BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang Masalah
Pariwisatamerupakansalahsatuhalyangpenting bagisuatunegara.
Denganadanya pariwisata,suatunegara ataulebihkhususlagipemerintahdaerah
tempat obyek wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap
obyekwisata.Berkembangnyasektorpariwisata disuatunegaraakanmenarik
sektorlainuntukberkembang pulakarenaproduk-produk yang dihasilkan
diperlukanuntuk menunjang industripariwisata,sepertisektor
pertanian,peternakan,perkebunan, kerajinan
rakyat,peningkatankesempatankerja,danlainsebagainya.Mata rantai
kegiatanyang terkaitdenganindustripariwisatatersebutmampu
menghasilkandevisadandapatpuladigunakansebagaisarana untukmenyerap
tenaga kerja sehingga dapatmengurangiangka
penganggurandanmeningkatkan angkakesempatan kerja. Hal ini dibuktikan
berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata Tahun
2015 menyebutkan bahwa dampakkepariwisataanterhadap penyerapan
tenaga kerja pada tahun2015sebesar12.16juta orang meningkatsebesar
11.16% jika dibandingkandenganrealisasitahun2014 sebesar10.32
jutaorangdanrealisasi padatahun2014meningkatsebesar9.32%jika
dibandingkandengan realisasitahun 2013sebesar 9.61juta orang.
Menurut Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2015
devisa ini meningkatdari US$11,17 miliar di tahun2014
yangtidakhanyabersumberdaripeningkatanjumlahwisatawan mancanegara
dari9,4 juta ditahun 2014dan menjadi 10,4 juta ditahun 2015, tetapi
bersumber daripeningkatanrata-ratapengeluaranper
kunjungandariUS$1.183,43 ditahun 2014, menjadi US$ 1.190
ditahun2015.Dengankatalain,peningkatan
kuantitasdevisakepariwisataandiikutidengan peningkatan kualitaspengeluaran
wisatawan. Bila dilihat perbandinganantara penerimaan devisa
pariwisatadengan komoditi ekspor lainnya dari tahun 2012-2015adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. 1Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor Lainnya Tahun 2012 – 2015
N
36.977,00 Minyak dan Gas Bumi
32.633,2 Minyak dan Gas Bumi
30.318,8 Minyak dan Gas Bumi
18.845,00 Minyak Kelapa Sawit
15.839,1 Minyak Kelapa Sawit
10.394,50 Pariwisata 10.054,1 Pariwisata 11.166,1 Pariwisata 9.691,6 5 Pariwisata 9.120,85 Karet
Olahan
9.316,6 Pakaian Jadi 7.450,9 Pakaian Jadi 6.117,1
6 Pakaian Jadi 7.304,70 Pakaian Jadi 7.501,0 Karet Olahan 7.021,7 Makanan Olahan
5.434,8 Alat Listrik 6.259,1 Alat Listrik 4.761,1
9 Makanan Olahan
5.135,60 Tekstil 5.293,6 Tekstil 5.379,7 Tekstil 4.207,3
10 Kertas dan Barangdari Kertas
3.972,00 Kertasdan Barangdari
3.514,5 BahanKimia 3.853,7 Kayu Olahan
2.874,1
12 Kayu Olahan 3.337,70 BahanKimia 3.501,6 Kertas dan Barangdari kertas
Keterangan: *)Data2015sampaidenganposisibulanOktober
Sumber: Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementrian Pariwisata Tahun 2015
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009
Tentang Kepariwisataan, bahwa kepariwisataan di Indonesia
diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
meningkatkan kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; mengatasi
pengangguran; melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya; memajukan
kebudayaan; mengangkat citra bangsa; memupuk rasa cinta tanah air;
memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan mempererat persahabatan
antar bangsa.
JohnNaisbittdalamGlobalParadox (Kusnadi, 2013)mengatakanbahwa
dalam eraglobalisasi,pariwisata merupakanindustriterbesar
didunia.Pariwisata adalahpenghasiluang
terbesardanterkuatdalampembiayaanekonomi global.
Lebihlanjutdikatakanbahwapariwisatamempekerjakan240juta
orangdiseluruhdunia,atausatudarisetiapsembilanpekerjaatau10,6% dari
angkatan kerjaglobal.
