BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif komparatif. Dalam penelitian ini akan diperoleh besaran nilai koefisien harga satuan
pekerjaan untuk pekerjaan pembetonan, pembesian, dan pembekistingan kemudian nilai koefisien harga satuan tersebut dibandingkan dengan nilai koefisien harga satuan yang terdapat pada SNI, AHSP, dan Analisa K sehingga dapat dibandingkan selisih harga satuan masing-masing pekerjaan yang terdapat di lapangan dengan SNI, AHSP, dan Analisa K. Adapun alur dari penelitian ini adalah studi literatur, survei lokasi, menghitung time factor untuk setiap pekerja, menghitung koefisien man hour, menghitung koefisien man day, dan pembahasan hasil penelitian. Subjek penelitian ini adalah perhitungan time factor, koefien man hour dan man day yang digunakan untuk mendapatkan nilai koefisien harga satuan pekerjaan. Sedangkan objek penelitian ini adalah Proyek Pembangunan Saluran Limbah TPA Terjun Marelan Medan.
3.2 Survei Lokasi Proyek
Proyek yang diamati adalah proyek Pembangunan Drainase Saluran Limbah TPA Terjun Marelan Medan yang berlokasi di Jalan Nibung Raya Marelan Medan.
Lokasi proyek berbatasan langsung dengan beberapa wilayah, antara lain: Barat : Persawahan warga
Timur : Persawahan warga Utara : Persawahan warga
Selatan : Kantor UPTD Terjun dan Perumahan warga
Metode pelaksanaan konstrusi yang digunakan untuk pekerjaan pembetonan adalah cast in situ atau cor di tempat dengan menggunakan molen. Pekerjaan pembesian juga dilakukan di tempat dengan menggunakan besi tulangan ulir diameter 8 mm, artinya pekerjaan pembesian tidak dilakukan di bengkel pembesian.
3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Drainase Saluran Limbah TPA Terjun Marelan Medan Tahun Anggaran 2016 dengan waktu pengambilan data observasi lapangan selama 13 hari kerja dimulai dari tanggal 21 November 2016 - 8 Desember 2016 dengan catatan observasi dilakukan pada kondisi cuaca cerah dan 3 hari bias apabila kondisi cuaca tidak cerah. Observasi dilakukan antara pukul 08.00 – 12.00 WIB dan pukul 13.00 – 17.00 WIB.
3.4 Alat yang Digunakan
Observasi langsung dilapangan menggunakan alat-alat antara lain sebagai berikut: Alat tulis
Meteran Jam tangan
Handphone (pengganti stopwatch) Shop Drawing
3.5 Jenis dan Sumber Data
3.5.1 Jenis dan Sumber Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah waktu pengamatan, durasi pekerjaan, volume hasil pekerjaan, dan tenaga kerja yang terlibat pada pekerjaan pembetonan, pembesian, dan pembekistingan yang didapatkan dari pengamatan langsung di lapangan pada proyek yang dijadikan objek penelitian.
3.5.2 Jenis dan Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak konstruksi dan data lain berupa analisis harga satuan pada SNI yang diperoleh dari BSN (Badan Standarisasi Nasional), AHSP yang diperoleh dari Dinas PU Dirjen Bina Marga, dan Analisa K (Kabupaten/Kota) yang diperoleh dari Pemerintah Kabupaten/Kota.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi. Data-data yang diperoleh dari hasil observasi langsung di lapangan dibuat dalam suatu tabel observasi. Tabel ini dibuat berdasarkan kegiatan pelaksanaan kerja yang dilaksanakan pada saat proyek berjalan. Data-data tersebut antara lain:
Jenis pekerjaan, yaitu untuk mengetahui item pekerjaan yang diamati. Waktu pengamatan, yaitu terdiri dari waktu saat pengamatan dilakukan.
Durasi Pengamatan, yaitu untuk mengetahui waktu yang digunakan oleh tenaga kerja untuk menyelesaikan suatu item pekerjaan. Dalam pengukuran durasi digunakan handphone/stopwatch untuk memperjelas suatu pekerjaan.
Hasil pekerjaan, yaitu untuk mengetahui berapa volume pekerjaan yang dapat dihasilkan oleh tenaga kerja dalam durasi yang telah diukur.
3.6.2 Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari pihak konstruksi berupa shop drawing dan data tenaga kerja.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan masih bersifat mentah dan masih perlu pengolahan lebih lanjut. Data yang diperoleh adalah data volume hasil pekerjaan pembetonan, pembesian, dan pembekistingan serta tenaga kerja yang terlibat.
