Penerapan Pembelajaran Aktif Student-Created Case Studies disertai Flip Chart untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa dalam Pembelajaran Biologi
Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010
Implementation of Active Learning Student Created Case Studies with Flip Chart to Increase Self Directed Biology Learning in XI IPA 4 Class of SMA Negeri 4 Surakarta in Academic Year 2009/2010
Suci Kusuma Dewi, Slamet Santosa, Muzayyinah Pendidikan Biologi FKIP Universitas Sebelas Maret,
Email: slametsantosa_bio@yahoo.co.id
Diterima 7 Januari 2013, disetujui 21 Maret 2013
ABSTRACT- This research own the target to increase self directed learning the student in biological study with applying active learning of Student-Created Case Studies ac-companied by Flip Chart in class of XI IPA 4 SMA Country 4 Surakarta of teaching year 2009/2010. This research represent the research of claas action (Classroom Ac-tion Research) consited of two cysle. Every cycle consisted of 4 phase taht is planning, acting, observing, and reflecting. Subject research is student of class XI IPA 4 SMA Contry 4 Surakarta of teaching year 2009/2010. Technique of data complier used cov-er the enquette, obscov-ervation, and intcov-erview. Data analysis used in this research is tech-nique analisyse consited of the data reduction, data presetation, an withdrawal of conclu-sion or verivication. Result of research indicate taht the applying active larning of Student-Created Case Studies accompanied by Flip Chart can improve the self di-rected learning the student in biologycal study. Make-up of self didi-rected learning the vis-ible student passing result of enquette and observation. Mean assess the perfor-mance percentase every indicator from self directed learning obsevation the student at pre cycle is 14,68%, cycle I equal to 41,57%, and cycle II equal to 77,73. Mean assess the performance percentase every indicator from self directed learning enquette the student at pre cycle equal to 74,40%, cycle I equal to 79,74%, and cycle II equal to 80,29%. Its conclusion that applying active larning of Student-Created Case Studies ac-companied by Flip Chart can improve the self directed learning.
Key Words: Student-Created Case Studies, Flip Chart, Self Directed Learning
Pendahuluan
Pendidikan tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan kita sehari-hari.
Pendidikan merupakan usaha sengaja dan
terencana untuk membantu
meningkatkan perkembangan potensi
bagi manusia. Pendidikan yang
berkualitas sangat diperlukan untuk
mendukung terciptanya manusia yang
cerdas serta mampu bersaing di era globalisasi. Pendidikan mempunyai
peranan yang sangat besar dalam
membentuk karakter, perkembangan ilmu
dan mental seorang anak. Mengacu
pada Sistem Pendidikan Nasional
(undang-undang No. 20 Tahun 2003),
menyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan bagi
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Secara keseluruhan, dunia pendidikan merupakan suatu sistem yang memiliki kegiatan cukup kompleks,
meliputi berbagai komponen yang
berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Komponen yang saling berkait
ini dapat dilihat dari hubungan antara
elemen peserta didik (siswa), pendidik
(guru), dan interaksi keduanya dalam
usaha pendidikan. Adanya interaksi guru
dengan siswa, siswa dengan siswa, dan
siswa dengan guru, secara tidak
langsung menyangkut berbagai
komponen lain diantaranya kurikulum,
materi bahan ajar dan metode
pembelajaran yang saling terkait
menjadi suatu sistem yang utuh.
Keberhasilan pendidikan sangat
ditentukan oleh baik tidaknya kerja
sama antara komponen yang terkait di
dalamnya.
Upaya perbaikan proses
pembelajaran terletak pada tanggung
jawab guru, bagaimana pembelajaran
yang disampaikan dapat dipahami oleh
anak didik secara benar. Proses
pembelajaran juga ditentukan sampai
sejauh mana guru dapat menggunakan
model dan metodepembelajaran dengan
baik. Model d an metode yang
digunakan oleh guru dalam pembelajaran
harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dan kemampuan guru
dalam mengelola proses pengajaran.
Adanya penggunaan model dan metode
pembelajaran dalam kegiatan belajar
mengajar diharapkan siswa tidak
mengalami kejenuhan dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
Penggunaan model dan metode
pembelajaran yang tepat dalam kegiatan
belajar mengajar dapat mengembangkan
seluruh potensi yang terdapat dalam
diri siswa secara optimal baik kognitif,
afektif maupun psikomotorik.
