1 PERBEDAAN KEMANDIRIAN SIKAP ANTARA ANAK SULUNG DAN
ANAK BUNGSU DI SMP NEGERI 2 KALIKAJAR
ARTIKEL TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Ellyzia Vinidya Pangestika
132013017
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
8
PERBEDAAN KEMANDIRIAN SIKAP ANTARA ANAK
SULUNG DAN ANAK BUNGSU DI SMP NEGERI 2
KALIKAJAR
Ellyzia Vinidya Pangestika, Yari Dwikurnaningsih, dan Sapto Irawan.
Program Studi S1 Bimbingan dan Konseling FKIP – Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi perbedaan kemandirian antara anak sulung dan anak bungsu siswa SMP Negeri 2 Kalikajar. Jenis penelitian ini merupakan penelitian komparasi. Populasi dan sempel pada penelitian ini berjumlah 60 siswa yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu 30 orang siswa berkedudukan anak sulung dan 30 siswa berkekudukan sebagai anak bungsu, total populasi dan sempel 60 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan skala sikap berdasarkan teori yang dipaparkan oleh Masrun 1986 (Sri Retno Pamungkas, 2006), dengan jumlah 42 item pernyataan. Teknik analisis data menggunakan Mann Whitney melalui program SPSS for Windows Release 16.0. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh Asymp. Sig 2-tailed sebesar 0,012 < 0,050, dengan mean ranks kemandirian anak sulung adalah 36,15 dan mean rank
kemandirian anak bungsu 24,85. maka dapat diartikan bahwa anak sulung lebih mandiri dibandingkan dengan anak bungsu hal ini ditunjukan dengan nilai
Asymp.sig, dan nilai mean rank, dengan demikian Hi diterima. Kata kunci: Kemandirian. Urutan Kelahiran
PENDAHULUAN
Remaja dituntut untuk tidak selalu tergantung pada orang tua atau orang dewasa lainnya. Remaja dituntut untuk hidup secara mandiri dan dapat memilih serta mempersiapkan dirinya. Steinberg (2002)
9 tingkat ketergantungan remaja
terhadap orang tua, adalah salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi siswa pada periode remaja. Sehingga ketika tidak adanya kemandirian pada remaja akan menghasilkan berbagai macam problem perilaku, misalnya; rendahnya harga diri, pemalu, tidak punya motivasi sekolah, kebiasaan belajar yang kurang baik, perasaan tidak aman, dan kecemasan. Ada banyak pilihan bagi mereka dan hendaknya seorang remaja dapat secara mandiri menentukan pilihan tanpa menggantungkan diri pada orang-orang disekitarnya untuk menentukan pilihan yang akan diambilnya, termasuk dalam memenuhi kebutuhannya. Seorang remaja berkesempatan melakukan banyak hal tanpa harus selalu tergantung pada orang-orang di sekitarnya, termasuk orang tua maupun teman sebaya. Mencapai kemandirian merupakan salah satu tugas perkembangan pada masa remaja. Pencapaian kemandirian sangatlah penting bagi remaja, karena hal itu sebagai tanda kesiapannya untuk memasuki fase
berikutnya dengan berbagai tuntutan yang lebih beragam sebagai orang yang lebih dewasa
Penelitian yang di laksanakan oleh Kurnia Ayu Ningrum (2015)
yang berjudul “perbedaan
kemandirian antara anak sulung dengan anak bungsu di SMP Negeri
11”, menguji secara empiris tentang
perbedaan kemandirian antara anak sulung dengan anak bungsu di SMP Negeri 11. Kemandirian merupakan kebebasan individu untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri, dapat membuat rencana untuk masa Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada perbedaan kemandirian antara anak sulung dengan anak bungsu, dengan asumsi anak sulung lebih mandiri daripada anak bungsu. yang ditunjukkan oleh koefisien t = 8,433 dengan p < 0,05. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putra, Eldyka (2014) dengan judul
10
Dari Urutan Kelahiran” penelitian
yang dilaksanakan menperoleh hasih Subyek adalah 90 siswa SMP Maria Goretti Semarang. Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama di dapat F = 1,401 (p> 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan kemandirian pada remaja antara anak sulung, anak tengah, anak bungsu.
Kedua penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan subjek yang sama yaitu remaja pada Sekolah Menengah Pertama (SMP). Adanya hasil yang berbeda ini membuat penulis tertarik untuk meneliti kembali mengenai ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemandirian anak sulung dan anak bungsu.
