BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagian besar dari populasi dunia sekarang tinggal di
negara-negara di mana ada lebih banyak kematian disebabkan oleh
obesitas. Hal ini cenderung sering dikaitkan dengan perubahan pola
gizi dan penurunan aktivitas fisik, berkaitan dengan perubahan
sosial ekonomi, seperti pembangunan ekonomi,urbanisasi, dan
zaman (Basu dkk,2013). Aktivitas fisik secara teratur seperti
berjalan kaki, bersepeda, atau berpartisipasi dalam olahraga
memiliki manfaat yang signifikan untuk kesehatan. Selain itu tingkat
aktivitas fisik yang cukup akan mengurangi risiko pinggul atau patah
tulang belakang dan membantu mengontrol berat badan. Aktivitas
fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko utama keempat untuk
kematian global yang menyebabkan sekitar 3,2 juta kematian di
dunia (WHO, 2016).
Indonesia dan negara berkembang lainnya sedang
menghadapi transisi epidemiologi, demografi, dan urbanisasi. Di
bidang gizi telah terjadi perubahan pola makan seperti rendahnya
konsumsi buah dan sayur, tingginya konsumsi garam dan
berkurangnya aktivitas olahraga pada sebagian masyarakat
terutama di perkotaan (Sandjaja, 2005).
Susenas 2004 mendapatkan bahwa 60% penduduk umur
>15 tahun kurang mengkonsumsi buah dan sayur menurut standar
WHO yaitu minimal 5 porsi, dan 24% tidak tiap hari mengkonsumsi
sayur dan buah. Perubahan pola makan dan aktivitas fisik berakibat
semakin banyaknya penduduk golongan tertentu yang mengalami
masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Sandjaja,
2005).
Menurut WHO (2011) di seluruh dunia, 2,8 juta orang
meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan
dan diperkirakan 35.800.000 (2,3%) dari keseluruhan yang
disebabkan oleh kelebihan berat badan atau obesitas.Kegemukan
dan obesitas menyebabkan efek metabolik buruk pada tekanan
darah, kolesterol, trigliserida dan resistensi insulin. Tingkat
kematian meningkat dengan meningkatnya angka obesitas yang
diukur dengan IMT. Untuk mencapai kesehatan yang optimal, IMT
rata-rata untuk populasi orang dewasa harus dalam kisaran 21
sampai 23 kg / m2, sedangkan setiap individu harus
mempertahankan IMT dikisaran 18,5-24,9 kg / m2. Ada
peningkatan risiko untuk IMT di kisaran 25,0 sampai 29,9 kg / m2,
/ m2.Pada tahun 2008, 35% dari orang dewasa berusia 20 tahun
dan lebih tua kelebihan berat badan (BMI ≥ 25 kg / m2) (34% laki
-laki dan 35% wanita). Prevalensi di seluruh dunia obesitas telah
hampir dua kali lipat antara tahun 1980 dan 2008.Pada tahun 2008,
10% pria dan 14% wanita di dunia mengalami obesitas (BMI ≥30 kg
/ m2), dibandingkan dengan 5% untuk laki-laki dan 8% untuk
perempuan pada tahun 1980. Diperkirakan 205 juta orang dan 297
juta wanita di atas usia 20 mengalami obesitas pada tahun 2008 -
total lebih dari setengah miliar orang dewasa di seluruh dunia
(WHO, 2011).
Berkaitan dengan fakta diatas, peneliti melakukan observasi
awal dengan beberapa orang mahasiswa di kalangan FIK UKSW
fakta yang ditemukan adalah indeks massa tubuh mahasiswa FIK
sangat beragam kategorinya dan juga aktivitas fisik dan pola makan
yang dimiliki mahasiswa juga sangat beragam sehingga sangat
menarik melihat bagaimana hubungan antara aktivitas fisik dengan
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
- apakah ada hubungan pola makan dengan index
masa tubuh pada mahasiswa FIK angkatan 2012?
- apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan index
masa tubuh pada mahasiswa FIK angkatan 2012?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah
- untuk mengetahui hubungan pola makan dengan
index masa tubuh pada mahasiswa FIK angkatan 2012.
- untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan
index masa tubuh pada mahasiswa FIK angkatan 2012.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1 Manfaat teoritis
Memberikan informasi tentang hubungan
pola makan dan aktivitas fisik terhadap Indeks
Massa Tubuh.
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi bagi mahasiswa untuk
fisik untuk menyadari terjadinya ketidaknormalan
indeks masa tubuh.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi
Sebagai dasar bagi Institusi untuk melakukan
penyuluhan tentang pentingnya menjaga pola makan