• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA BERMAJAS DALAM KUMPULAN PUISI BAROMBAN KARYA IYUT FITRA ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHASA BERMAJAS DALAM KUMPULAN PUISI BAROMBAN KARYA IYUT FITRA ABSTRACT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA BERMAJAS DALAM KUMPULAN PUISI BAROMBAN KARYA IYUT FITRA

Yosman Simanjuntak1, Aruna Laila2, Rahayu Fitri2 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat yosmansimanjuntak91@gmail.com

ABSTRACT

This research is motivated by the number of figurative language discussed by Iyut Fitra in a collection of poems "Baromban". This study aims to describe the figurative language contained in a collection of poems Baromban Iyut Fitra and analyze the meaning of figurative language contained in the collection of poems Baromban by Iyut Fitra. This research type is qualitative research with descriptive method. The data of this research were collected through four stages. First, read and understand. Second, search and mark. Third, inventory the data. Four, classify the data. This research uses a detailed data explanation technique. The data obtained will be described and then analyzed as deep as possible to acquire the figurative language and meaning of language in the collection of Baromban poems by Iyut Fitra. Based on the results of the study, the language of the overall study amounted to fifty-eight figurative language. The meaning of the collection of poetry "Baromban" that is using words connotative abstract but close to the reader, because using local / local diction.

Keyword: Figurative Language

PENDAHULUAN

Karya sastra mengandung bahasa bermajas untuk menambah unsur keindahan seperti perbandingan, pengibaratan dan perumpamaan semakin indah bahasa yang digunakan oleh pengarang maka akan semakin bernilai karyanya. Seorang pengarang akan menggunakan bahasa sebagai bentuk ekspresi dalam menuangkan ide-ide dan gagasan yang ada dalam diri seorang pengarang. Bahasa yang digunakan oleh

pengarang berbeda dengan bahasa sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan bahasa tergantung kepada siapa lawan berbicara tetapi dalam karya sastra pengarang akan menggunakan bahasa sebagai bentuk dari gagasan-gagasan yang ada dalam diri pengarang.

Pengunaan bahasa merupakan media yang digunakan manusia untuk mengekspresikan diri, menyampaikan gagasan, perasaan. Salah satu bentuk kreativitas penggunaan bahasa dapat

(2)

diungkapkan melalui sebuah karya sastra. Setiap pengarang mempunyai bahasa yang khas dalam mengungkapkan karya. Bahasa yang digunakan oleh pengarang akan menentukan kualitas karyanya. Semakin bagus gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang maka semakin tinggi nilai karyanya. Kemudian akan menambah minat pembaca untuk membaca karyanya. Gaya bahasa berfungsi untuk menambah nilai keindahan dalam sebuah karya sastra.

Bahasa menjadi indah karena ada puisi di dalamnya. Puisi disampaikan melalui kata-kata karena puisi adalah keindahan yang menjelma dalam kata. Kata-kata bukanlah sebab keindahan dalam puisi tetapi adalah akibatnya. Puisi tidak menjadi indah karena kata-kata melainkan kata-kata yang menjadi indah karena puisi yang dikandungnya. Hal tersebut dipertegas oleh Waluyo (1991:23) puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan yang berpangkal pada emosi yang kembali dalam perdamaian.

Puisi merupakan salah satu karya sastra dalam bentuk tulisan yang diwujudkan atau disampaikan dengan bahasa. Seorang pengarang harus mampu mengolah bahasa supaya pembaca berminat untuk membaca puisi tersebut.

Penelitian tentang gaya bahasa dalam puisi penting untuk dilakukan karena gaya bahasa dalam puisi akan mencerminkan kepribadian seorang pengarang, kreativiatas dan pemikirannya. Semakin bagus bahasa bermajas yang digunakan oleh penulis puisi maka semakin bagus pula pola pikir dan penilaian penikmat puisi.

Pemilihan kumpulan puisi

Baromban sebagai objek penelitian, yaitu

ingin melihat secara utuh bahasa bermajas yang terdapat dalam kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra yang

sebelumnya belum dikaji secara utuh/keseluruhan. Kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra ini banyak

menggunakan bahasa bermajas. Salah satu bahasa bermajas yang terdapat dalam kumpulan puisi tersebut adalah bahasa bermajas perbandingan “ada matahari seperti gagap dicela-cela lembah ia cari-cari potret lama sepanjang beranda, rangkiang, anjungan, serta tiang yang ia eja nama-nama (dalam puisi Pagaruyuang)” (Fitra, 2016:4).

