• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP VOLUME EKSPOR KOPI JAWA TENGAH SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP VOLUME EKSPOR KOPI JAWA TENGAH SKRIPSI"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP

VOLUME EKSPOR KOPI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Oleh :

YOSEFH GITA MAULANA

H 0307093

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR TERHADAP VOLUME EKSPOR KOPI JAWA TENGAH

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Oleh :

Yosefh Gita Maulana H 0307093

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-NYA kepada penulis sehingga diberi kemudahan dan kelancaran senantiasa mengiringi di setiap langkah penyusunan karya ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rosulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti sampai hari pembalasan.

Usaha dan upaya untuk senantiasa lakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, MSselaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing utama skripsi yang selalu memberikan semangat, bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis.

5. Bapak Ir. Suprapto selaku dosen pembimbing pendamping yang senantiasa memberikan semangat, saran, bimbingan dan arahan kepada penulis.

(5)

commit to user

v

7. Bapak/Ibu Dosen serta seluruh staf Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama menempuh perkuliahan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Provinsi Jawa Tenga, beserta jajaran staf atas bantuan dan kerjasamanya.

9. Kedua orang tuaku Bapak Sugito dan Ibu Dwi Wahyuni, S.H., adikku tersayang Ethis Yuantoro beserta keluarga besar yang mengajarkan begitu banyak cinta dan kesabaran, serta senantiasa memberikan kasih sayang, doa, perhatian, dukungan dan semangat di setiap langkah penulis.

10. Nurina Kusuma Wardhani, SP terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa, semangat dan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11. Bapak Sudarmoko dan Ibu Endang Tri Rochmani yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat.

12. Sahabat spesial serta rekan bisnis, Primadani Setyo Prakoso dan Lukman Nulhakim, yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan dan bantuan kepada penulis.

13. Sahabat-sahabatku Kraitong “Friend isn’t Frenchaise” Prima, Maman, Bela, Joko Puspito, Adam, Tyo, Diki, Rochmad, Andi, yang telah memberikan semangat, doa, dukungan dan bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

14. Teman teman HIBITU, Peppy, Kiki, Sukma, Nita, Salwa, Dhea, Lala, Echa, Retno eka, Nian, Fahmi, Agnes, Sara, Dini, Ferinika, Senkip, Mumun, , Satria, Vina, Widy, Anisa, Desi, Dedy, Antony, Nasir, Sendi, Lani, Dhina, Reny, Dina, Dian, Maria, Devi dan yang lainnya.

(6)

commit to user

vi

17. Rekan-rekan Bursa Mahasiswa, rekan-rekan kos kurnia , rekan-rekan Karang Taruna Montisa.

18. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengembangkan diri dan membantu penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun bagi almamater. Namun begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa dijadikan tambahan pengetahuan. Amin.

Surakarta, Oktober 2011

(7)

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

RINGKASAN ... xii

SUMMARY ... xiii

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Penelitian Terdahulu ... 7

B. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Kopi ... 7

2. Standar Mutu Kopi ... 9

3. Teori Perdagangan Internasional ... 11

4. Ekspor ... 12

5. Elastisitas Ekspor ... 17

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 18

D. Hipotesis ... 23

E. Asumsi - Asumsi Dasar ... 23

F. Pembatasan Masalah ... 23

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 23

III. METODE PENELITIAN ... 26

A. Metode Dasar Penelitian ... 26

(8)

commit to user

vii

C. Jenis dan Sumber Data ... 26

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Metode Analisis Data ... 27

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 35

A. Keadaan Alam ... 35

B. Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja ... 39

C. Keadaan Perekonomian ... 44

D. Keadaan Pertanian ... 47

E. Keadaan Umum Sub Sektor Perkebunan ... 49

F. Keadaan Umum Kopi di Provinsi Jawa Tengah ... 52

V. HASIL ANALISIS PENELITIAN... 53

A. Hasil Penelitian ... 53

B.Fungsi Regresi Eksponensial ... 69

C.Pembahasan ... 76

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

A.Kesimpulan ... 82

B.Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(9)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Kontribusi Ekspor Kopi terhadap Penerimaan Devisa

Subsektor Perkebunan dan Sektor Pertanian Indonesia

Tahun 1995-2005 ... 3

Tabel 2. Luas Arel, Produksi, Produktivitas, dan Volume Ekspor Kopi di Jawa Tengah Thun 2005-2009 ... 4

Tabel 3. Syarat Mutu Umum ... 10

Tabel 4. Mutu Kopi Berdasarkan Sistem Cacat ... 10

Tabel 5. Penentuan Besarnya Nilai Cacat Biji Kopi ... 10

Tabel 6. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ... 35

Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009 ... 39

Tabel 8. Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005-2009 ... 40

Tabel 9. Komposisi Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Kelompok Umur dan ABT Tahun 2009 ... 41

Tabel 10. Komposisi Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Provinsi Jawa Tengah yang Bekerja Menurut Lapangan pekerjaan 2009 ... 42

Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2009 (dalam Jutaan Rupiah) ... 43

Tabel 12. Laju Pertumbuhan PDRB Sektor Perekonomian Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2009 (Persen) ... 45

Tabel 13. Nilai Ekspor Jawa Tengah Menurut Komoditi Tahun 2005-2009 (US $) ... 46

Tabel 14. Mutu Persentase Nilai Impor Jawa Tengah Terhadap Indonesia 2005-2009 (Juta US $) ... 47

(10)

commit to user

ix

Tabel 16. Laju Pertumbuhan PDRB Subsektor Pertanian Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2008-2009 (Persen) ... 48

Tabel 17. Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun

1990-2009 ... 54

Tabel 18. Perkembangan Produksi Kopi Provinsi Jawa Tengah

Tahun 1990-2009 ... 56

Tabel 19. . Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun

1989-2008 ... 58

Tabel 20. Perkembangan Harga Ekspor Kopi Jawa Tengah Tahun

1990-2009 ... 60

Tabel 21. Perkembangan Harga Domestik Kopi Jawa Tengah,

1990-2009 ... 62

Tabel 22. Perkembangan Harga Ekspor Teh Jawa Tengah Tahun

1990-2009 ... 64

Tabel 23. Perkembangan Nilai Tukar Dollar AS Terhadap Rupiah

Tahun 1990-2009 ... 66

Tabel 24. Rekapitulasi Variabel –variabel Penelitian ... 68

Tabel 25. Rekapitulasi Variabel –variabel Penelitian Yang Telah

Ditransformasi Dalam Bentuk Log Natural ... 69

Tabel 26. Analisis Varian Faktor-faktor yang berprngaruh terhadap

volume Ekspor Kopi Jawa Tengah ... 71

Tabel 27. Analisis Pengaruh masing-masing Variabel bebas terhadap

Volume ekspor Kopi Jawa Tengah ... 72

Tabel 28. Nilai Standar Koefisien Regresi Parsial Tiap Vaiabel Yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah ... 73

Tabel 29. Nilai Koefisien Elstisitas Variabel-variabel bebas yang

(11)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Grafik kurva perdagangan internasional antar dua negara .. 15

Gambar 2. Grafik kurva penawaran ekspor di negara A ... 16

Gambar 3. Elastisitas Penawaran ... 18

Gambar 4. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 22

Gambar 5. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah

Tahun 1990-2009 ... 55

Gambar 6. Grafik perkembangan Produksi Kopi Jawa Tengah Tahun

1990-2009 ... 57

Gambar 7. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah

Tahun 1989 -2008 ... 59

Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Ekspor Jawa Tengah 1990-2009 61

Gambar 9. Grafik perkembangan Harga Domestik Kopi Jawa Tengah

tahun 1990 -2009 ... 63

Gambar 10. Grafik Perkembangan Harga Ekspor Teh Jawa Tengah Tahun

1990-2009 ... 65

Gambar 11. Grafik Perkembangan Nilai Tukar dollar AS terhadap Rupiah

(12)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekapitulasi Data Variabel Tak Bebas dan Variabel Bebas

