• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI KABUPATEN MAGELANG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FINANSIAL PETERNAK SAPI PESERTA KREDIT

KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI (KKPE) DAN MANDIRI DI

KABUPATEN MAGELANG

Financial analysis from participants cattle ranchers of credit security food and energy (CCFE)and independent in Magelang

Suharti1) dan Nurdayati2)

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang 1)

Suharti.59@gmail.com 2)

datinurdayati@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat ROI (Return of Investment), menentukan besarnya keuntungan dan beberapa faktor yang mempengaruhi usaha peternak sapi peserta KKPE dan mandiri di Kabupaten Magelang. Penelitian dilakukan di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, Juli sampai September 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung pada 30 responden berdasarkan kuesioner yang telah dipersiapkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat ROI dengan modal KKPE (40%) lebih besar apabila dibandingkan dengan ROI dengan modal mandiri (38%), rata-rata keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan modal KKPE adalah Rp 2. 807.789,-, sedangkan yang mandiri sebesar Rp 2.412.678,-. Faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan peternak sapi peserta KKPE dan mandiri adalah variabel skala usaha, variabel pengalaman beternak dan Dummy.

Kata kunci: Finansial, peternak sapi, modal KKPE, modal mandiri

ABSTRACT

The research aimed to determine the level of ROI (Return on Investment), determine the amount of benefits and some of the factors that affect your business KKPE cattle ranchers and independent participants in Magelang. The research was conducted in the District Pakis Magelang, July-September 2014. Data was collected through direct interviews with 30 respondents based on the questionnaire that had been prepared. The analysis showed that the level of ROI with KKPE capital (40%) was higher compared to ROI with Independent Capital (38%), average profit obtained by using KKPE capital was Rp 2,807,789.00 while Independent capital was Rp 2,412,678.00. The factors that affected the average profit of beef cattle breeders, KKPE and independent capital participants, were scale of business, breeding experiences and Dummy variables.

(2)

PENDAHULUAN

Pembangunan peternakan terutama pengembangan sapi potong perlu dilakukan melalui pendekatan usaha yang berkelanjutan, modern, dan profesional dengan memanfaatkan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi usaha. Selain itu, pengembangan usaha sapi potong hendaknya didukung oleh industri pakan dengan mengoptimalkan peman- faatan bahan pakan spesifik lokasi melalui pola yang terintegrasi. Untuk memenuhi kecukupan pangan, terutama protein hewani, pengembangan peternakan yang terintegrasi merupakan salah satu pilar pembangunan sosial ekonomi.

Pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya peternakan yang seimbang merupakan

blue print pengembangan peternakan

dimasa mendatang (Riady, 2004). Dalam menyiasati pengembangan agribisnis agroindustri telah disepakati visi pembangunan pertanian yaitu modern, tangguh dan efisien. Adapun misinya adalah memberdayakan petani, peternak dan nelayan menuju suatu masyarakat tani yang mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan. Sasaran tersebut hanya akan dapat dicapai bila dilakukan dengan strategi mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya, memperluas spektrum pembangunan pertanian, menerapkan teknologi tepat guna serta meningkatkan efisiensi sistem agribisnis dengan penerapan ilmu dan teknologi (Suprapto, 1999).

Sasaran pembangunan jangka panjang yakni menciptakan kemampuan industri yang kuat dan didukung oleh pertanian yang tangguh, maka pembangunan subsektor peternakan diarahkan untuk mengembangkan pola peternakan yang berwawasan agroindustri, agribisnis, berdaya guna dan tangguh (Rusono, 1999).

Peternakan rakyat yang memiliki proporsi terbesar perlu didorong menjadi peternak yang maju dimana kebanyakan dari mereka adalah peternak kecil dengan modal dan pengetahuan yang sangat rendah (Sudaryanto, 1993).

Profitabilitas merupakan aspek penting di dalam penilaian kinerja efisiensi suatu usaha peternakan, yang perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana manajemen di dalam mengelola sumber-sumber dan membandingkan dengan kinerja usaha peternakan yang lain. Usaha mening- katkan profitabilitas suatu peternak dapat dilakukan antara lain melalui penataan keseimbangan yang optimal antara sumber dan penggunaan dana sehingga diharap- kan akan memberikan hasil yang optimal. Kebutuhan pembiayaan di sektor pertanian, tidak hanya sebatas untuk keperluan investasi atau modal kerja, tetapi juga menghadapi tantangan lain berupa permasalahan infrastruktur pertanian.

