• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Unit Gawat Darurat dengan Metode NASA-Task Load Index

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Unit Gawat Darurat dengan Metode NASA-Task Load Index"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

(pp. B324-328). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya.

Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental

Perawat Unit Gawat Darurat dengan Metode

NASA-Task Load Index

Susi Susanti(1),Andi Pawennari (2),Irma Nur Afiah (3),

Muhammad Dahlan(4), Nurhayati Rauf(4) (1), (2), (3), (4), (5)

Program Studi Teknik Industri, Universitas Muslim Indonesia Jalan Urip Sumoharjo KM. 5 Makassar, Sulawesi Selatan.

(1)

susisusanti.susan123@gmail.com, (2)andipawennari@yahoo.co.id, (3)afiah.irma@umi.ac.id, (4)

muhammaddahlan66@yahoo.com, (5)rauf.nurhayati@yahoo.com ABSTRAK

Salah satu unit kerja pada Rumah Sakit yang memiliki peran penting adalah Unit Gawat Darurat (UGD), dimana UGD merupakan tempat pertama yang ditunjuk oleh pasien yang berada dalam keadaan darurat. Beban kerja perawat UGD tergolong berat karena umumnya pasien yang dilarikan ke UGD adalah pasien darurat yang harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang secepat dan setepat mungkin. Perawat UGD juga memiliki tugas keperawat yang beragam yang harus dilakukan. Hal tersebut dapat menjadi pemicu stres untuk perawat yang bertugas di UGD.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kerja mental yang dialami oleh perawat bagian UGD dalam melaksanakan pekerjaannya dan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap beban kerja mental perawat UGD. Metode NASA (National Aeronautics and Space Administration)-Task Load Index (NASA-TLX) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang dihadapi pekerja. Sebanyak 9 perawat UGD dilibatkan dalam penelitian ini.

Penelitian ini menunjukkan bahwa beban mental yang di rasakan oleh laki-laki lebih rendah dengan nilai rata-rata 83,8 dan untuk perempuan beban mental yang dirasakan lebih tinggi dengan nilai rata-rata 88,5. Hal ini dikarenakan perempuan jauh lebih cemas, khawatir, terjadinya kecemburuan sosial yang lebih tinggi, panik dan gelisah.

Kata kunci— Beban kerja mental, NASA-TLx, Perawat UGD

I. PENDAHULUAN

Rumah Sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang (Haryani, 2008). Salah satu unit kerja pada Rumah Sakit yang memiliki peran penting adalah Unit Gawat Darurat (UGD), dimana UGD merupakan tempat pertama yang ditunjuk oleh pasien yang berada dalam keadaan darurat.

Beban kerja perawat UGD tergolong berat karena umumnya pasien yang dilarikan ke UGD adalah pasien darurat yang harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang secepat dan setepat mungkin. Perawat UGD juga memiliki tugas keperawat yang beragam yang harus dilakukan. Hal tersebut dapat menjadi pemicu stres untuk perawat yang bertugas di UGD. Jika hal ini dibiarkan dengan kondisi tugas dan beban kerja yang sedemikian rupa, perawat UGD dikhawatirkan dapat mengalami stres apabila beban kerja yang mereka terima telah melebihi kapasitas kerja.

Togia (2005) mengungkapkan bahwa bahwa beban kerja yang tinggi dan tugas rutin yang berulang dapat menyebabkan kelelahan fisik, emosional, hingga mental dari pekerja. Selain itu, penyedia jasa kesehatan dipandang perlu untuk melakukan pengukuran beban kerja dikarenakan jumlah pengunjung tiap tahun mengalami kenaikan rata-rata 8% di setiap poliklinik (Hidayat dkk, 2013). Terkait perawat UGD, secara spesifik Werdani dan Yesiana (2016) menjelaskan bahwa peningkatan beban kerja mental perawat dapat berpengaruh pada tingkat kepuasan pasien. Tambahan pula, Mandasari dkk (2014) menyimpulkan bahwa perawat UGD merupakan tenaga medis yang memiliki peran yang krusial karena dipengaruhi oleh tekanan dan tuntutan untuk selalu siap siaga menangani pasien yang tidak dapat diprediksikan jumlahnya.

