• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Esensi Keberadaan Youth center di Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Esensi Keberadaan Youth center di Yogyakarta"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

1.1.1 Esensi Keberadaan Youth center di Yogyakarta

Yogyakarta sebagai salah satu Kota Besar di Indonesia yang memiliki predikat baik sebagai Kota Pendidikan maupun Kota Budaya, memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan dan mengembangkan salah satu pokok utama berkembangnya suatu bangsa, yakni Pemuda.

Pendidikan adalah kunci utama untuk mengarahkan dan mengembangkan pemuda. Namun begitu, bentuk pendidikan sebaiknya tidak hanya dibatasi oleh pendidikan formal yang berlangsung di sekolah-sekolah atau universitas saja. Karena, pendidikan di sekolah-sekolah ataupun universitas lebih menekankan pada pendidikan akademis. Padahal, pendidikan non-akademis juga sama pentingnya untuk dilaksanakan. Hal ini penting untuk menyeimbangkan kualitas pemuda untuk bisa berprestasi dalam berbagai bidang yang nantinya juga dapat mengembangkan suatu Bangsa, ataupun mengharumkan nama bangsa melalui prestasi.

Dewasa ini, juga sedang banyak diberitakan isu-isu tentang pemuda di Indonesia yang semakin lama semakin terdegradasi moralnya. Isu-isu tersebut antara lain adalah Isu Tawuran Pelajar, Penyalahgunaan Narkoba, Seks bebas, hingga isu Terorisme. Isu - isu tersebut tentunya juga merupakan permasalahan pemuda di Yogyakarta. Terutama yang berkaitan dengan pelajar. Misalnya saja tawuran antara SMA 6 dan SMA Muhammadiyah Satu atau SMA 9.

Dari isu-isu tersebut diatas, kemudian dapat disimpulkan bahwa perlu ada suatu wadah akitvitas yang dapat dijadikan sarana bagi para Pemuda di Yogyakarta khususnya untuk dapat mengembangkan minat dan bakatnya sehingga dapat berprestasi, dan menghindarkan pemuda dari perbuatan-perbuatan atau aktivitas yang dapat merugikan pemuda.

1.1.2 Youth Center Sebagai Solusi Permasalahan Pemuda

Seiring dengan berkembangnya zaman dan teknologi, turut berkembang pula permasalahan pemuda. Permasalahan yang paling pelik diantaranya adalah pergaulan bebas yang bisa berujung pada penyalah gunaan narkoba, dan perilaku seks bebas. Adapun beberapa masalah lain diantaranya adalah terorisme, balapan liar, kecanduan game, dan Tawuran.

(2)

2 Misalnya saja, berdasarkan data yang dikutip dari “kabarsoutheastasia.com” yang menyatakan bahwa Menurut perkiraan Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah pecandu narkoba di Indonesia mencapai 3 juta orang. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki peringkat kedua, dengan pecandu sebanyak 68.980 orang

.

Yang kemudian dilanjutkan oleh pernyataan data polisi menunjukkan bahwa kebanyakan pecandu narkoba di Yogyakarta berumur antara 19 dan 40 tahun

.

Jika ditelisik lebih dalam, keseluruhan permasalahan tersebut memiliki akar yang serupa, yakni semangat yang dimiliki pemuda yang kemudian terarah ke hal-hal yang negatif, yang jika kemudian berada dalam lingkungan yang juga negatif, akan semakain menjerumuskan pemuda kedalam permasalahan-permasalahan tersebut.

Untuk mengurangi permasalahan itu, Kemendikpora DIY mengungkapkan melalui webnya untuk membangun sebuah Youth center yang saat ini sudah terbangun di Tlogoadi Mlati, Sleman. Youth center diharapkan dapat mewadahi semangat pemuda untuk melakukan berbagai aktifitas sehingga semangat tersebut bisa terarah ke arah yang positif. Selain itu, melalui Youth center, aktivitas dalam lingkup komunitas bisa lebih terkontrol sehingga bisa mengurangi resiko masuknya pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan bebas.

Namun, jika ditilik secara definisi oleh Oxford Dictionary yang juga sejalan dengan definisi yang dikeluarkan oleh Collins Dictionaries yang mengungkapkan bahwa Youth center adalah semacam sarana komunitas pemuda , Youth center yang saat ini sudah ada di Yogyakarta, belum memenuhi kriteria definisi tersebut. Untuk itu, masih perlu dibangun sebuah Youth center di Yogyakarta.

1.1.3 Youth center Sebagai Sarana Pengembangan Pemuda

Dalam sebuah pidatonya, Bung Karno pernah mengatakan untuk membawakannya 10 orang pemuda maka ia akan mengguncangkan dunia. Dari potongan pidato tersebut, bisa diambil sebuah kesimpulan bahwa pemuda memilki segudang potensi yang sangat bisa untuk dikembangkan.