Petani di pedesaan cenderung lebih sering mengakses kredit dari pihak informal dengan bunga yang tinggi. Petani sering merasa kesulitan dalam mengakses pinjaman yang dikeluarkan oleh lembaga pembiayaan formal karena persyaratan yang dinilai berbelit, memerlukan agunan, dan membutuhkan waktu yang lama. Salah satu kendala peternak sapi peserta Kredit KKPE maupun mandiri yaitu ketidakpastian atas keuntungan yang diperoleh, sehingga peneliti menganggap perlu melakukan penelitian tentang analisis finansial usaha peternak sapi peserta KKPE dan peternak mandiri. Penelitian bertujuan mengetahui tingkat ROI (Return of Investment), menentukan besarnya keuntungan dan beberapa faktor yang mempengaruhi usaha peternak sapi peserta KKPE dan mandiri di Kabupaten Magelang.

(3)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada peternak sapi potong peserta kredit KKPE dan mandiri di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang, Juli sampai September 2014.

Materi

Materi yang digunakan untuk penelitian ini adalah 30 petani peternak yang terdiri dari 15 petani peternak usaha sapi potong dengan modal KKPE dan 15 petani peternak usaha ternak sapi potong dengan modal mandiri di Kabupaten Magelang Skala usaha berkisar antara 1-3 ekor per periode. Umur pemeliharaan sapi 6 bulan per periode, sehingga dalam satu tahun terdapat 2 kali pemeliharaan (periode).

Metode

Penelitian dilakukan dengan cara survei, untuk mencari informasi yang berkaitan dengan penelitian, menentukan lokasi dan peternak peserta kredit KKPE dan mandiri yang akan dijadikan responden. Penentuan responden dilakukan secara

porpusive random sampling 30 petani

peternak yang terdiri dari 15 peternak peserta kredit KKPE dan 15 peternak mandiri dari 1 Kecamatan di wilayah Kabupaten Magelang.

Pengambilan data meliputi data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dengan cara survei dan wawancara langsung kepada responden dengan pedoman alat bantu kuesioner yang telah dipersiapkan. Data sekunder diambil dari dinas/instansi terkait. Observasi langsung pada daerah penelitian juga dilakukan untuk melengkapi data primer dan sekunder.

Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan denga analisis regresi berganda dan Uji beda dua rata-rata. % 100 x Investasi rata Rata Netto Keuntungan ROI Keuntungan (π)= Penerimaan (TR) – Pengeluaran (TC) Keterangan: TR = Total Revenue TC = Total Cost

Analisis Regresi yang digunakan, persamaannya sebagai berikut:

Y = a + b l X I + b 2 X 2 + b 3 X 3 + M X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + b 7 D

Y = Pendapatan

X I = variabel skala usaha (ekor) X2 = variabel total biaya produksi (Rp) X3 = volume penjualan (R p )

X4 = Luas kandang (m2 )

X5 = Pengalaman beternak (Tahun) X6 = Pendidikan pemilik

D = Dummy (diberi nilai 1 untuk peserta KKPE dan diberi nilai 0 bukan peserta KKPE/Mandiri)

Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel Independen terhadap variabel dependen secara parsial menggunakan uji t.

Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama dengan mengguna- kan uji F.

Uji Model untuk mengetahui seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen

(4)

Pengukuran Variabel

1. Keuntungan adalah keuntungan rata-rata bersih dikurangi dengan pajak (Rp) 2. Skala usaha adalah jumlah ternak yang dipelihara dalam satu periode pemeliharaan (ekor).

3. Biaya Produksi adalah semua biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk memproduksi sapi sampai dengan siap jual (Rp).

4. Penjualan adalah harga jual panen rata-rata yang diperoleh dari penjualan setiap kilogram (Rp).

5. Luas kandang adalah luasan dari kandang rata-rata yang disediakan oleh peternak untuk memelihara sapi (m2). 6. Pengalaman beternak adalah jumlah

pengalaman dalam mengusahakan ternak rata-rata/tahun sejak dimulai usaha sapi (tahun).

