• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Studi Kasus di Polres Lampung Selatan) (Jurnal) Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (Studi Kasus di Polres Lampung Selatan) (Jurnal) Oleh"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

(Studi Kasus di Polres Lampung Selatan)

(Jurnal)

Oleh

NIKEN CANDRA LUPITA 1312011234

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2017

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

(Studi Kasus di Polres Lampung Selatan)

Oleh

Niken Candra Lupita, Maroni, Rini Fathonah Email : niken.chandralupita@gmail.com

Kondisi social dan kultural, memainkan peranan penting dalam criminal anak seperti pada kahidupan masyarakat saat ini telah terjadi perilaku kriminal anak yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh anak. Permasalahan dalam skripsi ini adalah apakah faktor penyebab dan bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak. Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan kriminologis, pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Sedangkan pengolahan data yang diperoleh dengan cara editing, evaluasi, klasifikasi, dan sistematika data. Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode induktif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diketahui faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak, terdiri atas dua faktor, yaitu faktor intern (berasal dari dalam diri manusia), yaitu faktor kepribadian (dalam diri anak), dan faktor biologis, sedangkan faktor ekstern (berasal dari luar diri manusia), yaitu faktor keluarga, faktor lingkungan, kurangnya bekal agama, dan perkembangan teknologi. Juga dapat diketahui upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak adalah tindakan preventif dengan cara non penal dengan cara memberikan bekal agama kepada anak, serta peran aktif masyarakat dan pendidik sekolah dalam mengawasi, mecegah agar anak tidak beprilaku mengarah kearah menyimpang serta mengajarkan dan menginformasikan hal-hal yang baik pada anak oleh keluarga dan upaya penanggulangan kepada pelaku tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dalam kasus ini melalui jalur penal dapat dikenakan sesuai Pasal 338, 339 KUHP dan UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Adapun saran yang diberikan penulis antara lain, kepada orang tua hendaknya membekali anak-anaknya dengan ilmu agama, memberi kegiatan-kegiatan positif, memberi motivasi terhadap anak, dan memberi contoh yang baik. Kepada masyarakat hendaknya memperhatikan kondisi lingkungan sekitar agar anak tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.

(3)

ABSTRACT

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

(Studi Kasus di Polres Lampung Selatan)

By

Niken Candra Lupita, Maroni, Rini Fathonah Email : niken.chandralupita@gmail.com

Social and cultural conditions, plays an important role in child criminals as in the life of the community today there has been a child criminal behavior of murder committed by children. Problems in this thesis is what causes of criminal acts commited by perpetrators of the murder of a child to the child and how the response to he crime of murder commited by children againts child offenders. Approaches used to answer the question above, namely criminological approach, normative juridical approach, empirical juridical approach, based on the results of research and discussion, the causes of the crime of murder committed by children againts child offenders, consists of two factors, namely internal factors and factors external. Internal factors ( derived from in man ), namely the personality factors ( in children), and biological factors, whlie exeternal factors that family faktors, environmental factors, religious factors, and technological developments. The response to the crime of murder committed by children againts child offenders is a preventive action by way of a non-penal by way of provision for children’s religious and legal counseling through a reduction in the penal way is the provision of criminal sanctions in accordance law no. 3 of 1997 on juvenile justice as ammended by way no 11 of 2012 on juvenile criminal justice system. The sugest given by the author, among others, to parents should equip their children with the science of religion, provide positive activities, provide motivation for children, and provide a good example. To the public should pay attention to the condition of the surrounding environment so that children do not do things that are not desirable.