Youth center dengan fasilitas-fasilitasnya, memiliki potensi untuk mewadahi pemuda untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Sebagai wadah bagi berkumpulnya berbagai komunitas, Youth center juga berpotensi sebagai tempat bagi pemuda untuk menemukan minat untuk kemudian dikembangkan hingga bisa berbuah prestasi dan hal positif. Melalui banyaknya komunitas ini juga, para pemuda bisa saling belajar melalui aktivitas bersama, latih tanding, serta bertukar ilmu dan keterampilan.

(3)

3 Dari semua hal itu, maka bisa disimpulkan bahwa Youth center bisa berfungsi sebagai sarana pengembangan pemuda, untuk bisa berprestasi yang nantinya juga bisa mengembangkan dan mengharumkan nama bangsa.

1.1.4 Beralihnya Interaksi Sosial ke Sosial Media

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang memudahkan persebaran informasi, dtiambah dengan banyak bermunculannya gadget, serta media sosial seperti facebook dan twitter, semakin berkurang juga interaksi sosial yang terjadi secara langsung antar individu. Komunikasi eye to eye, person to person, telah banyak beralih ke media-media baik berupa pesan singkat, chatting, atau sekedar berbalas mention di twitter. Hal ini dapat mudah ditemukan misalnya saja di cafe atau di tempat makan, saat menunggu datangnya makanan, para pemuda cenderung lebih sibuk dengan gadgetnya dibandingkan mengobrol dengan teman semejanya. Pemuda cenderung lebih banyak berbagi pemikirannya melalui media sosial dibandingkan bercerita langsung pada temannya.

Hal ini merupakan masalah, karena dengan interaksi seperti ini, ada esensi dari interaksi yang hilang. Interaksi sosial, digantikan dengan interaksi virtual, sensasi, empati, dan simpati yang bisa diterima langsung, tergantikan hanya dengan kata-kata dan ekspresi wajah juga hanya tergantikan melalui emoticon.

1.1.5 Latar Belakang Redesain Youth center DIY

Yogyakarta sendiri sebenarnya telah memiliki sebuah Youth center yang terletak di Tlogoadi, Sleman. Youth center ini, merupakan proyek keluaran UPT pemuda dan olahraga dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah Yogyakarta sebenarnya sudah memiliki kesadaran akan pentingya keberadaan Youth center demi perkembangan pemuda Yogyakarta.

Namun begitu, secara fasilitas dan fungsi, Youth center Yogyakarta masih belum memenuhi kriteria standard sebuah Youth center, misalnya saja seperti yang didefinisikan oleh Oxford Dictionaries yang mengatakan bahwa Youth center adalah tempat berkumpulnya kelompok pemuda untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan (sesuai dengan hobi pemuda), atau bisa disebut juga sebagai community center. Definisi ini belum terasa pas di Youth center Yogyakarta, yang justru lebih banyak dipakai sebagai camping ground.

(4)

4 Pemerintah DIY, sebenarnya sudah memahami permasalahan ini. Hal ini terlihat dari pendapat yang diungkapkan di halaman web Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Yogyakarta yang berisi seperti ini.

DARI “USE CENTER” MENUJU YOUTH CENTER

Keberadaan Youth center yang saat ini merupakan gedung megah dengan didukung fasilitas cukup memadai, namun nafas kehidupan sehari-hari belum mampu seperti yang diharapkan, faktanya keberadaan Youth center lebih berupa keberadaan sarana fisik berupa lokasi dengan sejumlah gedung dan fasilitasnya. kinerja Youth center lebih cenderung seperti halnya semacam persewaan aset lahan seperti camping ground, track sepeda dan gedung atau ruang untuk pertemuan, rapat baik organisasi-organisasi politik, pendidikan, LSM, dan sejenisnya. Hasil penelitian lapangan oleh UNY bekerjasama dengan Dinas Dikpora DIY beberapa waktu lalu menemukan fakta bahwa fungsi Youth center saat ini masih merupakan Use Center, sehingga dapat dikatakan bahwa nafas kehidupan pada bangunan tersebut akan terasa ketika ada pihak lain/pihak ketiga menyewa atau menggunakan gedung terebut untuk berbagai kegiatan.

Meskipun pengguna/penyewa pada umumnya juga dalam rangka pembinaan yang berhubungan dengan generasi muda, namun bukan dari program dan kegiatan yang dikelola dan dikemas oleh pengelola Youth center sendiri, Kalaupun terdapat program yang diselenggarakan pengelola, program yang ditawarkan mampu menumbuhkan daya tarik generasi muda untuk datang dan mengembangkan potensi diri di tempat tersebut. Memang hal ini memang tidak mudah karena memerlukan studi dan kajian yang mendalam untuk bisa menciptakan sebuah kurikulum kepemudaan di luar sekolah yang mampu memberikan daya tarik bagi pemuda untuk berusaha mendalami. Permasalahan ini bukan tidak mungkin untuk dapat diatasi, namun tentunya memerlukan alokasi dana yang tidak sedikit.

