• Tidak ada hasil yang ditemukan

FULL TEXT Vivi. Y. A. Lumi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FULL TEXT Vivi. Y. A. Lumi."

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA

DENGAN PENGGUNAAN PELAYANAN PERSALINAN

TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Pendidikan Profesi Kesehatan

OLEH: VIVI Y A LUMI

S 541302119

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014

(2)

ii

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA

DENGAN PENGGUNAAN PELAYANAN PERSALINAN

TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

TESIS

Oleh :

Vivi Y. A. Lumi

S 541302119

Komisi

Pembimbing Nama Tandatangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc. PhD

NIP. 19551021 1994 12 1 001 ……….. …... 2014

Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani, MPd

NIP. 196611081990032001 ……….. …... 2014

Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal ……… 2014

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana UNS

Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F., M.M NIP. 19621022199503 1 001

(3)

iii

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA

DENGAN PENGGUNAAN PELAYANAN PERSALINAN

TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Hari Wujoso, dr, Sp. F., M.M NIP 196210221995031001

...

______________ ... Sekretaris Prof. Dr. DidikTamtomo,dr. MM

M.Kes, PAK

Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal ...

Direktur Program Pascasarjana UNS

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S NIP. 196107171986011001

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Dr. Hari Wujoso, dr, Sp. F., M.M NIP 196210221995031001

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

1. Tesis yang berjudul : “HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PENGGUNAAN PELAYANAN

PERSALINAN TENAGA KESEHATAN PROFESIONAL” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan (Permendiknas No. 17 tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang – kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan isi Tesis ini, maka Prodi MKK PdPk PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi MKK PdPk PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Bogor, 2014

(VIVI Y. A. LUMI) S 541302119

(5)

v

Vivi. Y. A. Lumi. S541302119.2014. Hubungan Pendidikan Ibu Dan Pendapatan Keluarga Dengan Penggunaan Pelayanan Persalinan Tenaga Kesehatan Profesional. Tesis. Pembimbing I : Prof. Bhisma Murti, dr. MPH., MSc., PhD. Pembimbing II : Dr. Nunuk Suryani, MPD Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,persalinan dan nifas. Tujuan Penulis meneliti ini untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan persalinan profesional di Puskesmas Sukamanah.

Subjek dan Metode : penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat korelasional. Penelitian ini dilakukan kepada ibu-ibu yang baru saja melahirkan. Sempel penelitian 57 ibu bersalin. Instrument penelitian ini menggunakan kuisoner. Jenis pertanyaan yang digunakan berupa kuisoner tertutup yaitu pembiayaan persalinan, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pelayanan persalinan. Teknik analisis datanya menggunakan analisis regresi logistik ganda. Hasil : Terdapat hubungan yang positif meskipun secara statistik tidak signifikan antara pendidikan ibu dengan penggunaan pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional(OR = 5,50 ; CI 95% = 0,59 hingga 51,62 ; p = 0,139). Terdapat hubungan yang positif meskipun secara statistik tidak signifikan antara penghasilan keluarga dengan penggunaan pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional (OR = 1,50; CI 95% ; 0,49 hingga 4,64 ; p = 0,47).

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang positif meskipun secara statistik tidak signifikan antara pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan penggunaan pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional.

Kata kunci : Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, penggunaan tenaga kesehatan profesional.

(6)

vi

Vivi. Y. A. Lumi. S541302119.2014. The Relationship of Mother Education and Family Income to the Use of Professional Medical Personnel Childbearing Service. Thesis. First Counselor: Prof. Bhisma Murti, dr. MPH., MSc., PhD. Second Counselor: Dr. Nunuk Suryani, MPD. Family Medical Study Program of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

ABSTRACT

Background: Maternal Mortality Rate (MMR) also becomes an important indicator in determining the community’s wellbeing (health) degree. MMR describes the number of women dying due to a mortality cause related to pregnancy disorder or its management during pregnancy, childbearing and post-partum (42 days after childbearing) regardless the gestation per 100.000 live births. MMR refers to the number of maternal deaths related to pregnancy, childbearing and post-partum. The objective of research was to study the factors affecting the use of professional childbearing service in Puskesmas (Public Health Center) Sukamanah.

Subject and Method: This study employed a correlational quantitative approach. This research was conducted on women newly bearing child. The sample of research consisted of 57 childbearing women. The instrument of research employed was questionnaire. The type of question used was a closed-ended questionnaire concerning childbearing funding, mother education, family (household) income, childbearing service. Technique of analyzing data used was a multiple logistic regression analysis.

Result: There was a positive but statistically insignificant relationship between mother education and the use of professional health personnel childbearing service (OR = 5.50; 95% CI = 0.59 -51.62; p = 0.139). There was a positive but statistically insignificant relationship between family income and the use of professional health personnel childbearing service (OR = 1.50; 95% CI = 0.49 -4.64; p = 0.47).

Conclusion: There was a positive but statistically insignificant relationship of mother education and family income to the use of professional health personnel childbearing service

Keywords: Mother education, Family Income, the use of professional health personnel childbearing service

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena kasih dan Anugrah yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Thesis untuk judul “HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA

DENGAN PENGGUNAAN PELAYANAN PERSALINAN TENAGA

KESEHATAN PROFESIONAL”.

Tersusunnya Proposal Thesis ini juga atas bimbingan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, S.Pd, MS selaku rector Universitas Sebalas Maret Surakarta telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di UNS.

2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pasca sarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan mengikuti pendidikan Pascasarjana.

3. Dr. dr. Hari Wujoso, Sp. F, MM selaku Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan.

4. Prof. Bhisma Murti, dr, MPH, MSc. PhD selaku pembimbing utama yang telah memberikan kemudahan kepada penulis serta dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan yang sangat berharga sekali.

(8)

viii

5. Dr. Nunuk Suryani, MPd selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, dan arahan sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Para Dosen Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebalas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Dr. Lydia Marturia KRMS, Kepala UPT Megamendung, Kec. Megamendung Kabupaten Bogor

8. Dr. Eulis Khumairoh, Kepala UPF Sukamanah Kec. Megamendung Kabupaten Bogor yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 9. Kedua orang tua dan seluruh keluarga ku tercinta yang selalu memberikan

dukungan dan semangat yang baik.

10.Seluruh mahasiswi Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan semangatnya. Semoga Tuhan memberikan balasan atas jasa-jasa yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan Proposal Thesis ini.