(4)

I. PENDAHULUAN

Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak yang terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) yang diratifikasi oleh pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990, kemudian juga dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak dan Undang –Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang kesemuanya mengemukakan prinsip-prinsip umum perlindungan anak, yaitu non diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, dan menghargai partisipasi anak.1

Perilaku tindak pidana yang dilakukan anak merupakan salah satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan penting dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal anak-anak. Anak-anak yang melakukan tindakan kriminal itu pada umumnya kurang memiliki kontrol diri tersebut dan suka menegakkan standar tingkah-laku sendiri, di samping meremehkan keberadaaan orang lain dan disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subyektif, yaitu untuk mencapai satu obyek tertentu dengan disertai kekerasan. Biasanya anak-anak tersebut sangat egoistis, dan suka sekali

1 http://anjarnawanyep.wordpress.com-konsep-restorative-justice

menyalahgunakan dan melebih-lebihkan harga dirinya.

Sebelum berlakunya UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pengaturan mengenai anak hanya diatur dalam Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47 KUHP. Dengan diundangkannya UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dinyatakan tidak berlaku lagi oleh Pasal 67 UU No. 3 Tahun 1997, yang isinya menyatakan: “Pada saat mulai berlakunya undang-undang ini, maka Pasal 45, Pasal 46, Pasal 47 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana

dinyatakan tidak berlaku lagi”. Dengan demikian, ketentuan yang mengatur tentang anak yang melakukan tindak pidana harus mengacu pada ketentuan-ketentuan dalam UU No. 3 Tahun 1997. Pengertian anak menurut Pasal 1 angka 1 UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu : “Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun, dan belum pernah kawin”.2

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 1/PUU-VIII/2010, maka anak dalam UU Pengadilan Anak mengalami perubahan menjadi: anak adalah “orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 12 (dua belas) tahun tetapi belum mencapai 12 (dua belas) tahun dan belum pernah kawin.3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 1 Ayat (3) menyebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas),

2

Tri Andrisman, Hukum Peradilan Anak, Bandar Lampung: Fakultas Hukum Unila, 2013, hlm. 38.

(5)

tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana.

Terkait tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang melanggar hukum. Tindak pidana pembunuhan di atur dalam bab XIX Buku ke- II yakni dimulai dari Pasal 338, Pasal 339, Pasal 340, Pasal 341, Pasal 344, Pasal 345, Pasal 346, Pasal 359 KUHP, yang selanjutnya dikategorikan sebagai kejahatan terhadap nyawa. Sebab-sebab kejahatan menurut Pakar kriminologi Cesare Lambroso, yang menyebutkan seorang hanya dapat ditemukan dalam bentuk fisik-fisik dan psikis serta ciri sifat dari tubuh seseorang.4

Sebab-sebab kejahatan menjadi faktor utama dalam proses terbentuknya tindak pidana baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mencari faktor yang lebih esensial dari bentuk tindak pidana atau kejahatan yang dilakukan secara utuh kedudukan ini dapat diartikan dengan faktor kejahatan yang timbul secara ekstern (faktor luar) maupun (faktor dalam) dari pelaku tindak pidana kejahatan seseorang. Secara implisit berbagai faktor dapat dijadikan sebagai sistem untuk merumuskan kejahatan pada umumnya ataupun kejahatan anak pada khususnya, tampak bahwa faktor apapun yang didapat pada diri anak yang jelas semuanaya tidak terstruktur maupun disikapi terlebih dahulu.

Melihat dari sebuah contoh kejadian nyata, pada zaman sekarang nyatanya anak sudah berani melakukan tindak

4 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm. 24.

pidana pembunuhan, adalah OK yaitu seorang anak yang berumur 15 tahun dan RB yaitu seorang anak yang berumur 14 tahun, yang telah melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap salah seorang teman yaitu yang bernama Sabilal Gibran yang berumur 13 tahun.