3.7.1 Analisis Data
Perhitungan ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan time factor untuk setiap pekerja
Time factor ditentukan untuk mengetahui besarnya indeks waktu produktif tenaga
kerja. Besarnya time factor dihitung dengan persamaan 2.2. 2. Menentukan besarnya koefisien tenaga kerja
Koefisien tenaga kerja ditentukan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja dan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu item pekerjaan dengan volume tertentu. Dapat dihitung dengan persamaan 2.3.
Upah tenaga kerja yang dibayarkan dihitung dalam satuan hari, maka perlu diketahui koefisien man day dari tenaga kerja. Dapat dihitung dengan persamaan 2.4.
3.7.2 Analisis Komparatif
Setelah didapatkan hasil koefisien tenaga kerja untuk masing-masing pekerja mandor, tukang dan pembantu tukang pada pekerjaan pembetonan, pembesian, dan pembekistingan, maka selanjutnya akan dibandingkan harga satuan pekerjaan di lapangan dengan SNI, AHSP, dan Analisa K.
3.8 Diagram Alir Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan menentukan judul penelitian, dilanjutkan dengan studi literatur, survei lokasi, pengumpulan data primer dan sekunder, lalu dilakukan pengolahan data. secara rinci diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2 dibawah ini.
Mulai
Survei Lokasi Proyek
Pengumpulan Data Primer Pengumpulan Data Sekunder
Shop Drawing
Observasi Lapangan Studi Literatur
Data Tenaga Kerja
Waktu Pengamatan
Durasi Pengamatan
Tenaga Kerja
Hasil Pekerjaan
Time Factor
Koefisien Man Hour
Koefisien Man Day
Perbandingan Koefisien dan Rasio Harga Satuan Pekerjaan dengan SNI, AHSP, dan Analisa K
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Wilayah Studi
Proyek Pembangunan Drainase Saluran Limbah TPA Terjun Marelan Medan Tahun Anggaran 2016 merupakan tahap awal pembangunan drainase saluran limbah yang nantinya akan dijadikan saluran yang menampung aliran air lindi (leachete) dari sistem pembuangan terbuka (open dumping) menuju kolam lindi.
Wilayah studi dalam penelitian ini adalah Kecamatan Medan Marelan. Secara geografis Kecamatan Medan Marelan berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara dan barat Kecamatan Medan Marelan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Belawan, sebelah selatan dan timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang.
Kecamatan Medan Marelan merupakan Kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas wilayah sekitar 44,47 km2 dengan ketinggian wilayah 5 meter di atas permukaan laut. 36,09% luas wilayah kecamatan Medan Marelan adalah Desa Terjun seluas 16,05 km2. Desa Enam Ratus adalah desa yang memiliki luas wilayah paling kecil dibandingkan desa lainnya yaitu seluas 3,42 km2 atau 7,69% dari total luas wilayah Kecamatan Medan Marelan. (Dinas TRTB Kota Medan, 2010)
Bila dibandingkan antara jumlah penduduk serta luas wilayahnya, maka kelurahan Tanah Enam Ratus merupakan kelurahan terpadat yaitu 9.215 jiwa tiap km2. Jumlah penduduk Kecamatan Medan Marelan pada tahun 2015 sebanyak 156.394 jiwa penduduk terdiri dari 77.214 jiwa penduduk laki- laki dan 79.180 jiwa perempuan. Berdasarkan kelompok umur, pada tahun 2015 distribusi penduduk Kecamatan Medan Marelan relatif lebih banyak pada usia produktif. Teercatat sebanyak 311 penduduk yang lahir sepanjang tahun 2014 di Kecamatan Medan Marelan, dan sebanyak 100 orang yang meninggal.
Dari sisi mobilitas penduduk, di Kecamatan Medan Marelan ini cukup ramai yakni selama tahun 2014 tercatat 260 orang datang dan 118 orang pindah dari kecamatan ini. Jumlah rumah tangga pada tahun 2014 tercatat sebanyak 34.423 rumah tangga dimana rumah tangga terbanyak berada pada Kelurahan Rengas Pulau yaitu sebanyak 13.244 rumah tangga, sedangkan yang terkecil terdapat pada Kelurahan Paya Pasir yaitu hanya sebanyak 2.661 rumah tangga.
Banyaknya pendududk keturunan Cina pada tahun 2014 di Kecamatan Medan Marelan sebebsar 6.177 jiwa dimana 3.108 jiwa penduduk laki-laki, sedangkan sisanya sebanyak 3.066 jiwa penduduk perempuan. Banyaknya penduduk usia 7-12 tahun yang berstatus sekolah sebanyak 99,71% sedangkan sisanya sebanyak 0,29% berstatus tidak sekolah (BPS Kota Medan 2014).