Hasil observasi awal terhadap
kegiatan belajar mengajar dan
wawancara dengan guru mata pelajaran
Biologi kelas XI IPA 4 SMA Negeri 4
Surakarta tahun pelajaran 2009/2010
diperoleh hasil bahwa kelas tersebut
terdiri dari siswa yang heterogen
berdasarkan prestasi belajar, budaya dan
tingkat sosial ekonomiya. Siswa terdiri
dari 38 siswa dengan 14 siswa laki –
laki dan 24 siswa perempuan. Kegiatan
belajar mengajar khususnya pada mata
pelajaran biologi yang berlangsung di
kelas XI IPA 4 kurang begitu efektif.
Kurang efektifnya kegiatan belajar
mengajar di kelas tersebut adalah
pemilihan metode pembelajaran dan
kurangnya kemandirian belajar siswa
ditandai dengan banyaknya siswa yang
tidak membawa buku panduan
pelajaran dan respon siswa yang kurang
positif dalam pembelajaran. Pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung
siswa banyak yang menunggu perintah
dari guru untuk melakukan sesuatu tanpa
adanya inisiatif dari siswa sendiri. Sesuai
dengan indikator kemandirian belajar
bahwa kemandirian belajar siswa
merupakan usaha untuk menetapkan
sendiri tujuan atau sasaran belajar, usaha
mencapainya mencakup pula usaha
memilih sendiri sumber belajar dan
menggunakan teknik-teknik belajar yang
tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Penetapan kompetensi, cara pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan dan
cara belajar ditentukan oleh pembelajar.
Proses pembelajaran yang
berlangsung cenderung berpusat pada
guru (teacher centered), metode yang
digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar kurang bervariasi sehingga
siswa tidak dapat mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya dan
membuat siswa kurang mempunyai
kemandirian belajar dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Siswa selalu
menunggu perintah dari guru untuk
melakukan suatu tindakan. Peran serta
siswa belum menyeluruh dan hanya
didominasi oleh siswa- siswa tertentu
saja. Siswa yang aktif dalam kegiatan
belajar mengajar cenderung lebih aktif
dalam bertanya dan menggali informasi
dari guru maupun sumber belajar
yang lain sehingga cenderung
memiliki terdominasi oleh
siswa sehingga
pembelajaran tidak lagi berpusat
pada guru
tingkat pemahaman yang lebih
sedangkan siswa yang kurang aktif
cenderung pasif dalam kegiatan belajar
mengajar, mereka hanya menerima
pengetahuan yang diberikan tanpa
mencari sumber belajar yang lain.
Berdasarkan pertimbangan tersebut,
maka perlu dikembangkan suatu model
dan metode pembelajaran yang mampu
melibatkan peran serta siswa secara
menyeluruh sehingga kegiatan belajar
mengajar tidak hanya didominasi oleh
siswa-siswa tertentu saja. Pemilihan
model pembelajaran yang tepat
diharapkan agar sumber informasi yang
diterima siswa tidak hanya dari guru
tetapi juga dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa dalam
kegiatan belajar mengajar khususnya
pada mata pelajaran biologi. Siswa
diharapkan mempunyai kemandirian
belajar yang ditandai dengan usaha
untuk menetapkan sendiri tujuan atau
sasaran belajar, yang mencakup pula
dan menggunakan teknik-teknik belajar
yang tepat untuk mencapai tujuan belajar.
Salah satu model pembelajaran
yang melibatkan peran serta siswa adalah
model pembelajaran aktif. Pembelajaran
aktif adalah suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar
secara aktif. Peserta didik belajar
secara aktif maka kegiatan belajar
mengajar dapat tetapi berpusat pada
siswa (student centered). Belajar aktif
mengajak peserta didik tidak hanya
melibatkan mental tetapi juga fisik
sehingga peserta didik merasakan
suasana yang lebih menyenangkan.
Belajar aktif dengan suasana yang
menyenangkan dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa karena siswa
dapat berperan secara aktif dalam
pembelajaran dan siswa akan mencari
jalan untuk memecahkan permasalahan
yang dihadapi. Model pembelajaran
aktif dapat membangkitkan kemandirian
siswa, siswa akan secara aktif
menggunakan otak baik untuk
menemukan ide pokok dari materi,
memecahkan persoalan atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka
pelajari ke dalam suatu persoalan yang
ada dalam kehidupan nyata.