Polisi meringkus keduanya karena diduga melakukan pembunuhanterhadap

Sabilal Gibran, warga Maja Kalianda

Lampung Selatan. Mayat siswa SD ini ditemukan di Pantai Ketang, Kelurahan Way Urang, Kalianda dengan 25 tusukan, dari pemeriksaan terhadap keduanya terungkap pembunuhan dipicu dendam. Pada saat ini pihak kepolisian masih mencari keberadaan pelaku ALW yang turut serta

meminjamkan peralatan untuk

membunuh korban, pelaku ALW ini tidak melakukan pembunuhan, tetapi dia mengetahui kalau kedua pelaku ingin membunuh korban.5

Masyarakat yang baik dimasa akan datang bergantung dari perilaku anak-anak sekarang sebagai generasi penerus. Anak-anak yang baik dalam berprilaku sangat menunjang terbentuknya sistem sosial masyarakat. Oleh karena itu permasalahan perilaku tindak pidana anak perlu mendapat perhatian demi terbentuknya sistem sosial masyarakat yang baik.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis berusaha untuk menuangkan kedalam skripsi yang berjudul : “Analisis Kriminologis

Terjadinya Pembunuhan Oleh Anak (Studi Kasus di Polres Lampung Selatan)”.

5 http://radarlampung.co.id-pembunuhan-terhadap-anak.

(6)

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah faktor penyebab terjadinya pembunuhan oleh anak?

b. Bagaimanakah upaya

penanggulangan terhadap terjadinya pembunuhan oleh anak?

Pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah pendekatan kriminologis, pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Sedangkan pengolahan data yang diperoleh dengan cara editing, evaluasi, klasifikasi, dan sistematika data. Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode induktif.

II. PEMBAHASAN

A. Faktor Penyebab Terjadinya Pembunuhan yang dilakukan oleh Anak

Kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh anak pada umumnya dilakukan karena kurang pemahaman terhadap hal yang baik dan buruk. Masa anak-anak adalah masa yang sangat rawan melakukan tindakan, karena masa anak-anak suatu masa yang rentan dengan berbagai keinginan dan harapan untuk mencapai sesuatu ataupun melakukan sesuatu.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan oleh pelaku anak terhadap anak adalah faktor internal, faktor eksternal dan kenakalan remaja.

1. Faktor Internal

Menurut Abdul Syani, faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi kejiwaan seseorang.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber, faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak adalah:

a. Faktor Psikologis

Menurut Tendry Septa6, faktor psikologis menjadi salah satu bagian penting dalam perkembangan anak

normal adalah berkembangnya

kesadaran moral, berkembangnya naluri mengenal yang besar, salah, dan kemampuan. Teori pembelajaran yang melibatkan modeling dan pengondisian operant memberikan penjelasan yang bermanfaat mengenali perkembangan dan berlanjutnya berbagai masalah tingkah laku. Anak-anak juga dapat meniru tindakan agresif yang dilihatnya dari berbagai sumber lain, seperti televisi.

b. Faktor Kepribadian (dalam diri anak)

Menurut Dodik Setyo Wijayanto7, faktor penyebab tindak pidana pembunuhan oleh pelaku anak terhadap anak yaitu Kepribadian (Personaliti), mempersoalkan tentang kepribadian seseorang, maka yang menjadi perhatian adalah tingkah laku ini erat hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan. Masing-masing anak mempunyai disposisi untuk mengalami pertumbuhan, baik psikis maupun fisik. Potensi anak ada yang dapat mengarah pada hal-hal yang positif, tetapi ada juga yang mengarah pada hal-hal yang

6 Berdasarkan hasil wawancara dengan Tendry Septa tanggal 31 Juli 2017 Pukul 10.00

7 Berdasarkan hasil wawancara dengan Dodik Setyo Wijayanto tanggal 18 Juli 2017 Pukul 13.30

(7)

negatif, tergantung pada lingkungan masing-masing. Hal yang negatif itulah yang dapat menyebabkan kenakalan. c. Faktor Kelamin

Berdasarkan wawancara penulis menurut Yan Revie Julianti8, faktor penyebab terjadinya pembunuhan oleh anak adalah perbedaan sex atau kelamin memang dapat mempengaruhi tindakan atau sikap. Hal ini sangat jelas pada periode pubertas. Perbedaan jenis kelamin amat mempengaruhi anak melakukan kenakalan hal ini dapat terlihat pada kehidupan sehari-hari dimana remaja laki-laki lebih banyak terlibat dalam perilaku antisosial daripada remaja perempuan, walaupun remaja perempuan lebih cenderung melarikan diri dari rumah. Sedangkan remaja laki-laki lebih banyak terlibat tindakan-tindakan kejahatan.

