, jaringan dan infrastruktur.

Sekunder Studi Pustaka

Buku, jurnal, artikel dan hasil penelitian

terdahulu.

Sejarah, bentuk- struktur organisasi, tata zonasi, peran dan hubungan diantara kedua hal tersebut. (Analisis Penulis, 2013)

3.4 Instrumen Penelitian

Untuk mempermudah dalam penelitian ada beberapa instrument yang akan dipakai. Peneliti sebagai instrumen penelitian, menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, memganalisis data, menafsirkan data dan menverifikasi dan membuat kesimpulan dalam bentuk temuan (Iskandar, 2009: 117).

Alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data yang dapat digunakan adalah:

1. Recorder, sebagai alat perekam saat mewawancarai informan dan para responden,

2. Kamera (digital) dan handycam, digunakan untuk mendokumentasikan objek penelitian (permukiman di Desa Nggela),

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data

(10)

3. Notebook dan alat tulis, untuk sketsa kasar ataupun catatan hasil dari jawaban dari informan ataupun responden.

3.5. Teknik Sampling

Dalam memperoleh data primer berupa hasil wawancara, maka teknik sampling yang digunakan dalam memilih nara sumber yang diwawancarai dengan menggunakan purposive sampling. Penentuan sample ini tentunya dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, sampel atau nara sumber yang dipilih adalah dengan mempertimbangkan masyarakat di Desa Nggela yang telah lama tinggal, mengetahui sejarah, struktur organisasi, hierarkinya, serta peran masing-masing anggota dalam struktur organisasi tersebut.

Setelah melakukan pengambilan sample secara purposive sampling akan dilanjutkan dengan dengan menggunakan teknik snowball sampling, semakin ke bawah semakin besar atau luas (Mansyuri dan Zainuddin, 2008: 178). Dalam pelaksaannya sampel yang dipilih, apabila dari satu atau dua nara sumber belum diperoleh informasi atau data yang dibutuhkan, maka selanjutnya dipilih lagi nara sumber berikutnya yang direkomendasikan atau disarankan oleh nara sumber sebelumnya yang tentunya nara sumber yang direkomendasikan memiliki pengetahuan mengenai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Nara sumber yang dipilih harus berdasarkan beberapa kriteria yang sesuai dengan topik dari penelitian ini. Nara sumber yang dipilih untuk menjadi sample adalah pertama orang-orang yang menghuni rumah-rumah adat di Desa Nggela. Dari jumlah rumah adat yang masih dihuni ada sekitar 14 rumah sehingga yang

(11)

dipilih adalah kepala keluarga yang sekaligus merupakan Mosalaki/ tuan tanah dari masyarakat Nggela. Walaupun terdapat 14 rumah adat yang masih dihuni bukan berarti ada 14 kepala keluarga, namun dalam satu rumah adat ada juga terdapat lebih dari satu kepala keluarga yang akan dijadikan sampling demi melengkapi data yang akan dicari. Data yang diperoleh belum lengkap sehingga melakukan wawancara pada orang yang tinggal diluar dari wilayah permukiman adat ini yang memahami masalah dalam penelitian. Namun dari ke-16 orang Mosalaki yang ada dalam permukiman adat ini yang menjadi prioritas utama adalah orang-orang yang memiliki kedudukan ataupun posisi tertinggi dalam struktur organisasi masyarakatnya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan terlibat langsung ke lapangan dengan melakukan pengamatan dan wawancara secara mendalam kepada nara sumber, mengumpulkan dokumen-dokumen di lapangan. Untuk mendapatkan data ini, perlu didukung dengan instrumen-instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri, dan juga alat-alat yang digunakan misalnya alat perekam suara (recorder), kamera, handycam, dan juga alat tulis.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengumpulan data yaitu yang pertama yaitu pengamatan secara langsung di lapangan dengan mendapatkan foto-foto sebagai data yang bersifat eksternal. Data dari foto-foto-foto-foto dapat berupa foto-foto lokasi, ruang-ruang ( ruang dalam dan ruang luar), elemen-elemen, sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Selain data

(12)

berupa foto, data juga diperoleh dengan merekam menggunakan handycam, agar data bisa dipertanggungjawabkan sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian. Selain foto-foto dari lapangan, data lain fisik dapat dilakukan dengan sketsa tata zonasi dari permukiman adat di Desa Nggela.

