• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komposisi biaya kualitas dan hubungannya dengan kinerja keuangan perusahaan : studi kasus pada PT Madubaru.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komposisi biaya kualitas dan hubungannya dengan kinerja keuangan perusahaan : studi kasus pada PT Madubaru."

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

xiv

ABSTRAK

KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Kasus pada PT Madubaru

Rosalia Lina Hastuti NIM : 092114014 Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi biaya kualitas pada perusahaan serta mengetahui hubungan biaya terhadap kinerja keuangan perusahaan PT Madubaru. Latar belakang dari penelitian ini adalah pentingnya biaya kualitas untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan laba operasional untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu menghitung komposisi biaya kualitas dan korelasi Product Moment.

(2)

xv

ABSTRACT

COMPOSITION OF THE QUALITY COSTS AND ITS

RELATIONSHIP WITH COMPANY FINANCIAL

PERFORMANCE

A Case Study at PT Madubaru

Rosalia Lina Hastuti NIM : 092114014 Sanata Dharma University

2013

The aims of this study are to determine the composition of the company's cost of quality and to determine the relationship between this costs to the financial performance at PT Madubaru. Analysis of quality costs is important to improve the quality of products produced by the company. Thus the company can improve its financial performance. This study uses operating earnings to measure the financial performance of the company.

This study is a case study. Data was obtained by interview and documentation. This study employs descriptive analysis technique to measure the cost of quality and product moment correlation to test hypothesis that the cost of quality is related with firm financial performance.

(3)

KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Kasus Pada PT Madubaru

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Rosalia Lina Hastuti NIM: 092114014

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Kasus Pada PT Madubaru

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Rosalia Lina Hastuti NIM: 092114014

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

dan menjadikan halangan sebagai tantangan untuk maju.

Kupersembahkan untuk:

(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:

KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Kasus Pada PT Madubaru

dan dimajukan untuk diuji pada tanggal 20 September 2013 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penilis asli.

Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyataka menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 1 September 2013 Yang membuat pernyataan,

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Rosalia Lina Hastuti

Nomor Mahasiswa : 092114014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SUDI KASUS PADA PT MADUBARU

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 30 September 2013

Yang menyatakan

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan berkat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan

mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Dr. H. Herry Maridjo, Dr., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma.

3. Drs. YP. Supardiyono, Msi., Akt., QIA selaku Ketua Program Studi

Universitas Sanata Dharma

4. Dr. Fr. Ninik Yudianti, M.Acc., QIA selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. PT Madubaru Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan

(11)

viii

6. Bapak Gatot Wibowo selaku kepala bagian keuangan di PT Madubaru

Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data

yang dibutuhkan penulis.

7. Dosen-dosen dan seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata

Dharma.

8. Bapak, ibu dan adikku tercinta yang selalu memberikan semangat, dukungan

dan doa kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabatku Pipit, Puput, Putri dan Grace yang menjadi tempat bercerita dan

berbagi suka dan duka.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu penulis mengharap kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 30 September 2013

(12)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL …….……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ……… vi

HALAMAN DAFTAR ISI ……… viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ……….... x

HALAMAN DAFTAR GAMBAR……… xi

HALAMAN DAFTAR GRAFIK ………. xii

ABSTRAK ………. xii

BAB I PENDAHULUAN ………..………….………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….……….. 1

B. Rumusan Masalah ………..……….. 4

C. Tujuan Penelitian ……….. 4

D. Manfaat penelitian ………..….………. 4

E. Sistematika Penulisan ………..………. 5

BAB II LANDASAN TEORI ………..……… 6

A. Kualitas ………. 6

B. Biaya Kualitas ………..……… 9

C. Kinerja Keuangan ……….……… 13

D. Laba ……….……… 15

E. Hubungan Biaya Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan .... 18

BAB III METODE PENELITIAN ……..……… 20

A. Jenis Penelitian ………….……… 20

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………..……..……… 20

C. Subjek dan Objek Penelitian ………..……….. 20

D. Data yang Diperlukan ………….………. 21

(13)

x

F. Variabel Penelitian ……… 22

G. Teknik Analisis Data ……… 22

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ……….. 26

A. Sejarah Perusahaan ……… 26

B. Lokasi Perusahaan ……… 27

C. Struktur Organisasi Perusahaan ………...………. 27

D. Produksi Perusahaan ………..……….. 28

E. Personalia ……….. 29

F. Sumber Modal Perusahaan ……… 30

G. Pemasaran Produk ………..………. 31

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….. 32

A. Deskripsi Data ……….………. 32

B. Analisis Data ………. 39

C. Pembahasan ……….. 50

BAB VI PENUTUP ………. 52

A. Kesimpulan ………..……… 52

B. Keterbatan ………..……….. 53

C. Saran………...………... 53

DAFTAR PUSTAKA ……… 56

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 5.1 : Laporan Biaya Kualitas ……….... 33

Tabel 5.2 : Data Penjualan Bersih ……….. 38

Tabel 5.3 : Data Laba Operasional ……….. 38

Tabel 5.4 : Total Biaya Kualitas ………. 39

Tabel 5.5 : Komposisi Biaya Pencegahan ……….. 41

Tabel 5.6 : Komposisi Biaya Penilaian ………... 41

Tabel 5.7 : Persentase Biaya Kualitas dari Penjualan Bersih ……….. 45

Tabel 5.8 : Persentase Biaya Pencegahan dari Penjualan Bersih ……… 45

Tabel 5.9 : Persentase Biaya Penilaian dari Penjualan ……… 45

Tabel 5.10 : Data Hubungan Biaya Kualitas dengan Laba Operasianal……… 45

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1: Grafik Biaya Kualitas AQL ……….. 12

Gambar 2.2: Grafik Biaya Kualitas Kontemporer ………. 13

Gambar 3.1: Pengujian Dua Sisi (Hipotesis Tidak Berarah) ………. 25

(16)

xiii

DAFTAR GRAFIK

(17)

xiv

ABSTRAK

KOMPOSISI BIAYA KUALITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

Studi Kasus pada PT Madubaru

Rosalia Lina Hastuti NIM : 092114014 Universitas Sanata Dharma

2013

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi biaya kualitas pada perusahaan serta mengetahui hubungan biaya terhadap kinerja keuangan perusahaan PT Madubaru. Latar belakang dari penelitian ini adalah pentingnya biaya kualitas untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan laba operasional untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu menghitung komposisi biaya kualitas dan korelasi Product Moment.

(18)

xv

ABSTRACT

COMPOSITION OF THE QUALITY COSTS AND ITS

RELATIONSHIP WITH COMPANY FINANCIAL

PERFORMANCE

A Case Study at PT Madubaru

Rosalia Lina Hastuti NIM : 092114014 Sanata Dharma University

2013

The aims of this study are to determine the composition of the company's cost of quality and to determine the relationship between this costs to the financial performance at PT Madubaru. Analysis of quality costs is important to improve the quality of products produced by the company. Thus the company can improve its financial performance. This study uses operating earnings to measure the financial performance of the company.

This study is a case study. Data was obtained by interview and documentation. This study employs descriptive analysis technique to measure the cost of quality and product moment correlation to test hypothesis that the cost of quality is related with firm financial performance.

(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman globalisasi ini sebuah organisasi bisnis tidak hanya

mementingkan mendapatkan keuntungan tapi juga kualitas produk atau jasa yang

baik. Kualitas produk atau jasa yang baik dapat membuat konsumen merasa puas.

Untuk mendapatkan kualitas produk atau jasa yang baik, perusahaan harus

mengeluarkan biaya lebih karena dengan biaya tersebut perusahaan dapat

berupaya dalam meningkatkan kualitas produk atau jasanya. Biaya yang

dikeluarkan dapat disebut biaya kualitas. Menurut Hansen dan Mowen

(2009:272), biaya kualitas adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau

telah terdapat produk yang kualitasnya buruk.