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah

Lampiran 3. Lampiran 3. Hasil Analisis Heteroskedastisitas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah

Lampiran 4. Perhitungan Indeks Harga Konsumen Tahun Dasar 2002 = 100

Lampiran 5 Pendeflasian Harga Domestik Kopi, Nilai Tukar Dollar Terhadap Rupiah dan Harga Ekspor Kopi, Harga Ekspor Teh,

Lampiran 6 Perhitungan Nilai Standar Koefisien Regresi

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian

(13)

commit to user

xii

RINGKASAN

Yosefh Gita Maulana. H0307093. 2011. “Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Terhadap Volume Ekspor Kopi Jawa Tengah”. Skripsi ini dibawah bimbingan Dr.Ir. Mohd. Harisudin, M.Si dan Ir. Suprapto, Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh beberapa faktor terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah dan mengkaji tingkat kepekaan (elastisitas) ekspor kopi Jawa Tengah. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif analitis.. Data yang digunakan adalah data time series selama 20 tahun yaitu dari tahun 1990-2009 dianalisis dengan metode regresi linier berganda. Hasil analisis menunjukkan model fungsi volume ekspor kopi Jawa Tengah adalah

Y = 1,075.10-13 X12,320 X20,223 X31,304 X4-0,363 X5-1,107 X60,591. Model ini mempunyai

nilai koefisien determinasi ( 2) sebesar 0,781 yang berarti 78,1% variasi variabel

volume ekspor kopi Jawa Tengah sebagai variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh

variabel-variabel bebas antara lain produksi kopi Jawa Tengah (X1), volume ekspor

kopi Jawa Tengah tahun sebelumnya (X2), harga ekspor kopi Jawa Tengah (X3), Harga

domestik kopi Jawa Tengah (X4), Harga ekspor teh Jawa Tengah (X5) dan nilai tukar

Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X6) dan 21,9% lainnya dijelaskan oleh variasi

variabel diluar model. Berdasarkan hasil uji F pada tingkat kepercayaan 90% diperoleh

nilai signifikansi lebih kecil dari α (2,11 < 12,317). Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah. Sedangkan dari hasil uji t menunjukkan bahwa variabel variabel

produksi kopi Jawa Tengah (X1), harga ekspor kopi Jawa Tengah (X3), Harga ekspor

teh Jawa Tengah (X5) dan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X6)

secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah. Berdasarkan nilai standar koefisien regresi parsial, variabel produksi ekspor kopi Jawa Tengah mempunyai nilai koefisien regresi yang paling tinggi sebesar 5,7941. Hal ini menunjukkan bahwa variabel produksi kopi Jawa Tengah mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah. Elastisitas volume ekspor kopi Jawa Tengah bersifat inelastis untuk variabel nilai tukar Dollar Amerika Serikat

terhadap Rupiah (X6). Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar produsen kopi dan

(14)

commit to user

xiii

SUMMARY

Yosefh Gita Maulana. H0307093. 2011. "Analysis of Some Factors Effect

To Central Java Coffee Export Volume". This thesis is under the guidance of Dr. Ir Mohd. Harisudin, M.Si and Ir. Suprapto, Faculty of Agriculture. Sebelas Maret

University.

The objective of research to analyze the influence of several factors on the volume of coffee exports in Central Java and assess the degree of sensitivity (elasticity) of Central Java coffee exports. The basic method used in this research is analytical descriptive method .. The data used are time series data for 20 years from 1990-2009 were analyzed with multiple linear regression method. The analysis showed the model function of the volume of coffee exports in Central Java is

Y = 1,075.10-13 X12,320 X20,223 X31,304 X4-0,363 X5-1,107 X60, 591. This model has a

coefficient of determination (R2) of 0.781 which means that 78.1% variation of the

variable volume of coffee exports in Central Java as the dependent variables can be

explained by independent variables such as coffee production in Central Java (X1),

the volume of coffee exports in Central Java previous year (X2), the export price of

coffee in Central Java (X3), the domestic price of coffee in Central Java (X4), the

export price of tea in Central Java (X5) and the United States dollar exchange rate of

Rupiah (X6) and 21.9% were described by variation of the variable outside the model.

Based on the results of the F test at 90% confidence level obtained significance value

smaller than α (2.11 <12.317). This shows that all the variables studied jointly

significantly affect the volume of coffee exports in Central Java. While the results of the t test showed that the variables of coffee production in Central Java variables

(X1), the export price of coffee in Central Java (X3), the export price of tea in Central

Java (X5) and the United States dollar exchange rate against the dollar (X6)

individually have real impact export volume of coffee in Central Java. Based on the standard partial regression coefficient, variable export coffee production in Central Java has the highest regression coefficient of 5.7941. This suggests that coffee production in Central Java variables have the greatest influence on the volume of coffee exports in Central Java. Elasticity of export volumes of coffee in Central Java

is inelastic for variable rate U.S. dollar against the rupiah (X6). From the results of

(15)

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara pelaku perdagangan internasional. Peningkatan ekspor baik jumlah maupun jenis barang atau jasa selalu diupayakan dengan berbagai strategi diantaranya adalah pengembangan ekspor, terutama ekspor nonmigas. Tujuan dari program pengembangan ekspor ini adalah mendukung upaya peningkatan daya saing global produk Indonesia serta meningkatkan peranan ekspor dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

Komponen ekspor selama tiga tahun terakhir menunjukkan fluktuasi dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, komponen ekspor barang dan jasa memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia tahun 2010 sebesar 24,61%. Nilai tersebut meningkat dari presentase komponen ekspor tahun 2009 sebesar 24,17%. Namun presentase tersebut masih lebih rendah dari pada presentase komponen ekspor tahun 2008 sebesar 29,81%.

Ekspor Indonesia pada Desember 2010 mengalami peningkatan sebesar 25,74% bila dibandingkan dengan ekspor bulan Desember 2009. Peningkatan ekspor Desember 2010 disebabkan oleh meningkatnya ekspor nonmigas sebesar 5,42% yaitu, dari US$12.816,9 juta menjadi US$13.511,0 juta. Demikian juga ekspor migas mengalami peningkatan sebesar 16,19% dari US$2.816,4 juta menjadi US$3.272,4 juta (Badan Pusat Statistik, 2010).

Sektor pertanian adalah salah satu sektor non migas yang turut berperan serta dalam memberikan kontribusi devisa bagi negara melalui ekspor produk-produk pertanian. Beberapa komoditi dengan perolehan devisa yang cukup tinggi berasal dari subsektor perkebunan. Produk perkebunan yang menjadi komoditi utama ekspor antara lain produk dari kopi, karet, kelapa sawit, teh, dan tembakau.

(16)

commit to user

Dirjen Perkebunan Kementrian Pertanian melaporkan bahwa pada tahun 2011 akan terjadi peningkatan target devisa yang dihasilkan bagi negara dari subsektor perkebunan sebesar US$37,52 miliar, naik 17,65% dibandingkan dengan 2010. Selain menargetkan peningkatan devisa, pada 2011 subsektor perkebunan juga ditargetkan untuk menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi di dalam negeri. Sampai dengan 5 tahun kedepan subsektor perkebunan masih menjadi andalan sektor pertanian (Diena, 2011)

Kopi termasuk bagian dari komoditi pertanian subsektor perkebunan, komoditi ini memiliki kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional. Kopi merupakan salah satu komoditi perdagangan strategis dan memegang peranan penting khususnya sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan bagi petani ataupun pelaku ekonomi lainnya yang terlibat baik dalam kegiatan on-farm maupun off-farm

(Lubis cit. Reza, 2009).

Bagi bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditas penting. Pada tahun 1981 dihasilkan devisa sebesar US$347,8 juta dari ekspor kopi sebesar 210.800 ton. Nilai ini terus meningkat dari tahun ke tahun. Tercatat pada tahun 2001, komoditas kopi mampu menghasilkan devisa sebesar US$ 595,7 juta dan menduduki peringkat pertama di antara komoditas ekspor subsektor perkebunan (Najiyati dan Danarati, 2004).

