• Tidak ada hasil yang ditemukan

S SEJ 1001450 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S SEJ 1001450 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Pendidikan dapat dikatakan sebagai upaya sadar dan terencana dari seseorang insan manusia untuk mengeyam ilmu pengetahuan untuk bekal hidup. Pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan pendidikan di negara-negara lain. Ada beberapa masalah yang menjadi penyebab dalam pendidikan kita saat ini salah satunya yaitu rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) pendidikan. Dalam dunia pendidikan, ada paradigma lama bahwa belajar mengajar bersumber pada teori

tabula rasa dari John Locke (Lie, 2008:02) mengatakan bahwa “Pikiran seorang anak

adalah seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan

gurunya”. Dengan kata lain, otak seorang anak adalah ibarat botol kosong yang siap diisi dengan ilmu pengetahuan dan kebijakan sang mahaguru.

Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses dari yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Sehingga diharapkan setelah selesai proses pembelajaran siswa dapat menunjukkan perubahan sikap menjadi lebih baik.

Penggunaan metode pembelajaran yang tepat serta dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran tentu akan sangat mendukung tercapainya tujuan dari sebuah proses pembelajaran yakni terjadinya perubahan sikap atau ranah afektif pada siswa itu sendiri. Pemilihan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan materi ajar yang akan kita sampaikan, karena setiap metode belum tentu cocok untuk semua materi pembelajaran.

(2)

mata pelajaran sejarah bukan sebatas pewarisan cerita masa lampau yang dilakukan secara turun-temurun oleh guru kepada siswa, tetapi di dalamnya terkandung nilai-nilai kearifan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kecerdasan, menumbuhkan sikap nasionalisme, memupuk kesadaran bagi siswa dalam mengambil keteladanan dari tokoh-tokoh sejarah, menghargai waktu, serta memaknai peristiwa masa lampau yang dapat mempengaruhi kehidupan masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan demikian, mata pelajaran sejarah memiliki peranan yang sangat penting terutama dalam membentuk sikap serta karakter siswa.

Sebagai salah satu mata pelajaran yang penting untuk di pelajari di sekolah, mata pelajaran sejarah tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai baik secara umum maupun secara khusus. Adapun yang menjadi tujuan secara umum dari pembelajaran sejarah tercantum dalam Kurikulum 2006, yaitu sebagai berikut:

1. Mendorong siswa berpikir kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.

2. Memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan untuk memahami

proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat. (Pusat Kurikulum, 2006 dalam

http://techingofhistory.blogspot.com/2012/06/tujuan-pembelajaran-sejarah.html[8Mei2013] )

Penjelasan di atas menunjukkan terdapat tiga poin penting yang menjadi tujuan umum dari pembelajaran sejarah. Sedangkan yang menjadi tujuan secara ideal dari pembelajaran sejarah di antaranya yang dikemukakan oleh Ismaun (2001:114), salah satunya adalah agar peserta didik:

(3)

(3) memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi yang sampai kepadanya guna menentukan kesalahan informasi tersebut; dan (4) memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan analisis.

Berdasarkan dua penjelasan di atas, terdapat satu kesamaan dalam tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran sejrah ini, yaitu agar siswa mampu untuk berpikir secara kritis. Kemampuan berpikir kritis ini memang sangat dibutuhkan baik dalam memahami fakta sejarah maupun ketika mengambil sikap saat menghadapi segala perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Adapun yang dimaksud berpikir kritis dalam memahami fakta sejarah yaitu agar siswa tidak dengan mudah menerima segala informasi yang masuk dari luar tanpa mempertimbangkannya. Seperti yang dikemukakan oleh Johnson (2011:185)

“Berfikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjir

kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Oleh sebab itu, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis.