Gambar 4.1 Luas Wilayah Masing-masing Kelurahan di Kecamatan Medan Marelan 36,09%
7,69% 22,49%
4.2 Volume dan Progres Harian Pekerjaan
4.2.1 Volume dan Progres Harian Pekerjaan Pembetonan
Besarnya volume pekerjaan pembetonan sayap drainase pada tanggal 21 November 2016 dari Sta. P7+4,06 s.d P7+13,82 sepanjang 9,76 m dapat dihitung sebagai berikut.
( )
( )
( ( )) ( ( ))
( )
( )
( ( ) )
( )
( )
( ( ) )
( )
Dengan menggunakan perhitungan yang sama didapatkan besaran luas penampang sayap drainase untuk Sta. P7+4,06 sebesar 0,35 m2.
Sehingga besarnya volume pembetonan yang dihasilkan:
( )
( )
Jadi besarnya volume pembetonan yang dihasilkan pada tanggal 21 November 2016 sebesar 3,32 m3.
4.2.1 Volume dan Progres Harian Pekerjaan Pembesian
Besarnya volume pekerjaan pembesian drainase pada tanggal 21 November 2016 dari Sta. P6+16,9 s.d P6+29 sepanjang 12,1 m dapat dihitung sebagai berikut.
( )
( )
Dimana:
m1 = lebar batang melintang (m) n1 = jumlah deret batang melintang m2 = lebar batang memanjang (m) n2 = jumlah deret batang memanjang w = berat besi per m (kg/m).
Jadi besarnya volume pembesian yang dihasilkan pada tanggal 21 November 2016 sebesar 132,70 kg.
4.2.1 Volume dan Progres Harian Pekerjaan Pembekistingan
Besarnya volume pekerjaan pembekistingan drainase pada tanggal 21 November 2016 dari Sta. P7+13,82 s.d P7+21,14 dapat dihitung sebagai berikut.
Jadi besarnya volume pembekistingan yang dihasilkan pada tanggal 21 November 2016 sebesar 35,7216 m2.
4.3 Waktu Efektif (Time Factor) Tenaga Kerja
Time Factor adalah waktu efektif pekerja dalam 1 hari per 1 jam dalam suatu kelompok
kerja. Besarnya time factor untuk jenis tenaga kerja tukang adalah waktu efektif rata-rata dari pekerjaan pembetonan, pembesian, dan pembekistingan selama periode 21 November 2016 – 8 Desember 2016.
a. Pekerjaan Pembetonan
Waktu efektif rata-rata tukang adalah sebagai berikut.
Jadi besarnya waktu efektif rata-rata untuk tukang pada pekerjaan pembetonan sebesar 51,11 menit.
b. Pekerjaan Pembesian
Waktu efektif rata-rata tukang adalah sebagai berikut.
Jadi besarnya waktu efektif rata-rata untuk tukang pada pekerjaan pembesian sebesar 53,35 menit.
c. Pekerjaan Pembekistingan
Waktu efektif rata-rata tukang adalah sebagai berikut.
Jadi besarnya waktu efektif rata-rata untuk tukang pada pekerjaan pembekistingan sebesar 50,38 menit.
Maka time factor untuk Tukang =
51,6 menit
4.4 Pekerjaan Pembetonan
4.4.1 Man Hour Pekerjaan Pembetonan
Besarnya koefisien man hour masing-masing tenaga kerja pada pekerjaan pembetonan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam selama periode observasi. Ilustrasi progres volume yang didapatkan untuk pekerjaan pembetonan selama periode observasi dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3.
Pekerjaan pembetonan yang dilakukan 1 orang tukang pada tanggal 21 November 2016 dapat menghasilkan volume beton sebesar 0,610 m3 dalam waktu 175 menit atau sebesar 0,203 m3 dalam waktu 58,33 menit.
Maka man hour untuk 1 m3 volume beton pada tanggal 21 November 2016
Hasil perhitungan dan besarnya koefisien man hour untuk masing-masing jenis tenaga kerja berikutnya dapat dilihat pada Lampiran 1.9.
4.4.2 Man Day Pekerjaan Pembetonan
Berdasarkan Lampiran 1.9 besarnya koefisien man day untuk 1 m3 volume beton dalam waktu 7 jam dalam 1 hari kerja untuk jenis tenaga kerja tukang adalah sebagai berikut.