(17)

commit to user

Posisi kopi sebagai komoditas ekspor penghasil devisa negara dapat dilihat dari kontribusi nilai ekspor yang cukup besar, yaitu sebesar US$403,45 juta selama periode 1995-2005. Pada periode tersebut, subsektor perkebunan secara rata-rata mampu menyumbang nilai ekspor sebesar US$5.227,91 juta. Sektor pertanian ratarata menghasilkan nilai ekspor sebesar US$5.796,13 juta. Rata-rata nilai ekspor kopi tersebut memiliki pangsa sebesar 0,08% dari nilai ekspor subsektor perkebunan dan 0,07% dari nilai ekspor sektor pertanian (tabel 1).

Tabel 1. Kontribusi Ekspor Kopi terhadap Penerimaan Devisa Subsektor Perkebunan dan Sektor Pertanian Indonesia Tahun 1995-2005

Tahun Nilai Ekspor (Juta US $)

Pangsa Ekspor Kopi terhadap Penerimaan

Devisa (%) Kopi Perkebunan Pertanian Perkebunan Pertanian

1995 554 4183 4607,50 0,13 0,12

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006

Turunnya volume dan nilai ekspor kopi Indonesia menunjukkan tingkat persaingan perdagangan kopi dunia yang semakin ketat. Munculnya negara-negara pesaing baru perlu lebih diamati untuk tetap menjaga daya saing kopi Indonesia di pasar dunia. Vietnam tercatat sebagai pesaing paling serius dalam perdagangan kopi dunia terutama jenis Robusta yang selama ini menjadi andalan Indonesia.

(18)

commit to user

Tengah dihasilkan oleh perkebunan rakyat, perkebunan PTPN IX dan perkebunan swata besar. Kopi di Jawa Tengah telah menjadi komoditi ekspor selama lebih dari 20 tahun. Berdasarkan data yang diperoleh (tabel 2), menunjukkan bahwa jumlah luas areal perkebunan kopi di Jawa Tengah semakin berkurang tiap tahunnya, sedangkan jumlah produksinya cenderung meningkat terutama pada tahun 2008 dan 2009. Jumlah volume ekspor tiap tahun juga mengalami fluktuasi, pada tahun 2007 jumlah volume kopi Jawa Tengah yang diekspor mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan krisis ekonomi yang mengguncang dunia, sehingga permintaan menurun.

2009 37147,43 16415,92 441,91 11583,18

Sumber: Dinas Perkebunan Jawa Tengah, 2010

(19)

commit to user B. Rumusan Masalah

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengakui pada 2009 ekspor kopi Indonesia mengalami penurunan akibat krisis ekonomi global yang menekan permintaan pasar.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai ekspor kopi pada 2009 (Januari-November) mencapai US$775,11 juta atau berkontribusi 0,89% terhadap total ekspor nonmigas nasional yang sebesar US$86,6 miliar. Nilai ini turun 16,79% dibandingkan dengan realisasi pada 2008 yang mencapai US$931,58 juta. Kendati ekspor kopi secara nasional turun, khusus yang dari Jateng mengalami kenaikan signifikan sebesar 38,52%.

Pada 2008 (Januari-November) ekspor kopi Jateng tercatat US$12,97 juta sedangkan pada 2009 sebesar US$17,96 juta. Pemerintah akan terus memacu ekspor nonmigas termasuk kopi dengan menghilangkan berbagai hambatan teknis (debottlenecking), seperti penerapan NSW dan penyederhanaan prosedur administrasi layanan di pintu ekspor (Purwoko, 2010).

Dari uraian di atas, maka dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu :

1. Apakah beberapa faktor yang diteliti mempengaruhi volume ekspor kopi Jawa Tengah?

2. Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah?

3. Bagaimana elastisitas volume ekspor kopi Jawa Tengah akibat perubahan beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian analisis perkembangan ekspor kopi ini mempunyai tujuan untuk :

(20)

commit to user

2. Mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah.

3. Mengetahui elastisitas volume ekspor kopi Jawa Tengah akibat perubahan beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini yaitu:

1. Bagi peneliti, penelitian ini untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah Propinsi Jawa Tengah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam upaya peningkatan ekspor non migas komoditas perkebunan khususnya kopi 3. Bagi perusahaan eksportir, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu

bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan manajerial yang berhubungan dengan kegiatan ekspor kopi

(21)

commit to user

II. LANDASAN TEORI

A.Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian mengenai analisis perkembangan ekspor komoditi perkebunan yang telah lebih dahulu dilakukan. Pada umumnya penelitian tersebut memaparkan tentang pengaruh dari berbagai faktor terhadap ekspor komoditi perkebunan.

Penelitian yang dilakukan olehAji Wahyu Rosandi (2007) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Indonesia. Menjelaskan bahwa penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang secara signifikan dipengaruhi oleh produksi kopi dan pengaruhnya positif. Sedangkan konsumsi domestik kopi dan harga domestik kopi mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia secara signifikan dan pengaruhnya negatif. Harga ekspor kopi dan nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang. Penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka pendek secara signifikan dipengaruhi oleh produksi kopi dan harga domestik kopi tahun sebelumnya dan pengaruhnya positif. Sedangkan konsumsi domestik kopi, harga ekspor kopi tahun sebelumnya dan dummy krisis ekonomi mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia secara signifikan dan pengaruhnya negatif. Dummy kebijakan penghapusan kuota ekspor berpengaruh tidak signifikan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan

Error Correction Model (ECM) dan dengan menggunakan persamaan kointegrasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mahani (2003) dengan judul Analisis Ekspor Teh Jawa Tengah, menjelaskan bahwa dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,822. Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 8,297 sedangkan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 99% sebesar 4,69. Berarti produksi teh, harga domestik teh, harga ekspor teh, nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dan ekspor tahun sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata

(22)

commit to user

terhadap volume ekspor teh Jawa Tengah. Sedangkan dari hasil uji t diperoleh bawa variabel yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh Jawa Tengah secara individu adalah produksi teh (2,812); harga ekspor teh (2,805) dan ekspor tahun sebelumnya (2,624).

Menurut penelitian Sugihaningsih (2004) yang berjudul Analisis Perkembangan Ekspor Kakao Jawa Tengah diketahui bahwa produksi kakao, harga domestik kakao, harga ekspor kakao dan harga ekspor kopi secara individual berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Produksi kakao, harga domestik kakao, dan harga ekspor kopi masing-masing berpengaruh pada taraf nyata sampai dengan 20%, sedangkan harga ekspor kakao berpengaruh pada taraf nyata sampai dengan 5%. Nilai tukar Dollar AS, jumlah negara tujuan ekspor dan volume ekspor tahun sebelumnya tidak berpengaruh nyata secara individu. Dalam hasil penelitian juga diketahui berdasarkan perhitungan nilai standar koefisien regresi parsial bahwa harga domestik kakao merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap volume ekspor kakao.

B.Tinjauan Pustaka 1. Kopi

Tanaman kopi di Indonesia pertama kali dikenalkan oleh VOC pada tahun 1696-1699. Awalnya penanaman kopi hanya sebagai bahan penelitian. Namun ternyata dapat memberikan cukup keuntungan sebagai komoditas perdagangan sehingga VOC menyebarkan bibit kopi ke berbagai daerah agar penduduk dapat menanamnya. Kemudian VOC mendirikan perkebunan besar dan akhirnya kopi pun menyebar ke daerah Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan daerah-daerah di Pulau Jawa.

(23)

commit to user

daerah dengan curah hujan 2000-3000 mm/tahun (Suwarto dan Yuke, 2010).