Bogor, April 2014

Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN ORISINILITAS ... iv

ABSTRAK ... v

3. Pertolongan Persalinan Oleh Tenega Non Medis ... 12

4. Cara-cara Pertolongan Oleh Tenaga Non-medis... 13

5. Faktor-faktor Penyebab Mengapa Masyarakat Lebih Memilih Penolong Bersalin Dengan tenaga Kesehatan Non-medis. ... 13

6. Perawatan ... 18

7. Pelayanan Jaminan Persalinan ... 15

B. Penelitian Relevan ... 22

(10)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data ... 27

B. Jenis Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 27

D. Variabel Penelitian ... 28

E. Variabel dan Definisi Operasional ... 29

F. Instrumen Penelitian... 30

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 31

H. Rencana Jalannya Penelitian ... 33

I. Tehnik Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

B. Pembahasan ... 41

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Kesimpulan ... 45

B. Implikasi ... 45

C. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pertolongan persalinan ... 28 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu ... 28 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi penghasilan ... 29 Tabel 4.4 Hasil analisis bivarat hubungan antara pendidikan ibu dengan

pertolonganpersalinan ... 29 Tabel 4.5 hasil analisis bivariat hubungan antara penghasilan dengan

pertolongan persalinan ... 30 Tabel 4.6 Hasil Analisin Regresi Logistik Ganda hubungan antara

pendidikan ibu dan penghasilan keluarga dengan

penggunaan pertolongan persalinan tenaga profesional ... 31

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 19

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2 Surat Balasan Ijin Penelitian Lampiran 3 Permohonan Menjadi responden

Lampiran 4 Surat Keterangan Persetujuan Responden Lampiran 5 Kuesioner

Lampiran 6 Tabulasi Data Penelitian Lampiran 7 Hasil Statistik Penelitian

Lampiran 8 Rencana Jadwal Kerja penelitian

(14)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah Hak Fundamental setiap warga. Hal ini telah ditetapkan oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H dan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dimana setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau serta berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.

Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program pembangunan Nasional. Kegiatan yang mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi (Bappenas, 2007).

Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi di negeri ini. Dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) diperlukan upaya dan inovasi baru, tidak bisa dengan cara-cara biasa. Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir harus melalui jalan yang cukup panjang.

(15)

Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia seperti halnya di Negara lain seperti terjadinya perdarahan, infeksi dan eklamsia, selain itu terdapat juga kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 50% di sebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan misalnya penyakit jantung dan infeksi yang kronis. Keadaan ibu sejak pra hamil dapat mempengaruhi terhadap kehamilannya, penyebab tak langsung kematian ibu antara lain adalah anemia, kurang energy kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu “ muda/tua , sering dan banyak.

Angka harapan hidup di Indonesia memang diprediksi akan melandai sampai tahun 2035. Selain karena tingginya angka kematian bayi dan anak di Indonesia, meroketnya angka kematian ibu juga merupakan salah satu faktor penghambat pertumbuhan angka harapan hidup. Menurut data yang diperoleh dari WHO, angka kematian ibu di Indonesia mencapai 9.900 orang dari 4,5 juta keseluruhan kelahiran pada tahun 2012. Hal itu sama dengan 66 pesawat Boeing 737 seri 400 jatuh dan seluruh penumpangnya meninggal.

Berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012, angka kematian ibu meroket dari 228 pada 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013. Kepala BKKBN, Prof dr Fasli Jalal, PhD mengatakan ada kaitan antara pertumbuhan laju penduduk dengan angka kematian ibu.

Berdasarkan data yang dimiliki oleh WHO, Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi untuk angka kematian ibu di negara ASEAN.

(16)

Peringkat pertama ditempati oleh Laos dengan 470 kematian ibu per 100.000 kelahiran, sementara angka kematian paling kecil dimiliki oleh Singapura dengan 3 kematian per 100.000 kelahiran. Berdasarkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, banyaknya AKI berjumlah 228 orang dari 100.000 kelahiran. Angka ini 20 – 30 kali lebih lipat dibanding dengan AKI di Malaysia dan Singapura.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Tahun 2013 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan litbangkes) Kementerian Kesehatan telah dipublikasikan. Riset yang dilakukan di 33 provinsi dan 497 kabupaten/kota tersebut di antaranya dimaksudkan untuk memotret profil kesehatan ibu ditingkat masyarakat. Dari hasil riskesdas 2013 dan 2010, dapat diketahui bahwa secara umum, akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu dari tahun ke tahun cenderung semakin membaik.

Terkait dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, hasil riskesdes 2013 menunjukkan cukupan pelayanan antenatal bagi ibu hamil semakin meningkat. Hal ini memperlihatkan semakin membaiknya akses masyarakat terhadap pelayanan antenatal oleh petugas kesehatan. Cakupan pelayanan antenatal pertama kali tanpa memandang trimester kehamilan (K1 akses) meningkat dari 92,7% pada tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013. Peningkatan akses ini juga sejalan dengan cakupan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal pertama pada trimester pertama kehamilan (K1 Trimester 1), yaitu dari 72,3% pada tahun 2010 menjadi 81,3% pada tahun 2013. Demikian pula pada tahapan selanjutnya, cakupan pelayanan antenatal

(17)

sekurang-kurangnya empat kali kunjungan (K4) juga meningkat dari 61,4% pada tahun 2010 menjadi 70,0% pada tahun 2013.

Di Jawa Barat AKI untuk tahun 2008 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 114,42/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut telah memenuhi target dalam Indikator Indonesia Sehat 2010 sebesar 150/100.000 dan mengalami penurunan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2007 sebesar 116,3/100.000 kelahiran hidup.Sedangkan angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup, menurun bila dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 10,48/1.000 kelahiran hidup. Apabila dibandingkan dengan target dalam Indikator Indonesia Sehat tahun 2010 sebesar 40/1.000 kelahiran hidup, maka AKB diProvinsi Jawa Barat tahun 2008 sudah melampaui target, demikian juga bila dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG’s (Millenium Development Goal’s) ke- 4, pada tahun 2015 yaitu 17/1.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,persalinan dan nifas.

Di wilayah Kabupaten Sukabumi pada tahun 2012, angka ibu hamil mencapai 7885 ibu hamil dan ibu bersalin sebanyak 7498 ibu bersalin.

(18)

Jumlah ibu hamil di Puskesmas Palabuhanratu taksiran partus bulan September sampai dengan desember tahun 2013 yaitu sebanyak 562 orang, dan ibu hamil resiko tinggi dengan taksiran partus bulan September sampai dengan desember tahun 2013 yaitu sebanyak 120 orang ibu hamil.

Sekitar 60 persen dari 35.000 cabang bayi yang lahir di Kabupaten Lebak, proses kelahirannya ditangani oleh dukun beranak (Paraji-red), karena tenaga bidan di daerah ini sangat sedikit. Padahal penanganan kelahiran oleh dukun beranak resikonya sangat tinggi terhadap kematian sang ibu, kata Ketua Bidan Cabang Kabupaten Lebak Hj Eti Suhaeti. Dia mengatakan, tingginya kematian ibu melahirkan (Angka Kematian Ibu- AKI) di Lebak disebabkan terbatasnya tenaga bidan desa sehingga banyak kelahiran ditangani dukun beranak. Berdasarkan data, jumlah tenaga bidan desa hanya 97 orang yang melayani 320 desa di Kabupaten Lebak. Kekurangan tenaga bidan itulah yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu.Tahun 2006, dari laporan seluruh Puskemas di Lebak, menyebutkan, jumlah angka kematian ibu tercatat 37 orang dari 35.000 per kelahiran, jumlah yang dinilai cukup tinggi.