Menurut Hansen dan Mowen (2009:272), biaya kualitas berhubungan

dengan dua kegiatan yaitu kegiatan pengendalian dan kegagalan. Kegiatan

pengendalian terdiri dari kegiatan pencegahan dan penilaian. Kegiatan ini

dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk

(karena kualitas yang buruk mungkin terjadi). Kegiatan kegagalan terdiri dari

(20)

dilakukan oleh perusahaan atau pelanggannya untuk merespon kualitas yang

buruk (kualitas buruk memang telah terjadi).

Biaya kualitas dapat meningkatkan kualitas produk atau jasa perusahaan

agar dapat mencapai kepuasan pelanggan sehingga perusahaan dapat mencapai

keuntungan yang diharapkan. Dengan adanya peningkatan kualitas produk

perusahaan dapat meningkatkan kemampuan dan keunggulan kompetitifnya.

Apabila perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan maka perusahaan

dapat meningkatkan laba yang diharapkan perusahaan. Dengan kualitas produk

atau jasa yang baik, maka perusahaan akan menarik banyak konsumen. Sehingga

perusahaan dapat meningkatkan laba operasi. Perusahaan seharusnya

memperhatikan kualitas produk atau jasa supaya dapat memperoleh posisi

bersaing yang baik.

Begitu pentingnya kualitas bagi perusahaan, mendorong PT Madubaru

untuk selalu meningkatkan kualitas produk yang dihasilkannya. PT Madubaru

adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri gula pasir dan

alkohol/spiritus. Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini tidak lepas

dari kesalahan-kesalahan pada proses produksinya. Untuk itu perusahaan ini

selalu berinovasi dan mengembangkan kemampuannya agar dapat menciptakan

suatu produk yang berkualitas dan memenuhi kepuasan para konsumen. Dengan

meningkatkan kualitas produk maka perusahaan dapat meningkatkan laba

(21)

Laba yang didapatkan perusahaan pada periode tertentu menggambarkan

prestasi perusahaan tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan. Bagi pihak

eksternal, laba digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum memberikan

kredit atau menanamkan modal pada perusahaan. Bagi pihak intemal, laba dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan bisnis yang

berguna bagi kemajuan perusahaan. Laba juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur

keberhasilan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Keberhasilan manajemen tersebut dapat disebut juga dengan pencapaian kinerja

perusahaan .

Penilaian terhadap kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai

cara. Salah satunya yaitu dengan menggunakan kinerja keuangan. Menurut Fahmi

(2011), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat

sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan

aturan-aturan pelaksanaan keuangan dengan baik. Hasil penilaian kinerja keuangan

tersebut dapat dijadikan alat evaluasi bagi manajemen. Salah satunya

menggunakan laba sebagai indikatornya. Namun dalam hal ini tidak semua

komponen biaya kualitas dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Jika biaya

pencegahan dan biaya penilaian naik maka akan meningkatkan laba perusahaan,

sehingga kinerjanya akan menjadi lebih baik, begitu juga sebaliknya. Sedangkan

(22)

perusahaan akan turun, sehingga kinerja perusahaan akan menurun dan begitu

juga sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil judul “Komposisi

Biaya Kualitas dan Hubungannya dengan Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi

Kasus Pada PT Madubaru)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana komposisi biaya kualitas perusahaan?

2. Bagaimana hubungan biaya kualitas dengan kinerja keuangan perusahaan?

C. Batasan Masalah

Biaya kualitas yang terdapat pada perusahaan hanya biaya pengendalian.

Hal ini dikarenakan perusahaan tidak mengungkapkan biaya kegagalan yang

terjadi.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui komposisi biaya kualitas pada perusahaan PT Madubaru.

2. Mengetahui hubungan biaya pengendalian dengan kinerja keuangan

(23)

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Sebagai masukan bagi manajer untuk pengambilan keputusan perusahaan

dalam hal biaya kualitas dan meningkatkan kinerja perusahaan.

2. Bagi Universitas

Diharapkan dapat berguna bagi universitas sebagai tambahan pustaka dan

tambahan pengetahuan bagi pihak-pihak yang berminat pada topik biaya

kualitas terhadap kinerja perusahaan.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan suatu kesempatan untuk menerapkan teori yang telah

didapat di bangku kuliah pada objek yang sesungguhnya.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan

sebagai dasar untuk mengolah data-data yang diperoleh dari

(24)

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai jenis penelitian, lokasi dan

waktu penelitian, subyek dan objek penelitian, data yang diperlukan,

teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah didirikannya perusahaan,

lokasi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, produksi

perusahaan, personalia perusahaan, sumber modal perusahaan dan

pemasaran perusahaan.

BAB V : ANALISIS DATA

Pada bab ini akan dibahas mengenai deskripsi data, analisis data, dan

pembahasan.

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, keterbatasan

(25)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kualitas

Kualitas merupakan hal penting dalam menghasilkan produk yang harus

diusahakan oleh setiap perusahaan jika ingin produk yang dihasilkan dapat

bersaing di pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut

Hansen & Mowen (2009:269), kualitas adalah yang memenuhi atau melebihi

harapan pelanggan. Harapan pelanggan dapat digambarkan melalui atribut-atribut

kualitas atau yang sering disebut “dimensi kualitas”.

Menurut Hansen dan Mowen (2009:269-271), produk atau jasa yang

berkualitas memenuhi atau melebihi harapan pelanggan dalam delapan dimensi,

yaitu :

1. Kinerja (performance)

Mengacu pada konsistensi dan seberapa baik fungsi-fungsi sebuah produk.

Dimensi kinerja untuk jasa yaitu sebagai atribut daya tangkap, kepastian,

dan empati.

2. Estetika (aesthetics)

Berhubungan dengan penampilan wujud produk (misalnya, gaya dan

keindahan) serta penampilan fasilitas, peralatan, pegawai, dan materi

(26)

3. Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability)

Berkaitan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk.

4. Fitur (features)

Dapat disebut juga dengan kualitas desain yaitu karakteristik produk yang

berbeda dari produk-produk sejenis yang fungsinya sama. Kualitas desain

yang lebih baik biasanya tercermin pada biaya produksi yang lebih tinggi

dan harga jual yang juga lebih tinggi. Kualitas desain membantu

perusahaan menentukan pasarnya.

5. Keandalan (reliability)

Probabilitas produk atau jasa menjalankan fungsi seperti yang

dimaksudkan dalam jangka waktu tertentu.

6. Tahan lama (durability)

Jangka waktu produk dapat berfungsi.

7. Kualitas kesesuaian (quality of conformance)

Ukuran mengenai apakah sebuah produk telah memenuhi spesifikasinya

atau tidak.

8. Kecocokan penggunaan (fitness for use)

Kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana

(27)

Menurut Hansen dan Mowen dalam Supriyono (1994:377), ada dua jenis

kualitas yang diakui, yaitu :

1. Kualitas Rancangan (Quality of Design)

Kualitas rancangan adalah suatu fungsi berbagai spesifikasi produk.

Tingginya kualitas rancangan dapat dilihat dari tingginya biaya

pemanufakturan dan tingginya harga jual. Kualitas desain harus dipenuhi

karena desain yang bagus merupakan daya tarik bagi konsumen.

Misalnya, kualitas desain dari sebuah topi, yaitu mempunyai bentuk yang

khas tersendiri dan berbeda dari topi biasanya, bahannya tahan air dan

tidak mudah rusak, gambarnya menarik dan sebagainya.