Penelitian ini mencoba mengkaji penerapan model pembelajaran aktif dengan menggunakan metode Student-Created Case Studies. Student- Student-Created
Case Studies adalah metode
pembelajaran dimana guru membagi kelas menjadi pasangan – pasangan atau kelompok, guru membagi permasalahan, kelompok melakukan diskusi,
masing-masing kelompok membuat
permasalahan dan bertukar dengan kelompok lain, serta menyampaikan
hasil diskusi kepada peserta yang lain. Guru membimbing dalam
kegiatan belajar dengan
memberikankesimpulan, refleksi, dan evaluasi. Penggunaan metode pembelajaran ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan kemandirian belajar.
Pemilihan media juga harus
mendukung kegiatan belajar mengajar
agar dapat menambah motivasi siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar khususnya pada mata
pelajaran biologi. Media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan
(bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, motivasi,
pikiran, dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
belajar. Penelitian ini, menggunakan
media Flip Chart. Flip Chart
merupakan suatu media yang
menggunakan gambar – gambar yang
digantung pada suatu tiang gantungan
membalik satu per satu. Penggunaan
Flip Chart sebagai media pembelajaran
diharapkan dapat menyajikan materi
secara keseluruhan dimulai dengan
materi yang relatif mudah pada
lembaran pertama hingga materi yang
sulit pada lembaran terakhir.
Gambar-gambar yang digunakan adalah Gambar-gambar
tentang permasalahan materi pelajaran
yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Gambar yang diberikan guru dapat
diperoleh melalui buku yang relevan
atau dari internet.
Student-Created Case Studies
Student-Created Case Studies
merupakan salah satu metode pembelajaran aktif yang menggunakan tipe diskusi kasus atau permasalahan
pelajaran yang akan dipelajari.
Penggunaan metode ini siswa dapat
menciptakan kasus sendiri dan
dipecahkan dengan siswa yang lain
secara bersama atau permasalahan
diberikan oleh guru. Langkah dalam
Student-Created Case Studies adalah:
guru membagi kelas menjadi
pasangan-pasangan atau kelompok, guru membagi
permasalahan, kelompok melakukan
diskusi, dan menyampaikan hasil diskusi
kepada peserta yang lain. Guru
membimbing memberikan
kesimpulan-refleksi -evaluasi (Silberman, 1996: 175).
Pembelajaran melalui studi
kasus dapat dilakukan secara individual
atau kelompok. Kegiatan pembelajaran
melalui studi kasus dapat meningkatkan
aktivitas dan kemandirian belajar siswa
baik secara individu maupun kelompok.
Langkah pembelajaran menuntut
keaktifan siswa, sedangkan peranan guru
sebagai pemberi stimulasi, pembimbing
kegiatan siswa, dan menentukan arah
yang harus dilakukan oleh siswa.
Kegiatan belajar ini mempunyai
beberapa kelebihan, antara lain: siswa
memperoleh pengalaman praktis,
kegiatan belajar menarik, bahan pelajaran
dapat lebih dipahami siswa, siswa
dapat belajar dari berbagai sumber
belajar, dan siswa lebih banyak
berinteraksi baik dengan siswa lain
maupun guru (Sudjana, 1996: 83).
Kegiatan pembelajaran melalui
studi kasus atau pemecahan masalah
merupakan suatu teknik yang dilakukan
oleh guru untuk membantu siswa agar
memahami dan menguasai materi
pembelajaran. Beberapa ciri yang
terdapat dalam kegiatan belajar studi
kasus ini adalah: siswa bekerja secara
individual atau bekerja dalam kelompok
kecil, pembelajaran ditekankan pada
materi pelajaran yang mengandung
persoalan untuk dipecahkan, siswa
menggunakan banyak pendekatan dalam
masalah adalah hasil tukar pendapat di
antara semua siswa (Sanjaya, 2005:
107).
Tujuan pembelajaran studi kasus adalah untuk menganalisa dan memecahkan masalah yang dihadapi untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Permasalahan diberikan pada masing-masing kelompok, anggota kelompok mendiskusikan permasalahan, merangkum hasil diskusi dan pada akhir kegiatan disampaikan pada seluruh kelas melalui kegiatan presentasi (Surjadi, 1989:3).
Flip Chart
Flip Chart merupakan media
gambar yang menggunakan susunan
gambar-gambar yang digantung pada
tiang gantungan kecil dan cara
menunjukan dengan membalik gambar
satu per satu (Anitah, 2008: 8).