Menurut Najiyati dan Danarati (2004), buah kopi biasanya dipasarkan dalam bentuk kopi beras, yaitu kopi kering yang sudah terlepas dari daging buah dan kulit arinya. Pengolaan buah kopi bertujuan untuk memisahkan biji kopi dari kulitnya dan mengeringkan biji tersebut sehingga diperoleh kopi beras dengan kadar air tertentu dan siap dipasarkan. Pengolahan buah kopi dilakukan melalui dua cara yaitu cara basah dan kering.

Sebagian kopi ini akan dipasarkan di dalam negeri dan sebagian besar lainya diekspor. Rantai pemasaran kopi dari petani atau perkebunan bisa melalui bermacam-macam jalur. Petani dapat memasarkan kopi secara bebas dalam bentuk kopi beras atau atau bentuk basah/ gelondong ke asosiasi petani kopi atau langsung ke pedagang pengumpulan. Selanjutnya, pedagang pengumpul akan memasarkan kopi beras ke pedagang besar atau langsung ke eksportir dan perusaaan kopi bubuk.

Perkebunan rakyat dan perekebunan besar (milik swasta/ negara) biasanya memasarkan kopi langsung ke eksportir dan perusahaan kopi bubuk atau melalui pedagang besar. Syaratnya kopi harus bermutu baik dan sudah di sortasi sehingga memiliki syarat mutu yang ditentukan. 2. Standar Mutu Kopi

(24)

commit to user Tabel 3 Syarat Mutu Umum

Kriteria Satuan Persyaratan

Serangga hidup Tidak ada

Biji berbau busuk dan atau berbau kapang

Tidak ada

Kadar air % fraksi massa Maks 12,5

Kadar kotoran % fraksi massa Maks 0,5

Sumber: AEKI

Tabel 4 Mutu Kopi Berdasarkan Sistem cacat

Mutu Persyaratan

Mutu1 Jumlah nilai cacat maksimum 11

Mutu 2 Jumlah nilai cacat 12 sampai dengan 25

Mutu 3 Jumlah nilai cacat 26 sampai dengan 44

Mutu 4a Jumlah nilai cacat 45 sampai dengan 60

Mutu 4b Jumlah nilai cacat 61 sampai dengan 80

Mutu 5 Jumlah nilai cacat 81 sampai dengan 150

Mutu 6 Jumlah nilai cacat 151 sampai dengan 225

Catatan: untuk kopi arabika mutu 4 tidak dibagi menjadi sub mutu 4a dan 4b

Sumber : AEKI

Tabel 5 Penentuan besarnya nilai cacat biji kopi

Jenis cacat Nilai cacat

1 (satu) biji hitam 1 (satu)

1 (satu) biji hitam sebagian ½ (setengah)

1 (satu) biji hitam pecah ½ (setengah)

1 (satu) kopi gelondong 1 (satu)

1 (satu) biji coklat ¼ (seperempat)

1 (satu) kulit kopi ukuran besar 1 (satu)

1 (satu) kulit kopi ukuran sedang ½ (setengah)

1 (satu) kulit kopi ukuran kecil 1/5 (seperlima)

1 (satu) biji berkulit tanduk ½ (setengah)

1 (satu) kulit tanduk ukuran besar ½ (setengah)

1 (satu) kulit tanduk ukuran sedang 1/5 (seperlima)

1 (satu) kulit tanduk ukuran kecil 1/10 (sepersepuluh)

1 (stau) biji pecah 1/5 (seperlma)

1 (satu) biji muda 1/5 (seperlima)

1 (satu) biji berlubang satu 1/10 (sepersepuluh)

1 (satu) biji berlubang lebih dari satu 1/5 (seperlima)

1 (satu) biji bertutul-tutul 1/10 (sepersepuluh)

(25)

commit to user

Dalam “International Coffee Agreement 2007” disepakati nama dan bentuk kopi yang diperdagangkan secara internasional adalah:

a. Green Coffee (Kopi hijau) berarti seluruh kopi yang sudah dikupas dan belum di sangrai;

b. Dried Coffee Cherry (buah kopi kering) berarti buah kopi dari pohon yang sudah dikeringkan, perbandingan antara buah kopi kering dan kopi hijau adalah dengan mengalikan berat bersih buah kopi kering dengan 0.50;

c. Parchment Coffee (kopi dengan kulit ari) berarti biji kopi hijau yang masih memiliki kulit ari, untuk mendapatkan perbandingan berat “parchment coffee” dengan “green coffee” adalah dengan mengalikan berat bersih “parchment coffee” dengan 0.80;

d. Roasted Coffee (Kopi sangrai) berarti biji kopi hijau yang sudah disangrai dengan tingkat panas tertentu;

e. Decaffeinated Coffee (Kopi dekafein) berarti kopi baik hijau maupun yang sudah disangrai atau kopi yang bisa dilarutkan dimana kandungan kafeinnya sudah diekstrak;

f. Liquid Coffee (kopi cair) berarti bentuk kopi yang sudah disangrai yang diubah bentuknya menjadi bentuk cair dengan air.

g. Soluble Coffee berarti kopi yang berasal dari kopi sangrai yang dibentuk menjadi bentuk padat yang bisa dicairkan dengan air (sejenis kopi instan).

3. Teori Perdagangan Internasional

(26)

commit to user

Negara-negara melakukan perdagangan internasional karena dua alasan utama; masing-masing alasan menyumbangkan keuntungan perdagangan (gains of trade) bagi mereka. Pertama, negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Bangsa-bangsa, sebagaimana individu-individu, dapat memperoleh keuntungan dari perbedaan-perbedaan mereka melalui suatu pengaturan dimana setiap pihak melakukan sesuatu dengan relatif lebih baik. Kedua negara-negara berdagang satu sama lain dengan tujuan mencapai skala ekonomis (economis of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya menghasilkan sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien dibandingkan jika negar tersebut mencoba untuk memproduksi segala jenis barang (Krugman dan Maurice, 1991).

Melakukan ekspor dan impor merupakan kegiatan yang cukup penting di setiap negara. Tiada satu negara pun di dunia ini yang tidak melakukan perdagangan luar negeri. Walau bagaimanapun kepentingan sektor luar negeri dalam suatu perekonomian bebeda dari satu negara ke negara lain. Beberapa keuntungan melakukan perdagangan internasional antara lain:

a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dalam negeri b. Memperoleh keuntungan spesialisasi

c. Memperluas pasar Industri dalam Negeri

d. Meningkatkan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas (Sukirno, 2006)

4. Ekspor

(27)

commit to user

asing. Bentuk-bentuk lain aktivitas bisnis internasional meliputi lisensi, waralaba, dan kontrak manajemen (Krugman dan Maurice, 1991).

Banyak faktor yang memepengaruhi penampilan ekspor. Menurut Darmansyah (1986) faktor-faktor ini adalah harga internasional komoditas tersebut, nilai tukar mata uang (exchange rate), kuota ekspor-impor, kuota dan tariff serta nontarif.

a. Harga Internasional

Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi bertambah banyak. Naik-turunya harga tersebut disebabkan oleh:

1) Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan tingginya inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga dipasaran domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi tersebut jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.

2) Harga dipasaran internasional semakin meningkat, dimana harga internasional merupakan kesimbangan antara penawaran ekspor dan permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil, maka selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar. Akibat dari kedua hal di atas akan mendorong ekspor komoditi tersebut.

b. Nilai Tukar Uang (Exchange rate)

(28)

commit to user

harga untuk impor lebih tinggi darapada harga untuk ekspor maka kebijaksanaan devaluasi tidak menguntungkan.

c. Kuota Ekspor-Impor

Dengan adanya kuota ekspor bagi negara produsen komoditi tertentu maka ekspor komoditi tersebut akan mengalami hambatan terutama bagi negara-negara penghasil komoditi yang jumlahnya relatif sedikit. Oleh karena pada saat harga di pasaran internasional tinggi, misalnya sebagai akibat kerusakan komoditi tersebut, maka negara-negara penghasil komoditi yang relatif sedikit tersebut tidak dapat dimanfaatkan keadaan tersebut.

d. Kebijaksanaan Tarif dan Nontarif subtitusi impor.