2. Kualitas kesesuaian (Quality of Conformance)

Kualitas kesesuaian adalah suatu ukuran mengenai bagaimana suatu

produk memenuhi berbagai persyaratan atau spesifikasi. Suatu produk

atau jasa dapat dikatakan cocok digunakan bila suatu produk dapat

memenuhi semua spesifikasi rancangan. Kualitas kesesuaian harus

dipenuhi karena mencakup fungsi, daya tahan, dan kecocokan seperti apa

yang diharapkan konsumen. Misalnya kualitas kesesuaian dari sebuah topi

yaitu cocok untuk berbagai acara baik formal maupun nonformal dan

acara khusus lainnya, cocok untuk anak-anak, orang dewasa dan orang tua

(28)

B. Biaya Kualitas

Menurut Hansen dan Mowen (2009), biaya kualitas adalah biaya-biaya yang

timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk. Biaya

kualitas berhubungan dengan kegiatan pengendalian dan kegiatan karena

kegagalan. Kegiatan pengendalian dilakukan oleh suatu perusahaan untuk

mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk

mungkin terjadi). Kegiatan karena kegagalan dilakukan oleh perusahaan atau

pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk (kualitas buruk memang telah

terjadi).

1. Jenis-Jenis Biaya Kualitas

Menurut Hansen dan Mowen (2009), biaya kualitas dapat digolongkan

menjadi :

a. Biaya pengendalian

Biaya pengendalian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk

menjalankan kegiatan pengendalian. Biaya pengendalian terdiri dari :

1) Biaya Pencegahan

Biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kualitas yang buruk pada

produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh biaya pencegahan adalah

biaya rekayasa kualitas, program pelatihan kualitas, perencanaan

kualitas, pelaporan kualitas, pemilihan dan evaluasi pemasok, audit

(29)

2) Biaya Penilaian

Biaya yang dikeluarkan untuk menentukan apakah produk dan jasa

yang telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan.

Contoh biaya penilaian adalah biaya pemeriksaan dan pengujian bahan

baku, pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian,

penerimaan produk, penerimaan proses, peralatan pengukuran

(pemeriksaan dan pengujian), dan pengesahan dari pihak luar.

b. Biaya Kegagalan

Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan karena telah terjadi kegagalan

dalam kegiatan. Biaya kegagalan terdiri dari :

1) Biaya Kegagalan Internal

Biaya yang dikeluarkan karena produk atau jasa yang dihasilkan tidak

sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Contoh biaya

kegagalan internal adalah sisa bahan, pengarjaan ulang, penghentian

mesin (karena ada produk yang cacat), pemeriksaan ulang, pengujian

ulang, dan perubahan desain

2) Biaya Kegagalan Eksternal

Biaya yang dikeluarkan karena produk atau jasa yang dihasilkan gagal

memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan

setelah produk disampaikan kepada pelanggan. Contoh biaya

kegagalan eksternal adalah biaya kehilangan penjualan karena kinerja

(30)

buruk, biaya garansi, perbaikan, tanggung jawab hokum yang timbul,

ketidakpuasan pelanggan, hilangnya pangsa pasar, dan biaya untuk

mengatasi keluhan pelanggan.

2. Pelaporan Biaya Kualitas

Menurut Hansen dan Mowen (2009), pelaporan biaya kualitas memiliki

arti penting bagi perusahaan yang menaruh perhatian serius terhadap

perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Pencatatan biaya kualitas aktual

secara terperinci berdasarkan kategorinya dapat memberikan dua masukan

pandangan penting. Pertama, catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya

kualitas dalam setiap kategori yang memungkinkan para manajer menilai

dampak keuangannya. Kedua, catatan tersebut menunjukkan distribusi biaya

kualitas menurut ketegori yang memungkinkan para manajer menilai

kepentingan relatif dari setiap kategori.

3. Fungsi Biaya Kualitas

Menurut Hansen dan Mowen (2009), terdapat 2 fungsi biaya kualitas :

a. Pandangan kualitas yang dapat diterima

Mengasumsikan bahwa terdapat perbandingan terbalik antara biaya

pengendalian dan biaya kegagalan. Ketika biaya pengendalian meningkat,

(31)

lebih besar daripada kenaikan biaya pengendalian, perusahaan harus terus

meningkatkan usahanya untuk mencegah atau mendeteksi unit-unit yang

tidak sesuai. Pada akhirnya, akan dicapai suatu titik dimana kenaikan

tambahan biaya dalam upaya tersebut menimbulkan biaya yang lebih

besar daripada penurunan biaya kegagalan. Titik ini mewakili tingkat

minimum dari total biaya kualitas. Ini merupakan perbandingan optimal

antara biaya pengendalian dan biaya kegagalan atau yang biasa disebut

[image:31.612.96.481.230.544.2]

tingkat kualitas yang dapat diterima (acceptable quality level/ AQL).

Gambar 2.1: Grafik Biaya Kualitas AQL Sumber : Hansen & Mowen 2009

b. Pandangan Cacat Nol

Biaya kegagalan timbul hanya jika produk tidak sesuai dengan

spesifikasi dan terdapat perbandingan terbalik optimal antara biaya

kegagalan dan biaya pengendalian. Model cacat nol (zero defects model)

Biaya

Total

Biaya Kualitas

Biaya Kegagalan Biaya Pengendalian AQL

Persentase Produk Cacat

(32)

menyatakan keunggulan biaya akan diperoleh dengan mengurangi unit

cacat hingga nol. Perusahaan-perusahaan yang menghasilkan semakin

sedikit produk cacat akan menjadi lebih kompetitif relatif terhadap

[image:32.612.95.478.210.547.2]

perusahaan yang meneruskan penggunaan model AQL tradisional.

Gambar 2.2 : Grafik Biaya Kualitas Kontemporer Sumber : Hansen & Mowen 2009

C. Kinerja Keuangan

1. Pengertian Kinerja

Kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam

mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan Biaya

0

Persentase Produk Cacat

100

Total Biaya Kualitas

Biaya Kegagalan

(33)

perilaku yang diharapkan (Mulyadi, 2007:337). Keberhasilan pencapaian

sasaran strategik perlu diukur. Sasaran strategik beserta ukurannya kemudian

digunakan untuk menentukan target yang akan dijadikan basis penilaian

kinerja, untuk menentukan penghargaan yang akan diberikan kepada personel,

tim, atau unit organisasi.

a. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Fahmi (2011), kinerja keuangan adalah suatu analisis

yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan

secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan

yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam Standar Akuntansi

Keuangan (SAK), Generally Accepted Accounting Principle (GAAP), dan

lainnya.

b. Pengukuran Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan perusahaan dipakai oleh manajemen perusahaan

dan para stakeholder perusahaan untuk menilai keberhasilan yang telah

dicapai oleh perusahaan. Ada beberapa teknik atau beberapa parameter

kinerja keuangan yang dipakai oleh manajemen atau para stakeholder

(34)

perusahaan manajemen atau para stakeholder akan dengan mudah menilai

kinerja keuangan perusahaan. Dengan membandingkan laba dari tahun ke

tahun maka akan diketahui peningkatan atau penurunan dari kinerja

keuangan perusahaan.

D. Laba

1. Pengertian

Menurut Suwardjono (2005:453) laba adalah kenaikan aset bersih selain

yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Kenaikan aset dalam suatu

perioda akibat kegiatan produktif yang dapat dibagi atau didistribusikan

kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham (dalam bentuk bunga, pajak

dan deviden) tanpa mempengaruhi kebutuhan ekuitas pemegang saham

semula. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya (biaya

total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa).

2. Tujuan Pelaporan Laba

Menurut Suwardjono (2005:456). laba akuntansi dengan berbagai

interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai:

a.Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam

perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat kembalian atas

investasi (rate of retun on inuested capital).

(35)

c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu

negara.

e.Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam

perusahaan publik.

f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.

g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.

i. Dasar pembagian dividen.

3. Jenis-Jenis Laba

Jenis-jenis laba berdasarkan perhitungan laba (Soemarso,

2002;226-227)terdiri dari :

a. Laba bruto

Laba bruto yaitu selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok

penjualan. Disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurangi

dengan beban-beban usaha.

b. Laba usaha

Laba usaha yaitu selisih antara laba bruto dan beban usaha (income

from operation) atau laba operasi (operating income). Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama

(36)

c. Laba bersih

Angka terakhir dalam laporan laba rugi adalah laba bersih (net profit).