d. Biologis

Faktor biologis disini menjelaskan sebab musabab atau sumber kejahatan berdasarkan fakta-fakta dari proses biologis.9 Perkembangan anak merupakan hasil dari interaksi antara biologi dan lingkungan yang dapat menimbulkan ciri kepribadian anak. Menurut Tendy10 faktor keturunan memang sangat berperan. Pengaruh genetika yang besar dan hampir tidak ada pengaruh lingkungan keluarga dalam gangguan tingkah laku di masa anak-anak. Perilaku kriminal dan agresif dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan, dimana pengaruh faktor lingkungan sedikit lebih besar. Bukti-bukti yang

8

Berdasarkan hasil wawancara dengan Yan Revie Julianti tanggal 04 Agustus 2017 Pukul 10.30

9 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 125.

10 Berdasarkan hasil wawancara dengan Tendry Septa tanggal 31 Juli 2017 Pukul 10.00

mendukung kontribusi genetik dan lingkungan terhadap gangguan tingkah laku dan perilaku anti sosial tidak berbeda pada laki-laki dan perempuan. Mungkin diturunkan dalam gangguan tingkah laku adalah karakteristik temperamental yang berinteraksi dengan berbagai masalah bilogi lainnya. Menurut penulis, berdasarkan hasil wawancara dan pendapat pakar diatas bahwa faktor penyebab pembunuhan oleh anak yaitu faktor kepribadian dimana anak sulit untuk mengendalikan diri dan lemahnya pertahanan diri, selain itu ada faktor kelamin dan biologis. Jika dikaitkan dengan kasus yang terjadi di Lampung Selatan maka faktor penyebab pembunuhan yang dilakukan oleh anak adalah adanya rasa dendam, dendam itu muncul karena sebelumnya korban menghina dan berkelahi dengan tersangka, atas rasa dendam tersebut maka tersangka melakukan tindakan pembunuhan. Rasa dendam itu disebabkan karena anak sulit mengendalikan diri.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang berpangkal pada lingkungan diluar dari diri manusia (ekstern), terutama hal-hal yang mempunyai hubungan dengan timbulnya kriminalitas. Pengaruh faktor luar inilah yang menentukan bagi seseorang untuk mengarah kepada tindak pidana, ada beberapa faktor eksternal penyebab terjadinya tindak pidana pembunuhan oleh pelaku anak terhadap anak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, Menurut pendapat Abdul Syani,11 faktor yang mempengaruhi anak melakukan tindak pidana

11 Berdasarkan hasil wawancara dengan Abdul Syani tanggal 14 Agustus 2017 Pukul 11.00

(8)

pembunuhan oleh pelaku anak terhadap anak, bisa disebabkan :

a. Faktor pendidikan, dengan adanya pendidikan disekolah yang mengajarkan pengetahuan umum juga memberikan pendidikan anti kekerasan serta penjelasan mengenai pendidikan ini. Setidaknya anak dapat menyaring mengenai hal-hal buruk. kurang pengertian orang tua dengan pendidikan.

b. Perkembangan teknologi, adanya perkembangan teknologi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita kembalikan kepada diri kita sendiri sebagai generasi muda agar tetap menjaga etika dan budaya, agar kita tidak terkena dampak negatif dari globalisasi. Namun Informasi yang tidak tersaring membuat tidak kreatif, perilaku konsumtif dan membuat sikap menutup diri serta berpikir sempit. Hal tersebut menimbulkan meniru perilaku yang buruk. Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada.

c. Faktor status sosio ekonomi, hal ini disebabkan kurangnya kesempatan anak dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan keterampilan yang diterima oleh masyarakat. Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan anti sosial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi anak dari kelas sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan

berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan. Pelanggran- pelanggaran yang serius lebih sering dilakukan oleh kaum laki-laki kelas rendah.