Kebijaksanaan tarif biasanya dikenakan untuk komoditi impor atau komoditi subtitusi impor. Maksudnya adalah untuk menjaga harga produk dalam negeri dalam tingkatan tertentu sehingga dengan harga tersebut dapat atau mampu mendorong pengembangan komoditi tersebut (Darmansyah, 1986 cit. Soekartawi 2001).

Dalam kegiatan ekspor suatu komoditi, Salvatore (1997) menyatakan bahwa secara teoritis volume ekspor suatu komoditi tertentu dari suatu negara ke negara lain merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran dari negara tersebut di lain pihak merupakan permintaan impor bagi negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri dan komoditas substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga baik langsung maupun tidak langsung.

Ekspor sebagai bagian perdagangan internasional bisa dimungkinkan oleh beberapa kondisi, antara lain:

(29)

commit to user

b. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk karena adanya kekurangan produk dalam negeri.

c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri daripada penjualan di dalam negeri. Karena harga di pasar dunia yang lebih menguntungkan.

d. Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik

e. Adanya barter antar produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tak dapat diproduksi di dalam negeri.

Selanjutnya dengan asumsi pola permintaan kedua negara diketahui maka secara grafis kuva ekspor suatu komoditas yang dilakukan oleh kedua negara digambarkan seperti berikut

Gambar 1 Grafik kurva perdagangan internasional antar dua negara Keterangan:

Pf : Harga Kesimbangan di pasar internasional

PdA : Harga keseimbangan di negara A sebelum adanya perdagangan

(30)

commit to user

OY1B : Konsumsi di negara B sebelum adanya perdagangan

internasional

Gambar 2.1 menunjukan bahwa sebelum adanya perdagangan internasional di negara A harga keseimbangan komoditas Y pada titik C dan titik F pada negara B. Sedangkan konsumsi di negara A sebesar OY1

dan OY4 pada negara B. Pf adalah harga keseimbangan di pasaran

internasional yaitu, diantara harga komoditas di negara A dan negara B. Apabila harga Y naik menjadi Pf di negara A setelah adanya perdagangan Internasional, maka konsumsi domestik menjadi OY2

sedangkan total penawaran komoditas Y sebesar OY3 atau di titik E.

Dengan demikian jumlah komoditas Y yang diekspor sebesar O-Y atau Y2-Y3 seperti gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2 Grafik kurva penawaran ekspor di negara A Keterangan:

Pf : Harga Kesimbangan setelah adanya perdagangan internasional DA : Penawaran setelah adanya perdagangan Internasional

OY2 : Konsumsi domestik setelah adanya perdagangan Internasional

(31)

commit to user 5. Elastisitas Ekspor

Konsumsi bukanlah satu-satunya yang berubah apabila harga-harga naik atau turun. Juga para pelaku bisnis peka terhadap harga dalam keputusan-keputusan mereka yang menyangkut berapa banyak yang harus di produksi. Para ekonom mendefinisikan elastisitas harga penawaran sebagai kepekaan kuantitas yang ditawarkan dari sebuah barang terhadap harga pasarnya (Samuelson dan William, 2003).

Koefisien elastisitas harga dari penawaran (es) mengukur peresentase

perubahan jumlah komoditi yang ditawarkan per unit waktu (∆Q/Q) akibatnya adanya persentase perubahan tertentu dalam harga komoditi itu (∆P/P). Jadi,

Bila kurva penawaran mempunyai kemiringan positif, maka harga dan jumlah bergerak dengan arah yang sama dan es > 0. Oleh karena itu

kurva penawaran disebut elastis bila es > 1, inelastis bila es < 1, dan elastis

uniter bila es = 1 (Salvatore, 2006).

Pada elastisitas penawaran terdapat lima golongan elastisitas yaitu : a. Elastisitas sempurna

Elastisitas sempurna terwujud apabila penjual bersedia menjual semua barangnya pada suatu harga tertentu, kurva penawaran sejajar dengan sumbu datar.

b. Elastis

Kurva penawaran elastis terwujud apabila perubahan harga menyebabkan perubahan yang relatif besar terhadap penawaran. c. Elastis uniter

Elastis uniter terwujud apabila kurva penawaran bermula dari titik nol. d. Inelastis

(32)

commit to user e. Inelastis sempurna

Kurva penawaran inelastis sempurna terwujud apabila penjual sama sekali tidak dapat menambah penawarannya walaupun harga bertambah tinggi, perubahan harga menimbulkan perubahan yang relatif kecil terhadap penawaran Mubyarto (1989).

Gambar 3 Elastisitas Penawaran

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah/ Kerangka Berpikir

Kopi di Provinsi Jawa Tengah merupakan komoditi utama perkebunan. Jumlah produksi kopi Jawa Tengah rata-rata mencapai 12 ribu ton/tahun. Sekitar 80% produksi kopi di Jawa Tengah berjenis Robusta dan sisanya arabika. Produksi kopi di Jawa Tengah digunakan untuk memenuhi konsumsi baik dari dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah maupun untuk luar wilayah. Sebagian besar produksi kopi provinsi Jawa Tengah diperuntukan untuk konsumsi luar wilayah terlebih untuk konsumsi luar wilayah negara. Konsumsi masyarakat Indonesia sendiri kurang dari 1%, yaitu sekitar kurang dari 1kg per kapita per tahun, sehingga sisanya diutamakan untuk memenuhi pasar ekspor. Usaha ekspor kopi di Provinsi Jawa Tengah telah dilakukan secara terus menerus lebih dari 20 tahun dengan jumlah yang berbeda tiap tahunnya. Volume ekspor kopi yang selalu berfluktuasi menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volume ekspor kopi di Jawa Tengah.

Elastis

Elastisitas Sempurna In Elastis Sempurna

Q P

InElastis

0

(33)

commit to user

Kegiatan ekspor dapat dipandang sebagai kegiatan yang terjadi akibat adanya kelebihan produksi yang tidak habis dikonsumsi oleh penduduk dalam negeri, sehingga dapat dijual melalui kebijaksanaan ekspor. Sejalan dengan Krugman dan Maurice (1991) menyatakan bahwa ekspor melibatkan penjualan produk yang dibuat di negara sendiri seseorang untuk digunakan atau dijual kembali di negara lain untuk digunakan atau dijual kembali di negara seseorang.

Produksi bagi pasar dalam negeri merupakan pembatas bagi ekspor bila terjadi kelangkaan, dan merupakan pendorong bila terjadi kelebihan. Soekartawi (2001) menyatakan bahwa adanya surplus produksi yang dihasilkan oleh negara dapat mendorong terjadinya ekspor. Dengan demikian produksi merupakan sumber penawaran yang akan mempengaruhi banyaknya volume ekspor yang mampu ditawarkan oleh suatu negara.

Harga internasional adalah merupakan harga keseimbangan antara penawaran ekspor dan permintaan impor dunia. Produksi dunia yang berfluktuasi akan mempengaruhi harga di pasar internasional. Maka dapat dikatakan bahwa ekspor komoditi di pasar internasional di pengaruhi oleh harga luar negeri, permintaan, penawaran domestik antar negara, juga secara implisit faktor nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara lain. (Lindert, 1994).

Tholib cit. Sugianingsih (2004) menyatakan bahwa ekspor dipengaruhi oleh perbedaan harga potensial antara harga ekspor terhadap harga dalam negeri, semakin tinggi perbedaan harga ekspor di atas harga dalam negeri, semakin besar jumlah yang akan diekspor. Sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik stabil, sedangkan harga yang berlaku di pasar internasional meningkat maka selisih yang terjadi akan semakin besar. Keadaan yang demikian akan menyebabkan jumlah yang akan diekspor menjadi bertambah banyak.