7. Pendidikan pemilik adalah pendidikan rata-rata peternak sapi yang digunakan sebagai responden (0= tidak lulus SD, 1= lulus SD, 2= lulus SMP dan 3= lulus SMA).

8. Dummy.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat ROI

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengusahaan ternak sapi potong dengan modal KKPE (40%) besarnya ROI lebih tinggi apabila dibandingkan dengan tingkat ROI untuk pengusahaan sapi potong dengan modal sendiri (38%).

Besarnya Keuntungan (Profit)

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengusahaan sapi potong dengan kredit KKPE memperoleh rata-rata keuntungan yang lebih besar yaitu sebesar Rp 2.807.789 apabila dibandingkan dengan pengusahaan sapi potong yang mandiri yaitu sebesar Rp 2. 412.678. Kondisi yang

demikian adalah dikarenakan adanya perbedaan pengadaan modal dengan KKPE mempunyai tingkat bunga yang lebih rendah dalam pengadaan modalnya.

Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Hasil analisis menunjukkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan pada usaha sapi potong skala usaha dan pengalaman beternak. Secara keseluruhan hasil estimasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil estimasi dari beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi dengan modal KKPE dan mandiri dapat diintepretasikan sebagai berikut:

a. Uji model

Berdasarkan uji model pada Tabel 1, diketahui besarnya koefisien determinasi adalah 0,723 artinya 72,3% pendapatan (variabel dependen) dapat dijelaskan oleh Skala usaha, biaya produksi, volume penjualan, pengalaman beternak, luas kandang, pendidikan pemilik dan Dummy (variabel independen), sedangkan yang 27,7% dapat dijelaskan oleh variabel diluar model.

b. Uji F

Nilai uji F sebesar 7,092 (P<0,001) artinya semua faktor dari variabel yang mem- pengaruhi pendapatan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh sangat signifikan.

c. Uji T

Apabila dilihat secara parsial maka skala usaha, pengalaman beternak dan Dummy berpengaruh signifikan terhadap variabel pendapatan sedangkan variabel biaya produksi, volume penjualan, luas kandang dan pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap pendapatan.

(5)

Tabel 1. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Variabel independen Koefesien

regresi Standar error T-hitung Tingkat signifikan

Konstanta 8.359 7.628 1.096 0,305 Skala Usaha 8.588*) 3.451 2.488 0,038 Biaya Prodksi -.086 .089 -.965 0,363 Volume Penjualan .117 .075 1.568 0,156 Pengalaman Beternak 6.267 *) 2.616 -2.395 0,043 Luas Kandang 39866.306 557474.883 .072 0,945 Pendidikan Pemilik 9.580 4.735 2.023 0,078 Dummy 0,120 6.77 3.90 0,034 Uji F = 7,092 **)

Koefesien determinasi (R2 Adjustd) = 0,723

**)= sangat signifikan (P<0,01), *)= signifikan (P<0,05) Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

d. Skala usaha

Variabel skala usaha berpengaruh signifikan (P<0,05) terhadap pendapatan dengan koefisien variabel 8.588 dan mempunyai tanda positif. Artinya jika skala usaha dinaikkan 1% maka pendapatan dari usaha ternak sapi potong dengan modal KKPE dan Mandiri di Kabupaten Magelang akan meningkat sebesar 8,588%. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan bertambahnya skala usaha maka pendapatannya akan meningkat.

e. Biaya produksi

Variabel biaya produksi tidak berpengaruh terhadap pendapatan, hal yang demikian dikarenakan besarnya biaya yang dikeluarkan antara peternak satu dan lainnya masih sama terutama biaya pembuatan kandang. Rata-rata pemeliharaan sapi yang dipergunakan sebagai responden adalah 1 sampai 3 ekor, jadi untuk biaya pembuatan kandang dan pemeliharaannnya tidak jauh berbeda antara peternak yang mempunyai sapi 1 ekor, 2 ekor bahkan yang 3 ekor.

f. Volume penjualan

Variabel volume penjualan tidak berpengaruh terhadap pendapatan, hal yang demikian dikarenakan semua sapi yang dijual sama dengan yang diajukan. Rata-rata jumlah kepemilikan dengan modal KKPE jumlahnya sama yaitu satu, sedang yang mandiri 1-3 ekor saja.