Hasil perhitungan untuk jenis tenaga kerja lain dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Koefisien Man Day Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Pembetonan
No. Jenis Tenaga Kerja Time Factor Man Hour Man Day Satuan
1. Mandor 0,766 2,113 0,302 OH
2. Tukang 0,860 4,525 0,646 OH
4.4.3 Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan Kondisi Aktual
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien man day pada Tabel 4.1 didapatkan besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembetonan yaitu:
Mandor = 0,302
Tukang = 0,646
Pembantu Tukang = 1,157
Sehingga pada kondisi aktual besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembetonan dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut.
Tabel 4.2 Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan Kondisi Aktual No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.4.4 Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan SNI
Besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembetonan berdasarkan SNI 7394:2008, yaitu:
Mandor = 0,083
Kepala Tukang = 0,028
Tukang = 0,275
Pembantu Tukang = 1,650
Sehingga berdasarkan SNI 7394:2008 besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembetonan dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut.
Tabel 4.3 Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan SNI No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.4.5 Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan AHSP
Besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembetonan berdasarkan AHSP Permen PU No. 11/PRT/M/2013, yaitu:
Mandor = 0,132
Kepala Tukang = 0,019
Tukang = 0,189
Pembantu Tukang = 1,323
Sehingga berdasarkan AHSP Permen PU No. 11/PRT/M/2013 besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembetonan dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut.
Tabel 4.4 Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan AHSP No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.4.6 Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan Analisa K
Besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembetonan berdasarkan Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan 2016, Analisa K Medan Tahun 2016 yaitu:
Mandor = 0,071
Tukang = 0,336
Pembantu Tukang = 0,708
Sehingga berdasarkan Analisa K Medan Tahun 2016 besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembetonan dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.
Tabel 4.5 Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan Berdasarkan Analisa K
No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.5 Pekerjaan Pembesian
4.5.1 Man Hour Pekerjaan Pembesian
Besarnya koefisien man hour masing-masing tenaga kerja pada pekerjaan pembesian ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam selama periode observasi. Ilustrasi progres volume yang didapatkan untuk pekerjaan pembesian selama periode observasi dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Pekerjaan pembesian yang dilakukan 1 orang tukang pada tanggal 21 November 2016 dapat menghasilkan volume besi sebesar 50,132 kg dalam waktu 170 menit atau sebesar 16,71 kg dalam waktu 56,67 menit.
Maka man hour untuk 1 kg volume besi pada tanggal 21 November 2016
Hasil perhitungan dan besarnya koefisien man hour untuk masing-masing jenis tenaga kerja berikutnya dapat dilihat pada Lampiran 1.10.
4.5.2 Man Day Pekerjaan Pembesian
Berdasarkan Lampiran 1.10 besarnya koefisien man day untuk 1 kg volume besi dalam waktu 7 jam dalam 1 hari kerja untuk jenis tenaga kerja tukang adalah sebagai berikut.
Hasil perhitungan untuk jenis tenaga kerja lain dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Koefisien Man Day Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Pembesian
No. Jenis Tenaga Kerja Time Factor Man Hour Man Day Satuan
1. Mandor 0,766 0,039 0,006 OH
2. Tukang 0,860 0,064 0,009 OH
4.5.3 Harga Satuan Pekerjaan Pembesian Berdasarkan Kondisi Aktual
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien man day pada Tabel 4.6 didapatkan besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembesian yaitu:
Mandor = 0,006
Tukang = 0,009
Pembantu Tukang = 0,016
Sehingga pada kondisi aktual besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembesian dapat dilihat pada tabel 4. 7 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Harga Satuan Pekerjaan Pembesian Berdasarkan Kondisi Aktual No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
(Rp.)
Jumlah Harga Satuan (Rp.)
1 2 3 4 5 6
I. Upah/Tenaga Kerja
a. Pekerja Orang 0,016 110.000,00 1.792,90 b. Tukang Orang 0,009 135.000,00 1.229,62 d. Mandor Orang 0,006 135.000,00 757,34 Sub Jumlah I 3.779,86 II. Bahan/Material
a. Besi Beton kg 1,050 14.000,00 14.700,00 b. Kawat Ikat kg 0,015 24.000,00 360,00 Sub Jumlah II 15.060,00 III. Peralatan
Sub Jumlah III - Sub Jumlah (I+II+III) 18.839,86 IV. Lain-lain
a. Biaya Umum dan
4.5.4 Harga Satuan Pekerjaan Pembesian Berdasarkan SNI
Besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembesian berdasarkan SNI 7394:2008, yaitu:
Mandor = 0,004
Kepala Tukang = 0,007
Tukang = 0,070
Pembantu Tukang = 0,070
Sehingga berdasarkan SNI 7394:2008 besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembesian dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.8 Harga Satuan Pekerjaan Pembesian Berdasarkan SNI No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.5.5 Harga Satuan Pekerjaan Pembesian Berdasarkan AHSP
Besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembesian berdasarkan AHSP Permen PU No. 11/PRT/M/2013, yaitu:
Mandor = 0,070
Kepala Tukang = 0,070
Tukang = 0,700
Pembantu Tukang = 0,700
Sehingga berdasarkan AHSP Permen PU No. 11/PRT/M/2013 besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembesian dapat dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut.