Menurut penulis berdasarkan hasil wawancara diatas, penulis sependapat bahwasanya faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak sesuai dengan teori differential Association bahwa faktor lingkungan atau pergaualan begitu mempengaruhi seorang anak melakukan tindakan kriminal, karena disitu terdapat interaksi dan sosialisai, hubungan ini yang menjadi faktor apabila anak tersebut salah bergaul dengan orang yang berperilaku buruk itu dapat menjadi pengaruh tidak baik bagi dirinya begitu juga sebaliknya apabila anak bergaul dengan orang yang berperilaku baik maka ia akan berperilaku baik dalam kesehariannya oleh sebab itu lingkungan merupakan faktor dominan dalam menyebabkan anak melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap anak.

Jika dikaitkan dengan kasus yang terjadi di Lampung Selatan bahwa faktor keluarga dan kurangnya bekal agama dan kemajuan teknologi disini sesuai dengan teori kontrol sosial yaitu orang tua yang kurang memperhatikan segala aktivitas anaknya diluar maupun didalam rumah dapat mengakibatkan anak mudah terjerumus pergaulan yang tidak baik. Keluarga yang kurang baik dan harmonis juga akan memberikan faktor negatif terhadap perkembangan anak.

Pelaku tindak pidana pembunuhan yang dilakukan anak, karena mereka tidak mampu bersaing dengan kehidupan perekonomian yang semakin tinggi dan sulit. Hal ini dapat dilihat berdasarkan

(9)

hasil fakta dilapangan bahwa kondisi sosial ekonomi dari pelaku yang tidak cukup baik, ditambah pula kondisi keluarga yang kurang perhatian diberikan kepada mereka dikarenakan kedua orang tuanya disibukkan pekerjaan sehari-hari sebagai supir truk, buruh cuci rumah tangga, atau kuli bangunan. sehingga anak merasa dirinya terabaikan dan tak dicintai yang dapat menganggu pertumbuhan anak menjadi negatif. Hal ini sesuai dan terbukti dengan teori kontrol sosial yang disampaikan diatas.

B. Upaya Penanggulangan terhadap Terjadinya Pembunuhan yang dilakukan oleh Anak

Kejahatan atau tindak kriminal merupakan salah satu bentuk dari perilaku menyimpang yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat, tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan.12 Menurut Saparinah Sadli, perilaku menyimpang itu merupakan ancaman yang nyata atau ancaman norma-norma sosial yang mendasari kehidupan atau keteraturan sosial, dapat menimbulkan ketegangan individual ataupun ketegangan-ketegangan sosial, dan merupakan ancaman riil atau potensial bagi berlangsungnya ketertiban sosial.13 Faktor kondusif itu antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuhsuburkan kejahatan. Dengan demikian, dilihat dari sudut politik kriminal secara makro dan global, maka upaya-upaya non penal menduduki posisi kunci dan strategis dari

12

Saparinah Sadli, Persepsi Sosial mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hlm. 56.

13 Ibid., hlm. 25-26.

keseluruhan upaya politik kriminal. Posisi kunci dan strategis dalam menanggulangi sebab-sebab dan kondisi-kondisi yang menimbulkan kejahatan. Upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dalam konteks kriminologis, penulis menggunakan teori penanggulangan tindak pidana, yaitu:14

1. Upaya Preventif

Yaitu upaya penanggulangan non penal (pencegahan) misalnya penyantunan dan pendidikan sosial dalam rangka mengembangkan tanggung jawab sosial warga masyarakat, penggarapan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral, agama dan sebagainya. Usaha-usaha non penal ini dapat meliputi bidang yang sangat luas di seluruh sektor kebijakan sosial.

2. Upaya Represif

Usaha yang dilakukan untuk

menghadapi pelaku kejahatan seperti dengan pemberian sanksi berupa pidana, pencegahan serta perlindungan sosial.

