xiv
ABSTRAK
KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Studi Kasus pada PT Madubaru
Rosalia Lina Hastuti NIM : 092114014 Universitas Sanata Dharma
2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi biaya kualitas pada perusahaan serta mengetahui hubungan biaya terhadap kinerja keuangan perusahaan PT Madubaru. Latar belakang dari penelitian ini adalah pentingnya biaya kualitas untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan laba operasional untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu menghitung komposisi biaya kualitas dan korelasi Product Moment.
xv
ABSTRACT
COMPOSITION OF THE QUALITY COSTS AND ITS
RELATIONSHIP WITH COMPANY FINANCIAL
PERFORMANCE
A Case Study at PT Madubaru
Rosalia Lina Hastuti NIM : 092114014 Sanata Dharma University
2013
The aims of this study are to determine the composition of the company's cost of quality and to determine the relationship between this costs to the financial performance at PT Madubaru. Analysis of quality costs is important to improve the quality of products produced by the company. Thus the company can improve its financial performance. This study uses operating earnings to measure the financial performance of the company.
This study is a case study. Data was obtained by interview and documentation. This study employs descriptive analysis technique to measure the cost of quality and product moment correlation to test hypothesis that the cost of quality is related with firm financial performance.
KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Studi Kasus Pada PT Madubaru
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Rosalia Lina Hastuti NIM: 092114014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Studi Kasus Pada PT Madubaru
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Rosalia Lina Hastuti NIM: 092114014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
dan menjadikan halangan sebagai tantangan untuk maju.
Kupersembahkan untuk:
v
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Studi Kasus Pada PT Madubaru
dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 20 September 2013 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penilis asli.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyataka menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 1 September 2013 Yang membuat pernyataan,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Rosalia Lina Hastuti
Nomor Mahasiswa : 092114014
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SUDI KASUS PADA PT MADUBARU
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 30 September 2013
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan berkat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Universitas Sanata Dharma.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
2. Dr. H. Herry Maridjo, Dr., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sanata Dharma.
3. Drs. YP. Supardiyono, Msi., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi
Universitas Sanata Dharma
4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. PT Madubaru Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
viii
6. Bapak Gatot Wibowo selaku kepala bagian keuangan di PT Madubaru
Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data
yang dibutuhkan penulis.
7. Dosen-dosen dan seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata
Dharma.
8. Bapak, ibu dan adikku tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan
dan doa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabatku Pipit, Puput, Putri dan Grace yang menjadi tempat bercerita dan
berbagi suka dan duka.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 30 September 2013
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …….……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii
HALAMAN PENGESAHAN……… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
HALAMAN KATA PENGANTAR ……… vi
HALAMAN DAFTAR ISI ……… viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ……….... x
HALAMAN DAFTAR GAMBAR……… xi
HALAMAN DAFTAR GRAFIK ………. xii
ABSTRAK ………. xii
BAB I PENDAHULUAN ………..………….………. 1
A. Latar Belakang Masalah ……….……….. 1
B. Rumusan Masalah ………..……….. 4
C. Tujuan Penelitian ……….. 4
D. Manfaat penelitian ………..….………. 4
E. Sistematika Penulisan ………..………. 5
BAB II LANDASAN TEORI ………..……… 6
A. Kualitas ………. 6
B. Biaya Kualitas ………..……… 9
C. Kinerja Keuangan ……….……… 13
D. Laba ……….……… 15
E. Hubungan Biaya Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan .... 18
BAB III METODE PENELITIAN ……..……… 20
A. Jenis Penelitian ………….……… 20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………..……..……… 20
C. Subjek dan Objek Penelitian ………..……….. 20
D. Data yang Diperlukan ………….………. 21
x
F. Variabel Penelitian ……… 22
G. Teknik Analisis Data ……… 22
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ……….. 26
A. Sejarah Perusahaan ……… 26
B. Lokasi Perusahaan ……… 27
C. Struktur Organisasi Perusahaan ………...………. 27
D. Produksi Perusahaan ………..……….. 28
E. Personalia ……….. 29
F. Sumber Modal Perusahaan ……… 30
G. Pemasaran Produk ………..………. 31
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….. 32
A. Deskripsi Data ……….………. 32
B. Analisis Data ………. 39
C. Pembahasan ……….. 50
BAB VI PENUTUP ………. 52
A. Kesimpulan ………..……… 52
B. Keterbatan ………..……….. 53
C. Saran………...………... 53
DAFTAR PUSTAKA ……… 56
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 5.1 : Laporan Biaya Kualitas ……….... 33
Tabel 5.2 : Data Penjualan Bersih ……….. 38
Tabel 5.3 : Data Laba Operasional ……….. 38
Tabel 5.4 : Total Biaya Kualitas ………. 39
Tabel 5.5 : Komposisi Biaya Pencegahan ……….. 41
Tabel 5.6 : Komposisi Biaya Penilaian ………... 41
Tabel 5.7 : Persentase Biaya Kualitas dari Penjualan Bersih ……….. 45
Tabel 5.8 : Persentase Biaya Pencegahan dari Penjualan Bersih ……… 45
Tabel 5.9 : Persentase Biaya Penilaian dari Penjualan ……… 45
Tabel 5.10 : Data Hubungan Biaya Kualitas dengan Laba Operasianal……… 45
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1: Grafik Biaya Kualitas AQL ……….. 12
Gambar 2.2: Grafik Biaya Kualitas Kontemporer ………. 13
Gambar 3.1: Pengujian Dua Sisi (Hipotesis Tidak Berarah) ………. 25
xiii
DAFTAR GRAFIK
xiv
ABSTRAK
KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Studi Kasus pada PT Madubaru
Rosalia Lina Hastuti NIM : 092114014 Universitas Sanata Dharma
2013
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi biaya kualitas pada perusahaan serta mengetahui hubungan biaya terhadap kinerja keuangan perusahaan PT Madubaru. Latar belakang dari penelitian ini adalah pentingnya biaya kualitas untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan laba operasional untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu menghitung komposisi biaya kualitas dan korelasi Product Moment.
xv
ABSTRACT
COMPOSITION OF THE QUALITY COSTS AND ITS
RELATIONSHIP WITH COMPANY FINANCIAL
PERFORMANCE
A Case Study at PT Madubaru
Rosalia Lina Hastuti NIM : 092114014 Sanata Dharma University
2013
The aims of this study are to determine the composition of the company's cost of quality and to determine the relationship between this costs to the financial performance at PT Madubaru. Analysis of quality costs is important to improve the quality of products produced by the company. Thus the company can improve its financial performance. This study uses operating earnings to measure the financial performance of the company.
This study is a case study. Data was obtained by interview and documentation. This study employs descriptive analysis technique to measure the cost of quality and product moment correlation to test hypothesis that the cost of quality is related with firm financial performance.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman globalisasi ini sebuah organisasi bisnis tidak hanya
mementingkan mendapatkan keuntungan tapi juga kualitas produk atau jasa yang
baik. Kualitas produk atau jasa yang baik dapat membuat konsumen merasa puas.
Untuk mendapatkan kualitas produk atau jasa yang baik, perusahaan harus
mengeluarkan biaya lebih karena dengan biaya tersebut perusahaan dapat
berupaya dalam meningkatkan kualitas produk atau jasanya. Biaya yang
dikeluarkan dapat disebut biaya kualitas. Menurut Hansen dan Mowen
(2009:272), biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau
telah terdapat produk yang kualitasnya buruk.