Jumlah ini merupakan kenaikan bersih terhadap modal. Sebaliknya,

apabila perusahaan menderita rugi, angka terakhir dalam laporan laba

rugi adalah rugi bersih (net loss).

4. Pengukur Kinerja

Investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan

keuangan keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan

informasi masa lalu untuk mengevaluasi prospek perusahaan di masa datang

(Suwardjono, 2005:458). Tujuan tersebut mengisyaratkan laba perioda

dimaknai sebagai informasi sebagai kinerja masa lalu yang meliputi daya

melaba, akuntabilitas, dan efisiensi. Kinerja perusahaan merupakan

manifestasi dari kinerja manajemen sehingga laba dapat pula diinterpretasi

sebagai pengukur keefektifan dan keefisienan manajemen dalam mengelola

sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

(37)

Produk yang memiliki kualitas baik dan sesuai dengan kebutuhan selalu

diminati oleh konsumen. Dengan demikian perusahaan diharapkan dapat

menghasilkan produk sesuai kebutuhan konsumen. Untuk menghasilkan laba

operasional sesuai dengan tujuan perusahaan maka perusahaan diharapkan dapat

membuat produk atau jasa yang unik dan berkualitas sehingga perusahaan

mempunyai keunggulan kompetitif (Bayu, 2003). Menurut Adi (2003), terdapat

elemen yang berkaitan dengan biaya kualitas, antara lain :

1. Pengaruh biaya pengendalian terhadap laba, jika biaya pengendalian naik

maka akan menaikkan laba dan jika biaya pengendalian turun maka akan

menurunkan laba. Jika biaya pengendaliannya tinggi maka produk yang

dihasilkan akan menjadi lebih baik dan berkualitas, maka penjualannya

akan meningkat dan laba yang dihasilkan juga akan meningkat.

2. Pengaruh biaya kegagalan terhadap laba, jika biaya kegagalan naik maka

akan menurunkan laba dan jika biaya kegagalan turun maka akan

menaikkan laba. Jika biaya kegagalan naik maka dapat diartikan bahwa

banyak produk yang dihasilkan mengalami kerusakan, sehingga penjualan

akan menurun dan laba yang dihasilkan perusahaan juga mengalami

penurunan.

Terdapat perbandingan terbalik antara biaya pengendalian dan biaya

kegagalan. Biaya pengendalian akan mengalami peningkatan sedangkan biaya

(38)

dan penurunan biaya kegagalan besar, hal ini akan berpengaruh terhadap

penurunan total biaya kualitas, dengan adanya penurunan biaya kualitas akan

berpengaruh terhadap laba.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesisnya yaitu :

Ho: Tidak terdapat hubungan antara biaya kualitas dan laba operasional

perusahaan

Ha: Terdapat hubungan antara biaya kualitas dan laba operasional

(39)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini studi kasus, yaitu dengan mengadakan suatu penelitian

secara langsung terhadap perusahaan dengan mengambil data yang berhubungan

dengan biaya kualitas. Penelitian dilakukan pada PT Madubaru, dengan tujuan

untuk mengetahui komposisi biaya kualitas dan hubungannya dengan kinerja

keuangan perusahaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian di PT Madubaru Padokan, Tirta Nirmala, Kasihan, Bantul,

Yogyakarta. Perusahaan ini bergerak di bidang industri pembuatan gula pasir.

2. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April 2013.

C. Subyek dan Objek Penelitian

1. Subyek Penelitian

a. Direktur perusahaan

b. Bagian produksi

(40)

2. Obyek Penelitian

a. Biaya kualitas (biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan

internal dan biaya kegagalan eksternal) pada tahun 2007, 2008, 2009,

2010 dan 2011.

b. Laba operasional perusahaan pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan

2011.

D. Data yang Diperlukan

1. Gambaran umum perusahaan

Data yang diambil meliputi sejarah perusahaan, tujuan, lokasi perusahaan,

struktur organisasi, produksi, proses produksi, karakteristik produk,

penanganan produk, pengendalian proses dan kualitas, personalia, sumber

modal perusahaan serta pemasaran.

2. Biaya kualitas pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 dalam rupiah.

3. Penjualan neto pada tahun 2007,2008, 2009, 2010 dan 2011 dalam rupiah.

4. Laba bersih perusahaan pada tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011 dalam

(41)

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Dengan teknik ini peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada

pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan usaha peningkatan kualitas

dan peningkatan laba operasional perusahaan. Wawancara ini dilakukan untuk

mendapatkan data mengenai gambaran umum perusahaan, proses produksi,

besarnya biaya kualitas yang dikeluarkan untuk meningkatkan/

mempertahankan kualitas produk dan laba operasional perusahaan.

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu metode dimana peneliti

mengumpulkan data-data dari perusahaan terkait masalah yang diteliti.

Dilakukan juga untuk mengetahui gambaran umum perusahaan dan laporan

keuangan perusahaan.

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel dependen : biaya kualitas

(42)

G. Teknik Analisis Data

1. Permasalahan yang pertama akan dijawab dengan menggunakan langkah :

a. Menghitung biaya kualitas

Dalam menghitung biaya kualitas yang terdiri dari biaya pengendalian

(biaya pencegahan dan biaya penilaian) dan biaya kegagalan (biaya

kegagalan internal dan biaya kegagalan eksternal), menggunakan rumus:

Total Biaya Kualitas = Biaya Pengendalian + Biaya Kegagalan

b. Menghitung komposisi biaya kualitas

Dengan cara memprosentasekan elemen-elemen biaya kualitas terhadap

total biaya kualitas.

c. Menggambarkan grafik masing-masing elemen biaya kualitas

d. Membuat tren untuk masing-masing elemen biaya kualitas

e. Menganalisis bagaimana kenaikan dan penurunan masing-masing elemen

biaya kualitas dari tahun ke tahun

f. Menghitung dan menjabarkan persentase biaya kualitas dari penjualan

(43)

2. Permasalahan kedua dijawab dengan pengujian hipotesis.

Langkah-langkahnya yaitu :

a. Menyatakan hipotesis

Ho : r ≤ 0

Ha : r > 0

b. Pengujian statistik

Pengujian ini menggunakan pengujian asosiasi nonparametrik.

Dalam hal ini tipe data yang digunakan adalah data nominal (Jogiyanto,

2010:190).

c. Menentukan tingkat keyakinan

Menurut Jogiyanto (2010:189), koefisien keyakinan (confidence

coefficient) menunjukkan besarnya interval keyakinan dikurva normal. Koefisien keyakinan menunjukkan probabilitas keyakinan bahwa suatu

nilai yang diuji akan masuk didalam interval keyakinan (confidence

(44)

d. Menghitung nilai statistik

Pengujian statistik menggunakan korelasi Product Moment.

Mengukur keeratan hubungan di antara hasil-hasil pengamatan dari

populasi yang mempunyai dua varian.

e. Mendapatkan nilai uji kritis

Menurut Jogiyanto (2010:169), nilai uji kritis tergantung dari dua

hal, yaitu besarnya koefisien keyakinan dan arah dari hipotesisnya. Arah

[image:44.612.95.503.189.559.2]

dari hipotesis dalam penelitian ini menggunakan two-tail.

Gambar 3.1 Pengujian Dua Sisi (hipotesis tidak berarah) Sumber: Jogiyanto (2010: 170)

daerah penerimaan

Ho ditolak

Ho tidak ditolak

Ho ditolak

Daerah penolakan 0,025 (2,5%)

Daerah penolakan 0,025 (2,5%)

(45)

f. Menginterpretasikan hasil

Ho diterima : probabilitas > 1.96

(46)

26

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Perusahaan

PT. Madubaru adalah perusahaan yang mempunyai dua unit produksi

yaitu Pabrik Gula (PG Madukismo) dan Pabrik Alkohol/Spiritus (PS

Madukismo). Perusahaan ini memiliki potensi dan peluang pengembangan usaha

yang potensial, serta memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi

suatu perusahaan Agro Industri. Industri pada perusahaan ini berbasis bahan baku

tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan

bebas di era globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati.