Sekitar 24% dari jumlah ibu yang melahirkan di Jawa Barat masih memilih dukun beranak daripada tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Hal tersebut disampaikan Djoko Sutikno, Provincial Tim Leader program Expending Maternal and Newborn Survival (Emas), kepada wartawan di Bandung hari ini.

(19)

Dia mengatakan idealnya harus 100% jumlah ibu melahirkan menggunakan tenaga medis dari fasilitas kesehatan. “Untuk nasional sudah

80% memilih melahirkan melalui tenaga kesehatan di rumah sakit tapi di Jabar baru 76%,” ujarnya. Dia mengemukakan banyak hal yang membuat ibu

melahirkan memilih dukun beranak. Salah satunya karena akses ekonomi dan akses kesehatan untuk ke rumah sakit sulit. Contohnya, seperti di wilayah Cianjur Selatan dimana masyarakatnya cukup kesulitan untuk menjangkau rumah sakit atau puskesmas setempat. “Di Kabupaten Bandung juga karena

akses psikologis dan akses ekonomi kurang. Mereka biasanya sulit membayar biaya persalinan,” katanya.

Berdasarkan data fenomena di atas, penulis tertarik untuk meneliti apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pelayanan persalinan profesional di Puskesmas Sukamanah. Apakah pendidikan ibu dan pendapatan keluarga mempengaruhi penggunaan layanan tersebut? Sehingga penulis menetapkan judul “Hubungan Pendidikan Ibu dan Pendapatan Keluarga dengan Penggunaan Pelayanan Persalinan Tenaga Kesehatan

Profesional”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat hubungan pendidikan

ibu dan pendapatan keluarga dengan penggunaan pelayanan persalinan

(20)

tenaga kesehatan profesional” di Puskesmas Sukamanah - Kabupaten Bogor

Jawa Barat.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk menganalisis hubungan pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan penggunaan pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional di Puskesmas Sukamanah - Kabupaten Bogor Jawa Barat. 2. Tujuan khusus

a. Untuk menganalisis hubungan pendidikan ibu yang menggunakan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional.

b. Untuk menganalisis hubungan pendapatan keluarga yang menggunakan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional.

c. Untuk menganalisis hubungan pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan penggunaan pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional di Puskesmas Sukamanah - Kabupaten Bogor Jawa Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam evaluasi program penggunaan pertolongan oleh tenaga kesehatan profesional.

2. Bagi organisasi IBI, diharapkan hasil temuan dari penelitian ini dapat memberikan masukan informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan

(21)

pertimbangan pada proses penyuluhan tentang pentingnya bersalin ditenaga kesehatan profesional diPuskesmas.

3. Bagi fasilitator Bidan-bidan Puskesmas, dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan bimbingan untuk mempertahankan kualitas pelayanan. 4. Bagi Bidan-bidan Puskesmas diharapkan hasil temuan dari penelitian ini

dapat sebagai acuan dalam memberikan jaminan kualitas pelayanan persalinan.

5. Bagi peneliti, untuk mengembangkan ilmu dan meningkatkan pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pertolongan persalinan tenaga kesehatan profesional .

(22)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Pendidikan

Pengertian Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakatnya”.

John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M) menjabarkan bahwa Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.

Pendidikan, menurut H. Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.

John Dewey, mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.

(23)

Dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 13 ayat 1 ditanyakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non-formal dan informal.

a. Pendidikan formal

Pendidika formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini (TK/RA), pendidikan dasar (SD/MI), pendidikan menengah (SMP/MTs dan SMA/MA), dan pendidikan tinggi (Universitas).

b. Pendidikan NON-FORMAL

Pendidikan NON-FORMAL adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacupada standar nasional pendidikan. Seperti lembaga kursus dan pelatihan, kelompok pelajar, sanggar, dll. c. Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama denga pendidikan formal dan non-formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Seperti : pendidikan agama, budi pekerti, etika, sopan santun, moral dan sosialisasi.

(24)

2. Pendapatan Keluarga

Pendapatanadalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari

aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada

pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang penting dibanding keuntungan,

yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi pengeluaran.

Di negara maju maupun berkembang, tingkat sosial ekonomi berhubungan secara negatif berarti semakin tinggi tingkat sosial ekonomi semakin rendah tingkat kematian bayi dan anak. Beberapa penelitian mengenai masalah ini menunjukkan rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan masalah kesehatan, rendahnya pengetahuan pencegahan penyakit dan kesukaran memperoleh pelayanan kesehatan pada masyarakat golongan ekonomi dan sosial rendah/lemah. Widiyanti (1987) mengemukakan bahwa kegagalan untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam gizi, pendidikan dan kesehatan, menurunkan produktivitas. Pemenuhan kebutuhan dasar yang lebih baik dapat memecahkan lingkaran setan dari kemiskinan, yaitu kekurangan gizi, keadaan buta huruf dan penyakit yang menyebabkan rendahnya produktivitas tersebut. Pendapatan rendah menjadi sebab kekurangan gizi, keadaan buta huruf dan penyakit. Rendahnya tingkat hidup merupakan sebab utama dari menyebarnya wabah penyakit menular (Munir dan Tjiptoherijanto, 1981).

Pendapatan yang rendah sangat mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang, dimana dekade ini orangtua berlomba-lomba untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang berkualitas didapatkan dari

(25)

sekolah yang mahal, sedangkan pendapatan orang tua tidak mampu untuk menutupi pendidikan tersebut. Pendapatan seseorang berkaitan dengan pendidikan yang dulu ditempuh, jika pendidikan itu baik maka pendapatan yang diterima baik begitu pula sebaliknya. semakin baik pekerjaan seseorang yang berpengetahuan yang dimiliki, semakin baik pengetahuan yang dimiliki dalam bidangnya maka semakin profesional dalam pekerjaannya.

3. Pertolongan Persalinan Oleh Tenega Non Medis

a. Pengertian

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh seseorang yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau peraji. Pada dasarnya dukun bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur ± 40 tahun ke atas ( Prawirohardjo, 2005).

Pendidikan dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis dengan kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan persalinan secara teori di bangku kuliah, tetapi mereka hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan yang digunakannya hanya seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan bambu, untuk mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya menggunakan daun pisang.

(26)

4. Cara-cara Pertolongan Oleh Tenaga Non-medis.

Tak berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak melakukan pemeriksaan kehamilan melalui indri raba (palpasi). Biasanya perempuan yang mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu berkonsultasi kepada dukun, bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang datang ketempat praktek bidan untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri yang berkeliling dari pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak usia kandungan 7 bulan control dilakukan lebih sering. Dukun menjaga jika ada gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan janinnya. Agar janin lahir normal, dukun biasa melakukan perubahan posisi janin dalam kandungan dengan cara pemutaran perut (diurut-urut)disertai doa.