(34)

commit to user

saling bersaing (barang-barang pengganti) satu sama lain dapat menimbulkan pengaruh meningkatlan atau menurunkan suatu barang. Dengan demikian kopi dan teh mempunyai kegunaan hampir mirip dan sama-sama telah diperdagangkan di luar negeri dapat terjadi hubungan antara harga ekspor teh sebagai harga barang lain dengan volume ekspor kopi sebagai kuantitas dari barang yang ditawarkan.

Meningkatnya nilai kurs Dollar AS terhadap Rupiah dapat menguntungkan bagi jenis usaha ekspor yang banyak menggunakan kandungan lokal, seperti usaha bidang pertanian. Sehingga adanya peningkatan nilai kurs Dollar AS terhadap Rupiah dapat dijadikan pemicu peningkatan ekspor. Sejalan dengan Muchlas (1998) yang menyatakan bahwa nilai tukar mata uang merupakan perangasang ekspor dengan kebijakan devaluasi. Semakin tinggi jumlah rupiah yang harus disediakan untuk 1 US $, semakin terangsang untuk melakukan ekspor.

Selain itu faktor yang juga turut berpengaruh adalah ekspor tahun lalu. Keberhasilan ekspor tahun ini ditentukan oleh keberhasilan ekspor tahun lalu. Hal ini menunjukkan komitmen perdagangan antara eksportir dan importir harus dibina dan ditingkatkan (Gumilar et al, 1998). Pajak ekspor juga merupakan kebijakan berupa tariff yang diduga berpengaruh terhadap jumlah barang yang di ekspor.

Berdasarkan dari teori-teori yang ada dan penelitian yang pernah dilakukan, diduga faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi Jawa Tengah antara lain produksi kopi Jawa Tengah, harga kopi Jawa Tengah dipasar domestik, harga ekspor kopi Jawa Tengah di pasar Internasional, harga ekspor teh Jawa Tengah di pasar Internasional, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah, volume ekspor kopi Jawa Tengah ditahun sebelumnya, dan pajak ekspor kopi.

Untuk merumuskan hubungan antara volume ekspor kopi Jawa Tengah dengan vaiabel-variabel yang diduga mempengaruhinya digunakan analisis regresi non linier berganda dengan bentuk fungsi sebagai berikut:

(35)

commit to user

Pendekatan fenomena hubungan antara variabel bebas dan tak bebas pada persamaan (1) dirumuskan dalam bentuk perpangkatan sebagai berikut:

Y = βo X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5 X6β6 ……(2)

Keterangan:

Y = volume ekspor kopi Jawa Tengah (kg) X1 = produksi kopi (kg)

X2 = volume ekpsor tahun sebelumnya (kg)

X3 = harga ekspor kopi Jawa tengah (FOB) (US$/kg)

X4 = harga domestik kopi Jawa Tengah (Rp/kg)

X5 = harga ekspor teh Jawa Tengah (FOB) (US$/kg)

X6 = nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah (Rp/US$)

Variabel pajak ekspor kopi di hapuskan, karena dalam proses pengumpulan data, berdasarkan keterangan dari DIRJEN Pajak Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa pajak ekspor kopi mulai tahun 2001 telah

dihapuskan, sesuai dengan surat direktur jenderal pajak nomor S - 723/PJ.51/2001.

Penyajian linier dari persamaan (2) adalah :

Y = βo + X1β1+ X2β2 + X3β3 + X4β4 + X5β5 + X6β6+ ……(3)

Untuk menduga koefisien regresi parsial dari tiap variabel bebas diguakan metode OLS (Ordinary Least Square Method) atau metode kuadarat terkecil. Menurut Sumodiningrat (1993) metode OLS merupakan cara pemilihan suatu penaksiran sedemikian rupa sehingga jumlah kuadarat penyimpangan pengamatan sampel dari nilai taksiran adalah minimum. Penaksiran – penaksiran OLS merupakan penaksiran terbaik linier dan tidak bias atau penaksiran yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).

Model linier berganda bentuk kepangkatan harus diubah kedalam bentuk persamaan linier berganda, dengan ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural dengan tujuan untuk menghaluskan dan memampatkan skala untuk pengukuran variabel, selain itu manfaat dari transformasi log dapat diketahui nilai elastisitas Y terhadap X. Persamaannya menjadi,

(36)

commit to user

Setelah ditransformasikan hasilnya dikembalikan ke dalam persamaan asal, yaitu model linier berganda berbentuk perpangkatan.

Besarnya perubahan volume ekspor akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya diketahui dari koefisien elastisitasnya. Dalam teori penawaran, kegiatan ekspor merupakan kegiatan penawaran karena ekspor merupakan kelebihan penawaran domestik atas permintaan domestik suatu komoditas. Elastisitas penawaran diukur sebagai derajat kepekaan penawaran terhadap perubahan harga dan dirumuskan:

Es =

a h perubahan

ditawarkan yang

barang jumlah

perubahan

arg %

%

(37)

commit to user

(38)

commit to user D. Hipotesis

1. Diduga bahwa produksi kopi Jawa Tengah, volume ekspor kopi Jawa Tengah tahun sebelumnya, harga ekspor kopi Jawa Tengah, harga domestik kopi Jawa Tengah, harga ekspor teh Jawa Tengah, dan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah.

2. Diduga bahwa elastisitas volume ekspor kopi Jawa Tengah akibat perubahan faktor–faktor yang mempengaruhinya bersifat inelastis.

E. Asumsi-Asumsi Dasar

1. Pasar dalam bentuk persaingan sempurna.

2. Variabel-variabel lain yang tidak diteliti berpengaruh normal.

F. Pembatasan Masalah

1. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi kopi Jawa Tengah, harga ekspor kopi Jawa Tengah, harga domestik kopi Jawa Tengah, harga ekspor teh Jawa Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah dan volume ekspor kopi Jawa Tengah tahun sebelumnya

2. Data yang dianalisis terbatas pada data dalam rentang waktu 20 tahun yaitu antara tahun 1990 – 2009.

3. Data volume dan nilai ekspor terbatas berdasarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang kegiatan ekspornya dilakukan melalui pelabuhan di seluruh wilayah Jawa Tengah.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Volume ekspor kopi Jawa Tengah adalah jumlah biji kopi yang ditawarkan/ diekspor dari Jawa Tengah ke luar negeri per tahun, diukur dalam satuan kilogram (kg) dalam bentuk kopi kering yang kadar airnya 12%.

2. Produksi kopi Jawa Tengah adalah jumlah biji kopi yang dihasilkan di wilayah Jawa Tengah per tahun, diukur dalam satuan kilogram (kg).

(39)

commit to user

kilogram (Rp/kg). Pengertian harga domestik kopi dalam penelitian ini menggunakan konsep harga konstan (harga terdeflasi/nilai riil). Harga konstan adalah nilai barang dan jasa yang dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar untuk menghilangkan pengaruh kenaikan harga atau inflasi.

Harga terdeflasi menurut Widodo (1990) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

HKx =

IHKx HBx

. 100

Keterangan:

HKx = Harga konstan pada tahun x (harga terdeflasi tahun x) (Rp/kg) HBx = Harga berlaku (sebelum terdeflasi) pada tahun x (Rp/kg) IHKx = Indeks harga konsumen pada tahun x

100 = Indeks harga konsumen pada tahun dasar (tahun 2002).

IHK yang digunakan dalam penelitian ini adalah IHK umum yang berlaku di Jawa Tengah. Tahun dasar yang dipakai adalah tahun 2002, hal ini berdasarkan pada ketentuan pemilihan tahun dasar menurut Dajan (1995), yaitu:

a. Tahun dasar adalah tahun dimana keadaan perekonomian relatif stabil. Pada tahun yang perekonomiannya tidak stabil, harga-harga akan berfluktuasi dengan hebat dan kebiasaan membeli para konsumen tidak lagi menentu sehingga harga pada tahun tersebut tidak dapat dipakai sebagai dasar perbandingan.

b. Tahun dasar sebagai dasar perbandingan hendaknya tidak terlalu jauh dari tahun-tahun yang hendak diperbandingkan. Makin jauh tahun dasar yang dipakai sebagai dasar perbandingan, makin kabur sifat perbandingan tersebut.