(2)

Metode NASA (National Aeronautics and Space Administration)-Task Load Index (NASA-TLX) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis beban kerja mental yang dihadapi pekerja. Beberapa penelitian terdahulu telah menggunakan metode NASA-TLX untuk menganalisis beban kerja mental, antara lain; beban mental dari pekerja di lantai produksi (Muliyadi dan Diniyati, 2016), karyawan housekeeping di hotel (Widjaja dan Aditya, 2011), dan juga perawat umum di Rumah Sakit (Hidayat dkk, 2013). Namun, belum ada yang spesifik mengkaji bagaimana beban mental para perawat yang khusus bertugas di UGD. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menilai pengukuran beban kerja mental para perawat di UGD.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beban kerja mental yang dialami oleh perawat bagian UGD dalam melaksanakan pekerjaannya dan untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap beban kerja mental perawat UGD.

II. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Teknik Industri Universitas Muslim Indonesia dengan mengambil responden perawat di Rumah Sakit Angkatan Udara (RS-AU) dr. Dody Sarjoto Makassar. Sebanyak 9 perawat UGD terlibat sebagai responden dan dikhususkan pada perawat yang bekerja di 3 shift, yakni; pagi, siang, dan malam.

Pengukuran beban kerja mental menggunakan metode NASA-Task Load Index, metode ini di kembangkan berdasarkan munculnya kebutuhan pengukuran subjektif yang terdiri dari 6 skala faktor yakni Kebutuhan Mental (KM), Kebutuhan Fisik (KF), Kebutuhan Waktu (KW), Usaha (U), Performansi (P) dan Frustasi (F). Langkah-langkah pengukuran beban kerja mental dengan menggunakan Nasa-Task Load Index yakni Pembobotan Hasil Kuesioner, Pemberiang Rating, Menghitung Nilai Indikator, Menghitung Weighted Workload (WWL), Menghitung Rata-rata WWL dan Interprestasi Skor.

III. HASIL PENELITIAN

A. Pembobotan Hasil Kuesioner

Kuesioner disebar ke perawat UGD sebanyak 9 responden. Data beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA-TLX menggunakan 6 indikator yang diukur untuk mengetahui seberapa besar beban kerja mental yang dialami oleh perawat. Indicator tersebut adalah Kebutuhan Mental (KM), Kebutuhan Fisik (KF), Kebutuhan Waktu (KW), Usaha (U), Performansi (P) dan Frustasi (F).

Tabel 1 Data Pembobotan Kuesioner

No Umur Jenis Kelamin KM KF KW U P F Total 1 31 L 4 3 2 1 2 3 15 2 32 L 4 3 3 3 1 1 15 3 27 L 3 3 1 3 3 2 15 4 29 P 3 2 5 4 1 1 15 5 26 P 3 1 3 3 2 3 15 6 30 P 3 1 3 4 3 1 15 7 24 P 3 3 2 3 2 2 15 8 26 P 3 2 3 3 2 2 15 9 24 P 3 3 3 3 1 2 15 B. Pemberian Rating

Peringkat (rating), merupakan tahap lanjutan setelah dilakukannya tahap pembobotan. Pada tahap ini peringkat atau rating pada skala 1-100 diberikan untuk setiap indikator sesuai dengan keadaan yang dialami oleh perawat.

(3)

Tabel 2 Pemberian Rating

C. Menghitung Nilai Indikator

(1)

Tabel 3 Hasil Nilai Indikator No Umur Jenis Kelamin Indikator KM KF KW U P F 1 31 L 360 300 160 100 200 180 2 32 L 320 300 270 200 90 50 3 27 L 300 270 80 300 210 80 4 29 P 300 200 450 300 80 40 5 26 P 240 90 240 270 140 240 6 30 P 300 100 300 400 270 50 7 24 P 300 300 180 300 180 60 8 26 P 300 200 240 300 180 100 9 24 P 300 300 270 300 70 80

D. Menghitung Weighted Workload (WWL)

(2)

Tabel 4 Hasil WWL

E. Menghitung Rata-Rata WWL

Menghitung weighted workload (WWL) bertujuan untuk mendapatkan nilai dari beban kerja mental tiap indikator.

No Umur Jenis Kelamin Indikator KM KF KW U P F 1 31 L 90 100 80 100 100 60 2 32 L 80 100 90 100 90 50 3 27 L 100 90 80 100 70 40 4 29 P 100 100 90 100 80 40 5 26 P 80 90 80 90 70 80 6 30 P 100 100 100 100 90 50 7 24 P 100 100 90 100 90 30 8 26 P 100 100 80 100 90 50 9 24 P 100 100 90 100 70 40 No Umur Jenis Kelamin Indikator Total KM KF KW U P F 1 31 L 360 300 160 100 200 180 1300 2 32 L 320 300 270 200 90 50 1230 3 27 L 300 270 80 300 210 80 1240 4 29 P 300 200 450 300 80 40 1370 5 26 P 240 90 240 270 140 240 1220 6 30 P 300 100 300 400 270 50 1420 7 24 P 300 300 180 300 180 60 1320 8 26 P 300 200 240 300 180 100 1320 9 24 P 300 300 270 300 70 80 1320