Menurut Hansen dan Mowen (2009:272), biaya kualitas berhubungan
dengan dua kegiatan yaitu kegiatan pengendalian dan kegagalan. Kegiatan
pengendalian terdiri dari kegiatan pencegahan dan penilaian. Kegiatan ini
dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk
(karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Kegiatan kegagalan terdiri dari
dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk merespon kualitas yang
buruk (kualitas buruk memang telah terjadi).
Biaya kualitas dapat meningkatkan kualitas produk atau jasa perusahaan
agar dapat mencapai kepuasan pelanggan sehingga perusahaan dapat mencapai
keuntungan yang diharapkan. Dengan adanya peningkatan kualitas produk
perusahaan dapat meningkatkan kemampuan dan keunggulan kompetitifnya.
Apabila perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan maka perusahaan
dapat meningkatkan laba yang diharapkan perusahaan. Dengan kualitas produk
atau jasa yang baik, maka perusahaan akan menarik banyak konsumen. Sehingga
perusahaan dapat meningkatkan laba operasi. Perusahaan seharusnya
memperhatikan kualitas produk atau jasa supaya dapat memperoleh posisi
bersaing yang baik.
Begitu pentingnya kualitas bagi perusahaan, mendorong PT Madubaru
untuk selalu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. PT Madubaru
adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri gula pasir dan
alkohol/spiritus. Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini tidak lepas
dari kesalahan-kesalahan pada proses produksinya. Untuk itu perusahaan ini
selalu berinovasi dan mengembangkan kemampuannya agar dapat menciptakan
suatu produk yang berkualitas dan memenuhi kepuasan para konsumen. Dengan
meningkatkan kualitas produk maka perusahaan dapat meningkatkan laba
Laba yang didapatkan perusahaan pada periode tertentu menggambarkan
prestasi perusahaan tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan. Bagi pihak
eksternal, laba digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum memberikan
kredit atau menanamkan modal pada perusahaan. Bagi pihak intemal, laba dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bisnis yang
berguna bagi kemajuan perusahaan. Laba juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur
keberhasilan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Keberhasilan manajemen tersebut dapat disebut juga dengan pencapaian kinerja
perusahaan .
Penilaian terhadap kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Salah satunya yaitu dengan menggunakan kinerja keuangan. Menurut Fahmi
(2011), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan dengan baik. Hasil penilaian kinerja keuangan
tersebut dapat dijadikan alat evaluasi bagi manajemen. Salah satunya
menggunakan laba sebagai indikatornya. Namun dalam hal ini tidak semua
komponen biaya kualitas dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Jika biaya
pencegahan dan biaya penilaian naik maka akan meningkatkan laba perusahaan,
sehingga kinerjanya akan menjadi lebih baik, begitu juga sebaliknya. Sedangkan
perusahaan akan turun, sehingga kinerja perusahaan akan menurun dan begitu
juga sebaliknya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul “Komposisi
Biaya Kualitas dan Hubungannya dengan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi
Kasus Pada PT Madubaru)”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana komposisi biaya kualitas perusahaan?
2. Bagaimana hubungan biaya kualitas dengan kinerja keuangan perusahaan?
C. Batasan Masalah
Biaya kualitas yang terdapat pada perusahaan hanya biaya pengendalian.
Hal ini dikarenakan perusahaan tidak mengungkapkan biaya kegagalan yang
terjadi.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui komposisi biaya kualitas pada perusahaan PT Madubaru.
2. Mengetahui hubungan biaya pengendalian dengan kinerja keuangan
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan bagi manajer untuk pengambilan keputusan perusahaan
dalam hal biaya kualitas dan meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi Universitas
Diharapkan dapat berguna bagi universitas sebagai tambahan pustaka dan
tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang berminat pada topik biaya
kualitas terhadap kinerja perusahaan.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan suatu kesempatan untuk menerapkan teori yang telah
didapat di bangku kuliah pada objek yang sesungguhnya.
F. Sistematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan
masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan
sebagai dasar untuk mengolah data-data yang diperoleh dari
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, lokasi dan
waktu penelitian, subyek dan objek penelitian, data yang diperlukan,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah didirikannya perusahaan,
lokasi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, produksi
perusahaan, personalia perusahaan, sumber modal perusahaan dan
pemasaran perusahaan.
BAB V : ANALISIS DATA
Pada bab ini akan dibahas mengenai deskripsi data, analisis data, dan
pembahasan.
BAB VI : PENUTUP
Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, keterbatasan
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kualitas
Kualitas merupakan hal penting dalam menghasilkan produk yang harus
diusahakan oleh setiap perusahaan jika ingin produk yang dihasilkan dapat
bersaing di pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut
Hansen & Mowen (2009:269), kualitas adalah yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan. Harapan pelanggan dapat digambarkan melalui atribut-atribut
kualitas atau yang sering disebut “dimensi kualitas”.
Menurut Hansen dan Mowen (2009:269-271), produk atau jasa yang
berkualitas memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam delapan dimensi,
yaitu :
1. Kinerja (performance)
Mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk.
Dimensi kinerja untuk jasa yaitu sebagai atribut daya tangkap, kepastian,
dan empati.
2. Estetika (aesthetics)
Berhubungan dengan penampilan wujud produk (misalnya, gaya dan
keindahan) serta penampilan fasilitas, peralatan, pegawai, dan materi
3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability)
Berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk.
4. Fitur (features)
Dapat disebut juga dengan kualitas desain yaitu karakteristik produk yang
berbeda dari produk-produk sejenis yang fungsinya sama. Kualitas desain
yang lebih baik biasanya tercermin pada biaya produksi yang lebih tinggi
dan harga jual yang juga lebih tinggi. Kualitas desain membantu
perusahaan menentukan pasarnya.
5. Keandalan (reliability)
Probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi seperti yang
dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu.
6. Tahan lama (durability)
Jangka waktu produk dapat berfungsi.
7. Kualitas kesesuaian (quality of conformance)
Ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi spesifikasinya
atau tidak.
8. Kecocokan penggunaan (fitness for use)
Kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana
Menurut Hansen dan Mowen dalam Supriyono (1994:377), ada dua jenis
kualitas yang diakui, yaitu :
1. Kualitas Rancangan (Quality of Design)
Kualitas rancangan adalah suatu fungsi berbagai spesifikasi produk.
Tingginya kualitas rancangan dapat dilihat dari tingginya biaya
pemanufakturan dan tingginya harga jual. Kualitas desain harus dipenuhi
karena desain yang bagus merupakan daya tarik bagi konsumen.
Misalnya, kualitas desain dari sebuah topi, yaitu mempunyai bentuk yang
khas tersendiri dan berbeda dari topi biasanya, bahannya tahan air dan
tidak mudah rusak, gambarnya menarik dan sebagainya.
2. Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance)
Kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran mengenai bagaimana suatu
produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi. Suatu produk
atau jasa dapat dikatakan cocok digunakan bila suatu produk dapat
memenuhi semua spesifikasi rancangan. Kualitas kesesuaian harus
dipenuhi karena mencakup fungsi, daya tahan, dan kecocokan seperti apa
yang diharapkan konsumen. Misalnya kualitas kesesuaian dari sebuah topi
yaitu cocok untuk berbagai acara baik formal maupun nonformal dan
acara khusus lainnya, cocok untuk anak-anak, orang dewasa dan orang tua
B. Biaya Kualitas
Menurut Hansen dan Mowen (2009), biaya kualitas adalah biaya-biaya yang
timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk. Biaya
kualitas berhubungan dengan kegiatan pengendalian dan kegiatan karena
kegagalan. Kegiatan pengendalian dilakukan oleh suatu perusahaan untuk
mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk
mungkin terjadi). Kegiatan karena kegagalan dilakukan oleh perusahaan atau
pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk (kualitas buruk memang telah
terjadi).
1. Jenis-Jenis Biaya Kualitas
Menurut Hansen dan Mowen (2009), biaya kualitas dapat digolongkan
menjadi :
a. Biaya pengendalian
Biaya pengendalian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan kegiatan pengendalian. Biaya pengendalian terdiri dari :
1) Biaya Pencegahan
Biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kualitas yang buruk pada
produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh biaya pencegahan adalah
biaya rekayasa kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan
kualitas, pelaporan kualitas, pemilihan dan evaluasi pemasok, audit
2) Biaya Penilaian
Biaya yang dikeluarkan untuk menentukan apakah produk dan jasa
yang telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan.
Contoh biaya penilaian adalah biaya pemeriksaan dan pengujian bahan
baku, pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian,
penerimaan produk, penerimaan proses, peralatan pengukuran
(pemeriksaan dan pengujian), dan pengesahan dari pihak luar.
b. Biaya Kegagalan
Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan karena telah terjadi kegagalan
dalam kegiatan. Biaya kegagalan terdiri dari :
1) Biaya Kegagalan Internal
Biaya yang dikeluarkan karena produk atau jasa yang dihasilkan tidak
sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Contoh biaya
kegagalan internal adalah sisa bahan, pengarjaan ulang, penghentian
mesin (karena ada produk yang cacat), pemeriksaan ulang, pengujian
ulang, dan perubahan desain
2) Biaya Kegagalan Eksternal
Biaya yang dikeluarkan karena produk atau jasa yang dihasilkan gagal
memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan
setelah produk disampaikan kepada pelanggan. Contoh biaya
kegagalan eksternal adalah biaya kehilangan penjualan karena kinerja
buruk, biaya garansi, perbaikan, tanggung jawab hokum yang timbul,
ketidakpuasan pelanggan, hilangnya pangsa pasar, dan biaya untuk
mengatasi keluhan pelanggan.
2. Pelaporan Biaya Kualitas
Menurut Hansen dan Mowen (2009), pelaporan biaya kualitas memiliki
arti penting bagi perusahaan yang menaruh perhatian serius terhadap
perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Pencatatan biaya kualitas aktual
secara terperinci berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua masukan
pandangan penting. Pertama, catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya
kualitas dalam setiap kategori yang memungkinkan para manajer menilai
dampak keuangannya. Kedua, catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya
kualitas menurut ketegori yang memungkinkan para manajer menilai
kepentingan relatif dari setiap kategori.
3. Fungsi Biaya Kualitas
Menurut Hansen dan Mowen (2009), terdapat 2 fungsi biaya kualitas :
a. Pandangan kualitas yang dapat diterima
Mengasumsikan bahwa terdapat perbandingan terbalik antara biaya
pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian meningkat,
lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus
meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang
tidak sesuai. Pada akhirnya, akan dicapai suatu titik dimana kenaikan
tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih
besar daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat
minimum dari total biaya kualitas. Ini merupakan perbandingan optimal
antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan atau yang biasa disebut
[image:31.612.96.481.230.544.2]tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable quality level/ AQL).
Gambar 2.1: Grafik Biaya Kualitas AQL Sumber : Hansen & Mowen 2009
b. Pandangan Cacat Nol
Biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai dengan
spesifikasi dan terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya
kegagalan dan biaya pengendalian. Model cacat nol (zero defects model)
Biaya
Total
Biaya Kualitas
Biaya Kegagalan Biaya Pengendalian AQL
Persentase Produk Cacat
menyatakan keunggulan biaya akan diperoleh dengan mengurangi unit
cacat hingga nol. Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan semakin
sedikit produk cacat akan menjadi lebih kompetitif relatif terhadap
[image:32.612.95.478.210.547.2]perusahaan yang meneruskan penggunaan model AQL tradisional.
Gambar 2.2 : Grafik Biaya Kualitas Kontemporer Sumber : Hansen & Mowen 2009
C. Kinerja Keuangan
1. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam
mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan Biaya
0
Persentase Produk Cacat
100
Total Biaya Kualitas
Biaya Kegagalan
perilaku yang diharapkan (Mulyadi, 2007:337). Keberhasilan pencapaian
sasaran strategik perlu diukur. Sasaran strategik beserta ukurannya kemudian
digunakan untuk menentukan target yang akan dijadikan basis penilaian
kinerja, untuk menentukan penghargaan yang akan diberikan kepada personel,
tim, atau unit organisasi.
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2011), kinerja keuangan adalah suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan
secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan
yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), Generally Accepted Accounting Principle (GAAP), dan
lainnya.
b. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan dipakai oleh manajemen perusahaan
dan para stakeholder perusahaan untuk menilai keberhasilan yang telah
dicapai oleh perusahaan. Ada beberapa teknik atau beberapa parameter
kinerja keuangan yang dipakai oleh manajemen atau para stakeholder
perusahaan manajemen atau para stakeholder akan dengan mudah menilai
kinerja keuangan perusahaan. Dengan membandingkan laba dari tahun ke
tahun maka akan diketahui peningkatan atau penurunan dari kinerja
keuangan perusahaan.
D. Laba
1. Pengertian
Menurut Suwardjono (2005:453) laba adalah kenaikan aset bersih selain
yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Kenaikan aset dalam suatu
perioda akibat kegiatan produktif yang dapat dibagi atau didistribusikan
kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam bentuk bunga, pajak
dan deviden) tanpa mempengaruhi kebutuhan ekuitas pemegang saham
semula. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya
total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa).
2. Tujuan Pelaporan Laba
Menurut Suwardjono (2005:456). laba akuntansi dengan berbagai
interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai:
a.Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam
perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas
investasi (rate of retun on inuested capital).
c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu
negara.
e.Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam
perusahaan publik.
f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
i. Dasar pembagian dividen.
3. Jenis-Jenis Laba
Jenis-jenis laba berdasarkan perhitungan laba (Soemarso,
2002;226-227)terdiri dari :
a. Laba bruto
Laba bruto yaitu selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok
penjualan. Disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurangi
dengan beban-beban usaha.
b. Laba usaha
Laba usaha yaitu selisih antara laba bruto dan beban usaha (income
from operation) atau laba operasi (operating income). Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama
c. Laba bersih
Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net profit).
Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya,
apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba
rugi adalah rugi bersih (net loss).