Tabel 4.9 Harga Satuan Pekerjaan Pembesian Berdasarkan AHSP No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.5.6 Harga Satuan Pekerjaan Pembesian Berdasarkan Analisa K
Besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembesian berdasarkan Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan 2016, Analisa K Medan Tahun 2016 yaitu:
Mandor = 0,004
Kepala Tukang = 0,007
Tukang = 0,070
Pembantu Tukang = 0,070
Sehingga berdasarkan Analisa K Medan Tahun 2016 besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembesian dapat dilihat pada tabel 4.10 sebagai berikut.
Tabel 4.10 Harga Satuan Pekerjaan Pembesian Berdasarkan Analisa K No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.6 Pekerjaan Pembekistingan
4.6.1 Man Hour Pekerjaan Pembekistingan
Besarnya koefisien man hour masing-masing tenaga kerja pada pekerjaan pembekistingan ditentukan berdasarkan hasil volume yang diperoleh dalam 1 jam selama periode observasi. Ilustrasi progres volume yang didapatkan untuk pekerjaan pembesian selama periode observasi dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5. Pekerjaan pembekistingan yang dilakukan 1 orang tukang pada tanggal 21 November 2016 dapat menghasilkan volume pembekistingan sebesar 6,906 m2 dalam waktu 90 menit atau sebesar 3,45 m2 dalam waktu 45 menit.
Maka man hour untuk 1 m2 volume besi pada tanggal 21 November 2016
Hasil perhitungan dan besarnya koefisien man hour untuk masing-masing jenis tenaga kerja berikutnya dapat dilihat pada Lampiran 1.11.
4.6.2 Man Day Pekerjaan Pembekistingan
Berdasarkan Lampiran 1.11 besarnya koefisien man day untuk 1 m2 volume pembekistingan dalam waktu 7 jam dalam 1 hari kerja untuk jenis tenaga kerja tukang adalah sebagai berikut.
Hasil perhitungan untuk jenis tenaga kerja lain dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Koefisien Man Day Tenaga Kerja untuk Pekerjaan Pembekistingan
No. Jenis Tenaga Kerja Time Factor Man Hour Man Day Satuan
1. Mandor 0,766 0,102 0,015 OH
2. Tukang 0,860 0,197 0,028 OH
4.6.3 Harga Satuan Pekerjaan Pembekistingan Berdasarkan Kondisi Aktual
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien man day pada Tabel 4.11 didapatkan besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembekistingan yaitu:
Mandor = 0,015
Tukang = 0,028
Pembantu Tukang = 0,044
Sehingga pada kondisi aktual besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembekistingan dapat dilihat pada tabel 4.12 sebagai berikut.
Tabel 4.12 Harga Satuan Pekerjaan Pembekistingan Berdasarkan Kondisi Aktual No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.6.4 Harga Satuan Pekerjaan Pembekistingan Berdasarkan SNI
Besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembekistingan berdasarkan SNI 7394:2008, yaitu:
Mandor = 0,033
Kepala Tukang = 0,033
Tukang = 0,330
Pembantu Tukang = 0,660
Sehingga berdasarkan SNI 7394:2008 besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembekistingan dapat dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut.
Tabel 4.13 Harga Satuan Pekerjaan Pembekistingan Berdasarkan SNI No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.6.5 Harga Satuan Pekerjaan Pembekistingan Berdasarkan AHSP
Besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembekistingan berdasarkan AHSP Permen PU No. 11/PRT/M/2013, yaitu:
Mandor = 0,060
Kepala Tukang = 0,030
Tukang = 0,300
Pembantu Tukang = 0,600
Sehingga berdasarkan AHSP Permen PU No. 11/PRT/M/2013 besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembekistingan dapat dilihat pada tabel 4.14 sebagai berikut.