Pengembangandanpendayagunaanpariwisatasecara optimalmampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mempertimbangkan haltersebutmaka
penangananyang baiksangatdiperlukandalamupaya
pengembanganobyek-obyek wisatadi Indonesia. Parapelakupariwisatamulai melakukan tindakan
pengembangandenganpenelitian dan
melakukanobservasiterhadapobyek-obyekwisata di Indonesia.
kayaakanpotensiwisata,maka sektor pariwisatasaatinijuga
menjadiandalanpemerintah.Berbagai kebijakan dikeluarkanuntuk
mendukung dan meningkatkanlaju kepariwisataan diIndonesia.Bahkan
pariwisataditetapkan sebagaisektor andalan pembangunan nasional. Namun
demikian, Indonesia ternyata masih ketinggalan dalam bersaing di dunia
pariwisata dibandingkan negara-negaraASEAN lainnya.BrandingWonderful
Indonesia atau Pesona Indonesia padatahun2015 mendongkrak pariwisata
Indonesia naik100 peringkat,dari semula tanpa peringkat menjadi peringkat
ke-47 dunia. Meskipunkunjunganwismanterusmengalami
pertumbuhansetiaptahunnya,namun dibandingkandengancompetitor di
ASEAN,posisiIndonesiamasih tertinggaldibandingkan dengannegara
Malaysia, Singapura dan Thailand.Hal initerlihatpada grafik dibawah ini:
Grafik 1. 1PertumbuhanJumlahWisatawan Mancanegara
Diagram 1. 1Diagram of Tourist Composition Number Global, Asia Pasific, ASEAN and Indonesia Within Year 2014
Sumber: UNWTO- United Nation World Tourism Organization
Pariwisata pula memberikankontribusiyang signifikanbagi
perekonomianIndonesia.
DampakkepariwisataanterhadapProdukDomestikBruto(PDB)nasionalditahun
2015sebesarRp.461,36triliun,
4,23%dariPDBnasional.PenciptaanPDBdisektor pariwisataterjadimelalui
pengeluaran wisatawannusantara,anggaranpariwisata
pemerintah,pengeluaranwisatawan mancanegara, dan investasi pada usaha
pariwisata yang meliputi: (1) Usaha dayaTarik wisata; (2) Usaha kawasan
pariwisata;(3)Jasatransportasiwisata;(4)Jasa perjalanan wisata; (5) Jasa
makanan dan minuman; (6) Penyedia akomodasi; (7) Penyelenggaraan
insentif,konferensidanpameran;(9)Jasa informasi pariwisata; (10) Jasa
konsultan pariwisata; (11) Jasa pramuwisata;(12)danSPA.
Diberbagaidaerah,pembangunanpariwisata terusdikembangkan
danditingkatkanuntukberbagaihalantara lainyaituuntukmeningkatkan
PendapatanAsliDaerah (PAD),memperluasdanmeratakankesempatan
kerja,mendorong pembangunandaerahkhususnyadalamhal pengelolaan pajak
danusaha,serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.Halinididukungdengan pelaksanaanUndang-Undang Nomor22
Tahun1999, yang kemudiandiperbaruidengan Undang-undang nomor32
tahun2004tentang otonomidaerah,yang padadasarnyamenegaskan perlunya
pemerintah daerah mengoptimalkan pendapatan aslidaerahdari
berbagaisumber-sumberyang dimilikinya,termasukdalam halinidari sektor
kepariwisataan.
Datastatistik perJanuaris.d. Desember2015 menunjukkancapaian
pembangunan pariwisata Indonesia mampu melampauitarget yang telah
ditentukan. Hal ini dibuktikan melalui kunjungan wisatawan mancanegara
yang meningkatmenjadi10,4juta orang,dari target 2015sebesar 10juta
orang.Adapunkunjungan wisatawan mancanegaratersebut berkontribusi
terhadap penerimaan devisa sebesar Rp 144 triliun. Peningkatan pencapaian
devisa tersebut justru terjadi ketika devisa dari komoditi batu bara dan
migascenderung mengalami penurunan,seperti diproyeksikanmelalui tabel
Grafik 1. 2 Proyeksi Penerimaan Devisa Dari Sektor-Sektor Utama Dalam Perekonomian Indonesia
Pada dasarnya terdapat banyak daerah di Indonesia yang memiliki
kekayaan alam dan budaya yang potensial untuk dikembangkan dalam
kerangka kepariwisataan serta memiliki kemampuan untuk menjadi salah satu
destinasi pariwisata kelas dunia.