Subjek yang akan diteliti oleh penulis adalah remaja yang duduk dibangku sekolah menengah pertama lebih tepatnya siswa-siswi kelas IX, karena karena pada remaja ini akan diketahui tanda kesiapannya untuk memasuki fase berikutnya dengan berbagai tuntutan yang lebih beragam sebagai orang yang lebih mandiri. Hasil dari Pra penelitian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 2 Februari 2017, guru BK di
SMP Negeri 2 Kalikajar menyatakan bahwa masih banyak siswa-siswi yang belum sepenuhnya mandiri. Guru BK menyatakan bahwa banyak siswa yang masih menggantungkan diri pada orang-orang di sekitarnya untuk menentukan pilihan yang akan diambilnya dalam arti lain siswa masih banyak yang mencontek (tidak dapat mengandalkan dirinya sendiri). Siswa juga belum dapat berfikir secara abstrak mengenai permasalahan yang dihadapi. Bahkan sering siswa tidak bisa menjaga emosi didepan orang tua dan sesama teman. Pendapat yang dinyatakan oleh Guru BK di SMP Negeri 2 ini merupakan masalah, gejala-gejala kurangnya kemandirian yang ada.
11 tersebut penelitian ini disusun
dengan judul “Perbedaan
Kemandirian Sikap Antara Anak Sulung dan Anak Bungsu Pada Remaja di SMP Negeri 2 Kalikajar”. LANDASAN TEORI
Kemandirian
Kemandirian sebagai komponen keperibadian yang mendorong individu untuk mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain menurut Masrun 1989 ( dalamSri Retno Pamungkas 2006) Menurut Masrun, 1986 orang yang emiliki kemandirian memungkinkan seseorang tersebut untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu dengan dorongannya sendiri untuk kebutuhan dirinya sendiri, mengejar prstasi, penuh ketekunan serta berkeinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berfikir kritis dan bertindan secara optimal, kreatif, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tidakan-tindakannya, mampu mempengaruhi
lingkungan, mempunyai rasa kepercayaan diri, menghargai keadaan dirinya sendiri san memperoleh kepuasan dari usahanya (dalam Sri Retno Pamungkas 2006).
Asepek-aspek Kemandirian
Beberapa Aspek penting juga dikemukakan oleh Masrun 1986 (Sri Retno Pamungkas, 2006) Aspek-aspek yang dikemukakan adalah : a) Bebas Bertanggungjawab, ditunjukan
dengan adanya ciri-ciri : tindakan yang dilakukan atas kehendaknya sendiri bukan karena orang lain dan tidak berganting pada orang lain. b) Progresif atau Ulet ditunjukan
dengan ciri-ciri : usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serat mewujudkan harapan-harapannya.
c) Inisiatif ditunjukan dengan ciri-ciri : mampu berfikir dan bertindak secara original, kreatif dan penuh inisiatif. d) Pengendalian diri ditunjukan dengan
12 mempengaruhi lingkungan dan
mengenal diri sendiri.
e) Kemantapan diri, ditunjukan dengan ciri-ciri : merasa percaya atas kemampuan diri sendiri, dapat menerima dan memperoleh keputusan dari usaha sendiri.
Urutan kelahiran
Teori Adler tentang urutan kelahiran tersebut kemudian dikenal dengan istilah “Birth Order”, yaitu posisi seseorang dalam keluarga menurut urutan dia dilahirkan. Birth
Order atau Konsep Urutan
Kelahiran bukan didasarkan semata-mata pada nomor urutan kelahiran menurut diagram keluarga, melainkan berdasarkan persepsi psikologis yang terbentuk dari pengalaman seseorang di masa kecilnya, terutama sejak ia berusia dua sampai lima tahun (Hadibroto,2002).
Posisi/urutan kelahiran yang berbeda dalam keluarganya setiap anak mengembangkan gaya hidup yang berbeda pula. Gaya hidup tersebut membentuk kepribadian dan pola perilaku yang berbeda pada masa berikutnya baik pada masa remaja maupun masa dewasa.
Hadibroto dkk (2000) menyatakan bahwa hal tersebut disebabkan kepribadian yang terbentuk menurut urutan kelahiran tidak akan berubah lagi dan berdampak pada setiap bidang kehidupannya kelak.