Ketika usia kandungan 4 bulan, dukun melakukan upacara tasyakuran katanya janin mulai memiliki roh.hal itu terasa pada perut ibu bagian kanan ada gerakan halus. Pada usia kandungan 7 bulan, dukun melakukan upacara tingkeban. Katanya janin mulai bergerak meninggalkan alam rahim menuju alam dunia, melalui kelahiran. Calon ibu mendapat perawatan khusus, selain perutnya dielus-elus, badannya juga dipijat-pijat, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Malah disisir dan di bedaki agar ibu hamil tetap cantik meskipun perutnya makan lama makin besar

5. Faktor-faktor Penyebab Mengapa Masyarakat Lebih Memilih Penolong

Bersalin Dengan tenaga Kesehatan Non-medis.

(27)

Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan non- medis daripada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

a. Kemiskinan

Tersedianya berbagai jenis pelayanan public serta persepsi tentang nilai dan mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih kesehatan atau tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasakan penyedia layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.

Sekitar 65% dari seluruh masyarakat miskin yang diteliti menggunakan penyesia layanan kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu(pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih besar daripada penghasilan RT miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun lebih lunak secara uang tunai dan ditambah barang. Besarnya tariff dukun hanya sepersepuluh atau seperlima dari tariff bidan dea. Dukun juga bersedia pembayaran mereka ditunda atau dicicil(Suara Merdeka, 2003).

(28)

b. Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman

Sekarang dukun di kota semakin berkurang meskkipun sebetulnya belum punah sama sekali bahkan disebagian besar kabupaten, dukun beranak masih eksis dan dominant. Menurut data yang diperoleh Dinas Kesehatan Jawa Barat jumlah bidan jaga di Jawa Barat sampai tahun 2005 ada 7.625 orang. Disebutkan pada data tersebut, junlah dukun di perkotaan hanya setengah jumlah bidan termasuk di kota Bandung. Namun, di 9 daerah (kabupaten) jumlah dukun lebih banyak (dua kali lipat) jumlah bidan. Malah di Jawa Barat masih ada 10 kabupaten yang tidak ada bidan (Ketua Mitra Peduli/Milik Jabar).

c. Kultur budaya masyarakat

Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun beranak daripada kepada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit maih melekat pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan manusia. Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau para medis laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan kaum perempuan di padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi.

(29)

d. Masalah Yang Dapat Ditimbulkan Apabila Persalinan Ditolong Oleh Non-medis

Menurut sinyalemen Dinkes AKI cenderung tinggi akibat pertolongan persalinan tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obsgin. Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.

Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi merekatentang mutu pelayanan berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti dengan praktek yang tidak steril(memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan dukun beeranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal(Suara Merdeka, 2003). Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan, diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih

(30)

belum bisa keluar atau partus macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya berdasarkan kepada pengalaman.

e. Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Medis dan Non-medis Dalam Menolong Persalinan Berdasarkan dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong suatu persalinan dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun beranak, walaupun dalam menolong persalinan dukun tidak berdasarkan kepada pengalaman dan berbagai kasus persalinan oleh dukun seringkali terjadi dan menimpa seorang ibu dan atau bayinya. Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak boleh dihilangkan tetapi kita bisa melakukan kerjasama dengan dukun untuk mengatasi hal-hal atau berbagai kasus persalinan oleh dukun.

Seperti di daerah pedesaan Paminggir, Alas Kokon, Kertajayadan daerah perkotaan Soklat setelah dua dari empat dukun beranak yang diwawacarai telah menerima pelatihan dari dokter-dokter puskesmas pada tahun 1990-1991. Mereka merasa pelatihan dan peralatan persalinan yang diberikan saat pelatihan sangat bermanfaat. Para dukun juga dilatih tentang pencatatan dan pelaporan. Setiap dukun dilatih membaca sampai mengerti bagaimana cara pengisian kolom tersebut. Pelatihan untuk perawatan ibu hamil, pertolongan pada diare, makanan bergizibagi bayi, balita dan ibu hamil juga dilakukan. Membina hubungan baik dengan

(31)

dukun juga dilakukan agar kita bisa lebih gampang menjalin kerjasama dengan dukun.

f. Pelayanan yang Dapat Diberikan Oleh Tenaga Non-medis

Dalam mutu pelayanan tidak dipenuhinya standar minimal medis oleh para dukun, seperti dengan praktek yang tidak steril(memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi baru lahir dengan mulut).

Layanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan non-medis misalnya: 1. Dukun mau mendatangi setiap ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan.

2. Dukun mematok harga muruh, kadang bisa disertai atau diganti dengan sesuatu barang misalnya beras, kelapa, dan bahan dapur lainnya. 3. Dukun beranak dapat melanjutkan layanan untuk 1-44 hari pasca melahirkan dengan sabar memanjakan ibu dan bayinya misalkan dia mencuci dan membersihkan ibu setelah melahirkan.

4. Dukun menemani anggota keluarga agar bisa beristirahat dan memulihkan diri, sebaliknya bidan seringkali tidak bersedia saat dibutuhkan atau bahkan tidak mau datang saat dipanggil.

6. Perawatan

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) melaporkan bahwa dua pertiga atau lebih dari ibu hamil melahirkan di rumah dengan bantuan dukun beranak, dan hanya 18% yang melakukan persalinan dengan bantuan dokter

(32)

atau bidan. Ini berarti bahwa empat dari setiap lima persalinan dilakukan di rumah dalam keadaan sanitasi yang kurang memadai.Apabilapersalinan itu mengalami keadaan kritis/mengkawatirkan maka akan sulit ditangani dengan baik karena fasilitas, peralatan dan tenaga yang diperlukan tidak tersedia. Sehubungan dengan ini pendidikan dan latihan bagi dukun beranak perlu ditingkatkan (Pemerintah RI dan UNICEF, dalam Singarimbun, 1988). Dari hasil laporan tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar dari ibu hamil melahirkan dengan bantuan dukun beranak yang fasilitasnya kurang memadai bila dibandingkan dengan fasilitas yang dimiliki bidan maupun dokter.

Kebiasaan ibu hamil untuk memeriksakan kesehatan dan kehamilannya perlu ditingkatkan. Hal ini diperlukan agar kasus dengan resiko tinggi dapat dideteksi dan dirujuk untuk mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil dan ahli. Tingkat pendidikan ibu dapat mempengaruhi tindakan yang diplih untuk menjaga kesehatan keluarga dan meningkatkan keterampilannya dalam praktek upaya perawatan.

7. Pelayanan Jaminan Persalinan

Jaminan persalinan adalah jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang mengikuti pemerikasaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Dan dasar hukum dari jaminan persalinan yaitu Permenkes RI No. 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang teknik jaminan persalinan.

(33)

Tujuan umum jaminan persalinan untuk menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.

Tujuan khusus jaminan persalinan adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan.

b. Meningkatkan program cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan.

c. Meningkatkan cakupan pelayanan KB pasca persalinan.

d. Meningkatkan cakupan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.

e. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, akuntabel.