Pengamatan dan pengambilan gambar belum mendapatkan data yang dibutuhkan karena dengan melakukan pengamatan belum cukup untuk melengkapi data, maka dilakukan wawancara dengan orang-orang penting yang memiliki peranan dalam struktur organisasi masyarakatnya. Teknik wawancaranya tidak secara struktur karena disini peneliti bebas menentukan fokus permasalahan dalam penelitian dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari nara sumber tersebut. Nara sumber yang menjadi nara sumber tidak tetap jumlahnya dan disesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan. Beberapa langkah dalam wawancara ini adalah pertama dengan mewawancarai pemimpin atau tokoh-tokoh inti dari masyarakat di Desa Nggela dan sebelumya sudah disiapkan bahan sebagai pokok masalah dalam pembicaraan ini. Setelah mewawancarai tokoh-tokoh di Desa Nggela dan belum mendapatkan data yang cukup, maka wawancara dapat dilakukan lagi pada orang-orang yang direkomendasikan oleh nara sumber sebelumnya. Sehingga jumlah nara sumber dipengaruhi oleh data yang diperlukan. Dalam proses wawancara ini digunakan recorder agar dapat merekam hasil wawancara dengan nara sumber.

Data dari dokumen diperoleh juga dari pemerintah setempat berupa data yang berkaitan dengan lokasi penelitian. Data yang diperoleh untuk menjawab ketiga

(13)

rumusan masalah ini dapat dilakukan dengan cara yang sama. Prosesnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Teknik Pengumpulan Data Rumusan

masalah

Jenis data Sumber data Instrument Teknik pengumpulan data Struktur organisasi dan tata zonasi permukiman adat di Desa Nggela

Kualitatif Observasi  Pedoman wawancara  Recorder  Alat tulis  Mengamati lokasi  Mengambil foto  Merekam video  Membuat sketsa Wawancara  Peneliti  Kamera  Handycam  Alat tulis  Wawancara  Merekam proses wawancara Peranan struktur organisasi masyarakat dan tata zonasi permukiman Adat di Desa Nggela

Kualitatif Observasi  Pedoman wawancara  Recorder  Alat tulis  Mengamati lokasi  Mengambil foto  Membuat sketsa Wawancara  Peneliti  Kamera  Handycam  Alat tulis  Wawancara  Merekam proses wawancara Hubungan antara struktur organisasi dan tata zonasi terhadap permukiman adat di Desa Nggela.

Kualitatif Observasi  Pedoman wawancara  Recorder  Alat tulis  Mengamati lokasi  Mengambil foto  Membuat sketsa Wawancara  Peneliti  Kamera  Handycam  Alat tulis  Wawancara  Merekam proses wawancara (Analisis Penulis, 2013)

(14)

3.7 Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan untuk menyederhanakan seluruh data yang diperoleh, menyajikan secara sistematik, kemudian mengolah, menafsirkan, dan memaknai data tersebut, dan akhirnya menarik kesimpulan.

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data berupa foto atau gambar elemen-elemen permukiman, ruang, dan elemen yang dikeramatkan dan data hasil wawancara dengan beberapa nara sumber. Data hasil wawancara dalam bentuk rekaman kemudian diubah ke dalam bentuk tulisan.