1.1.6 Sekolah Pengembangan Bakat Sebagai Sekolah Alternatif

Menanggapi paradigma umum dimana kebanyakan orang berpikir bahwa sekolah adalah untuk mencari kerja, Sekolah Pengembangan Bakat, hadir sebagai sekolah alternatif dengan penekanan pendidikan praktis. Hal ini dilakukan sebagai alternatif dari sekolah umum yang menekankan pada pendidikan yang bersifat teoritis.

(5)

5 Sehingga kebanyakan individu dibekali dengan berbagai pengetahuan yang belum tentu mereka butuhkan dalam menjalani karir.

Pola pendidikan seperti ini kurang efektif, karena peserta didik mempelajari sesuatu tanpa sepenuh hati dan hanya melakukannya untuk mengejar nilai semata. Peserta didik merasa perlu mengejar nilai yang baik karena nantinya akan berguna dalam mencari kerja. Padahal inti dari pendidikan bukanlah semata mengejar nilai, melainkan mendapatkan ilmu yang akan dipergunakan dalam menjalani karir.

Dengan pola pendidikan yang bersifat teoritis, kebanyakan individu disiapkan untuk mencari kerja, padahal jumlah lulusan setiap tahunnya tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada. Akhirnya para lulusan yang memiliki bekal teori ini banyak yang harus menjadi penganggur, atau bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan jurusan akademisnya atau keahliannya.

Untuk itulah diperlukan sekolah yang menekankan pada pendidikan Praktis. Di Indonesia sendiri, sebenarnya sudah ada sekolah yang menekankan pada pendidikan praktis yakni SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan Nasional di bidang DIKTI, pernah menggalakan pendidikan melalui SMK. Namun begitu, peminat SMK masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan SMA. Hal ini dikarenakan paradigma umum yang menganggap bahwa pendidikan di SMK tidak semenjanjikan melalui SMA. Selain itu, image SMK/STM yang dianggap sebagai “sekolah kelas dua”, diperburuk dengan image suka tawuran yang sesungguhnya tidak sepenuhnya benar.

Sekolah Pengembangan Bakat yang merupakan hal baru di Indonesia hadir dengan menawarkan pendidikan praktis dimana peserta didik diajarkan ilmu-ilmu yang sesuai dengan minat dan bakat siswa dengan penekanan di latihan-latihan. Selain itu, sekolah pengembangan bakat juga melakukan pendidikan melalui eksibisi yang bisa berupa pameran ataupun latih tanding, serta kunjungan lapangan yang memungkinkan siswa dapat belajar langsung dari tempat-tempat yang berhubungan dengan minat dan bakat pemuda.

Gambar 1.1 : Skema Paradigma Umum dengan Pendidikan yang bersifat Teoritis

(6)

6 Selain itu, terkait dengan pengembangan pemuda, sekolah pengembangan bakat juga bertanggung jawab terhadap pendidikan moral dan sosial. Sehingga siswa-siswanya tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bakat mereka, tetapi juga pengembangan kepribadian mereka sehingga bisa menjadi pibadi-pribadi yang unggul tidak hanya dibidang pemuda tetapi juga dalam statusnya sebagai bagian dari masyarakat. Hal ini penting mengingat pemuda sangatlah rentan terhadap penyimpangan-penyimpangan perilaku.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah Non Arsitektur

1. Bagaimana menarik pengunjung untuk melakukan kegiatan di bidang Olahraga, Seni, ataupun Teknologi.

2. Bagaimana Youth Center dapat diwujudkan sesuai dengan tujuan Youth center 3. Bagaimana menstimulasi terjadinya interaksi antara penggunan Youth center

1.2.1 Rumusan Masalah Arsitektur

1.a. Bagaimana membuat fasilitas yang menarik secara visual, nyaman, dan sesuai standard.

1.b. Apakah material yang dapat memfasilitasi fungsi dengn baik namun sesuai dengan karakter pemuda.