(3)

Penggunaan bahasa bermajas terdapat pada data “ada matahari seperti gagap dicela-cela lembah” ini mengibaratkan mentari itu seakan takut dan diumpamakan seperti potret/album lama yang sekarang yang gagap/tidak berfungsi lagi atau Minangkabau sekarang tinggal namanya saja lagi. Selanjutnya, kumpulan puisi Baromban sangat dekat dengat kosa kata Minangkabau yang di bahasa Indonesiakan. Berdasarkan beberapa alasan di atas peneliti penting melakukan penelitian tentang bahasa bermajas dalam kumpulan puisi Baromban karya Iyut Fitra. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan bahasa bermajas yang terdapat dalam kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra, (2) untuk

menganalisis makna bahasa bermajas dalam puisi Baromban karya Iyut Fitra.

Salah seorang pengarang yang banyak menggunakan bahasa bermajas dalam karya sastra khususnya puisi yaitu Iyut Fitra dalam kumpulan puisi

Baromban. Iyut Fitra bukan satu-satunya

pengarang yang menggunakan bahasa bermajs dalam karyanya. Pengarang lain yang imajinatif dan terkenal seperti W.S Rendara, Chairil Anwar, Taufik Ismail dan beberapa pengarang lainya juga menggunakan bahasa yang bermajas. Namun seperti W.S Rendara, Chairil Anwar lebih dominan menggunakan gaya bahasa dalam karyanya. Sementara Taufik Ismail lebih dominan ke diksi dan gaya bahasa. Seperti Puisi “Penerimaan” karya Chairil Anwar banyak menggunakan bahasa bermajas. Menurut Hasanuddin WS (2002:134) bahasa bermajas sudah lama pengarang menggunakannya. Seperti sajak Chairil Anwar dengan judul sajak “Penerimaan”. Puisi ini mencoba memanfaatkan bahasa bermajas dalam karyanya khususnya majas yang digunakan perbandingan.

Iyut Fitra merupakan salah seorang penulis puisi dari Sumatera Barat. Lahir di Payakumbuh, 16 Februari tahun 1964. Karya-karyannya dalam bentuk puisi dan cerpen telah terbit di berbagai media di Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam. Beberapa kali menjadi pemenang dalam lomba cipta puisi seperti, pemenang lomba cipta puisi Sanggar Minum Kopi Bali, Pemenang lomba puisi

(4)

Batu Beramal Malang, pemenang lomba cipta puisi Sanggar Purbacaraka Universitas Udayana, pemenang lomba cipta puisi Anti Kekerasan Jakarta, pemenang lomba cipta puisi Sagang Pekanbaru dan pemenang lomba cipta puisi Dinas Pendidikan dan Pariwisata Indonesia.

Bukunya yang sudah terbit: Musim

retak (Kumpulan Puisi),

Dongeng-dongeng Tua (Kumpulan Puisi), Beri Aku Malam (Kumpulan Puisi), Orang-orang Berpayung Hitam (Kumpulan Cerpen).

Kini aktif di komunitas seni ITRO Payakumbuh. Iyut Fitra juga pernah diundang sebagai tamu istimewa di Universitas Negeri Padang pada bulan Oktober 2016. Di Universitas Negeri Padang tersebut kumpulan puisi

Baromban dikupas oleh salah seorang

guru besar sastra yaitu Prof. Dr. Hasanuddin WS. Dalam bedah puisi tersebut terlihat bagaimana gaya bahasa Iyut Fitra yang banyak menggunakan bahasa bermajas yang sangat menyentuh pembacanya. Seminar tersebut membicarakan gaya bahasa perbandingan dalam konteks kehidupan bermasyarakat bukan secara keseluruhan, sebab mengingat dalam seminar tersebut begitu kompleks dibicarakan seperti latar

belakang pengarang, konteks karya, dan pendekatan/metode yang dituliskan dalam karya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Ratna (2010:93), metode deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama menggambarkan secara sistematis fakta dan karekteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Tujuannya adalah mendeskripsikan data, atau memberi gambaran secara sistematis. Metode ini digunakan untuk melihat dan mendeskripsikan data-data tentang bahasa bermajas yang merupakan sebuah kajian yang terdapat dalam kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra yang terurai

dalam bentuk kata-kata bukan dalam bentuk angka-angka. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Pada penelitian