Tabel 4.14 Harga Satuan Pekerjaan Pembekistingan Berdasarkan AHSP No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.6.6 Harga Satuan Pekerjaan Pembesian Berdasarkan Analisa K
Besarnya koefisien tenaga kerja untuk masing-masing jenis tenaga kerja pada pekerjaan pembekistingan berdasarkan Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dinas Perumahan dan Permukiman Kota Medan 2016, Analisa K Medan Tahun 2016 yaitu:
Mandor = 0,005
Kepala Tukang = 0,026
Tukang = 0,260
Pembantu Tukang = 0,300
Sehingga berdasarkan Analisa K Medan Tahun 2016 besarnya harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan pembekistingan dapat dilihat pada tabel 4.15 sebagai berikut.
Tabel 4.15 Harga Satuan Pekerjaan Pembekistingan Berdasarkan Analisa K No. Uraian Satuan Koefisien Harga Satuan
4.7 Rasio Perbandingan Man Day
4.7.1 Rasio Perbandingan Man Day Pekerjaan Pembetonan
Dari Tabel 4.1, besarnya koefisien tenaga kerja selama 13 hari pengamatan pada pekerjaan pembetonan Proyek Pembangunan Drainase Saluran Limbah TPA Terjun Marelan Medan untuk tenaga kerja mandor adalah 0,302; tukang sebesar 0,646; dan pembantu tukang sebesar 1,157.
Perbandingan besarnya koefisien tenaga kerja untuk 1 m3 pekerjaan pembetonan berdasarkan kondisi aktual, SNI, AHSP, dan Analisa K dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut.
Tabel 4.16 Rasio Koefisien Man Day 1 m3 Pekerjaan Pembetonan Kondisi Aktual, SNI, AHSP, dan Analisa K
Jenis Tenaga Kerja Aktual SNI AHSP Analisa K
Mandor 0,302 0,083 0,132 0,071
Tukang 0,646 0,275 0,189 0,336
Pembantu Tukang 1,157 1,650 1,323 0,708
Gambar 4.7 Koefisien Man Day untuk 1 m3 Pekerjaan Pembetonan
Berdasarkan analisa data yang dilakukan untuk pekerjaan 1 m3 pembetonan di lapangan, koefisien man day untuk tenaga kerja tukang lebih besar dibandingkan nilai koefisien tenaga kerja yang terdapat di SNI, AHSP, dan Analisa K. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas atau volume yang dihasilkan di lapangan lebih kecil sehingga mengakibatkan nilai koefisien tenaga kerja lebih besar. Sementara untuk pembantu tukang nilai koefisien tenaga kerja di lapangan lebih kecil dibandingkan dengan SNI dan AHSP, namun lebih besar dari analisa K.
Berdasarkan tabel 4.16, nilai koefisien tenaga kerja di lapangan cenderung lebih besar bila dibandingkan dengan SNI, AHSP, dan Analisa K. Hal ini disebabkan pekerjaan pembetonan yang di lakukan di lapangan memiliki tingkat pengerjaan yang cukup sulit karena dilakukan di atas timbunan lereng saluran drainase existing dengan elevasi yang cukup tinggi sehingga menyebabkan volume yang dihasilkan tidak cukup besar.
4.7.2 Rasio Perbandingan Man Day Pekerjaan Pembesian
Dari Tabel 4.6, besarnya koefisien tenaga kerja selama 13 hari pengamatan pada pekerjaan pembesian Proyek Pembangunan Drainase Saluran Limbah TPA Terjun Marelan Medan untuk tenaga kerja mandor adalah 0,006; tukang sebesar 0,009; dan pembantu tukang sebesar 0,016.
Perbandingan besarnya koefisien tenaga kerja untuk 10 kg pekerjaan pembesian berdasarkan kondisi aktual, SNI, AHSP, dan Analisa K dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut.
Tabel 4.17 Rasio Koefisien Man Day 10 kg Pekerjaan Pembesian Kondisi Aktual, SNI, AHSP, dan Analisa K
Jenis Tenaga Kerja Aktual SNI AHSP Analisa K
Mandor 0,060 0,004 0,007 0,004
Tukang 0,090 0,070 0,070 0,070
Pembantu Tukang 0,160 0,070 0,070 0,070
Gambar 4.8 Koefisien Man Day untuk 10 kg Pekerjaan Pembesian
Berdasarkan analisa data yang dilakukan untuk pekerjaan 10 kg pembesian di lapangan, koefisien man day untuk tenaga kerja mandor, tukang, dan pembantu tukang lebih besar
dibandingkan nilai koefisien tenaga kerja yang terdapat pada SNI, AHSP, dan Analisa K. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas atau volume yang dihasilkan di lapangan lebih kecil sehingga mengakibatkan nilai koefisien tenaga kerja lebih besar.