2.a Fungsi apa saja yang harus di programkan sebagai bagian dari fasilitas Youth center

2.b Bagaimanakah spesifikasi ruang yang dapat menstimulasi pengembangan pemuda

Gambar 1.2 : Skema Paradigma Baru dengan Pendidikan yang bersifat Praktis

(7)

7 3.a Bagaimanakah spesifikasi ruang yang nyaman untuk berinteraksi

3.b Berapakah batasan jarak yang efektif untuk interaksi antar individu dan antar grup

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Menyusun konsep dasar perancangan yang dapat memecahakan permasalah umum Youth center, serta latar belakang masalah berupa pengembangan pemuda melalui aktivitas positif dengan fokus menstimulasi interaksi antar pengguna fasilitas, sehingga dapat terjadi pertukaran informasi dan wawasan positif.

1.4. LINGKUP PEMBAHASAN

1.4.1 Lingkup Pembahasan Umum

Lingkup pembahsan secara umum terbatas pada pemecahan masalah yang terkait dengan latar belakang, yakni pengembangan pemuda dengan melakukan aktivitas positif melalui wadah Youth center.

1.4.2 Lingkup Pembahasan Khusus

Secara arsitektural pembahasan dibatasi pada pengolahan tata ruang, gubahan masa, tata lansekap, serta pengolahan detail arsitektural sehingga dapat menggambarkan karakter pemuda yang dinamis dan dapat mewadahai fungsi dengan baik serta menstimulasi terjadinya interaksi antar pengguna fasilitas.

1.5. KEASLIAN PENULISAN

Penulisan tugas akhir dengan judul "Perancangan Youth Development Center di Yogyakarta dengan Metode Cross-Programming" yang merupakan Youth center dengan tambahan program Sekolah Pengembangan Bakat, merupakan tulisan yang baru dan dapat dibedakan dengan tulisan lain, karena Youth Development Center sendiri merupkan tipologi bangunan jenis baru yang belum banyak digunakan.

(8)

8 1.6. METODE PENULISAN

1.6.1. Pengamatan tak langsung

Pengamatan tak langsung mengenai Youth center diperoleh dari: - Literatur-literatur seperti internet, buku, dan majalah.

- Studi kasus mengenai beberapa bangunan fasilitas umum yang memiliki fungsi dan karakteristik serupa, yang digunakan sebagai studi pembanding.

Objek studi literatur mencakup :

- Tinjauan terhadap Youth center secara umum - Tinjauan pendekatan

- Tinjauan terhadap Cross-Programming

1.6.2. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung dilakukan dengan survai objek redesain, dan survai beberapa bangunan fasilitas umum yang memiliki fungsi dan karakteristik serupa, yang digunakan sebagai studi pembanding. Serta dengan melakukan studi terhadap gambar kerja dan gambar pra rancang eksisting.

1.6.3. Analisis

Analisis dilakukan dengan menguraikan dan mengkaji data serta informasi yang didapat yang akan digunakan dalam menyusun konsep redesain Youth center Yogyakarta.

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam pra tugas akhir ini berupa uraian secara berurutan per babnya. Urutan pembagian babnya adalah sebagai berikut :

 Bab I. Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan, lingkup pembahasan, keaslian, metode dan sistematika penulisan,

 Bab II. Tinjauan Teori

Bab ini memuat studi literatur mengenai teori perancangan Youth center, teori perancangan bangunan, dan teori-teori pendekatan, serta studi preseden

(9)

9  Bab III. Analisis

Pada bab ini akan dilakukan analisis terhadap proses pembentukan konsep baik secara kewilayahan (site) ataupun secara bangunan.

 Bab IV. Konsep Rancangan

Di bab ini akan dijabarkan mengenai konsep rancangan baik itu yang terkait dengan fungsi, tata ruang, hingga tata lansekap, utilitas dan detail bangunan.

1.8. KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 1.3 : Kerangka Berpikir

Gambar

Gambar 1.2 : Skema Paradigma Baru  dengan Pendidikan yang bersifat Praktis
Gambar 1.3 : Kerangka Berpikir  Sumber : Analisis, 2013

Referensi

Dokumen terkait

dari W relatif terhadap hasil kali titik ( dot product ), yaitu W berikut basisnya juga.. Nilai eigen dan

The induction checks for processing depth were predicted to have their largest effect on the difference between the effects of argument quality on central versus peripheral

[r]

Menurut Yakub (2014:52) “Pengorganisasian adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah

48  ASRM   ASURANSI RAMAYANA Tbk 

 Demplot tanam padi dengan Jajar Legowo yang dikawal oleh petugas lapangan.  Kursus tani yang dilaksanakan untuk menambah pengetahuan tentang Jajar Legowo. Pembinaan Kelompok

berhubungan dengan endosperm atau jaringan-jaringan lain pada benih atau buah. Tipe dormansi endogenus terbagi atas tiga bagian, yaitu 1) dormansi endogenus. yang disebabkan

• Mendapatkan data mengenai data kinetika pada proses konversi LCPKS menjadi senyawa VFA menggunakan reaktor batch pada kondisi ambient. 1.5 Ruang