• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berbagai Metode Pemecahan Dormansi Biji Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Berbagai Metode Pemecahan Dormansi Biji Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Hsuan Keng (1978) dalam Wijaya (1999), kedudukan taksonomi

andaliman adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Klass : Angiospermae, Sub klass : Dicotyledoneae, Ordo : Rutales, Family :

Rutaceae, Genus : Zanthoxylum, Spesies : Zanthoxylum acanthopodium DC.

Bentuk dari tanaman andaliman yaitu semak atau pohon kecil bercabang

rendah, tegak, tinggi mencapai 5 m.Batang, cabang, dan ranting berduri

(Siregar, 2003).

Sistem akar tunggang dimana tumbuh menjadi akar pokok yang bercabang

menjadi akar yang lebih kecil dan sedikit berbulu halus diseluruh permukaannya

(Parhusip, 2006).

Daun tersebar, bertangkai, majemuk menyirip,beranak daun gasal, panjang

5-20 cm dan lebar 3-15 cm,terdapat kelenjar minyak. Rakis bersayap, permukaan

bagianatas, bagian bawah rakis, dan anak daun berduri; 3-11 anakdaun, berbentuk

jorong hingga oblong, ujung meruncing, tepibergerigi halus, paling ujung

terbesar, anak daun panjang1-7 cm, lebar 0.5-2.0 cm. Permukaan atas daun hijau

berkilatdan permukaan bawah hijau muda atau pucat, daun mudapermukaan atas

hijau dan bawah hijau kemerahan. Bunga diketiak, majemuk terbatas, anak

payung menggarpu majemuk,kecil-kecil; dasar bunga rata atau bentuk kerucut;

kelopak 5-7 bebas, panjang 1-2 cm, warna kuning pucat; berkelamindua, benang

sari 5-6 duduk pada dasar bunga, kepala sarikemerahan, putik 3-4, bakal buah

apokarp, bakal buahmenumpang.Bakal buah apokarp, bakal buah menumpang.

Buah kotak sejati atau kapsul, bulat, diameter 2-3 mm, muda hijau, tua merah; tiap

(2)

Tumbuhan ini tumbuh pada ketinggian 2900 m dpl. Di

Indonesia,tumbuhan ini tumbuh liar pada daerah dengan ketinggian 1.200 - 1.400

m dpl pada temperatur 15 - 18 oC (Wijaya, 1999). Di Sumatera Utara tanaman ini

tumbuh liar pada berbagai tempat, yaitu di daerah Angkola, Mandailing,

Humbang, Silindung, Dairi dan Toba Holbung (Parhusip, 2006).

Di sekitar kawasan Danau Toba Sumatera Utara terdapat tiga jenis varietas

tanaman andaliman yaitu :

1. Sihorbo-tanaman andaliman dengan bentuk buah besar, kurang aromatic dan

produksi rendah.

2. Simanuk-tanaman andaliman dengan bentuk buah kecil, aroma dan rasa lebih

tajam dari sihorbo danproduksi lebih tinggi.

3. Sitanga-tanaman dengan aroma buah sangat tajam hingga mirip bau kepinding

alias tanga, produksi tinggi, namun kurang disenangi masyarakat sampai

sekarang.

( Parhusip, 2006).

Dormansi

Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi

tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum

dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan.Dormansi pada

benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa

tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2012).

Dormansi benih dapat disebabkan antara lain adanya impermeabilitas

kulit biji terhadap air dan gas (oksigen), embrio yang belum tumbuh secara

(3)

terbentuknya zat pengatur tumbuh atau karena ketidakseimbangan antara zat

penghambat dengan zat pengaturtumbuh di dalam embrio (Hartmann,et. al, 2002;

Villiers, 1972).

Menurut Silvertown (1999), dormansi terbagi atas beberapa tipe yaitu tipe

endogenus, berhubungan dengan keadaan embrio, dan tipe eksogenus,

berhubungan dengan endosperm atau jaringan-jaringan lain pada benih atau buah.