PG Madukismo adalah satu-satunya pabrik gula di Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mensukseskan program

pengadaan pangan nasional, khususnya gula pasir. Sebagai perusahaan padat

karya, perusahaan ini banyak menampung tenaga kerja dari Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Perusahaan ini dibangun pada tahun 1955 atas prakarsa Sri Sultan

Hamengku Buwono IX. Perusahaan ini diresmikan tanggal 29 Mei 1958 oleh

(47)

B. Lokasi Perusahaan

PT Madubaru berlokasi di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo,

Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

C. Stuktur Organisasi Perusahaan

1. Susunan Pengurus PT Madubaru

a. Komisaris Utama

GKR Pembayun

b. Komisaris

1) Drs. H. Sumargono Kusumohadiningrat

2) Ir. Agus Purnomo, M.Si.

c. Direktur

(48)
[image:48.612.63.499.177.544.2]

2. Stuktur Organisasi PT Madubaru

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sumber: PT Madu Baru

D. Produksi Perusahaan

Produksi yang dilakukan oleh PT Madubaru mencakup dua produksi yaitu

produksi utama yang dihasilkan oleh PG. Madukismo dan produksi sampingan

yang dihasilkan oleh PS Madukismo. Produksi utama dari PT Madubaru adalah

gula pasir dengan kualitas SHS IA (Superior Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal

Putih). Mutu produksi dipantau oleh Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia

Pasuruan (P3GI). Sedangkan produksi sampingannya adalah alkohol murni yang

DEWAN

(49)

memiliki kadar minimal 95% dan spiritus bakar yang memiliki kadar 94%. Mutu

dipantau oleh Balai Penelitian Kimia Departemen Perindustrian dan PT.

Sucoffindo Indonesia.

Bahan baku yang digunakan dalam produksi gula pasir adalah tebu

400.000-500.000 ton per tahun. Dengan bahan baku tersebut dapat dihasilkan

gula SHS ± 35.000 ton per tahun dengan rendemen antara 7,0% - 8,5%. Bahan

pembantu yang digunakan dalam proses produksi adalah batu gamping dan

belerang. Bahan baku yang digunakan dalam produksi spiritus adalah tetes dari

PG. Madukismo ± 30.000 ton per tahun. Alkohol yang dihasilkan ± 8 juta liter per

tahun. Alkohol ini dipasarkan sebagai alkohol murni dan spiritus bakar. Bahan

pembantu yang digunakan dalam produksi spiritus yaitu pupuk urea, NPK dan

asam sulfat.

Masa produksi untuk gula pasir sekitar 5 sampai 6 bulan per tahun (24

jam/hari). Produksi dilakukan terus menerus, antara bulan Mei s/d Oktober.

Selain bulan tersebut digunakan untuk memelihara mesin pabrik (servis, revisi,

perbaikan, penggantian, dll). Sedangkan masa produksi untuk spiritus sekitar 9

sampai 11 bulan per tahun (24 jam/hari).

E. Personalia

PT Madubaru menggolongkan karyawan berdasarkan pada sistem

(50)

digolongkan menjadi dua yaitu karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana.

Karyawan tidak tetap digolongkan menjadi dua yaitu karyawan kerja waktu

tertentu (KKWT) yang hanya bekerja pada masa produksi serta karyawan

borongan yang hanya bekerja bila ada pekerjaan borongan.

Sistem pengupahan karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana diatur

tersendiri dalam PKB antara Serikat Pekerja dengan Direksi. Sistem pengupahan

untuk KKWT dan karyawan borongan mengacu pada upah minimum propinsi

yang berlaku. Jumlah karyawan pimpinan 60 orang dan karyawan pelaksana

berjumlah 387 orang. Jumlah karyawan KKWT adalah 1.386 orang dan jumlah

karyawan borongan tebang dan garap kebun adalah ± 3.000 orang.

F. Sumber Modal Perusahaan

Sumber dana perusahaan berasal dari saham dan kredit bank. Pada awal

berdiri 75% saham dimiliki Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan 25% saham

dimiliki pemerintah RI yaitu Departemen Pertanian RI. Namun saat ini telah

diubah menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengku Buwono X dan 35% milik

pemerintah yang dikuasakan kepada PT. Rajawali Nusantara Indonesia (BUMN).

Kredit didapatkan dari bank pemerintah digunakan untuk operasional dan

investasi.

Kapasitas PG. Madukismo pada desain awal mampu memproduksi 1.500

(51)

1992 ditingkatkan lagi menjadi 3.000 tth, serta tahun 2006 hingga sekarang

kapasitas ditingkatkan menjadi 3.500 tth. Sedangkan kapasitas PS. Madukismo

pada tahun 1976 yaitu 15.000 liter alkohol per hari. Sejak tahun 2002

ditingkatkan menjadi 25.000 liter alkohol per hari.

G. Pemasaran Produk

Tahun 1998 sampai sekarang gula hasil produksi PG. Madukismo dijual

bebas. Gudang gula di PG. Madukismo ada 2 buah yaitu gudang gula A dan

gudang gula B. Gudang gula A memiliki kapasitas 150.000 kubik dan gudang

gula B memiliki kapasitas 50.000 kubik. Alkohol dan spiritus pemasarannya juga

diatur sendiri oleh perusahaan melalui distributor. Distributor berasal dari

berbagai daerah yaitu Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Tegal dan Jakarta.

Penjualan produk oleh PT. Madubaru dilakukan secara tunai dan kredit.

Harga jual untuk alkohol dan spiritus ditetapkan sesuai harga pasar. Alkohol

merupakan barang kena cukai (BKC) yang tarif cukainya sesuai ketentuan

(52)

32

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Kualitas produk yang baik merupakan fokus utama pada PT Madubaru

Yogyakarta. Dengan kualitas produk unggulan diharapkan perusahaan dapat

menghadapi persaingan bebas di era globalisasi. Salah satu usaha yang dilakukan

adalah selalu menerapkan pengendalian kualitas, sehingga dengan demikian

diharapkan kepuasan konsumen dapat tercapai dan penjualan perusahaan dapat

meningkat. Kemudian diharapkan laba operasional perusahaan dapat meningkat.

Data yang diperlukan terkait dengan masalah penelitian ini adalah data

biaya kualitas, data penjualan, dan data laba operasional perusahaan. Semua data

(53)
[image:53.792.94.724.130.479.2]

Tabel 5.1 Laporan Biaya Kualitas

BIAYA PENCEGAHAN : 2011 2010 2009 2008 2007

Rp Rp Rp Rp Rp

Tebu Giling :

Gaji dsb Karyawan Pelaksana 2.629.339.119,68 2.875.030.665,73 2.647.981.684,79 2.148.457.599,91 2.411.546.772,29

Gaji dsb Karyawan KKWT 242.870.194,00 344.536.175,00 227.546.324,00 184.861.314,58 189.365.632,00

Lain-lain 1.109.290.821,00 1.030.995.283,00 1.008.183.204,00 869.530.092,78 497.475.361,78

Jumlah Tebu Giling 3.981.500.134,68 4.250.562.123,73 3.883.711.212,79 3.202.849.007,27 3.098.387.766,07

Tebang dan Angkut :

Biaya Loko dan Lori (LMG) 218.569.624,33 200.980.776,69 191.640.893,17 112.876.444,68 129.064.056,40

Pemeliharaan Jembat Timbang 205.604.462,97 125.170.709,59 71.851.802,09 62.216.663,37 65.419.878,10

Jumlah Tebang dan Angkut 424.174.087,30 326.151.486,28 263.492.695,26 175.093.108,05 194.483.934,50