(40)

commit to user

tersebut lalu diubah menjadi satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg), selanjutnya dideflasikan menjadi harga konstan.

5. Harga ekspor teh adalah harga rata-rata relatif teh yang diekspor per tahun, dihitung dengan membagi total nilai ekspor teh dengan total volume ekspor teh tahun yang sama. Total nilai ekspor teh adalah harga sampai di pelabuhan ekspor keberangkatan (harga fob (free on board)) yang dinyatakan dalam satuan dollar AS per kilogram (US$Kg). Harga tersebut diubah menjadi satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg), kemudian dideflasikan menjadi harga konstan.

6. Free on board, berarti pihak penjual bertanggung jawab dari mengurus izin ekspor sampai memuat barang di kapal yang siap berangkat. Hanya berlaku untuk transportasi air

7. Nilai kurs Dollar Amerika Serikat (US$) terhadap Rupiah adalah nilai kurs jual rata-rata Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah per tahun yang berlaku di Bank Indonesia, diukur dalam satuan Rupiah per US$ (Rp/US$). 8. Volume ekspor kopi Jawa Tengah tahun sebelumnya yaitu volume ekspor

kopi Jawa Tengah pada satu tahun sebelum tahun yang bersangkutan, diukur dalam satuan kilogram (kg).

(41)

commit to user

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan menggunakan data berkala (time series). Metode deskriptif analisis yakni metode yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, dilakukan dengan cara menyusun data-data yang telah terkumpul disusun, dijelaskan, dianalisis dan selanjutnya disimpulkan serta didukung teori-teori yang ada dari hasil penelitian terdahulu (Surakhmad, 1994).

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja, yaitu cara pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui dari daerah penelitian tersebut (Singarimbun, 1995). Daerah penelitian adalah Provinsi Jawa Tengah. Karena Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi penghasil kopi di Indonesia, serta merupakan provinsi yang mengusahakan kopi sebagai komoditas ekspor perkebunan selama lebih dari 20 tahun.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan merupakan data sekunder (time series) selama 20 tahun dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009, menurut Gujarati (1991), banyaknya observasi minimum yang diperlukan sehubungan dengan tabel durbin Watson adalah 15 karena apabila suatu sampel lebih kecil dari 15 maka observasi akan menjadi sangat sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti.

Data sekunder diambil dari beberapa instansi yaitu Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, dan Bank Indonesia Cabang Semarang. Serta data primer berupa informasi yang bersifat deskriptif dari narasumber atau pihak-pihak yang terkait.

(42)

commit to user D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pencatatan

Pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data primer dan sekunder, yaitu dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Serta untuk mencatat informasi dari narasumber yang tekait dengan penelitian ini

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer berupa informasi yang jelas, akurat dan dipercaya baik berupa pernyataan-pernyataan atau keterangan yang dapat membantu dalam memahami persoalan atau permasalahan. Dalam penelitian ini informasi diperoleh dari dari narasumber yaitu pihak-pihak yang bersangkutan dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Hubungan ekspor dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat ditanyakan dengan persamaan regresi linear berganda berbentuk kepangkatan, yaitu:

Y = βo X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5 X6β6

Keterangan:

Y = volume ekspor kopi Jawa Tengah (kg) X1 = produksi kopi Jawa Tengah (kg)

X2 = volume ekspor tahun sebelumnya (kg)

X3 = harga ekspor kopi Jawa tengah (FOB) (Rp/kg)

X4= harga domestik kopi Jawa Tengah (Rp/kg)

X5 = harga ekspor teh Jawa Tengah (FOB) (Rp/kg)

X6 = nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah (Rp/US$)

βo = intersept

β1-β6 = nilai koefisien dari masing-masing variabel

Fungsi tersebut adalah fungsi menurut fungsi regresi populasi. Fungsi tersebut dapat ditaksir atas dasar fungsi regresi sampel. Parameter βo, β1, β2,

(43)

commit to user

Method). Menurut Supranto (2004) model regresi dalam metode OLS berdasar pada asumsi klasik yang menghasilkan pemerkira linear terbaik tak bias (BLUE = Best Linear Unbiased Estimator). Asumsi-asumsinya adalah: 1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu nol.

2. varian σ2 sama untuk semua kesalahan pengganggu (homoskedastis) 3. tidak ada otokorelasi antara kesalahan pengganggu

4. variabel bebas konstan dalam sampling yang terulang (repeated sampling) dan bebas terhadap kesalahan pengganggu.

5. tidak ada kolinearitas ganda (multikollinearitas) diantara variabel bebas 6. kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol

dan varian σ2

Oleh karena itu, Model linier berganda bentuk kepangkatan harus diubah kedalam bentuk persamaan linier berganda, dengan ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural dengan tujuan untuk menghaluskan dan memampatkan skala untuk pengukuran variabel, selain itu manfaat dari transformasi log dapat diketahui nilai elastisitas Y terhadap X.

ln Y = ln βo+ β1 ln X1+ β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5 ln X5 + β6 ln X6

ln Y = log natural volume ekspor kopi Jawa Tengah (kg) ln X1 = log natural produksi kopi (kg)

ln X2 = log natural volume ekpsor tahun sebelumnya (kg)

ln X3 = log natural harga ekspor kopi kopi Jawa tengah (FOB) (Rp/kg)

ln X4 = log natural harga domestik kopi Jawa Tengah (Rp/kg)

ln X5 = log natural harga ekspor teh Jawa Tengah (FOB) (Rp/kg)

ln X6 = log natural nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap rupiah

(Rp/US$)

ln βo = log natural intersept

(44)

commit to user

Ciri yang menarik dari mentransformasikan dalam model log natural adalah koefisien kemiringan β1-β7 mengukur elastisitas Y terhadap X1-X7.

Setelah ditransformasikan, hasilnya dikembalikan kedalam persamaan asal yaitu model regresi linear bergada berbentuk perpangkatan.

Y = βo X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5 X6β6 X7β7

Y = anti ln Y

βo = anti ln βo

1. Pegujian Model

Dalam penggunaan alat analisis regresi, beberapa nilai yang perlu diperhatikan meliputi nilai ( 2), Uji F, Uji t dari hasil output. Selain itu dilakukan pula pengujian Standar Koefisisen Regresi Parsial dan Uji Asumsi Klasik.

a. Uji Adjusted R2

Uji adjusted R2 digunakan untuk jumlah variabel bebas lebih dari dua berfungsi sebagai ukuran ketepatan/ kecocokan suatu garis regresi yang diterapkan terhadap suatu kelompok data observasi. Nilai adjusted R2 menyatakan berapa besar proporsi faktor-faktor yang berupa produksi kopi, volume ekspor kopi tahun sebelumnya, harga ekspor kopi, harga domestik kopi, harga ekspor teh, dan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah terhadap volume ekspor kopi di Provinsi Jawa Tengah, dengan menggunakan rumus:

2 = 1- (1 – R2)

Keterangan:

2 : Koefisien determinasi yang telah disesuaikan

R2 : Koefisien determinasi

N : Jumlah observasi (Jumlah data) k : Jumlah variabel bebas

(45)

commit to user (1 -R2) / (N -k)

bebas secara keseluruhan semakin kurang dapat menjelaskan variabel tidak bebas.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh produksi kopi, volume ekspor kopi tahun sebelumnya, harga ekspor kopi, harga domestik kopi, harga ekspor teh, dan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah secara bersama-sama berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah dengan tingkat kepercayaan 90% dngan rumus:

Fhitung =

Keterangan:

R2 : Koefisien determinasi k : Jumlah variabel bebas N : Jumlah sampel

Dengan hipotesis:

Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0 atau koefisiensi tidak signifikan Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ β6 ≠ 0 (minimal salah satu βi ≠ 0) atau koefisien regresi signifikan

Kriteria pengujian yang digunakan:

1) Fhitung > dari Ftabel : Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, variabel

produksi kopi, volume ekspor kopi tahun sebelumnya, harga ekspor kopi, harga domestik kopi, harga ekspor teh, dan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah secara bersama-sama berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah.