Berdasarkan tabel 4.17, nilai koefisien tenaga kerja di lapangan cenderung lebih besar bila dibandingkan dengan SNI, AHSP, dan Analisa K. Hal ini disebabkan pekerjaan pembesian di lapangan dilakukan oleh tenaga kerja pembantu tukang yang merangkap pekerjaan lain sehingga tenaga yang dialokasikan untuk pekerjaan pembesian tidak masimal. Disamping itu kurangnya pengawasan terhadap pekerjaan mengakibatkan pekerja cenderung santai dan menyebabkan volume yang dihasilkan tidak cukup besar.
4.7.2 Rasio Perbandingan Man Day Pekerjaan Pembekistingan
Dari Tabel 4.11, besarnya koefisien tenaga kerja selama 13 hari pengamatan pada pekerjaan pembekistingan Proyek Pembangunan Drainase Saluran Limbah TPA Terjun Marelan Medan untuk tenaga kerja mandor adalah 0,015; tukang sebesar 0,028; dan pembantu tukang sebesar 0,044.
Perbandingan besarnya koefisien tenaga kerja untuk 1 m2 pekerjaan pembekistingan berdasarkan kondisi aktual, SNI, AHSP, dan Analisa K dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut.
Tabel 4.18 Rasio Koefisien Man Day 1 m2 Pekerjaan Pembekistingan Kondisi Aktual, SNI, AHSP, dan Analisa K
Berdasarkan analisa data yang dilakukan untuk 1 m2 pekerjaan pembekistingan di lapangan, koefisien man day untuk tenaga kerja mandor lebih kecil dibandingkan nilai koefisien tenaga kerja mandor pada SNI dan AHSP, namun lebih besar dibandingkan dengan nilai koefisien tenaga kerja mandor yang terdapat pada analisa K. Artinya, produktivitas atau volume yang dihasilkan mandor di lapangan lebih besar jika dibandingkan dengan SNI dan AHSP, namun lebih kecil jika dibandingkan dengan analisa K. Untuk nilai koefisien tenaga kerja tukang, dan pembantu tukang lebih kecil dibandingkan nilai koefisien tenaga kerja yang terdapat pada SNI, AHSP, dan Analisa K.
Berdasarkan tabel 4.18, nilai koefisien tenaga kerja di lapangan cenderung lebih kecil bila dibandingkan dengan SNI, AHSP, dan Analisa K. Hal ini disebabkan pekerjaan pembekistingan yang dilakukan di atas timbunan lereng saluran drainase existing dengan elevasi yang cukup tinggi justru memudahkan dalam pengerjaan sehingga menyebabkan volume yang dihasilkan cukup besar.
4.7.1 Rasio Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan perbandingan harga satuan pekerjaan pemebetonan, pembesian, dan pembekistingan di lapangan dengan SNI, AHSP, dan Analisa K adalah sebagai berikut.
Tabel 4.19. Perbandingan Harga Satuan Pekerjaan antara Kondisi Aktual, SNI, AHSP, dan Analisa K
Jenis Pekerjaan Harga Satuan Pekerjaan
Aktual (Rp.) SNI (Rp.) AHSP (Rp.) Analisa K (Rp.) Pembetonan 1.313.601,52 1.173.031,05 1.240.507,30 1.141.323,40
Pembesian 21.665,84 19.474,10 19.520,68 19.474,10
Gambar 4.10 Harga Satuan Pekerjaan Pembetonan, Pembesian dan Pembekistingan Harga satuan pekerjaan di lapangan untuk pekerjaan pembetonan dan pembesian lebih besar dibandingkan dengan SNI, AHSP maupun Analisa K. Namun harga satuan pekerjaan pembekistingan di lapangan lebih kecil dibandingkan SNI, AHSP maupun Analisa K.