Pelayanan persalinan meliputi :

1. Persalinan normal diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan yang ditunjuk atau bantuan tunai maksimun Rp 500.000 per persalinan.

2. Pelayanan persalinan dengan resiko tinggi disertai penyulit atau kelaianan yang berpotensi meningkatkan resiko kematian ibu dan janin.

Manfaat pelayanan persalinan diberikan meliputi : a. Kamar perawatan ibu dan bayi di kelas III b. Tindakan persalinan

c. Visik dokter yang merawat maksimu 1 kali perhari

(34)

d. Konsultasi dokter spesialis sesuai kebutuhan medis e. Pemeriksaan penunjang diagnosis

f. Pemberian obat-obatan sesuai indikasi medis mengacu ke standar obat JPK-PT. JAMSOSTEK (persero)

Prosedur pelayanan persalinan kehamilan normal :

a. Perserta yang membutuhkan pemeriksaan kehamilan mengunjungi Poli KIA sesuai pilihan peserta yang tercantum pada kartu pemeliharaan kesehatan

b. Peserta mendaftarkan diri pada Poli KIA

c. Peserta menunggu giliran sesuai urutan nomor pendaftaran

d. Mendekati waktu persalinan (setelah enam bulan kehamilan ) peserta harus melakukan pemeriksaan pada bidan atau dokter sesuai pilihan peserta e. Persalinan pada Rumah Sakit Bersalin dan Bidan Praktek Swasta

dilakukan untuk kehamilan atau persalinan normal dengan pertolongan dokter atau bidan

Prosedur pelayanan persalinan dengan kelainan (Resiko Tinggi) :

1. Bila hasil pemeriksaan kehamilan ternyata dengan resiko tinggi (terdapat kelainan) seperti menderita darah tinggi, kencing manis, asma berat, letak sungsang, Placenta Previa totalis atau placenta letak rendah, panggul sempit dan lain-lain. Peserta akan di rujuk ke rumah sakit umum atau rumah sakit bersalin yang ditunjuk

(35)

2. Untuk selanjutnya pemeriksaan kehamilan harus dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk dengan mengikuti prosedur rawat jalan lanjutan di rumah sakit serta dapat melahirkan di rumah sakit yang ditunjuk

3. Proses persalinan kehamilan resiko tinggi dapat berlangsung normal atau dengan tindakan seperti Induksi, penggunaan vacum atau Forcep bahkan operasi

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :

a. Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah karena relatif masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Rendahnya pendidikan di masyarakat, budaya dan ekonomi menjadikan sebagian masyarakat memilih bersalin pada tenaga non kesehatan (dukun). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, juga menunjukan bahwa persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%, sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baru mencapai 69,3%. Hal ini menunjukan bahwa sekitar 31% persalinan masih ditolong oleh dukun. Kurangnya biaya menjadi salah satu alasan masyarakat untuk memilih bersalin pada dukun. Data SDKI 2002-2003 menunjukan bahwa kendala terbesar yang dihadapi penduduk miskin untuk mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan adalah ketiadaan uang (34 persen), jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terlalu jauh (18 persen), serta adanya hambatan dengan sarana angkutan atau transportasi (16 persen).

(36)

b. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kabupaten Parigi Moutong bahwa target pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan untuk tahun 2012 adalah 88%, sedangkan pencapaian dari Januari sampai Agustus 2012 adalah 57,64%.Demikian pula dari 6 Puskesmas yang ada di Wilayah kerja dinas kesehatan parigi Moutong, Puskesmas Palasa merupakan Puskesmas dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sangat rendah, yakni 205 persalinan (38,85%) selama bulan januari sampai dengan agustus 2012, dari target yang ditetapkan sejumlah 541 ibu melahirkan. Sedangkan jumlah persalinan oleh dukun berjumlah 66 persalinan atau 12,51%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui factor determinan yang berhubungan dengan pemilihan tenaga penolong persalinan.

c. Pada penelitian ICPD 1999 yang diadakan di Lima-Peru pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sebanyak 82% wanita berpendidikan memilih pelayanan tenaga kesehatan dan wanita tidak berpendidikan yang memilih tenaga kesehatan hanya 62%. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Bangsu tahun 1998 menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan tenaga penolong persalinan dengan p = 0.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang berpendidikan kurang, 86.21 % memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan dan ibu yang berpendidikan tinggi, 85.42 % memilih tenaga medis sebagai penolong persalinan. Dengan adanya program jampersal, diharapkan masyarakat akan beralih dari paraji menjadi ke tenaga kesehatan karena jampersal ini dikeluarkan untuk memfasilitasi semua golongan masyarakat untuk bersalin di

(37)

tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan yang diharapkan akan turut menekan AKI dan AKB.

d. Nanda Ariestyawati. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar 2010, persalinan

oleh tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin (Qrintile 1) baru mencapai sekitar 69,3%. Sedangkan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan baru mencapai 55,4%. Salah satu kendala penting untuk mengakses persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan adalah keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya sehingga diperlukan kebijakan terobosan untuk meningkatakan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan difasilitas kesehatan melalui kebijakan yang disebut Jaminan Persalinan. Jaminan Persalinan dimaksudkan untuk menghilangkan hambatan financial bagi ibu hamil untuk mendapatkan Jaminan Persalinan, yang didalamnya termasuk pemeriksaan kehamilan, pelayanan nifas termasuk KB pasca persalinan , dan pelayanan bayi baru lahir.

e. Rendahnya cakupan pemeriksaan selama kehamilan, akibat persalinan yang kurang bersih dan kebiasaan pada ibu-ibu hamil yang belum memenuhi

persyaratan medis dan kesehatan juga menyebabkan tingginya AKI di

Indonesia. SDKI 1994 menemukan kenyataan bahwa sebagian besar

persalinan ditolong oleh dukun dan bukan tenaga kesehatan, dan

sebanyak 70,6 % persalinan dilakukan di rumah yang tidak jarang jauh dari

syarat bersih dan sehat (Raheni, dkk, 1998). Keterlambatan ibu hamil

mendapatkan pelayanan perinatal juga disebabkan oleh faktor sosial ekonomi

(38)

masyarakat seperti pendidikan, pendapatan, pengambilan keputusan, jarak, biaya dan birokrasi rumah sakit (Nasrin, 2001; Hani, 2002; Khofifah, 2001)

C. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan Ibu dengan penggunaan layanan persalinan profesional. Ibu yang berpendidikan tinggi lebih banyak menggunakan pelayanan kesehatan profesional dari pada pendidikan rendah 2. Terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan penggunaan

pelayanan persalinan profesional. Pendapatan keluarga lebih tinggi lebih Pendidikan Ibu Pendapatan Keluarga

Pengetahuan ibu Kemampaun

membiayai Pelayanan Persalinan

Penggunaan Pelayanan Persalinan Profesional

Budaya

Keyakinan Ibu Bersalin

(39)

banyak menggunakan pelayanan persalinan profesional daripada pendapatan keluarga yang lebih rendah.