Setelah memperoleh data yang cukup dari lapangan, langkah selanjutnya adalah menyeleksi data tersebut untuk dianalisis dan menjawab ketiga rumusan masalah dalam penelitian ini. Setelah menyeleksi data yang diperoleh, data tersebut dikategorikan menjadi dua yaitu data yang sesuai dengan struktur organisasi masyarakat dan tata zonasi dala pola permukiman adat di Desa Nggela. Data yang sudah dikategorikan kemudian dianalisis dan dikaitkan dengan teori yang digunakan sehingga dapat memperoleh jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini. Setelah menjawab bentuk struktur organisasi masyarakat dan tata zonasi dala pola permukiman adat, maka langkah selanjutnya adalah dengan menggabungkan kedua kategori data tersebut untuk mencari peranan dan hubungan antara struktur organisasi dan tata zonasi dalam permukiman adat.

Setelah data diketegorikan langkah selanjutnya adalah penyajian data ke dalam bentuk narasi, tabel, dan sketsa agar dapat diambil kesimpulan dari data yang sudah diperoleh. Dari hasil kesimpulan ini masih bersifat tentatif karena

(15)

interaksi antara peneliti dan informan atau responden bersifat khusus dan tidak bisa dipublikasikan.

3.8 Penyajian Hasil Analisa Data

Analisis data merupakan upaya untuk mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, penggambaran, sketsa dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikan temuannya bagi orang lain. Dari hasil kegiatan yang dilakukan baik berdasar studi pustaka dan studi lapangan, data yang terkumpul, dikategorisasikan, dan diseleksi sehingga tujuan penelitian untuk memahami bentuk tata zonasi permukiman adat Desa Nggela, struktur organisasi masyarakatnya, dan pengaruh yang terjadi antara kedua hal tersebut.

Data yang diperoleh yang kemudian dianalisis disajikan dalam bentuk : 1. Naratif, menyajikan data ke dalam bentuk narasi dalam sebuah paragraf,

digunakan untuk menyajikan data kualitatif. 2. Tabulasi, penyajian data ke dalam tabel.

3. Peta, menyajikan data yang dituangkan dalam peta tata zonasi dalam permukiman adat dan juga posisi rumah-rumah adat dalam permukiman adat sesuai pembagian zona-zona yang ada.

Gambar

Gambar 3.1. (A) Lokasi Kabupaten, (B) Lokasi  Kecamatan Wolojita Ende
Gambar 3.2 Lokasi Permukiman Adat di Desa Nggela  Sumber: Google Earth
Gambar 3.3. Orientasi Permukiman Adat di Kabupaten Ende  Sumber: analisis Kerong, 2013
Tabel 3.1  Jenis dan Sumber Data

Referensi

Dokumen terkait

 Nilai Universal yang Luar Biasa (Outstanding Universal Value) juga disebut OUV Konvensi Warisan Budaya dibuat untuk mengakui situs yang memiliki nilai OUV

a. 7 Tahun 1983 Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1994 kemudian diubah kembali dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000, dan terakhir di ubah kembali

Pangan paling sering diketemukan mengandung BTP berbahaya pewarna (Rhodamin B dan Methanil yellow) adalah krupuk useg warna merah; puding; bumbu bubuk; dan krupuk

 Pertumbuhan PDRB penggunaan Kalimantan Barat triwulan IV/2009 terhadap triwulan III/2009 (q to q) 5,02 persen didorong oleh pertumbuhan pengeluaran konsumsi pemerintah

DAIHATSU CLASY th 92 w - hitam met AC Tape VR pjk pjg Rp 24, 5jt nego. D Ac Ps Pw Cl Minibus Hitam. Bhineka Raya no. 1 Jaktim samping Mess Kab. hrga 45jt nego. Rendah Serv

Dalam komunikasi tersebut terdapat peristiwa campur kode berupa penggunaan kata dari bahasa lain yang dilakukan oleh pembeli (O1). Pada kalimat berbahasa Jawa ragam ngoko

Dari latar belakang masalah dan fenomena yang ada, hal ini yang mendasari peneliti untuk memberikan penelitian yang berjudul “Pengaruh Current Ratio, Debt to Asset Ratio dan

a) Pelaporan keuangan memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor dan kreditor, dan pemakai lainnya dalam mengambil keputusan investasi, kredit dan yang serupa secara