Kecenderungan Perbedaan Kemandirian Sikap Anak Sulung dengan Anak Bungsu
Berikut ini ada beberapa kecenderungan perbedaan yang dimiliki oleh anak sulung dan anak bungsu yang diungkapkan oleh Hurlock (1990) :
Anak Sulung.
a) Pada tahun-tahun pertama mendapat curahan kasih sayang yang berlebih. b) Cenderung lebih matang dalam
interaksisosial karena sering berinteraksi dengan orang-orang dewasa.
c) Cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok, mudah dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orang tua.
d) Cenderung lebih matang secara emosi dan mau mengalah karena terkondisi untuk mengalah pada adik-adiknya. e) Cenderung lebih mampu
adik-13 adiknya (dalam menggantikan
peran orang tuanya).
f) Cenderung lebih mandiri (terbiasa melakukan kegiatannya sendiri tanpa bantuan orang lain)
g) Merasa tidak aman, takut tiba-tiba kehilangan nasib baik, dan pemarah
Anak Bungsu
a) Lebih lama mendapat curahan kasih sayang secara berlebih tidak hanya pada tahun pertama bahkan sampai ia dewasa.
b) Cenderung kekanak-kanakan karena selalu dimanjakan oleh orangtua dan orangorang di sekitar.
c) Cenderung keras dan banyak menuntut sebagai akibat kurang ketatnya disiplin dan dimanjakan oleh anggota keluarga.
d) Cenderung mudah emosi (menuntut dan memaksa untuk mendapatkan sesuatu
e) Cenderung kurang bertanggung jawab; biasanya melimpahkan tanggungjawab pada orang-orang disekitarnya atau diambil alih tanggung jawabnya.
f) Cenderung kurang mandiri, karena sering dibantu oleh orang lain.
g) Merasa inferior dengan siapa saja, tergantung pada orang lain, dan mengembangkan gaya hidup manja.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian komparasi. Penelitian komparasi adalah penelitian yang berusaha untuk menemukan
persamaan dan perbedaan tentang benda, orang, prosedur kerja, ide, dan kritik terhadap orang atau kelompok. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa penelitian komparasi adalah penelitian yang ingin membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebabnya (Sudijono, 2000). Ada pun dalam penelitian ini yang dicari adalah perbedaan kemandirian sikap antara anak sulung dengan anak bungsu.
Populasi dan Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
proporsional random sampling,
14 dipilih remaja dengan kedudukan
anak sulung dan anak bungsu, sedangkan populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP Negeri 2 kalikajar. Peneliti memilih siswa kelas IX karena pada rentan usia 12 sampai 15 tahun Pada usia ini atau masa ini siswa berada pada masa remaja awal di mana siswa sedang mengembangkan jati diri dan sedang melalui proses pencarian identitas diri. Sehubungan dengan itu pula rasa tanggungjawab dan kemandirian mengalami proses pertumbuhan. Berikut ini merupakan daftar jumlah siswa yang berkedudukan sebagai anak sulung dan anak bungsu:
kelas
a.Variabel penelitian yang dalam penelitian ini adalah: Variabel bebas (X): Urutan Kelahiran
b.Variabel terikat (Y): Kemandirian sikap
Teknik Pengumpulan Data
Jenis skala yang digunakan untuk mengukur kemandirian pada remaja ini adalah skala Skala Likert dengan alternatif jawaban SS, S, AS, KS, TS, STS. Skala ini dibuat berdasarkan aspek kemandirian yang dipaparkan oleh Masrun 1986 (Sri Retno Pamungkas, 2006). Responden diminta untuk memilih pernyataan yang sesuai dengan dirinya. Skala ini di kembangakan dari skripsi yang di tulis oleh Sri Retno Pamungkas, (2006).
Uji Instrumen
Peneliti melakukan uji instrumen pada hari Kamis tanggal 17 juli 2017 di dusun Kacepit desa Wulungsari Wonosobo yang secarara acak dipilih responden yang berkedudukan anak sulung dan anak bungsu sebanyak 30 responden.