Pernyataan di atas mengungkapkan bahwa berfikir kritis tidak hanya dibutuhkan untuk memahami fakta sejarah saja, akan tetapi juga ketika mengambil sikap yaitu bagaimana siswa mampu menjadikan pengalaman masa lampau sebagai bahan pertimbangan ataupun menjadikan solusi dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi ataupun di masa yang akan datang. Mengenai tujuan dari pembelajaran sejarah tersebut juga diungkapkan oleh Hasan (2004:10), yaitu: sebagai berikut:

(4)

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah tidak selalu orientasi pada masa lalu, akan tetapi juga seharusnya akan dikaitkan dengan masa sekarang ataupun masa yang akan datang. Hal ini akan menjadi sangat penting untuk dipahami oleh siswa, karena inti dari pembelajaran sejarah adalah mempersiapkan siswa untuk menghadapi masa depan dengan bercermin dari pengalaman masa lalu. Akan tetapi sangat disayangkan proses pembelajaran sejarah disekolah justru jarang sekali mengaitkan peristiwa masa lampau dengan kondisi atau permasalahan yang saat ini tengah terjadi di masyarakat, sehingga pembelajaran sejarah menjadi kurang bermakna bagi siswa. Selain itu, kemampuan berpikir kritis yang merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran sejarah juga kurang dikembangkan dengan baik disekolah.

Secara realita kebanyakan siswa adalah siswa pasif, sehingga pantas saja ketika sekarang banyak pelajar Indonesia masih belajar dalam taraf menghafal saja dan kemampuan pemahamannya tidak diasah dengan baik, yang pada akhirnya para pelajar hanya sebatas menggugurkan kewajibannya saja untuk menyelesaikan pembelajaran, tidak disertai dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebabnya adalah karena dalam proses pembelajaran sebagian besar masih menggunakan model pembelajaran tradisional (konvensional) sehingga pembelajaran menggunakan pendekatan yang masih berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Selama ini dalam pembelajaran sejarah di sekolah, siswa lebih mengarahkan pada pengetahuan terhadap peristiwa sejarah seperti hafalan tokoh atau nama pahlawan, tanggal dan tempat terjadinya suatu peristiwa tanpa mengungkapkan nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah. Hal tersebut membuat siswa kurang dalam menerapkan nilai-nilai sejarah baik itu dalam proses pembelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang diungkapkan oleh Widja (1989) yaitu

(5)

membeberkan fakta-fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka, model

serta teknik pembelajaran juga dari itu ke itu saja”.

Berdasarkan hasil Observasi dan Wawancara yang dilakukan oleh Penulis di SMA Negeri 25 Bandung kelas XI IIS 4, permasalahan yang ada dalam pembelajaran yang dialami oleh guru mata Pelajaran Sejarah adalah beberapa siswa yang kurang merespon mata pelajaran Sejarah dilihat dari keadaan kelas yang cukup kondusif dalam pembelajaran dan siswa hanya mampu mengembangkan kemampuan mengingat dan menghafal saja, dari hasil yang diberikan dan kurang menekankan pada siswa untuk menalar, memecahkan masalah ataupun pemahaman. Keadaan di atas memberi dampak yang sangat besar, sehingga indikasi pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Nilai akhir evaluasi belajar belum memenuhi penampilan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Melihat kenyataan ini, maka perlu adanya perbaikan dalam sistem pembelajaran di kelas. Untuk itu, perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Gambaran yang jelas mengenai kondisi pembelajaran sejarah di kelas, peneliti dapatkan dari hasil observasi yang telah dilakukan. Setelah beberapa kali mengikuti proses pembelajaran dikelas, tergambar ketika metode ceramah dilakukan proses pembelajaran cukup kondisif. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terebut terlihat hampir semua siswa memperhatikan penjelasan dari guru, meskipun memang masih ada beberapa siswa yang kurang fokus yaitu karena siswa sibuk masing-masing dengan kegiatannya.

(6)

diharapkan siswa tidak hanya mampu mengerti akan materi pelajaran saja tetapi juga menjadi lebih peka dengan melihat masalah-masalah yang ada di sekitarnya. Seperti

diungkapkan oleh Wildan (2003:59) “Keterampilan semacam itu hanya dapat

dikembangkan jika materi pendidikan sejarah dapat dikembangkan lebih jauh, melebihi apa yang ada dalam fakta sejarah yang diungkapkan oleh banyak buku

pelajaran”.

Melihat dari penjelasan di atas, kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran sejarah adalah kurangnya siswa untuk melatih berpikir kritis, terutama kemampuan berfikir kritis dalam memecahkan masalah. Padahal salah satu tujuan penting dari pembelajaran sejarah yang ingin dicapai yaitu agar siswa mampu mengembangkan berfikir kritis. Dengan demikian, maka hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai proses belajar mengajar yang mampu untuk melatih kemampuan siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, perbaikan proses pembelajaran dirasa akan sangat penting, sehingga diharapkan masalah-masalah tersebut akan dapat diatasi.