3. Terdapat hubungan antara pelayanan persalinan dengan pendidikan ibu dan pendapatan keluarga dengan penggunaan pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional.

(40)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Pengambilan Data

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Sukamanah Kabupaten Bogor Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014

B. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat korelasional, yaitu menghubungkan dua variabel bebas yaitu latar belakang pendidikan ibu, tingkat pendapatan keluarga dengan variabel terikat, penggunaan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi sasaran adalah ibu bersalin. Populasi berjangkau (sumber) adalah ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan maupun yang tidak menggunakan tenaga professional yang bertempat tinggal di kecamatan Megamendung.

2. Sampel

Sampel Fixed Disease Sampling yaitu dipilih berdasarkan status penolong persalinan, baik yang ditolong oleh tenaga kesehatan maupun bukan tenaga kesehatan ( Paraji )

(41)

Besar sampel diperkirakan berdasar atas rumus multivariat yang akan digunakan dalam analisis penelitian ini setiap variabel independen didalam model analisis Multivariat membutuhkan multivariabel 15 – 20 subjek penelitian karena terdapat tiga variabel independen yang dianalisis maka dibutuhkan tiga kali 15 – 20 yang dibutuhkan yaitu 45 – 60 subjek penelitian. Sempel yang digunakan sebanyak 57 ibu bersalin.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik proporsional dimana pengambilan sampel ini dilakukan dalam kegiatan posyandu tersebut ada beberapa ibu-ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan profesional dan bukan tenaga kesehatan.

Ukuran sampel untuk desain penelitian yang menggunakan analisis multivariat membutuhkan ukuran sampel yang lebih besar dari pada desain penelitian yang tidak menggunakan analisis multivariat. Rasio yang dianjurkan antara ukuran sampel dengan jumlah variabel independen adalah 15 hingga 20 subjek per-variabel independen (Murti, 2010). Jadi dalam penelitian ini ukuran sampel dengan tiga variabel independen minimal 45- 60 subjek penelitian.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas a. Pendidikan Ibu

(42)

b. Pendapatan Keluarga 2. Variabel terikat

Penggunaan pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional

E. Variabel dan Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah memasukan kategori tertentu dari tiap-tiap variabel yaitu (Hasan, 2009) :

1. Pendidikan

a. Definisi jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden

b. Alat ukur : kuisioner

c. Skala pengukuran : Kategorikal ( 0: < SMA, 1: ≥ SMA ) 2. Pendapatan

a. Definisi pendapatan total dalam keluarga pada setiap bulannya b. Alat ukut : kuisioner

c. Skala pengukuran : kategorikal (0: < UMR, 1: ≥ UMR) 3. Pelyanan persalinan tenaga kesehatan profesional

a. Definisi fasilitas yang digunakan untuk pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan profesional

b. Alat ukur : kuisioner

c. Skala pengukuran : Kategorikal (0: Tenaga kesehatan professional, 1: Bukan tenaga kesehatan/paraji).

(43)

F. Instrumen Penelitian

Alat pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuisoner. Jenis pertanyaan yang digunakan berupa kuisioner tertutup yaitu pembiayaan persalinan, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pelayanan persalinan

1. Kuisioner pembiayaan persalinan

Instrument pembiayaan persalinan pada ibu bersalin diberi alternatif dua jawaban yaitu punya dan tidak punya, yaitu :

a. Punya : 0 b. Sudah punya : 1 2. Kuisioner pendidikan ibu

Instrument tentang pendidikan diberikan alternatif dua pertanyaan pada ibu hamil yaitu pendidikan terakhir tidak tamat SMA dan pendidikan terakhir tamat SMA, yaitu :

a. < SMA : 0 b. ≥ SMA : 1

3. Kuisioner pendapatan keluarga

Instrument status pendapatan keluarga ibu hamil diberikan alternatif dua pertanyaan yaitu pendapatan dibawah UMR dan pendapatan diatas UMR, yaitu

a. < UMR : 0 b. ≥ UMR : 1

(44)

4. Kuisioner pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional

Instrument status pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional diberikan dua pertanyaan yaitu ditolong oleh tenaga kesehatan profesional atau bukan tenaga kesehatan/ paraji, yaitu

a. Tenaga kesehatan profesional : 0 b. Bukan tenaga kesehatan/paraji : 1

G. Uji Validitas Dan Reliabilitas

Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka kuisioner diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas, yaitu sebagai berikut : 1. Uji Validitas

a. Validitas isi

Validitas isi dari kuisioner dinilai dengan cara memeriksa apakah item-item pertanyaan di dalam kuisioner memang sudah sesuai dengan isi (content) dari masing-masing variabel yang diteliti,. Isi dari masing-masing variabel tersebut dinilai

kesesuaiannya dengan definisi variabel sebagai hasil sintesis dari teori-teori yang relevan, yang umumnya digunakan oleh penelitian dalam penelitian serupa sebelumnya dari pakar di bidang penelitian tersebut.

Berdasarkan dari sintesis teori, penggunaan definisi variabel menurut penelitian sebelumnya dan pakar, selanjutnya isi dari masing-masing variabel dijabarkan dalam sejumlah kisi.Selanjutnya

(45)

kisi tersebut dituangkan dalam pertanyaan-pertanyaan kuisioner. Sebuah kuisioner memiliki validitas isi yang tinggi, jika semua item pertanyaa kuisioner relevan dan meliputi semua aspek isi variebel yang akan diukur.

b. Validitas muka

Penelitian ini menggunakan alat ukur kuisioner, dengan memperhatikan tata bahasa, susunan item-item pertanyaan, sehingga masing-masing item pertanyaan dapat dipahami oleh subjek penelitian dengan benar.

Pada prinsipnya untuk memastikan validitas muka, peneliti mengkaji sejauh mana item-item pertanyaan dalam kuisioner telah disusun dengan kalimat yang baik, jelas, tidak terlalu panjang, dan setiap item pertanyaan hanya menanyakan sebuah pertanyaan.Dengan demikian masing-masing item pertanyaan tidak menimbulkan multi tafsir dan jawaban yang diperoleh adalah jawaban yang sesungguhnya.

c. Validitas konstruk

Berdasarkan dari tinjauan sejumlah teori, penelitian ini memastikan bahwa variabel-variabel yang diteliti diukur dengan benar sesuai dengan toeri yang relevan (concurrent validity),

(46)

H. Rencana Jalannya Penelitian

Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu:

1. Tahapan Persiapan

a. Melakukan studi pendahuluan untuk mengidentifikasi masalahdalam penelitian

b. Mengurus surat ijin studi pendahuluan dari UniversitasSebelas Maret Surakarta ke UPF Sukamanah kecamatan Megamendung Bogor c. Memberikan surat ijin studi pendahuluan tersebut ke tempat yang

digunakan sebagai penelitian 2. Tahapan Pelaksanaan

a. Melakukan uji validitas dan reliabilitas

b. Melakukan penelitian dan membagikan kuisioner

c. Penelitian menjelaskan cara pengisian kuisioner kepada responden d. Peneliti meminta kembali kuisioner yang telah diisi responden e. Peneliti memberikan skor pada item-item yang perlu diberi skor f. Mengolah data, dengan menggunakan bantuan program komputer g. Melakukan analisis data

3. Tahap Akhir

a. Melakukan pemeriksaan data yang telah dikumpulkan

b. Melakukan scoring dan tabulasi data kemudian menganalisis data dengan bantuan komputer

c. Menyimpulkan hasil penelitian dan membuat hasil penelitian

(47)

d. Mempertanggungjawabkan hasil proposal penelitian

I. Tehnik Analisis Data

Karakteristik semple data continue didestrivikasikan dalam : Mean, SD, Minimum, dan Maksimum. Karakteristik sempel data kategorial didestrivikasikan dalam : n , dan %.