Flip Chart merupakan bagan atau gambar yang berfungsi untuk
memvisualisasikan ide atau konsep yang
sulit dipahami apabila disampaikan
dengan cara lisan. Penggunaan Flip
Chart pesan atau isi materi dapat
disampaikan secara bertahap yaitu
dengan cara membalik gambar satu per
satu, tiap gambar atau pesan yang akan
disampaikan diletakkan pada lembaran
kertas yang berbeda. Lembaran
pertama diawali dengan tingkat materi
yang relatif mudah dan bertahap sampai
materi yang paling sulit. Materi secara
keseluruhan yang sudah tercantum
dalam gambar kemudian
lembaran-lembaran tersebut dijadikan satu dengan
cara digantung. Penggunaan
lembaran-lembaran tersebut dengan cara dibalik
satu per satu secara bertahap.
Penggunaan Flip Chart dapat untuk
menyajikan garis-garis besar
permasalahan atau pokok bahasan yang
akan dipelajari. Adanya penggunaan
me-dia dalam pembelajaran maka siswa
dapat mengetahui gambaran secara
keseluruhan tentang isi pelajaran dari
awal dimulainya kegiatan belajar
mengajar. Gambar yang digunakan
sebagai media pembelajaran dapat
digunakan oleh guru untuk menjelaskan
konsep – konsep yang sulit dijelaskan
secara verbal (Wibawa, 2001: 55).
Media gambar mempunyai
beberapa kelebihan antara lain: dapat
menerjemahkan ide – ide yang bersifat
abstrak ke dalam bentuk yang nyata,
banyak tersedia dalam buku atau
sumber belajar yang lain, mudah dalam
pemakaian, relatif tidak mahal, dan
dapat dipakai untuk berbagai tingkat
pelajaran dan bidang studi. Media
gambar sebagai media visual
mempunyai manfaat sebagai berikut:
menimbulkan gaya tarik bagi
memperjelas bagian yang penting, dan
dapat menyingkat uraian yang
panjang. Gambar yang baik mempunyai
ciri – ciri: cocok dengan tingkatan umur
dan kemampuan siswa, gambar yang
ditampilkan tidak terlalu komplek,
gambar sesuai dengan benda yang
diilustrasikan, dan gambar memberikan
tujuan yang akan dicapai (Wibawa, 2001:
39).
Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar merupakan usaha untuk menetapkan sendiri tujuan atau sasaran belajar, usaha mencapainya
mencakup pula usaha memilih sendiri
sumber belajar dan menggunakan
teknik-teknik belajar yang tepat untuk
mencapai tujuan tersebut. Penetapan
kompetensi, cara pencapaian kompetensi
yang telah ditetapkan, dan cara belajar
ditentukanoleh pembelajar (Joyoatmojo,
2006: 16).
Belajar mandiri merupakan
kegiatan belajar aktif yang didorong oleh
adanya motivasi dalam diri siswa
untuk menguasai suatu kompetensi
guna mengatasi suatu masalah.
Penetapan kompetensi, cara pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan, dan
cara belajar ditentukan oleh pembelajar.
Kemandirian belajar siswa ditentukan
oleh adanya motivasi belajar yang
timbul dari dalam diri siswa untuk
melakukan suatu kegiatan belajar. Tujuan
siswa melakukan belajar mandiri, adalah
mendapatkan kompetensi baru dengan
cara mencari informasi dari berbagai
sumber dan mengolahnya berdasar
pengetahuan yang dimiliki (Mudjiman,
2006: 7).
Belajar mandiri mempunyai
beberapa prinsip antara lain: belajar
untuk mencari makna, proses belajar
terjadi secara berkesinambungan, belajar
untuk mengembangkan pengetahuan, dan
hasil belajar dipengaruhi oleh subjek
belajar, tujuan dan motivasi dalam diri
siswa. Motivasi dalam diri siswa akan
menimbulkan rasa ingin tahu dan sifat
kreatif yang tinggi pada diri siswa.
Siswa yang mempunyai motivasi di
dalam dirinya memiliki ciri – ciri
antara lain: tekun menghadapi tugas,
ulet dalam menghadapi kesulitan,
menunjukan minat dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, cepat
bosan dengan tugas yang berulang –
ulang, dan senang belajar mandiri.
Hasil belajar kegiatan belajar mandiri
merupakan tanggung jawab individu
peserta didik. Penumbuhan
kemampuan belajar mandiri dapat
dilakukan dengan cara membaca secara
kritis, meningkatkan minat dan motivasi
diri, dan menumbuhkan aktivitas belajar
(Suparno, 2000: 125 dan Sardiman,
2004: 83).