Teknik Analisis Data
15
“Perbedaan Sikap Kemandirian
antara Anak Sulung Dan Bungsu
Pada Remaja SMP 2 Kalikajar”
menggunakan analisis Mann-Whitney Test yang merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif (uji beda) bila data penelitian berskala ordinal. Sedangkan pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program
SPSS release 16.00 for windows
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sekolah dan Subjek Penelitian
SMP Negeri 2 Kalikajar adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri yang berlokasi di Propinsi Jawa Tengah Kabupaten Kab. Wonosobo dengan alamat Dusun Perboto, Kalikajar Desa Mungkung Kec. Kalikajar. Jumlah siswa yang bersekolah di SMP negeri 2 Kalikajar yaitu : Siswa Laki-laki berjumlah sekitar 219 dan Siswa Perempuan berjumlah 191 orang. Sedangkan jumlah pengajar yang ada adalah 27 orang. Siswa-siswi yang
bersekolah di SMP negeri 2 Kalikajar berasal dari desa-desa terdekat. Subjek penelitian ini adalah siswa siswi kelas IX SMP Negeri 2 Kalikajar Wonosobo yang berkedudukan sebagai anak sulung dan anak bungsu
Hasil Analisis Deskriptif
Total item pada instrumen yang digunakan oleh peneliti berjumlah 42 item dengan pilihan jawaban SS (sangat sesuai), S (sesuai), AS (agak sesuai), KS (kurang sesuai), tidak sesuai (TS), sangat tidak setuju (STS). Untuk mengetahui tinggi rendahnya pengukuran dari variabel Kemandirian maka penulis mengelompokan menjadi 4 kategori:
Inter val
Kateg ori
Sulung Bungsu
16 Hasil Analisis Komparasi
Analisis komparasi menggunakan teknik analisis Mann-Whitney Test. dengan menggunakan bantuan program SPSS For Windows release 16.0 yang dapat dilihat pada
Mann-Whitney U 280.500
Wilcoxon W 745.500
Z -2.508
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
a. Grouping Variable: kedudukan
Berdasarkan tabel 4.4 hasil analisis data dengan bantuan SPSS For Windows release 16.0 diketahui nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah 0,012. Jadi dari hasil analisis tersebut ditunjukan bahwa jika nilai
Asymp.Sig(2-tailed) = 0,012 <
0,050, dengan mean ranks kemandirian anak sulung adalah 36,15 dan mean rank kemandirian anak bungsu 24,85. maka dapat diartikan bahwa anak sulung lebih mandiri dibandingkan dengan anak bungsu hal ini ditunjukan dengan nilai Asymp.sig, dan nilai mean rank yang ditunjukan pada tabel diatas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa “ada perbedaan kemandirian yang signifikan antara siswa yang berkedudukan sebagai anak sulung dan siswa yang berkedudukan sebagai anak bungsu”
Uji Hipotesis
Hipotesis yang dibuat oleh penulis adalah “Ada perbedaan sikap kemandirian yang signifikan antara anak
sulung dengan anak bungsu” sementara
17 bungsu”. Maka dapat dinyatakan bahwa
hipotesis DITERIMA.
Pembahasan
Berdasar analisis komparasi menggunakan teknik analisis Mann-Whitney Test. dengan menggunakan bantuan program SPSS For Windows release 16.0 hasil analisis diperoleh sig = 0,012 < 0,050, dan dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
“ada perbedaan kemandirian pada antara anak yang berkedudukan sebagai anak sulung dan siswa yang berkedudukan sebagai anak bungsu”. Hal tersebut seturut pendapat (Hurlock (1990) tentang kecenderungan perbedaan kemandirian anak sulung dengan anak bungsu, yang menyatakan bahwa anak sulung cenderung lebih mandiri, sedangkan anak bungsu cenderung kurang mandiri, karena sering dibantu orang lain dalam melakukan suatu kegiatan. Perbedaan kemandirian anak sulung dan anak bungsu ini juga dapat dipengaruhi oleh kebudayaan maupun sikap orangtua dalam memperlakukan anak. Setiap budaya seorang anak mengalami tekanan untuk
18 kesiapannya untuk memasuki fase
berikutnya dengan berbagai tuntutan yang lebih beragam sebagai orang dewasa.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia Ayu Ningrum (2015) yang mengemukakan hasil penelitiannya. Diketahui bahwa ada perbedaan kemandirian antara anak sulung dengan anak bungsu, dengan asumsi anak sulung lebih mandiri daripada anak bungsu. yang ditunjukkan oleh koefisien t = 8,433 dengan p < 0,05. Akan tetapi penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh. Putra, Eldyka (2014) dengan judul
“Kemandirian Pada Remaja Ditinjau Dari Urutan Kelahiran” Subyek adalah 90 siswa SMP Maria Goretti Semarang. Alat ukur yang digunakan adalah skala kemandirian. Metode analisis data yang digunakan adalah adalah teknik anava satu jalur. Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama di dapat F = 1,401 (p> 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan kemandirian pada remaja antara anak sulung, anak bungsu. Dalam penelitian ini juga menggunakan