2) Fhitung dari Ftabel : Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, variabel

produksi kopi, volume ekspor kopi tahun sebelumnya, harga ekspor kopi, harga domestik kopi, harga ekspor teh, dan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah.

(46)

commit to user c. Uji t

Untuk mengetahui apakah variabel produksi kopi, volume ekspor kopi tahun sebelumnya, harga ekspor kopi, harga domestik kopi, harga ekspor teh, dan nilai tukar dollar AS terhadap rupiah secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah. dilakukan uji t pada tingkat kepercayaan 90%. Dengan rumus sebagai berikut:

thitung =

bi : Koefisien regresi variabel bebas ke-i

se (bi) : Standar error koefisien regresi variabel bebas ke-i Hipotesis yang hendak diuji adalah :

Ho : bi = 0 Ha : bi ≠ 0 Kriteria pengambilan keputusan :

1) Jika thitung > ttable α/2 atau thitung < ttable - α/2 maka Ho ditolak dan Ha

diterima, yang berarti variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah

2) Jika t table - α/2 ≤ t hitung ≤ t table α/2, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti variabel bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor kopi Jawa Tengah

d. Standar Koefisien Regresi

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh digunakan koefisien beta (beta coefficient) atau yang disebut standardized regression coefficient atau standar koefisien regresi. Nilai koefisien beta dirumuskan:

βi : Standar koefisien regresi variabel bebas ke-i

(47)

commit to user

σy : Standar deviasi variabel tidak bebas

σi : Standar deviasi variabel bebas ke-i

Nilai βi yang paling besar menunjukkan variabel bebas yang

bersangkutan adalah yang paling dominan dalam penentuan nilai variabel tak bebas (Arief, 1993).

2. Pengujian Asumsi Klasik

Agar koefisien–koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode OLS bersifat BLUE maka asumsi – asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh model. Model dikatakan BLUE bila memenuhi syarat berikut: a. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas mengacu pada kondisi dimana terdapat korelasi linear di antara variabel bebas sebuah model. Jika dalam suatu model terdapat multikolinear akan menyebabkan nilai R2 yang tinggi dan lebih banyak variabel bebas yang tidak signifikan daripada variabel bebas yang signifikan atau bahkan tidak ada satupun.

Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dapat digunakan pendekatan matriks korelasi, dengan melihat nilai matriks Pearson Correlation (PC). Apabila nilai PC < 0,9 (Ghozali, 2001) berarti antar variabel bebas tidak terjadi multikolinieritas. Bila terjadi angka korelasi lebih dari 0,9 maka kedua variabel tersebut perlu dipertimbangkan apakah digunakan atau tidak dalam model.

b. Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t sebelumnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak menunjukkan autokorelasi. Pengujian ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas (autokorelasi), dilakukan dengan menggunakan uji statistik d dari Durbin Watson dengan kriteria:

1) 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi.

(48)

commit to user

3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 yang artinya terjadi autokorekasi. (Sulaiman, 2002)

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedatisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini digunakan metode grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot) untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas. Menurut Santoso (2002), analisis untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu:

1) Apabila pola tertentu yang terbentuk pada hasil scatterplot, maka telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Apabila tidak ada pola tertentu yang terbentuk pada hasil scatterplot, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Analisis Elastisitas Ekspor Kopi Jawa Tengah

Nilai elastisitas volume ekspor kopi Jawa Tengah dapat diketahui melalui besarnya nilai koefisien regresi dari variabel bebas yang mempengaruhinya. Nilai elastisitas tersebut dipertimbangkan berdasarkan nilai mutlak yang dihasilkan dari nilai koefisien regresi. Kriteria elastisitas yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Bila nilai elastisitas > 1, penawaran ekspor elastis, artinya persentase perubahan jumlah volume ekspor kopi Jawa Tengah lebih besar daripada persentase perubahan variabel bebas yang bersangkutan

b. Bila nilai elastisitas = 1, penawaran ekspor elastis uniter, artinya persentase perubahan jumlah volume ekspor kopi Jawa Tengah sama dengan persentase perubahan variabel bebas yang bersangkutan.

(49)

commit to user

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

A.Keadaan Alam 1. Letak Geografi

Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Letak Provinsi Jawa Tengah berada antara 5o40’ dan 8o30’ Lintang Selatan dan antara 108o30’ dan 111o30’ Bujur Timur (termasuk Pulau Karimunjawa). Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke Selatan 226 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa). Batas-batas administratif Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Laut Jawa dan Pulau Karimunjawa Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur

Sebelah Selatan : Samudera Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

2. Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Menurut Stasiun Klimatologi Kelas I Semarang, suhu rata-rata di Jawa Tengah Tahun 2009 berkisar antara 24,5oC - 28,2oC. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai memiliki suhu udara rata-rata yang relatif tinggi. Untuk kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 75 persen sampai dengan 83 persen. Curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak tercatat di Stasiun Meteorologi Cilacap yaitu sebesar 3590 mm dan 207 hari.

3. Luas Penggunaan Lahan

Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas wilayah Jawa Tengah pada tahun 2009 tercatat sebesar 3,25 Juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 991 ribu hektar (30,45 persen) lahan sawah dan 2,26 juta hektar (69,55 persen) bukan lahan sawah. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya luas lahan sawah pada tahun 2009

(50)

commit to user

naik sekitar 0,10 persen dan sebaliknya bukan lahan sawah turun sebesar 0,04 persen.

Tabel 6. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

No Macam Penggunaan Luas (Ha) Persentase

( %) 1.

2.

Lahan Sawah

a. Sawah Irigasi Teknis b. Sawah Irigasi ½ Teknis c. Sawah Irigasi Sederhana d. Sawah Tadah Hujan

Jumlah total 3.254.412,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah 2010

Gambar

Tabel 1. Kontribusi Ekspor Kopi terhadap Penerimaan Devisa Subsektor
Tabel 2 Luas Areal, Produksi, Produktivitas, dan Volume Ekspor Kopi di
Gambar 1 Grafik kurva perdagangan internasional antar dua negara
Gambar 2 Grafik kurva penawaran ekspor di negara A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis regresi dan uji t menunjukkan hasil produksi kopi Sumatera Utara terhadap volume ekspornya, harga kopi pada tingkat ekspor berpengaruh nyata terhadap nilai ekspor kopi

Jumlah Produksi terhadap Volume Ekspor Kopi di Sumatera Utara yang telah. dilakukan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai

Variabel bebas yang terdapat dalam penelitian ini adalah Produksi Kopi Domestik, Harga Kopi Internasional, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar, sedangkan variabel

Sedangkan hasil analisis dalam jangka pendek variabel harga kopi dunia berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor kopi dalam jangka pendek.Variabel kurs

Variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh PTPN antara lain, volume produksi, harga ekspor teh PTPN, volume ekspor periode sebelumnya,

Meningkatnya produksi negara pengimpor kopi terbesar pada tahun 2007 mengakibatkan volume ekspor kopi Indonesia menurun sebesar 22,13% namun harga kopi internasional

Hal ini berarti sebesar 87,2 persen keragaman variabel tidak bebas (ekspor kopi Indonesia) dapat dijelaskan oleh semua variabel bebas (yaitu produksi kopi

Data sekunder yang digunakan dalam variabel dependen adalah Volume ekspor kopi Indonesia dan variabel independen adalah harga kopi Indonesia, GDP negara tujuan, Nilai