Tipe dormansi endogenus terbagi atas tiga bagian, yaitu 1) dormansi endogenus

yang disebabkan oleh hambatan fisiologi embrio, 2) dormansi endogenus yang

disebabkan oleh tidak berkembangnya embrio secara sempurna atau disebut juga

morphological dormancy 3) dormansi endogenus yang disebabkan oleh gabungan kedua sebab di atas yang disebut juga morphophysiological dormancy. Tiga tipe

dormansi eksogenus adalah 1) physical dormancy, yang disebabkan oleh

impermiabilitas benih atau kulit benih terhadap air, 2) chemical dormancy yang

disebabkan oleh senyawa penghambat perkecambahan, 3) mechanical dormancy

yang disebabkan oleh struktur keras dari benih yang menghalangi pertumbuhan

kecambah.

Dipandang dari segi ekonomis terdapatnya keadaan dormansi pada benih

dianggap tidak menguntungkan. Oleh karena itu diperlukan cara agar dormansi

dapat dipecahkan atau sekurang-kurangnya lama dormansinya dipersingkat.

Beberapa cara yang telah diketahui adalah perlakuan mekanis, perlakuan kimia,

perlakuan perendaman dengan air, perlakuan pemberian temperatur tertentu dan

perlakuan dengan cahaya (Sutopo, 2012).

Skarifikasi

(4)

pada benih yang ditujukan untuk mematahkan dormansi dan mempercepat

terjadinya perkecambahan benih yang seragam.Skarifikasi (pelukaan kulit benih)

adalah cara untuk memberikan kondisi benih yang impermeabel menjadi

permeabel melalui penusukan; pembakaran, pemecahan, pengikiran, dan

penggoresan dengan bantuan pisau, jarum, pemotong kuku, kertas, amplas, dan

alat lainnya (Schmidth, 2002).

Perlakuan mekanis umum dipergunakan untuk memecahkan dormansi

benih yang disebabkan oleh impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas,

resistensi mekanis yang terdapat pada kulit biji. Perlakuan mekanis yang

dilakukan yaitu dengan mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas

yang bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras, sehingga lebih permeabel

terhadap air atau gas (Sutopo, 2004).

Hasil penelitian perlakuan pengampelasan dapat lebih meningkatkan

perkecambahan benih pasak bumi (E. longifolia) jika dibandingkan dengan

perlakuan yang lainnya. Pada perlakuan pengampelasan proses perkecambahan

menjadi lebih cepat dan persentase perkecambahan yang diperoleh lebih tinggi,

perlakuan pengampelasan menghasilkan umur berkecambah tercepat yaitu 14,00

hari setelah tanam, dan menghasilkan nilai rataan tertinggi pada parameter

persentase perkecambahan (66,67 %) dan kecepatan perkecambahan (0,57).

Dengan perlakuan pengampelasan, kulit biji menjadi semakin tipis yang akan

mempermudah masuknya air dan gas sehingga terjadi proses imbibisi dan

semakin cepat pula benih dapat menembus kulit biji dalam melakukan proses

perkecambahan ( Harahap, 2007).

(5)

tetapi skarifikasi pada bagian pangkal biji dekat dengan embrio menyebabkan air

lebih mudah menembus kulit biji sehingga mempercepat perkecambahan dan

skarifikasi juga dapat dilakukan dengan penipisan kulit endokarp pada seluruh

permukaan biji sampai kelihatan endosperm biji yang menghalangi masuknya air

ke dalam benih.Skarifikasi pada bagian pangkal biji harus dilakukan dengan

hatihati jangan sampai embrio rusak (Meerow, 2004).

Perendaman KNO3

Perlakuan dengan menggunakan bahan-bahan kimia sering pula dilakukan

untuk memecahkan dormansi pada benih. Tujuannya adalah menjadikan agar kulit

biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu proses imbibisi. Menurut

Kartasapoetra (2003), penggunaan zat kimia KNO3 sebagai pengganti fungsi

cahaya dan suhu serta untuk mempercepat penerimaan benih akan O2.

Pada Casuarianaequiaetifolia perkecambahan meningkat dari 46% dalam

kontrol menjadi 65%setelah perendaman dalam 1,5% KNO3 selama 36 jam. Pada

percobaan ini, konsentrasi tertinggi dan terendah dan lamanya waktu perendaman

yang sangatsingkat memperlihatkan perkecambahan yang sangat

rendah.Konsentrasi danlamanya waktu perendaman mempengaruhi tingkat

kerusakan pada biji.Semakintinggi dan semakin lama waktu perendaman maka

kerusakan biji juga semakintinggi (Schmidth, 2002).