g. Pengalaman beternak

Variabel pengalaman beternak ber- pengaruh signifikan terhadap pendapatan (P<0,05) dengan koefisien variabel 6.267 dan mempunyai tanda positif. Artinya jika pengalaman beternak bertambah 1% maka pendapatan usaha ternak sapi potong modal KKPE dan Mandiri di Kabupaten Magelang akan meningkat 6.267%. Hal ini diartikan bahwa bertambahnya pengalaman usaha ternak sapi maka pendapatannya akan meningkat.

h. Luas kandang

Luas kandang tidak berpengaruh terhadap pendapatan hal yang demikian di- karenakan luas kandang pada usaha ternak

(6)

sapi di Kabupaten Magelang sama karena rata-rata pemeliharaan antara 1-3 ini merupakan mayoritas, karena usaha ternak sapi masih merupakan usaha sampingan.

i. Pendidikan pemilik

Rata-rata pendidikan peternak sapi masih berpendidikan SD 80%, yang ber- pendidikan SMP dan SMA hanyalah 20% saja, yaitu dari 30 responden yang berpendidikan SMP dan SMA ada 6 orang.

j. Dummy

Dummy usaha pemeliharaan sapi dengan

modal KKPE dan Mandiri menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05), artinya ada perbedaan antara peternak sapi yang menggunakan modal KKPE dan peternak yang menggunakan modal Mandiri

KESIMPULAN

1. ROI yang dihasilkan oleh peternak sapi potong yang menggunakan modal KKPE sebesar 40% lebih tinggi dari ROI dengan modal sendiri sebesar 30%.

2. Keuntungan usaha ternak sapi potong dengan modal KKPE sebesar Rp 2.807.789,- lebih besar dari keuntungan usaha sapi potong dengan modal sendiri (Rp 2.412.678,-).

3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap usaha peternakan sapi potong

peserta KKPE dan modal mandiri yaitu: skala usaha, pengalaman beternak dan dummy. Sedangkan yang tidak berpengaruh nyata yaitu: biaya produksi, volume penjualan, luas kandang dan pendidikan pemilik.

DAFTAR PUSTAKA

Riyadi M, 2004. Tantangan dan peluang peningkatan produksi sapi potong menuju 2020. Prosiding Lokakarya Nasional Sapi Potong, Yokyakarta 8-9 Oktober 2004. Pusat penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Rusono N., 1999. Sinergis Antar Sub Sektor Dalam Pengembangan Pertanian Terpadu, Makalah, Dalam Lustrum VI Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.

Sudaryanto, 1993. Menumbuhkan Hubungan Kemitraan Usaha yang sehat Sebagai Landasan Untuk mengembangkan Industri Peternakan Rakyat Bidang perunggasan. Majalah Poulty Indonesia, No. 162: 25-30.

Suprapto A, 1999. Perspektif Agribisnis dan Agroindustri Menjelang Melenium III" Makalah. Badan Agribisnis Departemen Pertanian.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini terungkap jelas dalam salah satu diktum pertimbangannya, yaitu bahwa dalam rangka pencapaian tujuan nasional pada umumnya dan mencerdaskan kehidupan bangsa pada

Hasil dari penelitian Ismail dan Lestari (2012), menyatakan bahwa motivasi kualitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap minat mahasiswa untuk mengikuti

Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak ada dorongan atau

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan memengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan didapat hasil bahwa dari sekian banyak responden, ternyata sebagian besar pernah memberikan review maupun rating pada

Dalam kaitan dengan upaya yang sedang dilakukan, para informan mengungkapkan bahwa hal yang paling penting adalah memahami komunikasi interpersonal, menempatkan baik orang tua

Pada penelitian ini substitusi tepung Skeletonema yang terlalu berlebih juga dapat mempengaruhi kualitas air media pemeliharaaan sehingga air media menjadi cepat

MajIis Majlis Mesyuarat Kerajaan dibahagikan kepada dua, Majlis Negeri.. yang mempunyai kuasa perundangan dan Jemaah Menteri yang mempunyai kuasa pe1aksanaan. MB Majlis