(5)

ini, penulis juga dibantu dengan instrumen pendukung yaitu format inventarisasi data. Data penelitian ini adalah teks yang berhubungan dengan bahasa bermajas dalam kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra. Sumber data

penelitian ini adalah kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra diterbitkan di

Sleman Oktober 2016, jumlah 52 halaman dan 49 judul puisi. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) membaca dan memahami bahasa bermajas dalam kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra. Hal ini

dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang jelas mengenai isi kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra,(2)

mencari/mengidentifikasi dan menandai gaya bahasa yang berhubungan dengan bahasa bermajas dalam kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra, (3)

menginventarisasi data yang berhubungan dengan bahasa bermajas dalam kumpulan puisi Baromban karya Iyut Fitra, (4) mengklasifikasikan data yang berhubungan dengan bahasa bermajas dalam kumpulan puisi Baromban karya Iyut Fitra.

Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik uraian rincian. Menurut Meleong (2010:330) teknik pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara uraian rincian yaitu mengintrepetasikan yang telah dilakukan dengan pembuktian langsung yang diambil dari kalimat-kalimat dalam kumpulan puisi Baromban karya Iyut Fitra.

Data yang telah diinventarisasi dan diklasifikasikan sesuai dengan format pencatatan, selanjutnya dianalisis berdasarkan teori bahasa bermajas sebagaimana telah dipaparkan pada BAB II. Tahap yang digunakan dalam menganalisis data sebagai berikut: (1) mendeskripsikan data yang berhubungan dengan bahasa bermajas (2) menganalisis data sesuai dengan bahasa bermajas, (3) menginventarisasi (mengelompokkan) data yang sudah dianalisis, (4) membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian, dan (5) menulis laporan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa bahasa bermajas dalam kumpulan puisi “Baromban” karya Iyut Fitra terdapat 6 bahasa bermajas yaitu; bahasa bermajas (1) perbandingan, (2) personifikasi, (3) metafora, (4)alegori,

(6)

(5)parabel, dan (6) fabel Jumlah bahasa bermajas secara keseluruhan berjumlah 58 bahasa bermajas. Pemaparan itu dapat dilihat sebagai berikut.

Bahasa bermajas perbandingan adalah gaya bahasa yang menyamakan suatu hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata perbandingan seperti: bagai, bak, seperti, laksana, umpama, danibarat. Bahasa bermajas ini sudah dimanfaatkan sejak lama, karena bahasa bermajas perbandingan ini relatif sederhana. Jadi pengarang lebih memperhatikan dan membadingkan bersifat eksplisit, yaitu langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain, yaitu kata-kata seperti, sama, sebagai, bagaimanakah, laksana, bagaikan, dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat 16 majas perbandingan.

Personifikasi yaitu mengungkapkan penyair harus teliti menggunakan kata-kata dan bahasa agar kepuitisan berhasil diciptakan. Suatu usaha yang dilakukan oleh penyair adalah menampilkan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Di dalam kumpulan puisi ini pengarang seperti IyutFitra juga memanfaatkan bahasa bermajas personifikasi untuk mengungkapkan suatu benda mati

seolah-olah hidup. Bahasa bermajas personifikas yang ditemukan didalam kumpulan pusi

Baromban karya Iyut Fitra yaitu 22.

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak menggunakan kata seperti, bak, bagai, atau bagaikan, sehigga pokok pertama dihubungkan dengan pokok kedua. Pengarang seperti Iyut Fitra menggunakan bahasa bermajas metafora membandingkan secara langsung. Bahasa bermajas metafora ditemukan dalam kumpulan puisi Baromban karya Iyut Fitra sebanyak 7.

Bahasa bermajas alegori biasanya dilakukan dengan menampilkan suatu cerita singkat yang mengandung makna kiasan. Sajak-sajak yang menggunakan bahasa bermajas alegori menampilkan pelaku-pelaku bersifat abstrak yang mengandung unsur rahasia. Sajak berikut memperlihatkan penggunaan bahasa bermajas alegori. Akibatnya, ada makna tersirat dari cerita yang dikemukakan. Bahasa bermajas alegori ditemukan dalam kumpulan puisi Baromban karya Iyut Fitra sebanyak 5.

Parabel atau parabola merupakan suatu bahasa kisah singkat dengan

(7)

tokoh-tokoh biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral. Istilah parable untuk menyebutkan cerita-cerita fiksi di dalam kitab suci yang bersifat alegoris, untuk menyampaikan kebenaran moral dan spritual. Bahasa bermajas Parabel ditemukan dalam kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra sebanyak 1.