SumateraUtaramerupakansalahsatuprovinsidiIndonesiayang memiliki
potensipariwisatayangbesar. ProvinsiSumatera
Utaramemilikibanyaksekalidayatarikwisataalam (nature),budaya (culture),
kerajinan, kuliner, dan rekreasi. Selain itu, dilihat dari tujuan
kedatanganwisatawan,Sumatera Utarasangatpotensialuntukmenjadidayatarik
wisata religi,bisnis,kesehatan,danpendidikan.SebagaisuatuDaerahTujuan
Wisata (DTW), potensikepariwisataandi daerahSumateraUtara memilikidaya
Tarik wisata yang cukup kuat bagi kunjungan wisatawan, baik wisatawan
domestik maupunwisatawanmancanegara.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Utara melalui tiga pintu masuk, yaitu melalui Bandar Udara
Internasional Kualanamu, Pelabuhan Laut Belawan, dan Pelabuhan Laut
Tanjung Balai Asahan pada bulan November 2016 mencapai 23.650
kunjungan, mengalami peningkatan jumlah kunjungan sebesar 0,96%
dibandingkan bulan sebelumnya Oktober 2016 yang mencapai 23.426
kunjungan. Namun, secara kumulatif, pada bulan Januari-November 2016,
jumlah wisatawan mancanegara yag berkunjung ke Sumatera Utara
mencapai 204.693 kunjungan. Hal ini mengalami penurunan sebesar 1,24%
bila dibandingan dengan tahun 2015.
Tabel 1. 2Jumlah Wisatawan Mancanegara Melalui Tiga Pintu Masuk Periode Januari-November 2016
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Grafik 1. 4Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Sumatera Utara
dan Indonesia Periode Oktober dan November tahun 2012-2016
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Pertumbuhan pariwisata Sumatera Utara tersebut tidak terlepas dari
perananmasing-masingkabupaten (pemerintah daerah)dalammengelola
sumberdayayangdimiliki
olehmasing-masingdaerah.Salahsatukabupatenyangmemilikisumberdaya
yangbesardibidang kepariwisataanadalahKabupatenNias Selatan.
Kabupaten Nias Selatan merupakan satu dari 4 daerah otonom di
Kepulauan Nias yang mengalami pemekaran daerah pada tahun 2003, dengan
penduduknya menurut data Badan Pusat Statistik berjumlah 305.010 jiwa
(tahun 2014) dan tersebar di 21 pulau dalam 8 Kecamatan. Kabupaten ini
terdiri dari 104 gugusan pulau besar dan kecil yang memanjang sejajar Pulau
Sumatera. Panjang pulau-pulau tersebut lebih kurang 60 kilometer, lebar 40
kilometer. Dari seluruh gugusan pulau tersebut, terdapat empat pulau besar,
yakni Pulau Tanah Bala (39,67 km²), Pulau Tanah Masa (32,16 km²), Pulau
Tello (18 km²), dan Pulau Pini (24,36 km²), namun tidak seluruh pulau
berpenghuni.
Selatanmempunyai beberapa tempat yang menjadi obyek wisata, di antaranya
Telukdalamdengan ombaknya yang menggulung membuat para selancar
dunia datang berkunjung ke Sumatera Utara. Hal ini membuat
diselenggarakannya eventsurfing internasional guna memperkenalkan lebih
jauh Pantai Sorake dan mengundang banyak wisatawan untuk tetap
berkunjung dan kembali datang ke Pantai Sorake. Gelombang ombak yang
tinggi hingga mencapai 3-5 meter dan memiliki 5 tingkatan tidak terpengaruh
oleh arah mata angin serta pasang surut air laut, sehingga memberikan
kebebasan bagi para peselancar untuk melakukan atraksi-atraksi dengan
berbagai gaya disetiap tingkatan. Kemudian Desa
ditetapkan sebagai situs warisan dunia UNESCO (dikutip dari website resmi
UNESCO) serta obyek-obyek wisata alam dan wisata budaya lainnya.
Peninggalan budaya masa lalu masih tetap dipertahankan di Kecamatan
Telukdalam. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya rumah-rumah
tradisional yang berdiri kokoh di setiap desa. Omo Sebua (Rumah Raja)
masih terdapat di beberapa desa seperti: Bawomatalou, Hilinawalo Fau,
Onohondro serta Hilinawalo Mazino. Selain itu, terdapat pula tradisi
kebudayaan seperti tradisiFataele dan Maluaya (tari perang),
HoHo, Mogaele yang masih dipertahankan dan dilestarikan oleh masyarakat
setempat. Serta daerah Pulau-Pulau Batu yang merupakandaerah wisata
bahariyangterkenaldengan keindahan lautnyayang mengundang wisatawan
untuk berjemur (sun bathing)dan menyelam(diving).