(4)

Tabel 5 Hasil WWL No Umur Jenis Kelamin Indikator Total KM KF KW U P F 1 31 L 24 20 10,7 6,7 13,3 12 86,7 2 32 L 21,3 20 18 13,3 6 3,3 82 3 27 L 20 18 5,3 20 14 5,3 82,7 Rata-rata 21,8 19,3 11,3 13,3 11,1 6,9 83,8 4 29 P 20 13,3 30 20 5,3 2,7 91,3 5 26 P 16 6 16 18 9,3 16 81,3 6 30 P 20 6,7 20 26,7 18 3,3 94,7 7 24 P 20 20 12 20 12 4 88 8 26 P 20 13,3 16 20 12 6,7 88 9 24 P 20 20 18 20 4,7 5,3 88 Rata-rata 19,3 13,3 18,6 20,7 10,2 6,3 88,5

F. Pengkategorian Beban Kerja Mental

Pengkategorian penilaian beban kerja mental dalam teori NASA-TLX, terdiri dari lima tingkatan diantaranya.

Tabel 6 Skor NASA-TLX

Golongan Beban Kerja Nilai

Sangat Rendah 0 –20

Rendah 21–40

Sedang 41 – 60

Tinggi 61 –80

Sangat Tinggi 81– 100

(Sumber: Hart dan Staveland, 1981)

Berdasarkan kategori dan skala interval diatas maka kita dapat mengklasifikasikan atau memberikan kategori terhadap beban kerja mental masing – masing perawat UGD di Rumah Sakit AU dr. Dody Sarjoto. Adapun pengkategoriannya adalah sebagai berikut :

Tabel 7 Kategori Penilaian Beban Kerja

ID Peserta Nilai Beban Kerja Kategori

1 86,7 Sangat Tinggi 2 82 Sangat Tinggi 3 82,7 Sangat Tinggi 4 91,3 Sangat Tinggi 5 81,3 Sangat Tinggi 6 94,7 Sangat Tinggi 7 88 Sangat Tinggi 8 88 Sangat Tinggi 9 88 Sangat Tinggi III. PEMBAHASAN

Perawat yang bekerja di UGD merupakan pekerjaan yang berlangsung secara berulang. Dari hasil perhitungan pengukuran beban kerja mental yang telah dilakukan, rata-rata beban kerja mental pada perawat laki-laki sebesar 83,8 maka berdasarkan nilai tersebut, beban mental yang dialami oleh perawat laki-laki termasuk dalam beban kerja sangat tinggi. Hal ini

(5)

dominan dalam tingginya beban kerja mental pada perawat laki-laki. Dari hasil penelitian dapat dilihat aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal kebutuhan mental (KM) yaitu perawat dituntut untuk bekerja secara cepat agar semua pasien dapat dilayani, jumlah pasien dan tingkat keparahan pasien yang tidak dapat diprediksi, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan, adanya tekanan dan tuntutan untuk menyelamatkan pasien baik tuntutan moril, tuntutan pimpinan rumah sakit maupun tuntutan dari keluarga pasien, selaluh dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat serta tanggung jawab yang tinggi dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Selanjutnya rata-rata beban kerja mental pada perawat perempuan sebesar 88,5 maka berdasarkan nilai tersebut, beban mental yang dialami oleh perawat perempuan termasuk dalam beban kerja sangat tinggi. Hal ini dikarenakan faktor usaha (U) yang mencapai 20,7 yang menjadi faktor dominan dalam tingginya beban kerja mental pada perawat perempuan. Dari hasil penelitian dapat dilihat aktivitas yang membuat perawat terbebani dalam hal usaha (U) yaitu karena perawat di UGD memiliki tanggung jawab yang besar dalam memberikan pelayanan keperawatan untuk pasien, sehingga untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka perawat harus berupaya dalam kerja fisik dan mental. Gabungan kegiatan kerja fisik dan mental perawat dapat menimbulkan suatu beban kerja mental yang cukup berat dan membebani. Aktivitas mental seorang perawat pada penilaian beban kerja mental adalah kemampuan perawat dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan panca indra, kemampuan untuk berfikir, mengingat, menganalisis, membuat kesimpulan bahkan mengambil keputusan dalam hal keperawatan.