Biaya Pabrik

Gaji dsb Karyawan Pimpinan 1.339.272.096,69 1.393.950.270,21 1.200.238.774,38 935.308.854,90 1.064.693.881,66

Bahan dan Peralatan Kamar Obat 833.672.574,61 586.619.337,76 475.060.401,94 363.969.448,35 436.439.354,24

Gaji dsb Karyawan Pelaksana 1.905.776.561,00 2.232.174.140,00 2.261.715.214,00 1.776.223.032,00 1.853.675.227,00

Pemeliharaan Mesin dan Instalasi 9.569.458.294,51 11.207.271.921,31 8.622.853.066,17 7.190.449.968,52 7.090.584.146,64

Pemeliharaan Gedung dan

Penalaran 1.163.995.866,86 1.191.743.977,43 713.749.849,51 245.863.558,01 328.167.127,33

Jumlah Biaya Pabrik 13.472.903.296,98 15.217.809.376,50 12.073.378.531,62 9.576.506.006,88 9.708.865.855,21

TOTAL BIAYA

(54)

Lanjutan

Sumber : PT Madubaru Yogyakarta

BIAYA PENILAIAN

2011 2010 2009 2008 2007

Rp Rp Rp Rp Rp

Upah dsb Karyawan KKWT 4.963.425.152,00 7.006.307.059,00 5.076.682.028,00 3.890.360.897,84 4.570.888.665,00

Lain-lain 216.854.100,00 44.237.718,00 28.299.525,00 52.173.050,00 82.951.127,00

TOTAL BIAYA PENILAIAN 5.180.279.252,00 7.050.544.777,00 5.104.981.553,00 3.942.533.947,84 4.653.839.792,00

(55)

Keterangan :

1. Biaya pencegahan (Prevention Cost)

Biaya pencegahan merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

mencegah terjadinya kualitas barang yang buruk. Biaya yang terkandung

dalan biaya pencegahan antara lain pelatihan kepada para petani, pengawasan,

dan pemeliharaan mesin pabrik. Namun dalam laporan keuangan PT

Madubaru, biaya-biaya tersebut dituliskan dalam istilah yang lain.

Biaya pencegahan pada PT Madubaru mencakup tiga bidang yaitu tebu

giling, tebang dan angkut serta biaya pabrik. Dalam tebu giling terdapat dua

biaya yaitu gaji dan sebagainya karyawan pimpinan, gaji dan sebagainya

karyawan pelaksana, gaji dan sebagainya karyawan kerja waktu tertentu

(KKWT) serta biaya lain-lain. Gaji dan sebagainya karyawan pelaksana yaitu

gaji yang dikeluarkan untuk karyawan yang memantau kebun tebu pada

wilayah Kulonprogo, Magelang dan Temanggung. Gaji dan sebagainya

KKWT adalah gaji untuk karyawan yang menjadi mandor pada kebun tebu.

Biaya lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memberikan

pelatihan pada petani yang mengelola kebun tebu. Pelatihan kepada para

petani dimaksudkan agar petani dapat mengelola tanaman tebu dengan baik,

sehingga tebu yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.

Biaya tebang dan angkut mencakup biaya loko dan lori (luar masa

giling/ LMG) serta pemeliharaan jembatan timbang. Biaya loko dan lori

(56)

mengangkut tebu. Biaya pemeliharaan jembatan timbang adalah biaya untuk

pemeliharaan jembatan timbang yang digunakan untuk menimbang tebu

sebelum digiling.

Biaya pabrik terdiri dari biaya gaji dan sebagainya karyawan pimpinan,

bahan dan peralatan kamar obat (KO), gaji dan sebagainya karyawan

pelaksana, pemeliharaan mesin dan instalasi, serta pemeliharaan gedung dan

penalaran. Biaya gaji dan sebagainya karyawan pimpinan adalah gaji untuk

karyawan yang menjadi mandor saat penggilingan tebu. Bahan dan peralatan

kamar obat adalah biaya yang dikeluarkan untuk obat-obat yang digunakan

untuk pengolahan limbah. Gaji dan sebagainya karyawan pelaksana adalah

biaya untuk karyawan yang melakukan pemeliharaan terhadap peralatan dan

mesin pabrik. Pemeliharaan mesin dan instalasi digunakan untuk membiayai

mesin dan instalasi pabrik gula. Pemeliharaan gedung dan panalaran biaya

yang digunakan untuk pemeliharaan gedung pabrik. Pemeliharaan ini

dilakukan saat perusahaan tidak melakukan penggilingan tebu.

2. Biaya penilaian (Appraisal Cost)

Biaya penilaian merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk

menilai apakah produk yang dihasilkan oleh perusahaan sudah memenuhi

kualitas yang diharapkan. Biaya yang terdapat dalam biaya penilaian adalah

upah dan sebagainya KKWT serta biaya lain-lain. Upah dan sebagainya

(57)

bagian pengecekan melakukan pengecekan terhadap nira yang akan diproses

menjadi gula. Biaya lain-lain adalah biaya untuk penilaian oleh P3GI

Pasuruan. Penilaian oleh P3GI Pasuruan yaitu dimaksudkan untuk menilai

apakah gula yang dihasilkan telah memenuhi standar kualitas.

3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost)

Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang dikeluarkan karena

produk yang dihasilkan tidak memenuhi spesifikasi. Dalam tabel 5.1 biaya

kegagalan internal tidak dapat dihitung karena perusahaan langsung mengolah

produk yang gagal pada saat itu juga, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak

dapat diprediksi, selain itu kemungkinan kapasitas terjadinya kegagalan

internal juga sangat kecil.

4. Biaya Kegagalan Eksternal (External Failure Cost)

Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang dikeluarkan karena produk

yang dihasilkan tidak memenuhi kepuasan pelanggan. Dalam tabel 5.1 biaya

kegagalan eksternal tidak dihitung karena pada PG Madukismo tidak terdapat

biaya-biaya yang terkait. Produk yang sudah dibeli oleh pelanggan merupakan

produk yang sudah diuji kualitasnya dan memenuhi harapan pelanggan. Selain

itu juga tidak ada pengembalian produk jadi yang sudah dibeli oleh

(58)

Berikut adalah data penjualan bersih perusahaan dan laba operasional

perusahaan yang diperoleh langsung dari perusahaan yang terkait dengan

[image:58.612.98.477.175.547.2]

masalah dalam penelitian ini.

Tabel 5.2 Data Penjualan Bersih

TAHUN JUMLAH (Rp) 2007 63.749.561.376 2008 37.045.362.516 2009 88.408.252.239 2010 82.232.517.339 2011 119.639.753.250 Sumber : PT Madubaru

Tabel 5.3 Data Laba Operasional

(59)

B. Analisis Data

Permasalahan dalam penelitian ini akan dibahas dengan melakukan

analisis sebagai berikut :

1. Komposisi biaya kualitas

Terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk mengetahui

bagaimana komposisi biaya kualitas pada PG Madukismo Yogyakarta, yaitu

sebagai berikut :

[image:59.612.88.536.232.545.2]

a. Menghitung biaya kualitas

Tabel 5.4 Total Biaya Kualitas (Total Quality Cost)

Ta

hu

n Biaya Pencegahan

(Rp) Persentase Kenaikan/ Penurunan Biaya Pencegahan (%) Biaya Penilaian (Rp) Persentase Kenaikan/ Penurunan Biaya Penilaian (%) Jumlah Biaya Kualitas (Rp)

Persentase Kenaikan/ Penurunan Biaya Kualitas (%) 2007 13.001.737.555,78 4.653.839.792,00 17.655.577.347,78

2008 12.954.448.122,20 (0,4) 3.942.533.947,84 (14) 16.896.982.070,04 (4) 2009 16.220.582.439,67 25 5.104.981.553,00 29 21.325.563.992,67 26 2010 19.794.522.986,51 22 7.050.544.777,00 38 26.845.067.763,51 26 2011 17.878.577.518,96 (9) 5.180.279.252,00 (27) 23.058.856.770,96 (14)

Sumber : data diolah

Dari hasil perhitungan TQC (Total Quality Cost) tabel 5.4, dapat

dilihat bahwa pada periode tahun 2007 sampai 2011 total biaya kualitas

mengalami perubahan baik kenaikan maupun penurunan. Kenaikan

(60)

Pada tahun 2007 sampai tahun 2008 total biaya kualitas

mengalami penurunan yaitu sebesar 4%. Hal ini disebabkan karena

elemen dalam biaya kualitas yaitu biaya penilaian mengalami penurunan.