Pembelajaran mandiri
menekankan pada kegiatan belajar mandiri atau perseorangan dengan menggunakan metode penugasan sebagai metode utama dan ceramah sebagai penunjang. Kegiatan pembelajaran mandiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dengan teman yang lain. Belajar mandiri efektif diterapkan dalam kegiatan belajar, siswa
yang belum memahami dapat bertanya
atau berdikusi dengan teman yang lain
atau meminta penjelasan dari guru.
Siswa dalam lingkungan pembelajaran
mandiri adalah lebih termotivasi untuk
belajar dan lebih aktif terlibat dalam
pembelajaran mereka daripada mereka
yang belajar di lebih terbatas lingkungan
(Sudjana, 1996:83, dan Zsiga and
Web-ster, 2007:61).
Pembelajaran mandiri
merupakan pembelajaran yang berasal
dari pemikiran dan perilaku yang
dihasilkan sendiri oleh siswa yang
secara sistematis diarahkan pada tujuan
yang akan dicapai melalui kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran mandiri
berkaitan erat kegiatan siswa karena
siswa dituntut untuk mencapai tujuan
belajar yang telah ditetapkan secara
mandiri. Siswa yang sangat termotivasi
untuk mempelajari sesuatu mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk
melakukan kegiatan belajar dengan
sadar dan mengingat materi yang
diperoleh. Motivasi dalam diri siswa
dapat ditumbuhkan dengan cara:
membangkitkan minat siswa,
mempertahankan rasa ingin tahu, dan
menggunakan berbagai cara penyajian
materi yang menarik (Slavin, 2009:
115).
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas ( Class-room Action Research). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu lebih bersifat mendeskripsikan data, fakta, dan keadaan yang ada di dalam kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
sampai berakhirnya pengumpulan data.
Data- data dari hasil penelitian
dilapangan diolah dan dianalisis secara
kualitatif. Teknik analisis kualitatif
mengacu pada analisis Miles dan
Huberman (1992:16) yang dilakukan
dalam 3 komponen yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini menerapkan dua
siklus pembelajaran dengan
pembelajaran aktif Student-Created Case
Studies disertai Flip Chart. Setiap siklus
yang diterapkan pada proses
pembelajaran menunjukkan hasil yang
berbeda.
Kemandirian Belajar Siswa
Nilai persentase kemandirian
belajar siswa pada setiap siklus dari
hasil observasi dan angket dapat dilihat
pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Kemandirian belajar siswa menurut
hasil observasi dan angket pra siklus,
siklus I, dan siklus II menunjukkan
adanya peningkatan. Rata-rata nilai
persentase dari hasil observasi
kemandirian belajar siswa pada pra
siklus 14,68%, pada siklus I sebesar
41,57% dan pada siklus II sebesar
77,73%. Sedangkan rata – rata nilai
persentase setiap indikator dari angket
kemandirian belajar siswa pada pra
siklus adalah 74,40%, pada siklus I
sebesar 79,74% dan pada siklus II
sebesar 80,29%.
Penerapan pembelajaran aktif
Student-Created Case Studies disertai
Flip Chart merupakan penelitian
tindakan kelas yang bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian belajar siswa
dalam pembelajaran biologi.
Kemandirian belajar siswa merupakan
usaha untuk menetapkan sendiri tujuan
atau sasaran belajar. Usaha
mencapainya mencakup pula usaha
memilih sendiri sumber belajar dan
menggunakan teknik-teknik belajar yang
tepat untuk mencapai tujuan tersebut.
Penetapan kompetensi, cara pencapaian
kompetensi yang telah ditetapkan, dan
cara belajar ditentukan oleh pembelajar.
Pembelajaran aktif Student- Cre-ated Case Studies disertai Flip Chart
menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, memperdalam materi yang disampaikan, memecahkan masalah dan kemandirian belajar. Garcis, et. al (2005:390) mengemukakan bahwa penggunaan studi kasus dapat memperdalam dan memperluas materi dan memecahkan masalah. Diskusi kasus antar siswa dapat digunakan untuk menganalisis, mengaplikasikan konsep
memecahkan masalah, dan
kemampuan berkomunikasi. Nancy and
Fisher (2009:1) teknik
pembelajaran aktif di dalam ruang
kelas berpengaruh positif dalam kegiatan
belajar siswa. Siswa mempunyai
kemampuan untuk memecahkan masalah,
motivasi siswa dalam belajar dan berpikir
kritis.