Berdasarkan hasil penelitian, upaya penanggulangan terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dapat dilakukan dengan upaya preventif dan upaya represif, sebagai berikut :

1. Upaya preventif

Melalui upaya yang bersifat preventif (pencegahan/penangkalan/pengendalian ) upaya ini meliputi bidang-bidang yang sangat luas diseluruh sektor kebijakan sosial. Yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi sosial tertentu

yang secara tidak langsung

14

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru). Jakarta: Kencana. 2001. Hlm. 43

(10)

mempengaruhi preventif terhadap kejahatan.

Abdul Syani berpendapat,15 upaya preventif penanggulangan terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dengan melakukan pendidikan hukum kepada masyarakat umum dan anak-anak sekolah tentang anti kekerasan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. Yang bertujuan dihapuskannya atau dihilangkannya faktor penyebab tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak ini baik internal maupun eksternal. Sementara upaya yang dilakukan orang tua, dapat berupa menciptakan keluarga yang harmonis agar anak-anak itu sering tinggal dirumah daripada keluyuran di luar rumah dan orang tua seharusnya selalu berbagi pengalaman, cerita dan informasi kepada anak-anak sehingga mereka dapat memilih figure dan sikap yang dapat dijadikan pegangan dalam bertingkah laku agar tidak terjadi penyimpangan yang sering terjadi selama ini.

Kemudian berdasarkan wawancara oleh Abdul Syani,16 upaya yang dapat dilakukan untuk penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak, dapat dilakukan melalui :

a. Peranan orang tua b. Pendidik atau sekolah

Menurut penulis, berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber, penulis sependapat bahwasanya upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak melalui jalur

15

Berdasarkan hasil wawancara dengan Abdul Syani tanggal 14 Agustus 2017 Pukul 11.00 16 Berdasarkan hasil wawancara dengan Abdul Syani tanggal 14 Agustus 2017 Pukul 11.00

non penal (pencegahan) dapat dilakukan dengan memberikan pembekalan agama, rasa kasih sayang dan perhatian oleh keluarga serta peran aktif masyarakat serta pendidik sekolah dalam mengawasi, mencegah timbulnya perilaku menyimpang dikalangan anak

khususnya, serta memberikan

pendidikan hukum atau penyuluhan terhadap anak tentang pengaturan hukum yang relevan dengan perbuatan-perbuatan nakal yang sering kali mereka lakukan. Sehingga anak-anak akan memahami perilaku yang baik, yang bertujuan agar anak dapat bertindak mengarah ke hal-hal yang positf.

2. Upaya represif

Selain upaya preventif di atas, juga diperlukan upaya represif sebagai bentuk dari upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak. Penanggulangan yang dilakukan secara represif adalah upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum, berupa penjatuhan atau pemberian sanksi pidana kepada pelaku kejahatan, dalam hal ini dilakukan oleh kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan Lembaga permasyarakatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden tentang upaya penanggulangan akan disajikan sebagai berikut:

Berdasarkan wawancara dengan Abdul Syani,17 beliau menyatakan upaya represif penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak dengan cara penjatuhan sanksi pidana. Penerapan pidana kepada anak pelaku kejahatan

diharapkan dapat memberikan

pencegahan kepada anak-anak lain dan masyarakat secara umum untuk tidak berbuat kejahatan. Penjatuhan pidana

17 Berdasarkan hasil wawancara dengan Abdul Syani tanggal 14 Agustus 2017 Pukul 11.00

(11)

oleh hakim bukan lah merupakan suatu hal yang salah akan tetapi sebaiknya hakim harus menimbang kembali apakah putusan hukuman yang

dijatuhkan telah memberikan

perlindungan terhadap kepentingan si anak. Undang-Undang No 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menggantiikan Undang-Undang No 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak diharapkan bisa memberikan dampak positif lebih

banyak bagi anak. Dengan

mengedapankan pendekatan keadilan Restoratif dan diversi yang dimaksudkan untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan. akan tetapi perlu diketahui tidak semua pelaku kejahatan anak dapat dilakukan diversi, adapun syarat diversi dalam hal ini adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Ayat (2) UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak:

a. Diancam dengan pidana dibawah 7 (tujuh) tahun; dan

b. Bukan merupakan pengulangan tindak pidana.