Yahya (dikutip dalam kabarmedan.com) menargetkan tingkat kunjungan
wisata ke kepulauan Nias sekitar 100.000 pada tahun 2019 dan mencapai 1
juta wisatawan pada tahun 2024. Oleh sebab itu pemerintah pusat bekerja
sama dengan pemerintah daerah di Kepulauan Nias melakukan
pengembangan akses transportasi dan infrastruktur demi peningkatan
pariwisata di Kepulauan Nias.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Nias Selatan,
jumlah wisatawanpadatahun 2015 jumlah wisatawandiKabupaten Nias
Selatan mengalami tren peningkatan yang cukup bagus. Peningkatan yang
terjadipadatahun 2015bila dibandingkandengantahun sebelumnya yaitu
sebesar7,48persen.Wisatawan mancanegara mengalamipeningkatan
sebesar25,18persen sementara wisatawandomestikmeningkatsebesar 4,95
persen.
Tabel 1. 3 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Nias Selatan
Grafik 1. 5 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Nias Selatan
No. Tahun Wisatawan Jumlah
Mancanegara Domestik
1 2011 1.250 14.457 15.707
2 2012 1.450 18.367 19.817
3 2013 2.360 23.685 26.045
4 2014 3.400 23.700 27.100
Sumber:Badan Pusat Statistik Daerah KabupatenNias Selatan Tabel 1. 4 Jumlah Kunjungan Wisatawan Domestik Dan Mancanegara di
Daerah Pantai Lagundri Dan Sorake Tahun 2014
Sumber:Dinas PariwisataKabupatenNias Selatan
Muhamad (2015) mengatakan kesiapan merupakan sikap
untukberinteraksiterhadapsesuatu obyekdengancara-cara tertentu atau
kecenderunganpotensial untuk berinteraksi apabilaindividu dihadapkan pada
suatu stimulusyangmenghendaki respon. Kesiapan memiliki peranan yang
sangat penting dalam memulai suatu kegiatan, karena dengan adanya
kesiapan maka akan mendapatkan hasil yang lebih baik, begitu pula dengan
kegiatan pariwisata. Dengan memiliki kesiapan, masyarakat telah siap untuk
menghadapi apapun yang akan terjadi untuk menunjang keberhasilan
pariwisata. Jadidengandemikiansuatu kesiapan merupakansuatupondasidasar
bagi suatu masyarakatatau pemerintah dalam menindaklanjuti terkait
0
2011 2012 2013 2014 2015
Wisatawan Wisatawan Jumlah
Tahun Objek Wisata Wisatawan Jumlah
Domestik Mancanegara
2014
Lagundri 2.658 329 3.014
Sorake 2.755 495 3.250
Total kunjungan 6.264
2015
Lagundri 2.051 365 2.416
Sorake 2.347 507 2.854
dengan kegiatan yang akandilakukan kedepannya. Dalam kegiatan
penggelolaan pariwisata, tidak hanya peran pemerintah yang harus ikut ambil
bagian, melainkan peran dari masyarakat sangat penting dalam pengelolaan
dan pengembangan daerah wisata tersebut. Kesiapan masyarakat dari
berbagai aspek memiliki peran penting dalam kepariwisataan, karena di
dalam kegiatan pariwisata yang menjadi tolak ukur wisatawan yang datang
berkunjung adalah masyarakat dari daerah objek wisata tersebut.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Anak Agung Gede
Ngurah Puspayoga (dikutip dari wartaekonomi.co.id) mengatakan bahwa
strategi yang diperlukan dalam mengembangkan sektor pariwisata adalah
waktu dan kesiapan masyarakat untuk menerima daerah setempat menjadi
tujuan pariwisata, karena tanpa adanya kesiapan dari masyarakat, maka segala
upaya pemerintah dari segi infrastruktur ataupun faktor lainnya bakal tidak
optimal.
Dalam kerangka pengembangan destinasiwisata, beberapapermasalahan
pokok yang harus dihadapiyaitu:(1)kesiapandestinasipariwisatayang belum
meratadari aspekmanajemenatraksi,amenitasmaupunaksesibilitas; (2)kesiapan
masyarakatdi sekitar destinasi pariwisata yang belum optimal.