Hubungan antara metode pembiayaan, pendidikan ibu, dan pendapatan keluarga dengan penggunaan pelayanan kesehatan profesional, di analisis serentak dalam model multivariat, yaitu analisis regresi logistik ganda tujuan dari analisis multivariat : untuk meng ektimasi antara variabel yang diteliti dengan mengontrol pengaruh faktor perancu persamaan sebagai berikut :

1n P

a x b1 X1 + b 2 X2 1-p

p = Penggunaan Pelayanan Persalinan Tenaga Kesehatan Profesional. 1-p = Penggunaan Pelayanan Persalinan Tenaga Kesehatan Tidak

Profesional.

x1 = Status Pembiayaan (0.Membayar pribadi) (1.BPJS)

x2 = Pendidikan Ibu (0.˂ SMA)

(1.≥ SMA)

x3 = Pendapatan Keluarga (0.˂ UMR) (1.≥ UMR)

(48)

Kekuatan variabel yang diteliti ditujuk oleh Odds Ratio (OR) = exp (b) Kemaknaan statistik dari Odds Ratio (OR) diuji dengan uji Wald hasilnya ditujuk oleh p.

(49)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini menganalisis variabel yang mempengaruhi penggunaan pelayanan persalinan yaitu tingkat pendidikan ibu dan pendapatan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Puskesmas Sukamanah Kabupaten Bogor Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 didapatkan deskripsi data penelitian serta hasil penelitian sebagai berikut.\ 1. Analisis Univariat

a. Gambaran responden berdasarkan pertolongan persalinan Tabel 4.1 Distribusi frekuensi pertolongan persalinan

Frekuensi Persentase

Paraji 25 43.9

Tenaga kesehatan 32 56.1

Total 57 100.0

Sumber : Data Primer, April 2014

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa pertolongan persalinan paling banyak masyarakat menggunakan tenaga kesehatan ada 32 orang (56,1%), dan yang menggunakan paraji yaitu sebanyak 25 orang (43,9%). b. Gambaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ibu

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu

Pendidikan ibu Frekuensi Persentase

< SMA 49 86.0

> SMA 8 14.0

Total 57 100.0

(50)

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu paling banyak adalah kurang dari SMA yaitu sebanyak 49 orang (86,0%), dan yang tingkat pendidikan SMA ke atas ada 8 orang (14,0%).

c. Gambaran responden berdasarkan penghasilan

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi penghasilan

Penghasilan Frekuensi Persentase

<Rp. 2 000 000 24 42.1

>Rp. 2 000 000 33 57.9

Total 57 100.0

Sumber : Data Primer, April 2014

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa penghasilan ibu paling banyak adalah lebih dari Rp.2000.000 yaitu sebanyak 33 orang (57,9%), dan yang penghasilan kurang dari Rp. 2.000.000 ada 24 orang (42,1%).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dala penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu serta penghasilan dengan pertolongan persalinan. Hasil analisis bivariat disajikan dalan tabel berikut.

Tabel 4.4 Hasil analisis bivariat hubungan antara pendidikan ibu dengan pertolongan persalinan.

Variabel

Pertolongan Persalinan

Total Sumber : Data Primer, April 2014

(51)

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa tingkat pendidikan ibu yang tersebut diketahui bahwa tingkat pendidikan SMA keatas 6.720 kali lebih cendrung pertolongan persalinan mengunakan tenaga kesehatan daripada yang tingkat pendidikan kurang dari SMA. Nilai p = 0,057 (p >0,05) artinya ada hubungan yang positif meskipun secara statistik tidak signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengguna pertolongan persalinan.

Tabel 4.5 Hasil analisis bivariat hubungan antara penghasilan dengan pertolongan persalinan

Variabel

Pertolongan persalinan

Total

Sumber : Data Primer, April 2014

Jumlah responden dengan pengahasilan kurang dari Rp.2.000.000 ada 24 orang (42,1%). Dengan pertolongan persalinan mengunakan Paraji ada 13 orang (22,8%), dan mengunakan tenaga kesehatan ada 11 orang (19,3%) dan untuk pendapatan yang Rp 2.000.000 keatas ada 33 orang

(52)

(57,9%) dengan pertolongan persalinan yang menggunakan Paraji ada 12 orang (21,1%), dan pertolongan persalinan mengunakan tenaga kesehatan ada 21 orang (36,8%). Diketahui bahwa responden dengan penghasilan Rp 2.000.000 keatas 2,068 kali kecenderungan pertolongan persalinan menggunakan tenaga kesehatan daripada yang penghasilan kurang dari Rp.2.000.000. Nilai p = 0,181 (p >0,05) artinya ada hubungan yang positif meskipun secara statistik tidak signifikan antara penghasilan dengan penggunaan pertolongan persalinan.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan ibu dan penghasilan terhadap penggunaan pelayanan persalinan. Berikut ini adalah hasil uji regresi logistik pengaruh tingkat pendidikan ibu dan penghasilan terhadap penggunaan pelayanan persalinan,

Tabel 4.6. Hasil Analisis Regresi Logistik ganda hubungan antara pendidikan ibu dan pengasilan keluarga dengan penggunaan pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional.

Variabel b

- 2 Log likelihood 73.43

Nagelkerke R Square 10,7 %

Sumber : Data Primer, April 2014

(53)

Tabel 4.6 menunjukan hasil regresi logistik ganda terdapat hubungan positif meskipun secara statistik tidak signifikan antara pendidikan ibu dengan pelayanan persalina tenaga kesehatan profesional.

Nilai Odds Ratio untuk tingkat pendidikan adalah 5,50, yang artinya bahwa tingkat pendidikan yang SMA keatas akan cendrung menggunakan pelayanan persalinan tenaga kesehatan 5,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang tingkat pendidikan kurang dari SMA. Dengan nilai 95%CI untuk Odds Ratio 0.59 - 51.62, yang artinya dalam populasi ada kemungkinan pengaruh pendidikan SMA keatas akan menggunakan pelayanan persalinan dari tenaga kesehatan sebesar rentang 0,59 – 51,62 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang tingkat pendidikan yang kurang dari SMA. Nilai p = 0,136.