4. Pengukur Kinerja
Investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan
keuangan keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan
informasi masa lalu untuk mengevaluasi prospek perusahaan di masa datang
(Suwardjono, 2005:458). Tujuan tersebut mengisyaratkan laba perioda
dimaknai sebagai informasi sebagai kinerja masa lalu yang meliputi daya
melaba, akuntabilitas, dan efisiensi. Kinerja perusahaan merupakan
manifestasi dari kinerja manajemen sehingga laba dapat pula diinterpretasi
sebagai pengukur keefektifan dan keefisienan manajemen dalam mengelola
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Produk yang memiliki kualitas baik dan sesuai dengan kebutuhan selalu
diminati oleh konsumen. Dengan demikian perusahaan diharapkan dapat
menghasilkan produk sesuai kebutuhan konsumen. Untuk menghasilkan laba
operasional sesuai dengan tujuan perusahaan maka perusahaan diharapkan dapat
membuat produk atau jasa yang unik dan berkualitas sehingga perusahaan
mempunyai keunggulan kompetitif (Bayu, 2003). Menurut Adi (2003), terdapat
elemen yang berkaitan dengan biaya kualitas, antara lain :
1. Pengaruh biaya pengendalian terhadap laba, jika biaya pengendalian naik
maka akan menaikkan laba dan jika biaya pengendalian turun maka akan
menurunkan laba. Jika biaya pengendaliannya tinggi maka produk yang
dihasilkan akan menjadi lebih baik dan berkualitas, maka penjualannya
akan meningkat dan laba yang dihasilkan juga akan meningkat.
2. Pengaruh biaya kegagalan terhadap laba, jika biaya kegagalan naik maka
akan menurunkan laba dan jika biaya kegagalan turun maka akan
menaikkan laba. Jika biaya kegagalan naik maka dapat diartikan bahwa
banyak produk yang dihasilkan mengalami kerusakan, sehingga penjualan
akan menurun dan laba yang dihasilkan perusahaan juga mengalami
penurunan.
Terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya
kegagalan. Biaya pengendalian akan mengalami peningkatan sedangkan biaya
dan penurunan biaya kegagalan besar, hal ini akan berpengaruh terhadap
penurunan total biaya kualitas, dengan adanya penurunan biaya kualitas akan
berpengaruh terhadap laba.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesisnya yaitu :
Ho: Tidak terdapat hubungan antara biaya kualitas dan laba operasional
perusahaan
Ha: Terdapat hubungan antara biaya kualitas dan laba operasional
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini studi kasus, yaitu dengan mengadakan suatu penelitian
secara langsung terhadap perusahaan dengan mengambil data yang berhubungan
dengan biaya kualitas. Penelitian dilakukan pada PT Madubaru, dengan tujuan
untuk mengetahui komposisi biaya kualitas dan hubungannya dengan kinerja
keuangan perusahaan.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian di PT Madubaru Padokan, Tirta Nirmala, Kasihan, Bantul,
Yogyakarta. Perusahaan ini bergerak di bidang industri pembuatan gula pasir.
2. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2013.
C. Subyek dan Objek Penelitian
1. Subyek Penelitian
a. Direktur perusahaan
b. Bagian produksi
2. Obyek Penelitian
a. Biaya kualitas (biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan
internal dan biaya kegagalan eksternal) pada tahun 2007, 2008, 2009,
2010 dan 2011.
b. Laba operasional perusahaan pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan
2011.
D. Data yang Diperlukan
1. Gambaran umum perusahaan
Data yang diambil meliputi sejarah perusahaan, tujuan, lokasi perusahaan,
struktur organisasi, produksi, proses produksi, karakteristik produk,
penanganan produk, pengendalian proses dan kualitas, personalia, sumber
modal perusahaan serta pemasaran.
2. Biaya kualitas pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 dalam rupiah.
3. Penjualan neto pada tahun 2007,2008, 2009, 2010 dan 2011 dalam rupiah.
4. Laba bersih perusahaan pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 dalam
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Dengan teknik ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan usaha peningkatan kualitas
dan peningkatan laba operasional perusahaan. Wawancara ini dilakukan untuk
mendapatkan data mengenai gambaran umum perusahaan, proses produksi,
besarnya biaya kualitas yang dikeluarkan untuk meningkatkan/
mempertahankan kualitas produk dan laba operasional perusahaan.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah suatu metode dimana peneliti
mengumpulkan data-data dari perusahaan terkait masalah yang diteliti.
Dilakukan juga untuk mengetahui gambaran umum perusahaan dan laporan
keuangan perusahaan.
F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel dependen : biaya kualitas
G. Teknik Analisis Data
1. Permasalahan yang pertama akan dijawab dengan menggunakan langkah :
a. Menghitung biaya kualitas
Dalam menghitung biaya kualitas yang terdiri dari biaya pengendalian
(biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan biaya kegagalan (biaya
kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal), menggunakan rumus:
Total Biaya Kualitas = Biaya Pengendalian + Biaya Kegagalan
b. Menghitung komposisi biaya kualitas
Dengan cara memprosentasekan elemen-elemen biaya kualitas terhadap
total biaya kualitas.
c. Menggambarkan grafik masing-masing elemen biaya kualitas
d. Membuat tren untuk masing-masing elemen biaya kualitas
e. Menganalisis bagaimana kenaikan dan penurunan masing-masing elemen
biaya kualitas dari tahun ke tahun
f. Menghitung dan menjabarkan persentase biaya kualitas dari penjualan
2. Permasalahan kedua dijawab dengan pengujian hipotesis.
Langkah-langkahnya yaitu :
a. Menyatakan hipotesis
Ho : r ≤ 0
Ha : r > 0
b. Pengujian statistik
Pengujian ini menggunakan pengujian asosiasi nonparametrik.
Dalam hal ini tipe data yang digunakan adalah data nominal (Jogiyanto,
2010:190).
c. Menentukan tingkat keyakinan
Menurut Jogiyanto (2010:189), koefisien keyakinan (confidence
coefficient) menunjukkan besarnya interval keyakinan dikurva normal. Koefisien keyakinan menunjukkan probabilitas keyakinan bahwa suatu
nilai yang diuji akan masuk didalam interval keyakinan (confidence
d. Menghitung nilai statistik
Pengujian statistik menggunakan korelasi Product Moment.
Mengukur keeratan hubungan di antara hasil-hasil pengamatan dari
populasi yang mempunyai dua varian.
e. Mendapatkan nilai uji kritis
Menurut Jogiyanto (2010:169), nilai uji kritis tergantung dari dua
hal, yaitu besarnya koefisien keyakinan dan arah dari hipotesisnya. Arah
[image:44.612.95.503.189.559.2]dari hipotesis dalam penelitian ini menggunakan two-tail.
Gambar 3.1 Pengujian Dua Sisi (hipotesis tidak berarah) Sumber: Jogiyanto (2010: 170)
daerah penerimaan
Ho ditolak
Ho tidak ditolak
Ho ditolak
Daerah penolakan 0,025 (2,5%)
Daerah penolakan 0,025 (2,5%)
f. Menginterpretasikan hasil
Ho diterima : probabilitas > 1.96
26
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
PT. Madubaru adalah perusahaan yang mempunyai dua unit produksi
yaitu Pabrik Gula (PG Madukismo) dan Pabrik Alkohol/Spiritus (PS
Madukismo). Perusahaan ini memiliki potensi dan peluang pengembangan usaha
yang potensial, serta memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi
suatu perusahaan Agro Industri. Industri pada perusahaan ini berbasis bahan baku
tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan
bebas di era globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati.