Fabel adalah suatu bentuk percakapan apa yang dikategorikan kepada bentuk bahasa bermajas metafora, yaitu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang. Dimana, binatang bukan makluk-makluk tidak bernyawa, bertindak seolah-olah sebagai manusia. Tujuan fabel sama dengan tujuan parebel yaitu menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti. Fabel menyampaikan prinsip tingkah laku melalui analogi yang transparansi dari tindak-tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan, atau makluk yang bernyawa. Bahasa bermajas ditemukan dalam kumpulan puisi Baromban karya Iyut Fitra sebanyak 7.

Berdasarkan analisis bahasa bermajas dalam kumpulan puisi dengan judul Baromban karya Iyut Fitra. Hasanuddin WS (2002:133) bahasa bermajas yang sering digunakan oleh penyair adalah (1) perbandingan, (2) personifikasi, (3)metafora, (4) alegori, (5)

parabel, dan (6) fabel. Bahasa bermajas tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Bahasa Bermajas

1). Bahasa Bermajas Perbandingan

Menurut Hasanuddin WS (2002:133) Bahasa bermajas perbandingan adalah bahasa yang menyamakan suatu hal dengan yang lain dengan mempergunakan kata perbandingan seperti: bagai, bak, seperti, laksana, umpama, dan ibarat. Bahasa bermajas ini sudah dimanfaatkan sejak lama, karena bahasa bermajas perbandingan ini relatif sederhana.

Di dalam kumpulan puisi ini pengarang seperti Iyut Fitra memanfaatkan bahasa bermajas perbandingan untuk mengungkapkan suatu perbandingan yang sifatnya menyamai. Jadi pengarang lebih memperhatikan dan membadingkan bersifat eksplisit, yaitu langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain, yaitu kata-kata seperti, sama, sebagai, bagaimanakah, laksana dan sebagainya. Berdasarkan temuan penelitian terdapat 16 bahasa bermajas perndingan.

2) Bahasa Bermajas Personifikasi

Hasanuddin WS (2002:133) mengungkapkan penyair harus teliti mungkin menggunakan kata-kata, bahasa

(8)

agar kepuitisan berhasil diciptakan. Suatu usaha yang dilakukan oleh penyair adalah menampilkan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Di dalam kumpulan puisi ini pengarang seperti Iyut Fitra juga memanfaatkan bahasa bermajas personifikasi untuk mengungkapkan suatu benda mati seolah-olah hidup. Berdasarkan temuan penelitian terdapat 22 bahasa bermajas personifikasi.

3) Bahasa Bermajas Metafora

Hasanuddin WS (2002:133) menyatakan metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat. Metafora sebagai perbandingan langsung tidak menggunakan kata seperti, bak, bagai, atau bagaikan, sehigga pokok pertama dihubungkan dengan pokok kedua. Pengarang seperti Iyut Fitra menggunakan bahasa bermajas metafora membandingkan secara langsung. Berdasarkan temuan penelitian terdapat 7 bahasa bermajas metafora.

4) Bahasa Bermajas Alegori

Untuk memanfaatkan bahasa bermajas alegori biasanya dilakukan dengan menampilkan suatu cerita singkat yang mengandung makna kiasan. Sajak-sajak yang menggunakan bahasa bermajas

alegori menampilkan pelaku-pelaku bersifat abstrak yang mengandung unsur rahasia. Sajak berikut memperlihatkan penggunaan bahasa bermajas alegori. Akibatnya, ada makna tersirat dari cerita yang dikemukakan. Berdasarkan temuan penelitian terdapat 5 bahasa bermajas alegori.

5) Bahasa Bermajas Parabel

Parabel atau parabola merupakan suatu bahasa kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia yang selalu mengandung tema moral. Istilah parable untuk menyebutkan cerita-cerita fiksi di dalam kitab suci yang bersifat alegoris, untuk menyampaikan kebenaran moral dan spritual. Berdasarkan temuan penelitian terdapat 1 bahasa bermajas parabel.

6) Bahasa Bermajas Fabel

Fabel adalah suatu bentuk percakapan apa yang dikategorikan kepada bentuk bahasa bermajas metafora juga, yaitu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang. Di mana binatang, bukan makluk-makluk tidak bernyawa, bertindak seolah-olah sebagai manusia. Tujuan fabel sama dengan tujuan parebel yaitu menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti.