Penelitian tindakan ini diawali
dengan tahap observasi terhadap
kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil
observasi menunjukan bahwa tingkat
kemandirian belajar siswa masih sangat
rendah. Persentase rata – rata semua
indikator kemandirian siswa pada awal
observasi adalah sebesar 12,86%. Hasil
angket kemandirian belajar siswa juga
menunjukan bahwa tingkat kemandirian
belajar siswa masih di bawah standar
kualitas pembelajaranyaitu 74,40%.
Rendahnya tingkat kemandirian belajar
siswa dikarenakan proses pembelajaran
pada saat observasi menggunakan
metode ceramah yang disertai dengan
tanya jawab. Siswa cenderung masih
mengikuti perintah dari guru tanpa
adanya insiatif dari diri siswa untuk
melakukan tindakan. Penelitian
dilakukan dengan penerapan
pembelajaran aktif Student-Created Case
Studies disertai Flip Chart.
Peningkatan kemandirian belajar
siswa dapat terlihat dari hasil observasi
secara langsung pada kegiatan
pembelajaran dan hasil angket
kemandirian belajar siswa. Berdasarkan
data yang diperoleh dari hasil observasi
dan angket kemandirian belajar siswa
secara rata – rata selalu mengalami
peningkatan pada setiap siklusnya.
Kemandirian belajar siswa
meningkat berdasarkan hasil observasi
secara langsung pada saat kegiatan
pembelajaran. Tingkat kemandirian
belajar siswa pada awal sebelum
adanya penerapan pembelajaran aktif
Student-Created Case Studies disertai
Flip Chart adalah sebesar 12,86%.
Adanya penerapan pembelajaran aktif
Student-Created Case Studies disertai
Flip Chart menunjukkan adanya
peningkatan kemandirian belajar siswa
pada siklus I dan siklus II.
Kemandirian belajar siswa meningkat
berdasarkan peningkatan setiap indikator
kemandirian belajar pada observasi
kegiatan pembelajaran. Hasil observasi
menunjukan bahwa rata – rata
kemandirian belajar siswa sebesar
41,01% pada siklus I dan mengalami
peningkatan menjadi 77,22% pada siklus
II.
Peningkatan kemandirian belajar
siswa selain dari hasil observasi secara
langsung juga didukung angket
kemandirian belajar siswa. Tingkat
sebelum adanya penerapan
pembelajaran aktif Student-Created Case
Studies disertai Flip Chart adalah sebesar
74,40%. Adanya penerapan
pembelajaran aktif Student-Created Case
Studies disertai Flip Chart
menunjukan adanya peningkatan
kemandirian belajar siswa pada siklus I
dan siklus II. Kemandirian belajar
siswa meningkat berdasarkan
peningkatan setiap indikator
kemandirian belajar pada angket
kemandirian belajar siswa. Hasil
perhitungan angket kemandirian belajar
siswa menunjukan bahwa rata – rata
kemandirian belajar siswa sebesar
79,74% pada siklus I dan mengalami
peningkatan menjadi 80,29% pada siklus
II.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan pembelajaran aktif Student Created Case Studies disertai Flip Chart dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran biologi.
Daftar Pustaka
Anitah, S. 2008. Media Pembelajaran. Surakarta: UNS Press.
Garcia, A.G., Villegas, J., Cintron, ZA. 2005. Creating a Dynamic Higher Ed-ucation Class Environment using Case
Studies. International Journal of Case Method Research and Application. XVII(3): 390-395.
Joyoatmojo, S. 2006. Belajar Mandiri: Bekal Untuk Menapak Jalan Menuju Belajar Sepanjang Hayat. Surakarta: UNS.
Mujiman, H. 2006. Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press.
Nancy, M. and Fisher, K.L. 2009. Click-er in Nursing Education: An Active Learning Tool In The Classroom. ONJI Online Journal of Nursing Informatic. 13(2): 1-19.
Sanjaya, W. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group.
Sardiman, A.M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Silberman, Mel. 1996. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Slavin, R.E. 2009. Psikologi Pendidikan
Teori dan Praktek. Jakarta: PT Indeks. Sudjana, N. 1996. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Suparno, S.A. 2000. Membangun
Kompetensi Belajar. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional. Surjadi, A. 1989. Membuat Siswa Aktif
Belajar (65 Cara Belajar Mengajar
Dalam Kelompok). Bandung:
Penerbit Mandar Maju.
Wibawa, B. dan Farida, M. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana Zsiga, P.L and Webster,M. 2007.