PG Madukismo adalah satu-satunya pabrik gula di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mensukseskan program
pengadaan pangan nasional, khususnya gula pasir. Sebagai perusahaan padat
karya, perusahaan ini banyak menampung tenaga kerja dari Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Perusahaan ini dibangun pada tahun 1955 atas prakarsa Sri Sultan
Hamengku Buwono IX. Perusahaan ini diresmikan tanggal 29 Mei 1958 oleh
B. Lokasi Perusahaan
PT Madubaru berlokasi di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
C. Stuktur Organisasi Perusahaan
1. Susunan Pengurus PT Madubaru
a. Komisaris Utama
GKR Pembayun
b. Komisaris
1) Drs. H. Sumargono Kusumohadiningrat
2) Ir. Agus Purnomo, M.Si.
c. Direktur
2. Stuktur Organisasi PT Madubaru
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sumber: PT Madu Baru
D. Produksi Perusahaan
Produksi yang dilakukan oleh PT Madubaru mencakup dua produksi yaitu
produksi utama yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan produksi sampingan
yang dihasilkan oleh PS Madukismo. Produksi utama dari PT Madubaru adalah
gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal
Putih). Mutu produksi dipantau oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia
Pasuruan (P3GI). Sedangkan produksi sampingannya adalah alkohol murni yang
DEWAN
memiliki kadar minimal 95% dan spiritus bakar yang memiliki kadar 94%. Mutu
dipantau oleh Balai Penelitian Kimia Departemen Perindustrian dan PT.
Sucoffindo Indonesia.
Bahan baku yang digunakan dalam produksi gula pasir adalah tebu
400.000-500.000 ton per tahun. Dengan bahan baku tersebut dapat dihasilkan
gula SHS ± 35.000 ton per tahun dengan rendemen antara 7,0% - 8,5%. Bahan
pembantu yang digunakan dalam proses produksi adalah batu gamping dan
belerang. Bahan baku yang digunakan dalam produksi spiritus adalah tetes dari
PG. Madukismo ± 30.000 ton per tahun. Alkohol yang dihasilkan ± 8 juta liter per
tahun. Alkohol ini dipasarkan sebagai alkohol murni dan spiritus bakar. Bahan
pembantu yang digunakan dalam produksi spiritus yaitu pupuk urea, NPK dan
asam sulfat.
Masa produksi untuk gula pasir sekitar 5 sampai 6 bulan per tahun (24
jam/hari). Produksi dilakukan terus menerus, antara bulan Mei s/d Oktober.
Selain bulan tersebut digunakan untuk memelihara mesin pabrik (servis, revisi,
perbaikan, penggantian, dll). Sedangkan masa produksi untuk spiritus sekitar 9
sampai 11 bulan per tahun (24 jam/hari).
E. Personalia
PT Madubaru menggolongkan karyawan berdasarkan pada sistem
digolongkan menjadi dua yaitu karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana.
Karyawan tidak tetap digolongkan menjadi dua yaitu karyawan kerja waktu
tertentu (KKWT) yang hanya bekerja pada masa produksi serta karyawan
borongan yang hanya bekerja bila ada pekerjaan borongan.
Sistem pengupahan karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana diatur
tersendiri dalam PKB antara Serikat Pekerja dengan Direksi. Sistem pengupahan
untuk KKWT dan karyawan borongan mengacu pada upah minimum propinsi
yang berlaku. Jumlah karyawan pimpinan 60 orang dan karyawan pelaksana
berjumlah 387 orang. Jumlah karyawan KKWT adalah 1.386 orang dan jumlah
karyawan borongan tebang dan garap kebun adalah ± 3.000 orang.
F. Sumber Modal Perusahaan
Sumber dana perusahaan berasal dari saham dan kredit bank. Pada awal
berdiri 75% saham dimiliki Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan 25% saham
dimiliki pemerintah RI yaitu Departemen Pertanian RI. Namun saat ini telah
diubah menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan 35% milik
pemerintah yang dikuasakan kepada PT. Rajawali Nusantara Indonesia (BUMN).
Kredit didapatkan dari bank pemerintah digunakan untuk operasional dan
investasi.
Kapasitas PG. Madukismo pada desain awal mampu memproduksi 1.500
1992 ditingkatkan lagi menjadi 3.000 tth, serta tahun 2006 hingga sekarang
kapasitas ditingkatkan menjadi 3.500 tth. Sedangkan kapasitas PS. Madukismo
pada tahun 1976 yaitu 15.000 liter alkohol per hari. Sejak tahun 2002
ditingkatkan menjadi 25.000 liter alkohol per hari.
G. Pemasaran Produk
Tahun 1998 sampai sekarang gula hasil produksi PG. Madukismo dijual
bebas. Gudang gula di PG. Madukismo ada 2 buah yaitu gudang gula A dan
gudang gula B. Gudang gula A memiliki kapasitas 150.000 kubik dan gudang
gula B memiliki kapasitas 50.000 kubik. Alkohol dan spiritus pemasarannya juga
diatur sendiri oleh perusahaan melalui distributor. Distributor berasal dari
berbagai daerah yaitu Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Tegal dan Jakarta.
Penjualan produk oleh PT. Madubaru dilakukan secara tunai dan kredit.
Harga jual untuk alkohol dan spiritus ditetapkan sesuai harga pasar. Alkohol
merupakan barang kena cukai (BKC) yang tarif cukainya sesuai ketentuan
32
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Kualitas produk yang baik merupakan fokus utama pada PT Madubaru
Yogyakarta. Dengan kualitas produk unggulan diharapkan perusahaan dapat
menghadapi persaingan bebas di era globalisasi. Salah satu usaha yang dilakukan
adalah selalu menerapkan pengendalian kualitas, sehingga dengan demikian
diharapkan kepuasan konsumen dapat tercapai dan penjualan perusahaan dapat
meningkat. Kemudian diharapkan laba operasional perusahaan dapat meningkat.