Dari hasil perhitungan pengukuran beban kerja mental ternyata beban mental yang di rasakan oleh laki-laki lebih rendah dengan nilai rata-rata 83,8 dan untuk perempuan beban mental yang dirasakan lebih tinggi dengan nilai rata-rata 88,5. Hal ini dikarenakan perempuan jauh lebih cemas, khawatir, terjadinya kecemburuan sosial yang lebih tinggi, panik dan gelisah.

IV. PENUTUP

Dari hasil perhitungan pengukuran beban kerja mental yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata beban kerja mental pada perawat laki-laki sebesar 83,8 maka berdasarkan nilai tersebut, beban mental yang dialami oleh perawat laki-laki termasuk dalam beban kerja sangat tinggi dilihat dari nilai skor beban kerja. Faktor yang paling berpengaruh adalah kebutuhan mental (KM) dengan nilai 21,8.. Untuk perempuan rata-rata beban kerja mental pada perawat perempuan sebesar 88,5 maka berdasarkan nilai tersebut, beban mental yang dialami oleh perawat perempuan termasuk dalam beban kerja sangat tinggi dilihat dari nilai skor beban kerja. Faktor yang paling berpengaruh adalah Faktor usaha (U) dengan nilai 20,7.

DAFTAR PUSTAKA

Deborah C, Widjaja; Eric, Aditya, 2016, ―Analisis beban kerja (workload) dan kinerja karyawan housekeeping di hotel X Surabaya‖, Jurnal Manajemen Merhotelan, vol. 4, no. 2.

Haryani, 2008. Hubungan antara beban kerja dengan stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Islam

Surakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta.

Hidayat, Fariz; Pujangkoro, Sugiharto; Anizar, 2013. Pengukuran beban kerja perawat menggunakan metode Nasa-Tlx, Jurnal Teknik Industri FT USU Vol.2, No.1, pp. 42-47

Mandasari, Tyagita; Choiris, Mochammad; Sari, Ardia, Ratih, 2014. Analisa beban kerja perawat UGD

menggunakan Maslach Burnout Inventory dan Modifikasi Heart. Jurusan Teknik Industri Universitas

Brawijaya.

Muliyadi, Zukri; Diniaty, Dewi, 2016. ―Analisis Beban Kerja Fisik Dan Mental Karyawan Pada Lantai Produksi Dipt Pesona Laut Kuning‖, Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 13, No. 2, pp.203 - 210 ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939

Togia, 2005. Measurement of Burnout and The Influence of Background Characteristics in Greek

Academic Libraries “Library Management. Journal Library. 26, 130-139.

Werdani, Wahyu; Dwi, Yesiana, 2016, ―Pengaruh Beban Kerja Mental Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Diruang Rawat Inap Rumah Sakit Swasta Surabaya‖, Jurnal Ners lentera, Vol. 4, No. 2

Gambar

Tabel 1 Data Pembobotan Kuesioner  No  Umur  Jenis  Kelamin  KM  KF  KW  U  P  F  Total  1  31  L  4  3  2  1  2  3  15  2  32  L  4  3  3  3  1  1  15  3  27  L  3  3  1  3  3  2  15  4  29  P  3  2  5  4  1  1  15  5  26  P  3  1  3  3  2  3  15  6  30
Tabel 2 Pemberian Rating
Tabel 5 Hasil WWL  No  Umur  Jenis  Kelamin  Indikator  Total  KM  KF  KW  U  P  F  1  31  L  24  20  10,7  6,7  13,3  12  86,7  2  32  L  21,3  20  18  13,3  6  3,3  82  3  27  L  20  18  5,3  20  14  5,3  82,7  Rata-rata  21,8  19,3  11,3  13,3  11,1  6,

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu penelitian mengenai perhitungan produktivitas air padi sawah yang menggunakan input irigasi pipa dengan sistem pemberian air secara konvensional dan SRI

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan hortikultura maka sasaran strategis Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura tahun 2010-2014 adalah meningkatnya

Sistem yang dirancang pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur kecepatan suara di dalam air dengan menghitung waktu tempuh gelombang ultrasonik sejak dipancarkan oleh

Maklumat yang diberikan direka hanya sebagai panduan untuk pengendalian, penggunaan, pemprosesan, penyimpanan, pengangkutan, pelupusan dan pelepasan yang selamat dan tidak

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu rasio likuiditas, leverage dan profitabilitas yang datanya diambil dari laporan keuangan, sedangkan

Pengolahan data dengan uji Chi square dan dilakukan penghitungan OR ( Odds Ratio) untuk mengetahui hubungan dan besarnya risiko dari suatu faktor risiko. Untuk

Legal politic of land affairs with right of ulayat land within tradition law society so far in implementation wasn't give protection yet to right of ulayat land