1.1 Latar Belakang
Dalam perencanaan suatu rantai pasokan diperlukan koordinasi yang sinergis an-tara sebuah jaringan yang terdiri atas sumber daya pasokan, produksi dan dis-tribusi. Perencanaan rantai pasokan merupakan interaksi antara pembeli dengan penjual yang melibatkan berbagai tahap yang dimulai dengan pasokan sampai de-ngan penjualan, Diantara pasokan dan penjualan terdapat perencanaan produksi dan distribusi produk.
Sebelum terdapat mata rantai pasokan, peneliti melakukan penelitian secara terpisah antara perencanaan produksi dan distribusi. Perencanaan produksi dapat dilihat sebagai perencanaan untuk memperoleh sumber daya dan bahan baku yang mengolah bahan baku menjadi produk dan pendistribusian hasil produksi. Perlu perhitungan yang komprehensif dan manajemen yang profesional dalam distribusi hasil produksi. Perencanaan rantai pasokan sangat bermanfaat untuk manejeral dalam menentukan aliran material bahan baku, pemasok, pusat distribusi, dan berakhir di pelanggan.
Dalam suatu proses industri, industri ikan merupakan operasi produksi dan distribusi telah digunakan sebagai alat untuk mendefinisikan sistem manajemen rantai pasokan. Salah satu tujuan utama dari manajemen operasi adalah untuk optimalisasi total biaya dari konversi ikan mentah menjadi barang jadi makanan laut dan kemudian mengirimkannya ke pusat distribusi (Bilgen dan Ozkarahan, 2004 dan Shahparvari et al., 2013). Cohen dan Lee (1988) menjelaskan model sistem rantai pasokan terpadu yang terdiri dari vendor bahan baku, plant yang terdiri dari persediaan bahan baku dan produk akhir, pusat distribusi, gudang dan pelanggan. Sedangkan Cohen dan Moon (1991) menggunakan optimasi rantai pasokan untuk analisis dampak dari skala, kompleksitas.
Biaya operasi merupakan fungsi dari tingkat pemanfaatan dan jumlah pro-duk yang diproses pada setiap fasilitas dan bobot masing-masing faktor biaya, misalnya produksi, transportasi dan biaya alokasi pada desain dan pemanfaatan optimal pada pola sistem rantai pasokan.
Berbagai penelitian yang berkaitan dengan perencanaan produksi dan dis-tribusi hasil produksi telah banyak dilakukan. Timpe dan Kalirat (2000) menggu-nakan model MILP (Mixed Integer Linear Programming) yang mengintegrasikan produksi, distribusi dan pemasaran yang melibatkan material dan hasil penjualan. Penelitian mereka bertujuan untuk melihat relevansi antara manajemen rantai pa-sokan dengan jaringan produksi multi-site.
dis-tribusi), dan jumlah lokasi dari pusat distribusi. Jolayemi dan Olorumniwo (2004) merumuskan model rantai pasokan dua tahap yang menentukan jumlah produk yang optimal untuk diproduksi pada setiap plant, kemudian diangkut dari setiap plant ke setiap pusat distribusi. Terdapat kendala yang besar dan variabel bin-er akan mengakibatkan peningkatan yang cepat pada jumlah produk, plant, dan pusat distribusi.
Pendekatan Taguchi-Immune hybrid yang diterapkan oleh Tiwari et al., (2010) untuk mengoptimalkan dan mengintegrasikan masalah desain rantai pa-sokan dengan beberapa pilihan pengiriman, distribusi permintaan pelanggan, dan lead time tetap. You dan Grossman (2009) menggunakan model MILP dan strategi komputasi untuk masalah rantai pasokan multi-eselon dengan ketidak-pastian persediaan. Gajpal dan Nourelfath (2015) mempertimbangkan sistem produksi multi-periode yang mengintegrasikan distribusi produk dan produksi perencanaan. Para peneliti tersebut menggunakan pendekatan heuristik tiga fase dan Tabu Search untuk menyelesaikan model terintegrasi. Kajian secara detail sistem produksi-distribusi yang terintegrasi telah disampaikan oleh Riemann et al., (2014), Chen (2010) dan Fahimnia et al., (2013).
dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang bertempat tinggal didaerah pesisir, dan dapat meningkatkan meningkatkan pendapatan pemerintah daerah.