Data yang diperlukan terkait dengan masalah penelitian ini adalah data
biaya kualitas, data penjualan, dan data laba operasional perusahaan. Semua data
Tabel 5.1 Laporan Biaya Kualitas
BIAYA PENCEGAHAN : 2011 2010 2009 2008 2007
Rp Rp Rp Rp Rp
Tebu Giling :
Gaji dsb Karyawan Pelaksana 2.629.339.119,68 2.875.030.665,73 2.647.981.684,79 2.148.457.599,91 2.411.546.772,29
Gaji dsb Karyawan KKWT 242.870.194,00 344.536.175,00 227.546.324,00 184.861.314,58 189.365.632,00
Lain-lain 1.109.290.821,00 1.030.995.283,00 1.008.183.204,00 869.530.092,78 497.475.361,78
Jumlah Tebu Giling 3.981.500.134,68 4.250.562.123,73 3.883.711.212,79 3.202.849.007,27 3.098.387.766,07
Tebang dan Angkut :
Biaya Loko dan Lori (LMG) 218.569.624,33 200.980.776,69 191.640.893,17 112.876.444,68 129.064.056,40
Pemeliharaan Jembat Timbang 205.604.462,97 125.170.709,59 71.851.802,09 62.216.663,37 65.419.878,10
Jumlah Tebang dan Angkut 424.174.087,30 326.151.486,28 263.492.695,26 175.093.108,05 194.483.934,50
Biaya Pabrik
Gaji dsb Karyawan Pimpinan 1.339.272.096,69 1.393.950.270,21 1.200.238.774,38 935.308.854,90 1.064.693.881,66
Bahan dan Peralatan Kamar Obat 833.672.574,61 586.619.337,76 475.060.401,94 363.969.448,35 436.439.354,24
Gaji dsb Karyawan Pelaksana 1.905.776.561,00 2.232.174.140,00 2.261.715.214,00 1.776.223.032,00 1.853.675.227,00
Pemeliharaan Mesin dan Instalasi 9.569.458.294,51 11.207.271.921,31 8.622.853.066,17 7.190.449.968,52 7.090.584.146,64
Pemeliharaan Gedung dan
Penalaran 1.163.995.866,86 1.191.743.977,43 713.749.849,51 245.863.558,01 328.167.127,33
Jumlah Biaya Pabrik 13.472.903.296,98 15.217.809.376,50 12.073.378.531,62 9.576.506.006,88 9.708.865.855,21
TOTAL BIAYA
Lanjutan
Sumber : PT Madubaru Yogyakarta
BIAYA PENILAIAN
2011 2010 2009 2008 2007
Rp Rp Rp Rp Rp
Upah dsb Karyawan KKWT 4.963.425.152,00 7.006.307.059,00 5.076.682.028,00 3.890.360.897,84 4.570.888.665,00
Lain-lain 216.854.100,00 44.237.718,00 28.299.525,00 52.173.050,00 82.951.127,00
TOTAL BIAYA PENILAIAN 5.180.279.252,00 7.050.544.777,00 5.104.981.553,00 3.942.533.947,84 4.653.839.792,00
Keterangan :
1. Biaya pencegahan (Prevention Cost)
Biaya pencegahan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mencegah terjadinya kualitas barang yang buruk. Biaya yang terkandung
dalan biaya pencegahan antara lain pelatihan kepada para petani, pengawasan,
dan pemeliharaan mesin pabrik. Namun dalam laporan keuangan PT
Madubaru, biaya-biaya tersebut dituliskan dalam istilah yang lain.
Biaya pencegahan pada PT Madubaru mencakup tiga bidang yaitu tebu
giling, tebang dan angkut serta biaya pabrik. Dalam tebu giling terdapat dua
biaya yaitu gaji dan sebagainya karyawan pimpinan, gaji dan sebagainya
karyawan pelaksana, gaji dan sebagainya karyawan kerja waktu tertentu
(KKWT) serta biaya lain-lain. Gaji dan sebagainya karyawan pelaksana yaitu
gaji yang dikeluarkan untuk karyawan yang memantau kebun tebu pada
wilayah Kulonprogo, Magelang dan Temanggung. Gaji dan sebagainya
KKWT adalah gaji untuk karyawan yang menjadi mandor pada kebun tebu.
Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memberikan
pelatihan pada petani yang mengelola kebun tebu. Pelatihan kepada para
petani dimaksudkan agar petani dapat mengelola tanaman tebu dengan baik,
sehingga tebu yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
Biaya tebang dan angkut mencakup biaya loko dan lori (luar masa
giling/ LMG) serta pemeliharaan jembatan timbang. Biaya loko dan lori
mengangkut tebu. Biaya pemeliharaan jembatan timbang adalah biaya untuk
pemeliharaan jembatan timbang yang digunakan untuk menimbang tebu
sebelum digiling.
Biaya pabrik terdiri dari biaya gaji dan sebagainya karyawan pimpinan,
bahan dan peralatan kamar obat (KO), gaji dan sebagainya karyawan
pelaksana, pemeliharaan mesin dan instalasi, serta pemeliharaan gedung dan
penalaran. Biaya gaji dan sebagainya karyawan pimpinan adalah gaji untuk
karyawan yang menjadi mandor saat penggilingan tebu. Bahan dan peralatan
kamar obat adalah biaya yang dikeluarkan untuk obat-obat yang digunakan
untuk pengolahan limbah. Gaji dan sebagainya karyawan pelaksana adalah
biaya untuk karyawan yang melakukan pemeliharaan terhadap peralatan dan
mesin pabrik. Pemeliharaan mesin dan instalasi digunakan untuk membiayai
mesin dan instalasi pabrik gula. Pemeliharaan gedung dan panalaran biaya
yang digunakan untuk pemeliharaan gedung pabrik. Pemeliharaan ini
dilakukan saat perusahaan tidak melakukan penggilingan tebu.
2. Biaya penilaian (Appraisal Cost)
Biaya penilaian merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menilai apakah produk yang dihasilkan oleh perusahaan sudah memenuhi
kualitas yang diharapkan. Biaya yang terdapat dalam biaya penilaian adalah
upah dan sebagainya KKWT serta biaya lain-lain. Upah dan sebagainya
bagian pengecekan melakukan pengecekan terhadap nira yang akan diproses
menjadi gula. Biaya lain-lain adalah biaya untuk penilaian oleh P3GI
Pasuruan. Penilaian oleh P3GI Pasuruan yaitu dimaksudkan untuk menilai
apakah gula yang dihasilkan telah memenuhi standar kualitas.
3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost)
Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang dikeluarkan karena
produk yang dihasilkan tidak memenuhi spesifikasi. Dalam tabel 5.1 biaya
kegagalan internal tidak dapat dihitung karena perusahaan langsung mengolah
produk yang gagal pada saat itu juga, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak
dapat diprediksi, selain itu kemungkinan kapasitas terjadinya kegagalan
internal juga sangat kecil.
4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)
Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang dikeluarkan karena produk
yang dihasilkan tidak memenuhi kepuasan pelanggan. Dalam tabel 5.1 biaya
kegagalan eksternal tidak dihitung karena pada PG Madukismo tidak terdapat
biaya-biaya yang terkait. Produk yang sudah dibeli oleh pelanggan merupakan
produk yang sudah diuji kualitasnya dan memenuhi harapan pelanggan. Selain
itu juga tidak ada pengembalian produk jadi yang sudah dibeli oleh
Berikut adalah data penjualan bersih perusahaan dan laba operasional
perusahaan yang diperoleh langsung dari perusahaan yang terkait dengan
[image:58.612.98.477.175.547.2]masalah dalam penelitian ini.