Pada tahun 2008 upah untuk karyawan KKWT menurun karena terdapat

penurunan jumlah tenaga kerja KKWT. Kemudian pada tahun 2008

sampai tahun 2010 mengalami kenaikan secara terus menerus, yaitu 26%

di tahun 2009 dan 26% di tahun 2010. Hal ini disebabkan karena terdapat

beberapa elemen biaya kualitas yang mengalami kenaikan secara terus

menerus. Yaitu kenaikan pada biaya tebu giling yaitu biaya gaji dan

sebagainya karyawan pelaksana, serta biaya gaji dan sebagainya karyawan

KKWT.

Tahun 2010 sampai tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 9%.

Hal ini disebabkan karena beberapa elemen pada biaya kualitas

mengalami penurunan. Biaya tersebut antara lain pada biaya gaji dan

sebagainya karyawan pelaksana, pemeliharaan mesin dan instalasi serta

pemeliharaan gedung dan penalaran. Penurunan biaya gaji dan sebagainya

karyawan pelaksana dikarenakan terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja.

Pemeliharaan mesin dan instalasi mengalami penurunan karena terdapat

pengurangan intensitas dalam melakukan pengecekan dan pemeliharaan

(61)
[image:61.612.96.499.145.547.2]

b. Menghitung komposisi biaya kualitas

Tabel 5.5 Komposisi Biaya Pencegahan

Tahun Biaya Pencegahan (Rp) Jumlah Biaya Kualitas

(Rp)

Persentase Biaya Pencegahan Terhadap Jumlah Biaya Kualitas

(%)

2007 13.001.737.555,78 17.655.577.347,78 74

2008 12.954.448.122,20 16.896.982.070,04 77

2009 16.220.582.439,67 21.325.563.992,67 76

2010 19.794.522.986,51 26.845.067.763,51 74

2011 17.878.577.518,96 23.058.856.770,96 78

Sumber: data diolah

Tabel 5.6 Komposisi Biaya Penilaian

Tahun Biaya Penilaian (Rp) Jumlah Biaya Kualitas

(Rp)

Persentase Biaya Penilaian Terhadap Jumlah Biaya Kualitas

(%)

2007 4.653.839.792,00 17.655.577.347,78 26

2008 3.942.533.947,84 16.896.982.070,04 23

2009 5.104.981.553,00 21.325.563.992,67 24

2010 7.050.544.777,00 26.845.067.763,51 26

2011 5.180.279.252,00 23.058.856.770,96 22

Sumber: data diolah

PT Madubaru pada tahun 2007 mengeluarkan biaya pencegahan

sebesar Rp13.001.737.555,78 atau 74% dari total biaya kualitas pada

tahun 2007. Pada tahun 2007 perusahaan juga mengeluarkan biaya

penilaian sebesar Rp4.570.888.665 atau 26% dari total biaya kualitas

(62)

Persentase biaya pencegahan dan penilaian mengalami kenaikan

dan penurunan yang beragam. Pada tahun 2008 persentase biaya

pencegahan mengalami kenaikan sebesar 3% dan persentase biaya

penilaian mengalami penurunan sebesar 3%. Hal ini disebabkan karena

adanya penurunan pada biaya penilaian yang mempengaruhi total biaya

kualitas. Penurunan itu terjadi pada biaya upah dan sebagainya karyawan

KKWT. Hal ini dikarenakan adanya penurunan jumlah karyawan.

Tahun 2010 persentase biaya pencegahan mengalami penurunan

sebesar 2% dan persentase biaya penilaian mengalami kenaikan sebesar

2%. Pada tahun 2010 ini biaya kualitas sangat tinggi karena terdapat

peningkatan produksi. Dengan peningkatan produksi maka biaya kualitas

yang dikeluarkan harus meningkat agar produk yang dihasilkan

perusahaan memiliki kualitas yang baik.

Secara keseluruhan persentase biaya pencegahan lebih besar

daripada persentase biaya penilaian. Hal ini dikarenakan perusahaan lebih

mengutamakan kegiatan pencegahan daripada penilaian. Perusahaan

memiliki pandangan bahwa lebih baik mencegah daripada memperbaiki.

Produk yang dihasilkan perusahaan harus memenuhi standar kualitas

(63)

c. Menggambarkan grafik masing-masing elemen biaya kualitas

[image:63.612.94.483.124.648.2]

Grafik 5.1 Biaya Pencegahan dan Biaya Penilaian Sumber : data diolah

d. Tren masing masing elemen

Grafik 5.2 Tren Biaya Pencegahan Sumber : data diolah

Pe

rs

enta

se

Tahun

Pe

rs

enta

se

(64)

e. Menganalisis kenaikan dan penurunan masing-masing elemen biaya

kualitas dari tahun ke tahun

Dari tahun ke tahun biaya kualitas yang terdiri dari biaya

pencegahan dan biaya penilaian mengalami kenaikan dan penurunan yang

beragam. Pada tahun 2010 persentase biaya pencegahan mengalami

penurunan sebesar 2% dari total biaya kualitas tahun 2010. Hal ini

disebabkan adanya penurunan pada elemen biaya pencegahan, yaitu biaya

gaji dan sebagainya karyawan pelaksana di bagian biaya pabrik.

Penurunan ini dikarenakan terjadi penurunan jumlah karyawan di tahun

2010. Secara keseluruhan biaya pencegahan mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun.

Pada elemen biaya penilaian tahun 2008 dan 2011 mengalami

penurunan sebesar 2% untuk tahun 2008 dan 3% untuk tahun 2011 dari

total biaya kualitas tahun 2008 dan 2011. Hal ini disebabkan adanya

penurunan elemen biaya penilaian yaitu pada biaya upah dan sebagainya

karyawan KKWT. Pada tahun 2011 terdapat perubahan kebijakan

mengenai karyawan KKWT. Dilihat dari grafik 5.2 biaya penilaian secara

(65)
[image:65.612.94.491.121.684.2]

f. Presentase biaya kualitas dan penjualan bersih

Tabel 5.7 Persentase Biaya Kualitas dari Penjualan Bersih

Tahun Biaya Kualitas (Rp) Bersih (Rp) Penjualan

Biaya Kualitas Sebagai Persentase dari

Penjualan (%) 2007 17.655.577.347,78 63.749.561.376 28 2008 16.896.982.070,04 37.045.362.516 45 2009 21.325.563.992,67 88.408.252.239 24 2010 26.845.067.763,51 82.232.517.339 33 2011 23.058.856.770,96 119.639.753.250 19 Sumber: data diolah

Tabel 5.8 Persentase Biaya Pencegahan dari Penjualan Bersih

Tahun Biaya Pencegahan (Rp) Bersih (Rp) Penjualan

Biaya Kualitas Sebagai Persentase dari

Penjualan (%) 2007 13.001.737.555,78 63.749.561.376 20 2008 12.954.448.122,20 37.045.362.516 35 2009 16.220.582.439,67 88.408.252.239 18 2010 19.794.522.986,51 82.232.517.339 24 2011 17.878.577.518,96 119.639.753.250 15 Sumber : data diolah

Tabel 5.9 Persentase Biaya Penilaian dari Penjualan Bersih

Tahun Biaya Penilaian (Rp) Bersih (Rp) Penjualan

Biaya Kualitas Sebagai Persentase Dari

(66)
[image:66.612.92.491.104.550.2]

Grafik 5.3 Persentase Biaya Kualitas dari Penjualan Sumber : data diolah

Persentase biaya kualitas terhadap penjualan yang terdapat pada

tabel 5.7 terlalu besar. Sebaiknya biaya kualitas kurang dari 2,5% dari

total penjualan. Hal ini dikarenakan biaya kualitas termasuk dalam biaya

produksi dan perusahaan tidak dapat memisahkan biaya tersebut. Biaya

kualitas yang dikeluarkan oleh perusahaan hanya biaya pengendalian yaitu

biaya pencegahan dan biaya penilaian. Pada perusahaan tidak terdapat

biaya kegagalan karena setiap terdapat produk yang rusak, produk tersebut

langsung diproses pada saat itu juga atau menunggu proses produksi

selanjutnya. Hal ini menyebabkan besarnya biaya kegagalan tidak dapat

diprediksi.