Artinya hakim dalam mejatuhkan putusan- putusan harus ada batasan-batasan yang diperhatikan. Mengenai penempatan anak yang menjalani proses peradilan dapat ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Untuk dapat pembinaan baik bidang pendidikan, moral, agama, bakat, kreatifitas yang akan menjadi bekal bagi anak ketika selesai menjalani hukuman.

Berdasarkan wawancara dengan Erna Dewi,18 menyatakan bahwa upaya represif penanggulangan terhadap tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dapat dengan sanksi pidana yang dijatuhkan oleh hakim pada anak yang

18 Berdasarkan hasil wawancara dengan Erna Dewi tanggal 08 Agustus 2017 Pukul 09.30

diatur dalam Undang-Undang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Adapun mengenai penjatuhan sanksi menurut Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, seorang pelaku tindak pidana anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu tindakan, bagi pelaku tindak pidana yang berumur di bawah 14 (empat belas) tahun ( Pasal 69 Ayat (2) Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak) dan pidana , bagi Pelaku tindak pidana yang berumur 15 (lima belas) tahun keatas.

a. Sanksi tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi (Pasal 82 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak):

1) Pengembalian kepada orang tua/ Wali

2) Penyerahan kepada seseorang; 3) Perawatan di rumah sakit

jiwa;perawatan di LPKS

4) Kewajiban mengikuti

pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta; 5) Pencabutan surat izin

mengemudi; dan/atau

6) Perbaikan akibat tindak pidana. b. Sanksi Pidana yang dapat dikenakan

kepada pelaku tindak pidana anak terbagi atas Pidana Pokok dan Pidana Tambahan (Pasal 71 Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak):

1) Pidana Pokok terdiri atas:

Pidana peringatan; Pidana dengan syarat, yang terdiri atas: pembinaan di luar lembaga, pelayanan masyarakat, atau pengawasan; Pelatihan kerja; Pembinaan dalam lembaga; Penjara.

(12)

2) Pidana Tambahan terdiri dari: Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau Pemenuhan kewajiban adat. Selain itu, Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak juga mengatur dalam hal anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk: (lihat Pasal 21 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak): a. Menyerahkannya kembali kepada

orang tua/Wali; atau

b. Mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi pemerintah atau LPKS di instansi

yang menangani bidang

kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.

Menurut penulis, berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber,

berpendapat bahwa upaya

penanggulangan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh anak terhadap anak dapat dilakukan dengan pemidanaan atau penjatuhan sanksi sesuai dengan pengaturan didalam Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menggantikan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang dianggap tidak relevan lagi dalam menyelesaikan perkara anak karena kurang memperhatikan hak anak.

Terlebih dahulu kita harus melihat tindak pidana yang dilakukan oleh si anak tersebut, dapatkah dilakukan upaya diversi atau tidak, meskipun tidak bisa diupayakan diversi, misal kasus pembunuhan, harus tetap melihat

substansi pengaturan penjatuhan pidananya menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak tentu tidak sama halnya dengan orang dewasa. Tindak pidana pembunuhan oleh anak karena anak nakal pada akhirnya harus diperbaiki kembali sifat, tingkah laku, kondisi-kondisi jiwa, dan alam pikirannya. Pemidanaan disini bertujuan memberikan efek jera terhadap si pelaku, dan memberikan rasa keadilan bagi keluarga korban yang anggota keluarganya terbunuh atau menjadi korban pembunuhan tersebut agar tidak menimbulkan rasa balas dendam terhadap si pelaku dikarenakan tidak dikenakan pidana.

III. PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis dapat ditarik simpulan bahwa :

1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak ada dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor internal meliputi faktor kepribadian atau dalam diri si anak, faktor biologis. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan, faktor keluarga, faktor pendidikan, faktor agama, dan faktor kemajuan teknologi. Selain berbagai faktor diatas, faktor yang melatarbelakangi terjadinya tindak

pidana pembunuhan yang

dilakukan oleh pelaku anak terhadap anak yaitu faktor sosio ekonomi, hal ini disebabkan kurangnya kesempatan anak dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan keterampilan yang diterima oleh masyarakat.