Tabel 5.2 Data Penjualan Bersih
TAHUN JUMLAH (Rp) 2007 63.749.561.376 2008 37.045.362.516 2009 88.408.252.239 2010 82.232.517.339 2011 119.639.753.250 Sumber : PT Madubaru
Tabel 5.3 Data Laba Operasional
B. Analisis Data
Permasalahan dalam penelitian ini akan dibahas dengan melakukan
analisis sebagai berikut :
1. Komposisi biaya kualitas
Terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk mengetahui
bagaimana komposisi biaya kualitas pada PG Madukismo Yogyakarta, yaitu
sebagai berikut :
[image:59.612.88.536.232.545.2]a. Menghitung biaya kualitas
Tabel 5.4 Total Biaya Kualitas (Total Quality Cost)
Ta
hu
n Biaya Pencegahan
(Rp) Persentase Kenaikan/ Penurunan Biaya Pencegahan (%) Biaya Penilaian (Rp) Persentase Kenaikan/ Penurunan Biaya Penilaian (%) Jumlah Biaya Kualitas (Rp)
Persentase Kenaikan/ Penurunan Biaya Kualitas (%) 2007 13.001.737.555,78 4.653.839.792,00 17.655.577.347,78
2008 12.954.448.122,20 (0,4) 3.942.533.947,84 (14) 16.896.982.070,04 (4) 2009 16.220.582.439,67 25 5.104.981.553,00 29 21.325.563.992,67 26 2010 19.794.522.986,51 22 7.050.544.777,00 38 26.845.067.763,51 26 2011 17.878.577.518,96 (9) 5.180.279.252,00 (27) 23.058.856.770,96 (14)
Sumber : data diolah
Dari hasil perhitungan TQC (Total Quality Cost) tabel 5.4, dapat
dilihat bahwa pada periode tahun 2007 sampai 2011 total biaya kualitas
mengalami perubahan baik kenaikan maupun penurunan. Kenaikan
Pada tahun 2007 sampai tahun 2008 total biaya kualitas
mengalami penurunan yaitu sebesar 4%. Hal ini disebabkan karena
elemen dalam biaya kualitas yaitu biaya penilaian mengalami penurunan.
Pada tahun 2008 upah untuk karyawan KKWT menurun karena terdapat
penurunan jumlah tenaga kerja KKWT. Kemudian pada tahun 2008
sampai tahun 2010 mengalami kenaikan secara terus menerus, yaitu 26%
di tahun 2009 dan 26% di tahun 2010. Hal ini disebabkan karena terdapat
beberapa elemen biaya kualitas yang mengalami kenaikan secara terus
menerus. Yaitu kenaikan pada biaya tebu giling yaitu biaya gaji dan
sebagainya karyawan pelaksana, serta biaya gaji dan sebagainya karyawan
KKWT.
Tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 9%.
Hal ini disebabkan karena beberapa elemen pada biaya kualitas
mengalami penurunan. Biaya tersebut antara lain pada biaya gaji dan
sebagainya karyawan pelaksana, pemeliharaan mesin dan instalasi serta
pemeliharaan gedung dan penalaran. Penurunan biaya gaji dan sebagainya
karyawan pelaksana dikarenakan terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja.
Pemeliharaan mesin dan instalasi mengalami penurunan karena terdapat
pengurangan intensitas dalam melakukan pengecekan dan pemeliharaan
b. Menghitung komposisi biaya kualitas
Tabel 5.5 Komposisi Biaya Pencegahan
Tahun Biaya Pencegahan (Rp) Jumlah Biaya Kualitas
(Rp)
Persentase Biaya Pencegahan Terhadap Jumlah Biaya Kualitas
(%)
2007 13.001.737.555,78 17.655.577.347,78 74
2008 12.954.448.122,20 16.896.982.070,04 77
2009 16.220.582.439,67 21.325.563.992,67 76
2010 19.794.522.986,51 26.845.067.763,51 74
2011 17.878.577.518,96 23.058.856.770,96 78
Sumber: data diolah
Tabel 5.6 Komposisi Biaya Penilaian
Tahun Biaya Penilaian (Rp) Jumlah Biaya Kualitas
(Rp)
Persentase Biaya Penilaian Terhadap Jumlah Biaya Kualitas
(%)
2007 4.653.839.792,00 17.655.577.347,78 26
2008 3.942.533.947,84 16.896.982.070,04 23
2009 5.104.981.553,00 21.325.563.992,67 24
2010 7.050.544.777,00 26.845.067.763,51 26
2011 5.180.279.252,00 23.058.856.770,96 22
Sumber: data diolah
PT Madubaru pada tahun 2007 mengeluarkan biaya pencegahan
sebesar Rp13.001.737.555,78 atau 74% dari total biaya kualitas pada
tahun 2007. Pada tahun 2007 perusahaan juga mengeluarkan biaya
penilaian sebesar Rp4.570.888.665 atau 26% dari total biaya kualitas
Persentase biaya pencegahan dan penilaian mengalami kenaikan
dan penurunan yang beragam. Pada tahun 2008 persentase biaya
pencegahan mengalami kenaikan sebesar 3% dan persentase biaya
penilaian mengalami penurunan sebesar 3%. Hal ini disebabkan karena
adanya penurunan pada biaya penilaian yang mempengaruhi total biaya
kualitas. Penurunan itu terjadi pada biaya upah dan sebagainya karyawan
KKWT. Hal ini dikarenakan adanya penurunan jumlah karyawan.
Tahun 2010 persentase biaya pencegahan mengalami penurunan
sebesar 2% dan persentase biaya penilaian mengalami kenaikan sebesar
2%. Pada tahun 2010 ini biaya kualitas sangat tinggi karena terdapat
peningkatan produksi. Dengan peningkatan produksi maka biaya kualitas
yang dikeluarkan harus meningkat agar produk yang dihasilkan
perusahaan memiliki kualitas yang baik.
Secara keseluruhan persentase biaya pencegahan lebih besar
daripada persentase biaya penilaian. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih
mengutamakan kegiatan pencegahan daripada penilaian. Perusahaan
memiliki pandangan bahwa lebih baik mencegah daripada memperbaiki.
Produk yang dihasilkan perusahaan harus memenuhi standar kualitas
c. Menggambarkan grafik masing-masing elemen biaya kualitas
[image:63.612.94.483.124.648.2]
Grafik 5.1 Biaya Pencegahan dan Biaya Penilaian Sumber : data diolah
d. Tren masing masing elemen
Grafik 5.2 Tren Biaya Pencegahan Sumber : data diolah
Pe
rs
enta
se
Tahun
Pe
rs
enta
se
e. Menganalisis kenaikan dan penurunan masing-masing elemen biaya
kualitas dari tahun ke tahun
Dari tahun ke tahun biaya kualitas yang terdiri dari biaya
pencegahan dan biaya penilaian mengalami kenaikan dan penurunan yang
beragam. Pada tahun 2010 persentase biaya pencegahan mengalami
penurunan sebesar 2% dari total biaya kualitas tahun 2010. Hal ini
disebabkan adanya penurunan pada elemen biaya pencegahan, yaitu biaya
gaji dan sebagainya karyawan pelaksana di bagian biaya pabrik.