Upaya meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah dengan penerapan metode permainan simulasi dalam memecahkan masalah, karena dalam metode ini siswa tidak hanya diminta untuk memahami suatu masalah saja akan tetapi juga harus mampu mencari solusi dari permasalah tersebut dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta menyentuh aspek psikologis siswa. Dengan demikian siswa merasa senang dan nyaman terhadap proses pembelajaran dengan metode yang kita gunakan maka akan meningkatkan keaktifan siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Minat siswa terhadap suatu mata pelajaran akan sangat berperan pada hasil atau output pembelajaran tersebut yakni terjadinya perubahan sikap dan etika pada siswa.

(7)

memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai karakter yang diperankan. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran tersebut. Metode ini juga dapat mengkondisikan siswa yang awalnya ribut menjadi fokus dalam proses pembelajaran. Metode ini juga dapat mengubah karakter siswa yang sulit dikondisikan menjadi lebih aktif.

B.Masalah Dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan

masalah adalah: “Bagaimana Upaya Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis Siswa

Dalam Pembelajaran Sejarah Dengan Penerapan Metode Permainan Simulasi”?

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian merinci kembali masalah tersebut menjadi empat pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana perencanaan penerapan metode permainan simulasi dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 25 Bandung?

2. Bagaimana langkah-langkah penerapan metode permainan simulasi dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 25 Bandung?

3. Bagaimana peningkatan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 25 Bandung?

(8)

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian ini adalah meningkatkan berfikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah melalui Metode Permainan Simulasi, maka tujuan penelitian dirumuskan:

1. Untuk mengetahui apakah Penerapan Metode Permainan Simulasi dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.

2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh siswa dalam penggunakan Metode Permainan Simulasi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.

3. Untuk mengetahui hasil dari peningkatan yang ditemui dalam penerapan Metode Permainan Simulasi untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.

4. Untuk mengetahui upaya mengatasi kendala pada penerapan metode permainan simulasi dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pendidikan mata pelajaran sejarah di kelas XI IIS 4 SMA Negeri 25 Bandung. Adapun manfaat yang dihadapkan dari peneliti ini secara khusus adalah:

1. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan serta menambah keterampilan penulis dalam menerapkan metode pembelajaran. 2. Bagi guru, diharapkan hasil penelitian ini dijadikan bahan masukan untuk

kajian tindak lanjut dan mampi menarik perhatian dan minat siswa terhadap pelajaran.

(9)

4. Bagi Sekolah, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas instansi di SMA Negeri 25 Bandung.

E.Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Berisi tentang, Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Struktur Organisasi Skripsi.

Bab II kajian pustaka. Dalam bagian bab ini dijabarkan berbagai literature-literatur yang digunakan terhadap permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian dan Teknik Penelitian. Bab ini memaparkan metode penelitian dan teknik yang digunakan oleh penulis untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam pembahasan masalah-masalah yang dikaji.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang merupakan uraian penjelasan terhadap aspek-aspek yang dijadikan rumusan masalah.

Referensi

Dokumen terkait

banyak permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan karakter di Indonesia. Permasalahan tersebut tidak akan terjadi jika setiap guru mampu menghayati kompetensi

STUDI EKSPLORASI KETERSERAPAN LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI DI KOTA BANDUNG PADA INDUSTRI OTOMOTIF.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

[r]

persaingan untuk memperebutkan pangsa pasar domestik yang sangat potensial / mulai terlihat / khususnya khususnya di Perguruan Tinggi swasta // persaingan yang makin kompetitif ini

Ibrahim dkk(2000:29), ada empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yaitu, STAD, jigsau, kelopok penyelidikan dan pendekatan setruktur. Dari berbagai jenis model

Metode penelitian kuantitatif dapat diartika sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

Dengan penyedia layanannya atau yang disebut Intenet Service Provider dapat memenuhi kebutuhan setiap orang yang memerlukan suatu informasi kapan dan dimanapun dengan fasilitas

Dalam Permendknas no. 13 tahun 2007 tentang Kompetens Kepala sekolah/ madrasah bahwa setap kepala sekola/ madrasah harus memenuh lma aspek kompetens yatu keprbadan,