Pe

rs

enta

se

(67)

Persentase biaya kualitas secara keseluruhan terhadap penjualan

yang dapat dilihat pada tabel 5.7 mengalami kenaikan dan penurunan yang

cukup signifikan. Pada tahun 2007 persentase biaya kualitas adalah

sebesar 28% dari total penjualan. Tahun 2008 menjadi 45% dari total

penjualan. Tahun 2008 penjualan perusahaan sangat rendah. Hal ini

dikarenakan produksi gula pada tahun 2008 menurun. Penurunan ini

dikarenakan iklim saat pemanenan tebu tidak baik. Iklim yang tidak baik

menyebabkan terdapat tunas baru pada tebu yang berarti tebu tidak layak

panen. Selain itu jika sering terjadi hujan kadar gula dalam tebu menjadi

turun. Karena hal tersebut maka kualitas gula menjadi tidak bagus dan

menyebabkan penjualan menjadi rendah.

Tahun 2009 persentase biaya kualitas mengalami penurunan yang

drastis menjadi 24%. Pada tahun 2009 ini besarnya biaya kualitas

mengalami kenaikan dari tahun 2008. Dengan adanya pencegahan yang

baik yaitu salah satunya pada pemeliharaan mesin dan instalasi, maka

kualitas produk menjadi semakin baik dan menyebabkan penjualan

perusahaan meningkat. Tahun 2010 persentase biaya kualitas mengalami

kenaikan menjadi 33%. Tahun 2011 persentase biaya kualitas kembali

mengalami penurunan yang drastis yaitu menjadi 19%. Pada tahun 2011

terjadi perubahan perhitungan pada biaya penjualan. Pada tahun-tahun

(68)

menjadi pengurang pada biaya penjualan, namun mulai tahun 2011 biaya

tersebut tidak menurangi biaya penjualan.

Pada pembahasan ini persentase biaya kualitas terhadap penjualan

bersih dibagi menjadi dua yaitu persentase berdasarkan biaya pencegahan

dan biaya penilaian. Persentase biaya pencegahan terhadap penjualan

bersih lebih besar dibandingkan dengan persentase biaya penilaian

terhadap penjualan bersih. Hal ini dikarenakan perusahaan mengeluarkan

biaya pencegahan lebih besar daripada biaya penilaian. Perusahaan lebih

mengutamakan pada kegiatan pencegahan kualitas buruk daripada

penilaian.

2. Hubungan Biaya Kualitas dengan Kinerja Keuangan Perusahaan

Tabel 5.10 : Data Hubungan Biaya Kualitas dengan Kinerja Keuangan Perusahaan

[image:68.612.99.504.209.607.2]
(69)

Pada pembahasan ini akan menggunakan pengujian statistik. Dalam

melakukan pengujian statistik dapat dijelaskan dengan cara sebagai berikut:

a. Menentukan tingkat keyakinan

Penelitian ini menggunakan koefisien keyakinan 95%. Level of

significance 5% (0,05), yang berarti apabila penulis menerima hipotesis tersebut maka kemungkinan penulis melakukan kesalahan

adalah sebesar 5% (0,05).

[image:69.612.96.507.184.601.2]

b. Menghitung nilai statistik

Tabel 5.11 Hubungan Biaya Kualitas dengan Laba Operasional

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa hubungan antara biaya

kualitas dan laba bersih adalah sebesar 0.777. Angka tersebut Laba

Operasional Biaya Kualitas Laba

Operasional Pearson Correlation Sig. (2-tailed) 1.000 .777 .122

N 5.000 5

Laba

Operasional Biaya Kualitas Biaya

Kualitas Pearson Correlation Sig. (2-tailed) .777 .122 1.000

(70)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara biaya kualitas

dan laba bersih. Dalam hal ini biaya kualitas yang dimaksud adalah biaya

pengendalian yaitu biaya pencegahan dan biaya penilaian. Angka tersebut

juga menunjukkan hubungan yang positif antara biaya kualitas dan laba

bersih. Semakin tinggi biaya pengendalian maka laba bersih perusahaan

semakin tinggi.

Pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa hubungannya kuat namun

tidak didukung oleh uji statistik karena probabilitas sebesar 0.122, dengan

demikian Ho diterima. Yaitu tidak terdapat hubungan positif signifikan

antara biaya kualitas dan laba operasional perusahaan. Dalam hal ini

biaya pengendalian adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian.

C. Pembahasan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, PT Madubaru

mengutamakan pada pada kegiatan pengendalian. Biaya kualitas yang

dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya pencegahan dan biaya penilaian.

Perusahaan tidak mengeluarkan biaya kegagalan, baik internal maupun ekternal.

Hal ini dikarenakan produk yang mengalami kerusakan langsung diproduksi

kembali pada saat itu juga. Jumlah produk rusak pada perusahaan sangat kecil,

(71)

Pada tabel 5.4 diketahui bahwa perusahaan mengeluarkan biaya

pencegahan lebih besar dibandingkan dengan biaya penilaian. Hal ini

dikarenakan perusahaan mengutamakan pencegahan terjadinya produk rusak.

Penilaian yang dilakukan perusahaan hanya terbatas pada pengecekan produk

dan penilaian oleh P3GI Pasuruan.

<

Gambar

Gambar 2.1: Grafik Biaya Kualitas AQL …………………………………………..
Grafik 5.1 : Biaya Pencegahan dan Biaya Penilaian ………………………………… 43
Gambar 2.1: Grafik Biaya Kualitas AQL Sumber : Hansen & Mowen 2009
Gambar 2.2 : Grafik Biaya Kualitas Kontemporer
+7

Referensi

Dokumen terkait

“K egiatan mahasiswa baru diawali dengan pengenalan kultur akademik Fakultas Teknik UNY sehingga diharapkan para mahasiswa baru dapat me mahami cara belajar pada level

Teringat kembali bagaimana In Hyeong selalu membagi cokelatnya, hanya untuknya dan In Hyeong tidak membaginya pada Yong Hwa, Yong Hae dan Jin Ho yang

Proyek pembangunan Hotel Santika Banyuwangi ini merupakan salah satu langkah yang dapat memudahkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, juga dapat memajukan

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan

“Perkembangan Sejarah Musik dan Tari Melayu dan Usaha Pelestariannya.” Makalah dalam Seminar Budaya Melayu Indonesia, di Stabat, Langkat, 1986.. Pengantar

Instansi tempat Anda bekerja, memberikan tugas sesuai dengan jurusan pendidikan yang di ambil. Anda puas dengan tugas yang diberikan instansi

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 19l2OO4 -yang berfungsi untuk mengisi kekosongan hukum mengenai kemitraan di kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam yang

Analisis dimodelkan dengan memakai Cycle-Tempo Release 5 untuk menghitung kondisi operasional sistem turbin helium dengan data masukan yaitu daya termal dan temperatur keluar