Sektor industri perikanan diklasifikasikan menjadi tiga sektor yang berbe-da, yaitu perikanan laut lepas, budidaya ikan dan ikan olahan. Penelitian ini terfokus pada sektor yang terakhir yaitu sektor ikan olahan. Umumnya indus-tri ikan olahan di Indonesia dapat ditemukan di daerah pesisir. Berbagai jenis ikan olahan dapat diproduksi seperti ikan asap, ikan asin, ikan kaleng, terasi dan lain-lain. Pengelolaan industri olahan ikan masih didominasi oleh usaha tradi-sional skala kecil dengan menggunakan strategi manajemen konventradi-sional. Aki-batnya para nelayan tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam pengelolaan sistem rantai pasokan, sehingga terjadi ketidak seimbangan antara permintaan dengan pasokan produk perikanan. Ketidakseimbangan terse-but disebabkan oleh kurangnya informasi dan belum optimalnya pengelolaan dan pemasaran ke konsumen.
Produk yang mudah rusak, seperti ikan olahan, merupakan kesulitan tam-bahan bagi pengaturan rantai pasokan karena keterbatasan produkshelf-life yang didefinisikan sebagai panjang waktu maksimum produk yang dapat disimpan da-lam kondisi tertentu dan masih bisa digunakan. Kesulitan-kesulitan ini termasuk batas waktu penyimpan produk karena adanya tanggal kadaluarsa. Oleh karena itu, jumlah yang dikirim ke pusat distribusi dibatasi oleh barang yangshelf-life.
Seyed Hosseini dan Ghoreyshi (2014) mempertimbangkan model perencanaan terintegrasi produksi-distribusi untuk produk yang tidak tahan lama. Jaringan rantai pasokan dianggap terdiri dari fasilitas produksi dan beberapa pusat dis-tribusi. Chen dan Varaktarakis (2005) membahas integrasi perencanaan produksi-distribusi dengan penjadwalan untuk industri jasa makanan katering. Penelitian mereka adalah untuk menentukan penjadwalan perencanaan produksi-distribusi sedemikian rupa sehingga tingkat layanan kepuasan pelanggan tercapai dan biaya total yang minimal. Hasil produksi shelf life merupakan salah satu tantangan dan kendala terbesar pada dunia industri makanan segar. Karena sifat pro-duk yang mudah rusak, maka tingkat persediaan pada rantai pasokan makanan segar harus sangat rendah untuk menghindari pemborosan karena kadaluwarsa dan pembusukan produk, seperti yang disampaikan oleh Soman et al., (2004b).
tahan lama di mana shelf life membatasi waktu penyimpanan produk tersebut. Banyak peneliti yang telah menyelidiki masalah produk yang mudah rusak men-yarankan solusi optimal untuk mengelola produk rantai pasokan yang mudah rusak. Jiang dan Chen (2007) mengembangkan penggabungan antara manufaktur, integrasi perencanaan produksi dan penjadwalan optimal. Penelitian ini meng-hasilkan jadwal produksi berdasarkan informasi yang pasti dari sumber daya dan kapasitas seluruh rantai pasokan yang tersedia.