Bila benih aren direndam KNO3 selama 36 jam + suhu 40oC selama 5

menit menghasilkan daya berkecambah 60-80 % (Nuraeni dan Saleh, 2006).

Perendaman Giberelin

Giberelin dikenal sebagai zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk

(6)

cahaya, seperti benih Latuca sativa; (2) benih yang dihambat oleh cahaya, seperti

benih Phacelia tanacetifolia; (3) benih yang membutuhkan stratifikasi, seperti

Corylus avellana L.; (4) benih yang membutuhkan after-ripening (penyimpanan pada temperatur ruang dalam kondisi kering), seperti benih Avena fatua L. (Chen

dan Chang, 1972).

Penelitian menggunakan giberelin dalam mematahkan dormansi

banyakdilakukan menurut Sormin (2010) juga melaporkan bahwa biji mucuna

yangdirendam dalam zat pengatur tumbuh GA3 300 ppm mampu

menghasilkanperkecambahan sebesar 66%. Hasil penelitian Sugiharti dalam

Maryani (1998) melaporkan bahwa pemberian giberellin dengan konsentrasi 50

ppm mampu memberikan daya kecambah benih rotan manau yang terbaik, yaitu

85,55% dan apabila konsentrasi giberellin ditingkatkan menjadi 75 ppm dan 95

ppm menyebabkan daya kecambah semakin menurun (Maryani dan Irfandri,

2008).

Perendaman H2SO4

Larutan asam sulfat pekat (H2SO4) menyebabkan kerusakan pada kulit biji

dan dapat diterapkan baik pada legum dan non legum.Lamanya perlakuan larutan

asam harus memperhatikan dua hal yaitu kulit biji atau pericarp dapat diretakkan

untuk memungkinkan imbibisi dan larutan asam tidak mengenai embrio.

Perendaman selama 1 – 10 menit terlalu cepat untuk dapat mematahkan dormansi,

sedangkan perendaman selama 60 menit atau lebih dapat menyebabkan kerusakan

(Schimdt, 2000 dalam Winarni , 2009).

Perendaman benih jati dalam H2SO4 pada konsentrasi 70%, 80%, dan 90%

(7)

tinggi dari kontrol. Hal ini dikarenakan kombinasi perlakuan ini lebih optimal dan

lebih cepat untuk melunakkan kulit benih dari pada benih yang hanya direndam

dalam air pada lama perendaman yang sama (Suyatmi et al., 2011).

PenyiramanAir Panas

Beberapa jenis benih perlu diberi perlakuan dalam air panas denga tujuan

meningkatkan permeabilitas ( Salisbury dan Ross, 1995).

Perendaman biji dalam air panas bertujuan untuk memperbaiki

permeabilitas kulit benih sehingga dapat mempermudah masuknya air dan gas.

Sehingga dapat meningkatkan preentasi biji berkecambah. Telah dilaporkan

bahwa pemanasan biji legum pada suhu 1000C selama 5-20 detik dapat

menyebabkan terbukanya pleurogram dan menghasilkan perkecambahan 95-100

% ( Olivere dkk., 1982 dalam Gardner dkk., 1991).

Demikian pula pemanasan pada benih jati pada suhu 800C selama 2 hari

Referensi

Dokumen terkait

Isolasi fungi endofit dari tanaman andaliman (akar, batang, daun dan buah) dapat diperoleh sebanyak tiga puluh dua isolat fungi endofit dengan jumlah terbanyak terdapat pada

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perlakuan sortasi dengan perendaman benih dalam air dapat memisahkan benih yang diduga tidak mempunyai embrio dari benih yang

apakah ekstrak etanol buah andaliman mampu mencegah kerusakan hati yang. disebabkan

Tujuan diberikannya perlakuan perendaman air panas pada benih dengan suhu yang sesuai dan lama perendaman yang tepat adalah untuk melunakkan kulit benih dan memudahkan benih melakukan