Politik, Administrasi, dan Birokrasi
4 paradigma administrasi
• Administrasi terpisah dari politik, di mana titik beratnya
adalah legal-prosedural. Dinamika politik tidak berpengaruh pada administrasi, dan sebaliknya.
Administrasi sepenuhnya bertujuan untuk melayani dan implementasi kebijakan.
• Administrasi adalah sub-ordinat dari politik, di mana
4 paradigma administrasi
• Administasi bertujuan untuk meningkatkan “scientific
content” dalam proses politik dan perumusan
kebijakan. Asumsinya: hanya dengan menggunakan “policy science” dan “policy analysis” dalam pembuatan kebijakan, sehingga “irrationality of politics” dapat
dikurangi secara perlahan.
• Administrasi berkontribusi ke politik dengan efisiensi
Memisahkan administrasi dan politik?
• Kemunculan dikotomi ini pada era sebelum PD II
Woodrow Wilson dan Max Weber
• Ada dua alasan: (1) baik Wilson, Goodnow, dan Weber
merujuk pada “British Parliamentary System”, di mana nilai-nilai dari netralitas politik dari administrator (civil servant) dikombinasikan dengan doktrin mengenai tanggungjawab pemerintah. (2) dikotomi ini muncul
Memisahkan administrasi dan politik?
• Dikotomi antara administrasi dan politik tidak lepas dari
model fungsional, yang melihat bahwa masing-masing pihak memiliki fungsinya sendiri-sendiri 4 fungsi dasar: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, implementasi, dan evaluasi.
• Perspektif tradisional melihat dikotomi, bahwa
administrasi berfokus pada pelaksanaan kebijakan, yang wewenang untuk itu diberikan oleh pembuatan
Memisahkan administrasi dan politik?
• Aktivitas administrasi bisa bersifat aktif, langsung, dan
jelas dalam hal implementasi kebijakan. Mungkin saja administrator memiliki kewenangan lebih, namun itu karena pembuat kebijakan memilih untuk meminta pertimbangan administrator.
• Ada kemungkinan lain, bahwa pembuat kebijakan
(politik) berbagi dengan administrasi, yakni dalam hal menentukan tujuan (umumnya politik), membuat
Memisahkan administrasi dan politik?
• Karena administrasi tidak memiliki akses selain pada
implementasi, maka administrator dibebankan tugas-tugas untuk mendetailkan legislasi, mendefinisikan program, menentukan level performa, dan
mengujicobakan berbagai komponen penilaian.
• Gambaran umumnya: administrasi memiliki kebebasan
dalam implementasi, yang didasarkan pada delegasi
Pertanyaan dan konsekuensi
• Jika administrator dan politisi (pembuat kebijakan) tidak terpisah
secara fungsi, bagaimana membedakan dua ranah, bagi politik dan administrasi? Jika administrator secara sadar masuk dalam ranah penyusunan agenda kebijakan dan formulasi kebijakan, apakah mereka “masuk” ke dalam ranah politik?
• Karena wewenang yang dimiliki oleh administrator sangat terbatas,
maka administrator kehilangan kemampuannya untuk “berimprovisasi”.
• Sering terjadi saling lempar tanggungjawab ketika sebuah kebijakan
Membaurkan politik dan administrasi,
bagaimana dengan birokrasi?
• Dalam dikotomi antara politik dan administrasi, birokrasi
ditujukan untuk melayani sepenuhnya kepentingan masyarakat.
• Tujuan dari administrator (birokrat) adalah untuk
menyediakan “kompetensi netral” dalam implementasi kebijakan, bahwa administrasi berada di luar ranah politik.
• Dikotomi ini nyata gagal dalam banyak negara, dan
“Kompetensi Netral”
• Kompetensi netral atau neutral competence adalah
prasyarat mutlak dalam birokrasi (setidaknya menurut versi dikotomi). Kompetensi netral meliputi tiga aspek: keahlian, netralitas, dan hirarki.
• Bahwa administrator membuat kontribusi yang
didasarkan pada keahlian mereka dalam pembuatan kebijakan, sambil menjaga jarak dari ranah politik, dan sedapat mungkin menjaga hirarki struktural dari
Netralitas birokrasi
• Netralitas politis birokrasi birokrasi tidak berpolitik?
Birokrasi tidak boleh berpihak?
• Netralitas politis adalah doktrin yang menuntut para
pelayan publik untuk tidak ikutserta dalam aktivitas yang mempengaruhi kemampuan dan kapasitas mereka
dalam melaksanakan tugas-tugas melayani masyarakat. Mereka dituntut untuk netral, tidak berpolitik praktis, dan tidak memihak pada pihak-pihak manapun. Tujuan
Netralitas Birokrasi
1. Politik dan kebijakan terpisah dengan administrasi. Tugas utama birokrat adalah eksekusi kebijakan. 2. Birokrasi didasarkan pada jasa dan layanan, bukan
pada afiliasi partai.
3. Birokrat tidak terlibat dalam aktivitas partai politik. 4. Birokrat tidak memperlihatkan pandangan pribadi
mereka terhadap kebijakan.
5. Birokrat memberikan saran yang objektif kepada pengambil kebijakan.
Membaurkan politik dan administrasi,
bagaimana dengan birokrasi?
• Netralitas birokrasi menghasilkan mentalitas birokrat.
• Berbagai proses dalam perumusan kebijakan tidak lagi
mutlak sepenuhnya politik. administrator pun ikut bergabung, termasuk juga akademisi dan praktisi.
• Aktivitas dalam arena pengambilan kebijakan
Membaurkan politik dan administrasi,
bagaimana dengan birokrasi?
• Menghilangnya batasan antara politik dan administrasi
berdampak langsung pada birokrasi. Asumsi bahwa administrasi tidak terpengaruh politik jelas hanyalah pepesan kosong.
• Loyalitas birokrasi bisa bergeser sejalan dengan
perubahan politik peta politik mempengaruhi kinerja birokrasi.
• Pertanyaannya adalah, apakah birokrasi bisa
Pengaruh birokrasi pada politik
• Pembuat kebijakan adalah “sekelompok orang tolol yang
hanya tahu mengenai membuat kebijakan” wewenang birokrat untuk mengimplementasikan kebijakan.
• Birokrat bebas dari “agenda pribadi”? birokrat sebagai
“para pembisik”
• Birokrat tidak hanya memberikan saran pada pembuat
Politik dan administrasi sebagai
“bounded rationality”
• Prinsip atas rasionalitas yang dituju pada dasarnya
organisasi berorientasi tujuan, segala hal dilakukan untuk mencapai tujuan.
• Prinsip adaptasi beri “waktu” bagi pembuat kebijakan
untuk memahami kompleksitas masalah agar bisa mencapai tujuan.
• Prinsip ketidakpastian pada dasarnya setiap keputusan
menghadapi ketidakpastian, maka dibutuhkan kalkulasi atas seluruh keputusan.
• Prinsip maksimasi hasil (trade-off) kebijakan diambil di
Benang kusut administrasi dan politik
• Tiga sisi: pengambil kebijakan (kebanyakan politisi yang miskin pengetahuan dan minim pengalaman), aparatus administrasi
(kebanyakan karir, kaya pengalaman, dan mudah beralih loyalitas), dan kelompok kepentingan.
• Kelompok kepentingan adalah sisi ketiga yang paling rawan.
Berisikan akademisi, NGO, CSO, pengusaha, dll. Kelompok kepentingan bisa memberikan legitimasi atau deligitimasi pada pembuat kebijakan atau aparatus administrasi.
• Ketiga sisi ini berperan penting dalam pengambilan kebijakan dalam