Keberhasilanpembangunankepariwisataan jugasangatditentukanoleh
kesiapandandukunganmasyarakatdi tempat obyek pariwisata. Banyakdaerah
yang sudahdikenalwisatawandanmenjadidestinasiwisata,namuntidak
mampuberkembangbaik danmengalami stagnasikarenamasihterbatasnya
terhadapnilai manfaat pariwisatabagi masyarakatdanwilayah setempat
seringkalimemunculkaniklimyang kurang kondusifbagitumbuh dan
berkembangnyakepariwisataan. Unsur-unsur SAPTA PESONA Pariwisata
(Aman,Tertib,Bersih,Nyaman,Indah,RamahDanKenangan)belumsepenuhnya
terwujuddidestinasi-destinasipariwisata, sehinggakondisitersebut cenderung
menciptakan persepsiyang kurang positif bagiwisatawan,karena merasatidak
nyaman danamandalammelakukankunjunganwisatanya.
MaryAnn Pentz (Edwards, et.al, 2000), seorang
penelitiMidwestPrevention Projectyangberhasilmendapatpenghargaan
darikalanganilmuwanketikamempresentasikankonsep "communityreadiness"
pada Kentucky Conference for Prevention Research tahun
1991,iamenegaskanbahwajika masyarakatbelumsiap,maka
programpembangedwaunanakanterhambat, danjika programtersebut
diteruskan,cenderungakanberakibatpadakegagalan(failure) dikemudianhari.
Sebaliknya jika kesiapan masyarakat sebagai salah satu faktor penentu
keberhasilanprogramdapatterwujud,makaefektifitas danmanfaat
programjugadapat dicapai.Namunmengingatkesiapanmasyarakat
bukanlahsesuatuhal yanginstan,makaperluadapentahapankesiapan.
1.2.Rumusan Masalah
Merujuk dari uraian latar belakang penelitian tersebut maka yang
menjadi rumusan masalah dalam hal ini adalah:
1. Bagaimana kesiapan masyarakat Kabupaten Nias Selatan dalam
2. Bagaimana kesiapan Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Selatan dalam
mengembangkan wisata Nias menjadi wisata dunia?
3. Bagaimana hubungan kesiapan masyarakat dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Nias Selatan terhadap pengembangan pariwisata?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan mengkaji sejauh mana kesiapan masyarakat
Kabupaten Nias Selatan dalam mengembangkan wisata Nias menjadi
wisata dunia.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji sejauh mana kesiapan Pemerintah
Daerah Kabupaten Nias Selatan dalam mengembangkan wisata Nias
menjadi wisata dunia
3. Untuk mengetahui hubungan kesiapan masyarakat dan Pemerintah
Daerah Kabupaten Nias Selatan terhadap pengembangan pariwisata.
1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dilakukan diharapkan dapat memberikan
manfaat secara praktis dan teoritis.
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk
serta dapat memberikan kontribusi dan sebagai bahan perbandingan bagi
mahasiswa yang lain yang ingin melakukan penelitian dibidang yang
sama, khususnya dalam kesiapan masyarakat dan pembangunan
pariwisata.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini ialah untuk mengasah kemampuan
peneliti dalam mengkaji berbagai kebijakan atau program yang
dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini terkait dengan konsentrasi
keilmuan yang digeluti peneliti saat ini yakni sebagai calon perencana
sosial dan pembangunan. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan
mampu memberikan masukan yang berguna untuk Pemerintah Daerah
Kabupaten Nias Selatan dan Dinas Kebudayaan Pariwisata dan
Kepemudaan Olahraga Kabupaten Nias Selatan. Dengan adanya
penelitian ini pemerintah dapat melakukan evaluasi program-program
pembangunan pariwisata serta dapat menentukan model pembangunan
yang memperhatikan lokalitas dan kesiapan masyarakat.
1.5.Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dalil atau prinsip yang logis yang dapat diterima
secara rasional mempercayainya sebagai kebenaran sebelum diuji atau
disesuaikan dengan fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan yang mendukung
atau menolak kebenarannya (Nawawi: 1995). Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa hipotesis dalam suatu penelitian harus diuji. Oleh karena
kebenarannya atau ketidakbenarannya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
hipotesa yang dapat dibuat dalam penelitian ini adalah:
H0 : Tidak terdapat hubungan antara kesiapan masyarakat dan
pemerintah daerah terhadap pengembangan pariwisata Nias
menjadi wisata dunia.
Ha : Terdapat hubungan antara kesiapan masyarakat dan pemerintah
daerah terhadap pengembangan pariwisata Nias menjadi wisata
dunia.