(13)

2. Upaya penanggulangan tindak

pidana pembunuhan yang

dilakukan oleh anak terhadap anak dapat dilakukan melalui upaya preventif dan upaya represif. Upaya preventif dapat dilakukan dengan memberi pengarahan, pembekalan agama, pendidikan hukum atau penyuluhan yang luas kepada anak mengenai anti kekerasan dimulai dari keluarga, lingkungan, pemerintah, serta masyarakat, dengan demikian anak akan

memahami dan mengetahui

perilaku yang baik. Sedangkan upaya represif yang dapat dilakukan dengan memberikan sanksi pidana atau penjatuhan pidana sebagaimana diatur dalam UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak perubahan atas UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

B. Saran

Adapun saran yang diberikan penulis antara lain, kepada orang tua hendaknya membekali anak-anaknya dengan ilmu agama, memberi kegiatan-kegiatan positif, memberi motivasi terhadap anak, dan memberi contoh yang baik.

Kepada masyarakat hendaknya

memperhatikan kondisi lingkungan sekitar agar anak tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk meminimalisir kejahatan anak, harus ditingkatkan kembali kinerja dari aparat penegak hukum dalam menanggulangi kenakalan anak. Pada perkara anak perlu ada hal-hal yang diperhatikan, seperti pemberian sanksi atau pidana yang ada batasan. Hakim dalam menjatuhkan pidana atau vonis pada perkara anak harus memperhatikan hukuman yang porsinya berbeda dengan orang dewasa dan memperhatikan hak anak.

DAFTAR PUSTAKA

Andrisman, Tri. 2013. Hukum Peradilan Anak. Bandar Lampung: Fakultas Hukum Unila.

Arif, Barda Nawawi. 2001. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana

(Perkembangan Penyusunan

Konsep KUHP Baru). Jakarta: Kencana.

Sadli, Saparinah. 1976. Persepsi Sosial mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta: Bulan Bintang.

Santoso, Topo., dan Eva Achjani Zulfa. 2011. Kriminologi. Jakarta: Rajawali Pers.

Soekanto, Soerjono. 2009. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sumber lain

http://anjarnawanyep.wordpress.com-konsep-restorative-justice, diakses melalui internet pada tanggal 19 November 2016, pukul 19.00 wib. http://radarlampung.co.id-pembunuhan-terhadap-anak diakses pada tanggal 15 Oktober 2016, pukul 13.00 wib NO HP : 082184012641

Referensi

Dokumen terkait

Hasil-hasil yang diperoleh melalui penelitian ini menyimpulkan bahwa citra merek, kualitas produk serta harga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

Hasil penelitian, adanya perbedaan karakteristik morfologi dan anatomi jahe berdasarkan perbedaan ketinggian tempat, tanaman jahe di Kecamatan Tugumulyo memiliki

Semakin baik Kualitas Pelayanan Objek Wisata maka dapat meningkatkan kepuasan wisatawan .Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan Objek Wisata

Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa analisis jalur pengaruh langsung memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan pengaruh tidak langsung, hal ini menunjukkan dengan

Yang berarti bahwa dari variabel produk/hasil belum secara signifikan mendukung tercapainya tujuan program BOS SMA dalam mewujudkan Pendidikan Menengah Universal

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menentukan bagi hasil tabungan mudhorobah pada BPR Syariah Bumi Rinjani batu yaitu Jumlah dana yang

“Well,” Cyrus said with a sickeningly sweet smile that betrayed the turmoil and anger he felt inside, “why don't you just open up the next gate for us and we'll

Salah satu diantaranya muncul yang dinamkan sistem, sistem adalah sekelompok unsure yang erat berhubungan dengan yang lainya, sehingga dengan adanya sistem dan