Somanet al., (2004a) juga meneliti proses perencanaan produksi dan penjad-walan di industri manufaktur dengan produk yang mudah rusak. Yang bersang-kutan menyarankan bahwa produsen makanan harus berusaha untuk mengirim produk yang segar kepada pelanggan dengan cara mengurangi waktu penyim-panan produk dan menghindari pengiriman produk dengan tanggal kadaluwarsa. Penelitian ini memberikan dampak pada lebih seringnya manufaktur beroperasi yang pada akhirnya akan meningkatkan biayasetup mesin, dan juga dapat mem-pengaruhi kualitas produk (Soman et al., 2004b).
aspek-aspek yang lain bahkan di luar kondisi fisik produk (misalnya kerusakan atau penipisan). Xu dan Sarker (2003) mempertimbangkan produktifitas dari produk yang mudah rusak dipasar kompetitif. Penelitian ini menggunakan konsep shelf-life (periode waktu di mana produk dapat disimpan tanpa kehilangan fungsi dan kegunaannya).
Untuk menyajikan kontribusi terbaru dan relevan pada model perencanaan produksi perlu diperhitungkan fitur yang mudah rusak atau shelf-life (Kallrath, 2002). Dimana penelitian tersebut menggambarkan beberapa masalah peren-canaan dan penjadwalan produksi yang dihadapi pada industri kimia.
Penelitian tersebut memperhitungkan dan membedakan tiga kelas dari sis-tem produksi, yaitu produksi kontinu, produksi batch dan produksi semi-batch. Di antara beberapa aspek yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah terse-but, Kallrath mengacu pada kemungkinan pembatasan waktu dari produk shelf-life.
perencanaan produksi untuk pabrik industri kimia dan diselesaikan dengan meng-gunakan algoritmabranch-and-bound.
Entrupet al., (2005) mengembangkan model Mixed Integer Linear
Program-ming (MILP) yang menggabungkan batas dari shelf-life untuk produk akhir da-lam perencanaan dan penjadwalan dada-lam studi kasus pada industri produksi yo-ghurt. Model yang digunakan difokuskan pada tahap rasa dan kemasan dari proses produksi yoghurt. Dengan mempertimbangkan bahwashelf-life tergantung pada komponen harga, dimana dimasukan aspekshelf-life ke dalam fungsi tujuan yang bertujuan untuk memaksimalkan kontribusi marginal. Kajian numerik dilakukan untuk menilai kesesuaian model untuk masalah perencanaan tertentu. Orun, et al., (2001) mengembangkan model perencanaan dan penjadwalan produksi dengan menggunakan model MILP.
Terlepas dari teknik formulasi, model perencanaan produksi diterapkan pada beberapa pabrik. Karena perumusan model perencanaan produksi sangat fleksi-bel, variabel dan kendala disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahannya. Secara khusus, seperti industry makanan dan bahan kimia memiliki sistem manu-faktur yang melibatkan kriteria produk dan bahan baku yang tidak tahan lama.
yang terbatas. Barang jadi ikan akan dikirim ke setiap pusat distribusi yang memiliki keterbatasan ruang penyimpanan yang dingin.
1.2 Perumusan Masalah
Dari kajian literatur tersebut diatas terlihat bahwa ada banyak permasalahan da-lam perencanaan produksi dan distribusi hasil produk terutama terhadap produksi dan distribusi untuk produk yang memilikishelf-life. Pada penelitian-penelitian tersebut,shelf-life didefinisikan sebagai lama waktu maksimum bahan baku dapat disimpan dengan kondisi tertentu dan tetap dapat diproses.
Pada penelitian ini shelf-life didefinisikan sebagai peristiwa antara manu-faktur dan pusat distribusi ikan olahan, dalam hal ini ikan olahan berada dalam kualitas terkonsumsi dan kondisi terjual.
Penelitian ini berkaitan dengan model perencanaan terintegrasi produksi dan distribusi terhadap produk yang memilikishelf-life, yaitu produk yang memiliki batas waktu maksimum dapat disimpan dengan kondisi tertentu dan tetap dapat diproses di beberapa plant.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk membangun model program integer untuk perencanaan yang terintegrasi antara produksi dan distribusi ikan olahan pada
multi-plant,multi-item,multi-period untuk mencapai biaya minimum dengan mem-perhatikan produk yang memilikishelf-life, dan tenaga kerja.
1.4 Manfaat Penelitian