Penurunan ini dikarenakan terjadi penurunan jumlah karyawan di tahun
2010. Secara keseluruhan biaya pencegahan mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun.
Pada elemen biaya penilaian tahun 2008 dan 2011 mengalami
penurunan sebesar 2% untuk tahun 2008 dan 3% untuk tahun 2011 dari
total biaya kualitas tahun 2008 dan 2011. Hal ini disebabkan adanya
penurunan elemen biaya penilaian yaitu pada biaya upah dan sebagainya
karyawan KKWT. Pada tahun 2011 terdapat perubahan kebijakan
mengenai karyawan KKWT. Dilihat dari grafik 5.2 biaya penilaian secara
f. Presentase biaya kualitas dan penjualan bersih
Tabel 5.7 Persentase Biaya Kualitas dari Penjualan Bersih
Tahun Biaya Kualitas (Rp) Bersih (Rp) Penjualan
Biaya Kualitas Sebagai Persentase dari
Penjualan (%) 2007 17.655.577.347,78 63.749.561.376 28 2008 16.896.982.070,04 37.045.362.516 45 2009 21.325.563.992,67 88.408.252.239 24 2010 26.845.067.763,51 82.232.517.339 33 2011 23.058.856.770,96 119.639.753.250 19 Sumber: data diolah
Tabel 5.8 Persentase Biaya Pencegahan dari Penjualan Bersih
Tahun Biaya Pencegahan (Rp) Bersih (Rp) Penjualan
Biaya Kualitas Sebagai Persentase dari
Penjualan (%) 2007 13.001.737.555,78 63.749.561.376 20 2008 12.954.448.122,20 37.045.362.516 35 2009 16.220.582.439,67 88.408.252.239 18 2010 19.794.522.986,51 82.232.517.339 24 2011 17.878.577.518,96 119.639.753.250 15 Sumber : data diolah
Tabel 5.9 Persentase Biaya Penilaian dari Penjualan Bersih
Tahun Biaya Penilaian (Rp) Bersih (Rp) Penjualan
Biaya Kualitas Sebagai Persentase Dari
Grafik 5.3 Persentase Biaya Kualitas dari Penjualan Sumber : data diolah
Persentase biaya kualitas terhadap penjualan yang terdapat pada
tabel 5.7 terlalu besar. Sebaiknya biaya kualitas kurang dari 2,5% dari
total penjualan. Hal ini dikarenakan biaya kualitas termasuk dalam biaya
produksi dan perusahaan tidak dapat memisahkan biaya tersebut. Biaya
kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan hanya biaya pengendalian yaitu
biaya pencegahan dan biaya penilaian. Pada perusahaan tidak terdapat
biaya kegagalan karena setiap terdapat produk yang rusak, produk tersebut
langsung diproses pada saat itu juga atau menunggu proses produksi
selanjutnya. Hal ini menyebabkan besarnya biaya kegagalan tidak dapat
diprediksi.
Pe
rs
enta
se
Persentase biaya kualitas secara keseluruhan terhadap penjualan
yang dapat dilihat pada tabel 5.7 mengalami kenaikan dan penurunan yang
cukup signifikan. Pada tahun 2007 persentase biaya kualitas adalah
sebesar 28% dari total penjualan. Tahun 2008 menjadi 45% dari total
penjualan. Tahun 2008 penjualan perusahaan sangat rendah. Hal ini
dikarenakan produksi gula pada tahun 2008 menurun. Penurunan ini
dikarenakan iklim saat pemanenan tebu tidak baik. Iklim yang tidak baik
menyebabkan terdapat tunas baru pada tebu yang berarti tebu tidak layak
panen. Selain itu jika sering terjadi hujan kadar gula dalam tebu menjadi
turun. Karena hal tersebut maka kualitas gula menjadi tidak bagus dan
menyebabkan penjualan menjadi rendah.
Tahun 2009 persentase biaya kualitas mengalami penurunan yang
drastis menjadi 24%. Pada tahun 2009 ini besarnya biaya kualitas
mengalami kenaikan dari tahun 2008. Dengan adanya pencegahan yang
baik yaitu salah satunya pada pemeliharaan mesin dan instalasi, maka
kualitas produk menjadi semakin baik dan menyebabkan penjualan
perusahaan meningkat. Tahun 2010 persentase biaya kualitas mengalami
kenaikan menjadi 33%. Tahun 2011 persentase biaya kualitas kembali
mengalami penurunan yang drastis yaitu menjadi 19%. Pada tahun 2011
terjadi perubahan perhitungan pada biaya penjualan. Pada tahun-tahun
menjadi pengurang pada biaya penjualan, namun mulai tahun 2011 biaya
tersebut tidak menurangi biaya penjualan.
Pada pembahasan ini persentase biaya kualitas terhadap penjualan
bersih dibagi menjadi dua yaitu persentase berdasarkan biaya pencegahan
dan biaya penilaian. Persentase biaya pencegahan terhadap penjualan
bersih lebih besar dibandingkan dengan persentase biaya penilaian
terhadap penjualan bersih. Hal ini dikarenakan perusahaan mengeluarkan
biaya pencegahan lebih besar daripada biaya penilaian. Perusahaan lebih
mengutamakan pada kegiatan pencegahan kualitas buruk daripada
penilaian.
2. Hubungan Biaya Kualitas dengan Kinerja Keuangan Perusahaan
Tabel 5.10 : Data Hubungan Biaya Kualitas dengan Kinerja Keuangan Perusahaan
[image:68.612.99.504.209.607.2]Pada pembahasan ini akan menggunakan pengujian statistik. Dalam
melakukan pengujian statistik dapat dijelaskan dengan cara sebagai berikut:
a. Menentukan tingkat keyakinan
Penelitian ini menggunakan koefisien keyakinan 95%. Level of
significance 5% (0,05), yang berarti apabila penulis menerima hipotesis tersebut maka kemungkinan penulis melakukan kesalahan
adalah sebesar 5% (0,05).
[image:69.612.96.507.184.601.2]b. Menghitung nilai statistik
Tabel 5.11 Hubungan Biaya Kualitas dengan Laba Operasional
Sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa hubungan antara biaya
kualitas dan laba bersih adalah sebesar 0.777. Angka tersebut Laba
Operasional Biaya Kualitas Laba
Operasional Pearson Correlation Sig. (2-tailed) 1.000 .777 .122
N 5.000 5
Laba
Operasional Biaya Kualitas Biaya
Kualitas Pearson Correlation Sig. (2-tailed) .777 .122 1.000
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara biaya kualitas
dan laba bersih. Dalam hal ini biaya kualitas yang dimaksud adalah biaya
pengendalian yaitu biaya pencegahan dan biaya penilaian. Angka tersebut
juga menunjukkan hubungan yang positif antara biaya kualitas dan laba
bersih. Semakin tinggi biaya pengendalian maka laba bersih perusahaan
semakin tinggi.
Pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa hubungannya kuat namun
tidak didukung oleh uji statistik karena probabilitas sebesar 0.122, dengan
demikian Ho diterima. Yaitu tidak terdapat hubungan positif signifikan
antara biaya kualitas dan laba operasional perusahaan. Dalam hal ini
biaya pengendalian adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian.
C. Pembahasan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, PT Madubaru
mengutamakan pada pada kegiatan pengendalian. Biaya kualitas yang
dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian.
Perusahaan tidak mengeluarkan biaya kegagalan, baik internal maupun ekternal.
Hal ini dikarenakan produk yang mengalami kerusakan langsung diproduksi
kembali pada saat itu juga. Jumlah produk rusak pada perusahaan sangat kecil,
Pada tabel 5.4 diketahui bahwa perusahaan mengeluarkan biaya
pencegahan lebih besar dibandingkan dengan biaya penilaian. Hal ini
dikarenakan perusahaan mengutamakan pencegahan terjadinya produk rusak.
Penilaian yang dilakukan perusahaan hanya terbatas pada pengecekan produk
dan penilaian oleh P3GI Pasuruan.
<