1.6.Definisi Konsep
Menurut Sofian Efendi (dalam Singarimbun, 2008:46) bahwa unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel
disebut sebagai defenisi operasional. Dengan kata lain defenisi operasional
adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu
variabel. Berdasarkan defenisi diatas, maka operasional variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Kesiapan merupakan keseluruhan kondisi seseorang yang siap dalam
melakukan suatu kegiatan, baik secara fisik maupun mental untuk
memberikan suatu respon terhadap suatu situasi.
b) Kesiapan masyarakat adalah masyarakat bersedia dan siap untuk
mengambil tindakan terhadap masalah atau kegiatan yang terjadi,
sehingga masyarakat dapat ikut serta dan terlibat dalam kegiatan
tersebut (Donnermeyer, 1997). Secara budaya, kesiapan masyarakat
nilai yang baru ia dapatkan namun tetap mempertahankan
nilai-nilai yang telah ada di dalam masyarakat. Secara sosial, kesiapan
masyarakat dapat dilihat dalam ketersediaan masyarakat untuk
melakukan kontak atau interaksi dengan masyarakat lainnya, berupa
keramahtamahan masyarakat, adanya sikap melayani, dan keterbukaan
masyarakat setempat terhadap masyarakat lainnya. Secara ekonomi,
kesiapan masyarakat dapat dilihat dari adanya usaha-usaha yang
dilakukan dalam meningkatkan taraf hidupnya dengan mempersiapkan
infrastruktur atau fasilitas-fasilitas yang terbaik untuk mendukung
kegiatan yang ada di dalam masyarakat.
c) Kesiapan Pemerintah Daerah adalah penyelenggara pemerintahan
daerah yang memiliki sistem kelembagaan, sarana dan prasarana yang
lengkap yang ditunjang dengan kemampuan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas, serta memiliki Legal Framework dan
anggraran daerah yang tercantum dengan jelas dan spesifik sehingga
pemerintah daerah bersedia dan siap untuk mengambil tindakan
terhadap masalah atau kegiatan yang terjadi.
d) Pengembangan adalah suatu usaha menuju kearah yang lebih baik
serta mengalami pertumbuhan dan perubahan, baik dalam segi
kualitas maupun dalam segi kuantitas.
e) Pariwisata adalahsuatuperjalananyangdilakukanuntuksementara
waktu,yangdiselenggarakandarisuatutempatketempatlaindengan
dikunjungi, tetapi semata-mata untuk memenuhi keinginan yang
beranekaragam (Oka. A. Yoeti, 1996).
f) Pengembangan pariwisata, dapatdiartikansebagaikegiatandalam
meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya,perluasankesempatan sertalapangankerjadan
mendorong kegiatan-kegiatanindustripenunjangdanindustriindustri
sampingan lainnya, memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan
alamdankebudayaan,meningkatkan persaudaraannasionaldan
internasional (Oka. A. Yoeti,1996).
1.7.Operasionalisasi Variabel
Operasional variabel adalah suatu batasan yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti atau mempersepsikan kegiatan ataupun
memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel
tersebut. Operasional variabel digunakan untuk melihat variabel-variabel
yang menjadi kajian penelitian. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Kesiapan Masyarakat dan Kesiapan Pemerintah Daerah, sedangkan variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Pengembangan Pariwisata.
Operasional variabel juga dimaksudkan untuk mencegah salah tafsir
dan perluasan permasalahan dari serangkaian proses penelitian ini melibatkan
variabel Kesiapan Masyarakat, Kesiapan Pemerintah Daerah, dan
Pengembangan Pariwisata.
Adapunyang menjadi indikatorKesiapan Masyarakat dalam
penelitian ini,yaitu:
1. Upaya yang dilakukan masyarakat
2. Pengetahuan masyarakat tentang kegiatan/isu
3. Kepemimpinan
4. Keterlibatan masyarakat
Variabel Bebas (X2)
Adapunyang menjadi indikatorKesiapan Pemerintah dalam
penelitian ini,yaitu:
1. Visi dan Misi.
2. Peraturan Perundang-Undangan (Legal Framework).
3. Program/Kebijakan.
4. Sumber Daya Manusia (Kelembagaan).
5. Sosialisasi dan Edukasi.
6. Pemasaran Pariwisata.
Variabel Terikat (Y)
Adapunyang menjadi indikatorPengembangan Pariwisata dalam
penelitian ini,yaitu:
1. Sarana dan Prasarana.
2. Peningkatan Jumlah Wisatawan.
3. Daya Tarik
1.8.Bagan Operasional Variabel