(9)

Fabel menyampaikan prinsip tingkah laku melalui analogi yang transparansi dari tindak-tanduk binatang, tumbuh-tumbuhan, atau makluk yang bernyawa. Sajak-sajak yang mementingkan imaji seringkali memanfaatkan bentuk-bentuk fabel, yang merupakan metafora, guna menyampaikan cerita singkat yang membangkitkan suatu tentang ajaran moral. Sajak-sajak berikut memperlihatkan penggunaan fabel yang tidak sekedar menggambarkan binatang, tetapi juga tumbuhan, dan makhluk tak bernyawa. Berdasarkan temuan penelitian terdapat 7 bahasa bermajas fabel.

Berdasarkan temuan penelitian disimpulkan bahwa terdapat 22 bahasa majas yang dominan. Bahasa bermajas tersebut yaitu majas personifikasi. Berdasarkan jumlah keseluruhan 58 bahasa bermajas.

2. Makna Bahasa Bermajas

Makna merupakan penafsiran atau interpertasi dari sebuah bahasa yang disampikan. Penyampaiannya bisa ditulis atau melalui lisan yang ditujukan kepada orang lain tujuan penegasan atau sindiran. Makna terbagi dua makna denotatif dan konotatif.

Di dalam kumpulan Puisi

Baromban karya Iyut Fitra dalam

komponen makna ditemukan makna konotatif yaitu makna tersebut ditemukan secara keseluruhan dalam kumpulan puisi

Baromban karya Iyut Fitra. Namun,

dalam pengkajian makna denotatif tidak ditemukan di dalam puisi tersebut. Artinya kumpulan puisi Baromban karya Iyut Fitra tidak ada menggunakan makna denotatif.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sangat baik implementasinya di dunia pendidikan. Hendaknya dengan membaca kumpulan puisi “Baromban” karya Iyut Fitra menambah kecintaan siswa-siswi terhadap dunia sastra Indonesia, khususnya puisi Indonesia.

Berdasarkan hasil penelitian tentang bahasa bermajas dalam kumpulan puisi Baromban karya Iyut Fitra dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Peneliti sendiri, dapat meneliti tentang karya sastra dengan lebih baik.

2. Masyarakat/ pecintasastra, dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang analisis puisi dan karya sastra lainnya.

(10)

3. Mahasiswa, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang karya sastra.

4. Pembaca, dapat menambah daya apresiasi terhadap sastra Indonesia khususnya puisi.

DAFTAR PUSTAKA

Fitra, Iyut. 2016. Baromban. Sleman: Akar Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi

Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Muhardi dan Hasanuddin WS. 1992.

Prosedur Analisis Fiksi. Padang:

IKIP Padang Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 1999.

Pengkajian Puisi. Yogyakarta:

Angkasa.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan

Cultural Studies. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Semi, M. Atar. 2008. Stilistika Sastra. Padang: UNP Press.

Tarigan, Hendry Guntur. 2009.

Pengajaran Gaya Bahasa.

Bandung: Angkasa.

Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan

Apresiasi Puisi. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Kecakapan bertindak adalah kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum yaitu timbulnya hak

Setelah mengamati warna semua sampel, urutkan sampel dari yang paling Anda sukai (= 4) hingga sampel yang paling tidak Anda sukai (= 1). Kode Sampel Ranking (jangan ada

The implementation of waiting time of pharmacy service for outpatients for compound medicine had been in the range of hospital service minimum standard but it had not been in

Hasil : Golongan terbanyak paraamino fenol 65,1%, harga AINS sediaan padat rata-rata Rp 1.274,54 per obat, harga AINS sediaan cair rata- rata Rp 37.590,41 per obat, cara pemberian

Manual Prosedur Permohonan pengajuan surat keterangan masih kuliah/ sekolah bertujuan untuk memberi penjelasan mengenai prosedur pengajuan surat keterangan masih

AXA Financial Indonesia yang ada pada Penerima Kuasa dalam rangka pembayaran premi lanjutan asuransi, termasuk biaya asuransi, biaya meterai dan atau biaya lainnya

[r]

Terdapat beberapa figur penari Reyog Obyokan yang digambarkan dalam lukisan ini yaitu Dhadak Merak, Jathil, Bujangganong, dan Klono Sewandono, (2) lukisan ini didominasi oleh