subjek yang sama yaitu individu yang berstatus kedudukan anak sulung dan bungsu yang berada pada bangku SMP, dengan kisaran umur 12-15 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh penulis berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh. Putra, Eldyka karena jumlah populasi yang diambil oleh peneliti berbeda, metode analisid data, penulis menggunakan analisis komparasi menggunakan teknik analisis Mann-Whitney Test. dengan menggunakan bantuan program SPSS For Windows release 16.0 sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Putra, Eldyka menggunakan analisis data yang digunakan adalah adalah teknik anava satu jalur, selain itu teori dan skala yang digunakan juga berbeda.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat di simpulkan
bahwa “ada perbedaan yang
signifikan kemandirian antara anak sulung dan anak bungsu di SMP 2
Kalikajar”. Hal ini dibuktikan
19 dengan Mann-Whitney Test
Asymp.Sig(2-tailed) sebesar 0,012 < 0,050 dengan mean rank anak sulung 36,15 dan anak bungsu 24,85. Dengan demikian Hi diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap kemandirian anak sulung dan anak bungsu.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti di SMP Negeri 2 Kalikajar, maka peneliti akan memaparkan beberapa saran yang sebagai berikut :
Bagi Siswa-Siswi SMP Negeri 2 Kalikajar
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada perbedaan kemandirian yang signifikan antara anak sulung dan anak bungsu. Jadi saran untuk para siswa dan siswi yang berkedudukan sebagai anak sulung dan anak bungsu di SMP Negeri 2 Kalikajar adalah untuk lebih belajar mandiri. Meningkatkkan kemandirian pada masing-masing individu (kemandirian emosi, perilaku, dan nilai.), karena subjek
memiliki tingkat kemandirian yang berbeda-beda.
Bagi Guru
Pencapaian kemandirian tersebut sangat penting bagi siswa-siswi, karena kemandirian adalah tanda kesiapan siswa-siswi untuk memasuki fase berikutnya dengan berbagai tuntutan yang lebih beragam sebagai orang dewasa. Maka peneliti menyarankan agar setiap Guru di SMP Negeri 2 Kalikajar, Wonosobo dapat berperan aktif untuk meningkatkan kemandirian siswa-siswi. Seperti merencanakan pembelajaran yang bersifat mandiri.
Bagi Guru BK
20 Berdasarkan hasil penelitian ini
diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat menggali lebih banyak lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian yang dimiliki remaja saat ini. Karena kemandirian merupakan hal yang sangat penting bagi remaja untuk melanjutkan kekehidupan mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1978.
Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa
Arikunto,Suharsimi. 1996.
Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta. BAzwar, Saefudin. 2000.
Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
B Simandjuntak & L Pasaribu. 1984. Pengantar Psikologi Perkembangan. Bandung: Tarsito.
Basri, Hasan. 2000. Remaja Berkualitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset. Gea, Antonius Atosokhi dkk.
2002. Relasi dengan Diri
Sendiri. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Hadibroto, Iwan dkk. 2002.
Misteri Perilaku Anak Sulung, Tengah, Bungsu, dan Tunggal.
Hurlock.(1980). Psikologi Perkembangan.
Erlangga:Jakarta.
Kurnia, Ayu, I 2015 “Perbedaan Kemandirian Antara Anak
Sulung Dengan Anak
Bungsu Di Smp Negeri
11”. Skripsi, Medan: Universitas Medan Area. Lie, Anita & Prasasti, Sarah.
2004. 101 Cara Membina
Kemandirian dan
Tanggung Jawab Anak.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Partowisastro, Koestoer. 1983.
Dinamika Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Prawironoto, Hartati dkk. 1994.
Pembentukan Budaya
dalam Lingkungan
Keluarga didaerah Jawa
Tengah. Jateng:
Depdikbud Dirjen Kebudayaan.
Putra, Eldyka. 2014. ”
Kemandirian Pada
21
Urutan Kelahiran”.
Skripsi. Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata.
Sri Retno pamungkas. 2006.
“Kemandirian Pada
Remaja Ditinjau Dari
Urutan Kelahiran”.
Skripsi. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.
Steinberg. (2002).
Adolescence.6th Ed. USA: McGraw Hill Higher Education
Sudijono, Anas. 2000 Pengantar statistik pendidikan: Jakarta Raja Grafindo Persada