Tabel 4.20. Rasio Persentase Harga Satuan Pekerjaan antara Kondisi Aktual dengan SNI, AHSP, dan Analisa K
Jenis Pekerjaan Rasio Persentase (%)
Aktual-SNI Aktual-AHSP Aktual-Analisa K
Pembetonan 11,98 5,89 15,09
Pembesian 11,25 10,99 11,25
Pembekistingan -52,62 -41,12 -39,18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
1. Berdasarkan pengamatan di lapangan, didapatkan besarnya koefisien harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan 1 m3 beton adalah 0,302 mandor; 0,646 tukang; dan 1,157 pembantu tukang. Koefisien harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan 10 kg pembesian adalah 0,060 mandor; 0,090 tukang; dan 0,160 pembantu tukang. Koefisien harga satuan pekerjaan pada pekerjaan untuk pekerjaan 1 m2 pembekistingan adalah 0,015 mandor; 0,028 tukang; dan 0,044 pembantu tukang. 2. Perbandingan besarnya koefisien harga satuan pekerjaan untuk tenaga kerja mandor,
tukang, dan pembantu tukang berdasarkan kondisi lapangan (aktual) dengan SNI, AHSP, dan Analisa K adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan 1 m3 Pembetonan
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan nilai koefisien untuk tenaga kerja mandor sebesar 0,302 lebih besar dibandingkan dengan SNI 0,083; AHSP 0,132; dan Analisa K 0,071. Untuk tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 0,646 sedangkan SNI 0,275; AHSP 0,189 dan Analisa K 0,336. Untuk pembantu tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 1,157 lebih kecil dibandingkan SNI 1,650 dan AHSP 1,323; namun lebih besar dari Analisa K 0,708.
b. Pekerjaan 10 kg Pembesian
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan nilai koefisien untuk tenaga kerja mandor sebesar 0,060 lebih besar dibandingkan dengan SNI 0,004; AHSP 0,070; dan Analisa K 0,004. Untuk tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 0,090 sedangkan SNI 0,070; AHSP 0,070; dan Analisa K 0,070. Untuk pembantu tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 0,160 lebih besar dibandingkan SNI 0,070; AHSP 0,070; dan Analisa K 0,070.
c. Pekerjaan 1 m2 Pembekistingan
Untuk pembantu tukang didapatkan nilai koefisien aktual sebesar 0,044 lebih kecil dibandingkan SNI 0,660; AHSP 0,660; dan Analisa K 0,300.
3. Berdasakan hasil perhitungan, urutan koefisisen harga satuan pekerjaan yang paling optimal antara lapangan, SNI, AHSP, dan Analisa K pada masing masing tenaga kerja adalah sebagai berikut.
a. Pekerjaan 1 m3 Pembetonan
Mandor : Analisa K 0,071; SNI 0,083; AHSP 0,132; Aktual 0,302. Tukang : AHSP 0,189; SNI 0,275; Analisa K 0,336; Aktual 0,646. Pembantu tukang : Analisa K 0,708; Aktual 1,157; AHSP 1,323; SNI 1,650. b. Pekerjaan 10 kg Pembesian
Mandor : Analisa K 0,004; SNI 0,004; AHSP 0,007; Aktual 0,060. Tukang : SNI 0,070; AHSP 0,070; Analisa K 0,070; Aktual 0,090. Pembantu tukang : SNI 0,070; AHSP 0,070; Analisa K 0,070; Aktual 0,160. c. Pekerjaan 1 m2 Pembekistingan
Mandor : Analisa K 0,005; Aktual 0,015; SNI 0,033; AHSP 0,060. Tukang : Aktual 0,028; Analisa K 0,260 AHSP 0,300; SNI 0,330. Pembantu tukang : Aktual 0,044; Analisa K 0,300; AHSP 0,600; SNI 0,660. 4. Rasio perbandingan harga satuan pekerjaan antara kondisi di lapangan dengan SNI,
AHSP, maupun Analisa K adalah sebagai berikut.
Pada pekerjaan 1 m3 pembetonan, didapatkan harga satuan pekerjaan di lapangan lebih besar 11,98% dibandingkan dengan harga satuan pekerjaan SNI. Sementara harga satuan pekerjaan antara lapangan dan Analisa K sebesar 15,09%, dan bila dibandingkan dengan AHSP, harga satuan pekerjaan di lapangan lebih besar 5,89%.
Pada pekerjaan 10 kg pembesian, didapatkan perbandingan harga satuan di lapangan dengan AHSP sebesar 10,99%. Sementara bila dibandingkan dengan SNI dan Analisa K, Harga satuan pekerjaan di lapangan lebih besar 11,25%. Pada pekerjaan 1 m2, didapatkan harga satuan pekerjaan di lapangan lebih kecil
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengawasan yang lebih intensif pada para pekerja saat jam kerja, guna mengurangi kegiatan non produktif seperti merokok atau istirahat saat jam kerja.
2. Untuk pekerjaan pembesian disarankan menggunakan bengkel besi untuk menghemat waktu.
3. Perlu dilakukan penyesuaian penggunaan nilai koefisien harga satuan yang tepat dalam menyusun rencana anggaran biaya sesuai dengan tingkat kesulitan suatu proyek.