Hasil regresi logistik ganda terdapat hubungan positif meskipun secara statistik tidak signifikan antara penghasilan keluarga dengan pelayanan persalinan tenaga kesehatan profesional. Nilai Odds Ratio untuk pendapatan ibu adalah 1.504, yang artinya bahwa penghasilan Rp. 2.000.000 keatas akan menyebabkan terjadinya seseorang memilih layanan persalinan mengunakan tenaga kesehatan 1.50 kali dibandingkan dengan < Rp. 2.000.000. 95%CI untuk Odds Ratio adalah 0.49 - 4.64, artinya dalam populasi ada kemungkinan ibu dengan penghasilan Rp. 2.000.000 keatas akan menggunakan pelayanan persalinan tenaga kesehatan sebesar rentang 0.49 – 4.64 kali lebih banyak dibandingkan

(54)

dengan yang penghasilan kurang dari Rp. 2.000.000. Nilai p = 0,477 (p>0,05).

Nilai Nagelkerke R square 10,7% yang artinya variabilitas variabel dependen (Penggunaan pelayanan persalinan) yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen (tingkat pendidikan dan penghasilan) sebesar 10,7%. Sehingga 100%-10,7%=89,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model.

B. Pembahasan

1. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pengunaan pelayanan

persalinan tenaga kesehatan profesional.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan akan cenderung memilih pelayanan persalinan mengunakan tenaga kesehatan, atau semakin rendah tingkat pendidikan akan cenderung memilih pelayanan persalinan mengunakan Paraji dan nilai signifikan pada 0,136 (p> 0,050) yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan pelayanan kesehatan. Diketahui bahwa nilai eksponen 5,500, yang artinya bahwa tingkat pendidikan yang SMA keatas akan menggunakan pelayanan persalinan 5,500 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang tingkat pendidikan kurang dari SMA.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan dengan penggunaan layanan kesehatan. Hal ini

(55)

dikarenakan masih banyaknya tingkat pendidikan warga yang dibawah SMA sehingga masih kentalnya pengaruh adat pada masyarakat dalam hal ini penggunaan Paraji dalam persalinan. Diketahui bahwa salah satu penyebab dari gangguan kesehatan adalah rendahnya pengetahuan ibu, maka seorang ibu tidak mampu untuk memilih atau menentukan pengambilan keputusan dalam memeriksakan kesehatan maupun kehamilan untuk keluarga atau untuk dirinya sendiri (Muhilal, 1982).Latar belakang pendidikan orang tua khususnya ibu rumah tangga merupakan salah satu unsur penting dalam menentukan keadaan kesehatan anggota keluarga.

Pada masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah, yaitu SMA ke bawah dalam memilih pelayanan kesehatan keluarga kurang mampu untuk menentukan bagaimana dengan masalah kesehatannya sendiri maupun kesehatan keluarganya, sedangkan pada masyarakat yang pendidikan cukup yaitu SMA ke atas dapat menunjukkan permasalahan kesehatannya dengan baik sesuai dengan keputusan kesehatan keluarga baik sendiri maupun anggota keluarga kurang yang rendah (dalam Kuriawati, 1998).

Dalam arti luas bahwa pendidikan mencatup seluruh hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya baik secara formal maupun non formal dalam rangka mewujudkan dirinya sesuai dengan tahapan tugas perkembangan secara optimal. Tingkat pendidikan

(56)

seseorang mempengaruhi pengetahuannya semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin tinggi pada tingkat pengetahuannya

Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan BPS (dalam Kurniawati, 1998) menyatakan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku ibu dalam menghadapi masalah-masalah kesehatan yang timbul dalam keluarganya.Di beberapa desa, makanan yang bergizi dijauhkan dari anak-anak, karena takut akan akibat yang akan ditimbulkan dari makanan tersebut. Di sebuah desa nelayan yang konsumsi ikan di kala-ngan orang tuanya tinggi, anak-anak dicegah untuk makan ikan, karena orang tua kawatir anaknya akan cacingan (Muhilal, 1982).

Dalam penelitian ini tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan layanan persalinan hal ini dikarenakan masih kentalnya adat dan kurangnya informasi tentang persalinan yang aman dengan menggunakan petugas kesehatan.

2. Hubungan penghasilan ibu dengan pengunaan pelayanan persalinan

tenaga kesehatan profesional.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada kecenderungan bahwa semakin tinggi penghasilan maka akan cederung mengunakan petugas kesehatan dalam layanan persalinan atau semakin sedikit penghasilan akan cenderung mengunakan Paraji dalam layanan persalinan. Nilai signifikan pada 0,447 (p>0,05) yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara penghasilan dengan penggunaan layanan persalinan. Diketahui bahwa nilai eksponen 1.504, yang artinya bahwa penghasilan

(57)

keluarga Rp. 2.000.000 keatas akan menyebabkan terjadinya seseorang memilih layanan persalinan mengunakan tenaga kesehatan 1.504 kali dibandingkan dengan penghasilan keluarga kurang dari Rp. 2.000.000.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan penggunaan layanan persalinan. Akan tetapi dalam tabulasi silang diketahui ada kecenderungan seseorang dengan penghasilan yang tinggi akan cenderung menggunakan tenaga kesehatan profesional.

Di negara maju maupun berkembang, tingkat sosial ekonomi berhubungan secara negatif berarti semakin tinggi tingkat sosial ekonomi semakin rendah tingkat kematian bayi dan anak. Beberapa penelitian mengenai masalah ini menunjukkan rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran akan masalah kesehatan, rendahnya pengetahuan pencegahan penyakit dan kesukaran memperoleh pelayanan kesehatan pada masyarakat golongan ekonomi dan sosial rendah/lemah. Widiyanti (1987) mengemukakan bahwa kegagalan untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam gizi, pendidikan dan kesehatan, menurunkan produktivitas. Pemenuhan kebutuhan dasar yang lebih baik dapat memecahkan lingkaran setan dari kemiskinan, yaitu kekurangan gizi, keadaan buta huruf dan penyakit yang menyebabkan rendahnya produktivitas tersebut. Pendapatan rendah menjadi sebab kekurangan gizi, keadaan buta huruf dan penyakit. (Munir dan Tjiptoherijanto, 1981).

.

Gambar

Tabel 4.4 Hasil analisis bivarat hubungan antara pendidikan ibu dengan
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi penghasilan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dari pernyataan diatas nampak bahwa sebagian besar responden beranggapan perusahaan Indonesia maupun asing yang ada di Indonesia lebih memilih mempekerjakan

Dari hasil analisis dapat diketahui, dengan pola pengaruh yang positif yakni koefisien sebesar 0.978, dapat dianalisis bahwa semakin baik atau tinggi lingkungan

Dari dua hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa semakin tinggi status sosial ekonomi masyarakat, mereka akan lebih memiliki sumber daya baik pengetahuan maupun materiil

Hasilnya menyebutkan bahwa pemilihan penolong persalinan pada tenaga kesehatan dapat ditentukan oleh pelayanan antenatal khususnya konseling yang diterima selama masa kehamilan,