• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perangkat Lunak Sistem Pakar Tanaman Jag

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perangkat Lunak Sistem Pakar Tanaman Jag"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Kelemahan dalam sistem usahatani

tanaman pangan, khususnya jagung, adalah penerapan teknologi yang hampir sama saja untuk semua lokasi, padahal karakteristik lo-kasi pertanaman jagung di Indonesia menca-kup tanah, iklim, topografi, ekosistem, peng- airan, hama, penyakit, budaya petani,

permo-dalan sangat beragam. Akibatnya, efektivitas teknologi terhadap peningkatan hasil tanam-an dtanam-an keuntungtanam-an bersih bagi pettanam-ani bera-gam pula. Ketidak tepatan pemilihan varietas tanaman, misalnya menanam kultivar rentan

terhadap suatu penyakit di daerah endemik penyakit, tentunya akan beresiko besar ter-hadap penurunan hasil tanaman.

Pemberian pupuk takaran tinggi pada tanah berstatus hara tinggi tentunya

merupa-kan pemborosan yang amerupa-kan menurunmerupa-kan keuntungan bagi petani. Tehnik yang sesuai untuk kondisi pertanian seperti ini adalah

analisis sistem, pemodelan secara partisipatif yang telah digambarkan pada kasus tanaman padi (Makarim et al., 2000). Pada prinsipnya, karakteristik lingkungan pertanaman

(bio-fisik) memerlukan teknologi spesifik, baik untuk mengoptimalkan maupun untuk me-ngatasi permasalahan dan kendala untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang terbaik. Contoh teknologi yang peka dan perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan:

kultivar tanaman, pemupukan, pemberian amelioran, pengolahan tanah, pengaturan air, penanggulangan gulma, dsb. Contoh teknologi yang peka/perlu disesuaikan dengan kondisi petani (sosial, ekonomi, budaya): cara tanam, pengolahan tanah, pengendalian hama dan

penyakit tanaman, penggunaan bahan orga-nik, pengairan dsb.

Selain itu, antar teknologi komponen budi daya juga ada yang bersifat sinergis atau kompatibel dan ada yang kontradiktif, yaitu

Perangkat Lunak Sistem Pakar Tanaman Jagung untuk

Penyusunan Paket Teknologi Spesifik Lokasi

Ikhwani1), A. K. Makarim,1)., A. F. Fadhly dan Roy Effendi2)

1) Peneliti pada Pusat Penelitian dan pengembangan Tanaman Pangan, Bogor 2) Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Serealia

Abstrak

Peningkatan produksi tanaman pangan, khususnya jagung di Indonesia, secara cepat, efektif dan efisien dapat dicapai hanya dengan menerapkan teknologi spesifik lokasi. Penerapan teknologi spesifik lokasi secara luas pada lingkungan yang beragam dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu. Sistem Pakar Budi Daya Jagung (SIPAJA) yang telah disusun dengan memperhitungkan lingkungan abiotik, biotik, kondisi petani dan teknologi inovatif yang telah tersedia. SIPAJA merupakan alat bantu berupa perangkat lunak (software), (1) mudah disebarluaskan ke penyuluh, pengguna, petani maju di pelosok tanah air; (2) sebagai bahan penyuluhan yang lengkap, (3) dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi petunjuk teknis di lapang di lokasi spesifik; (4) mudah dimodifikasi (diupdate) apabila ada teknologi atau informasi baru yang lebih baik; (5) dapat digunakan untuk memberi gambaran (skenario) adanya perubahan produktivitas tanaman pangan dan pendapatan petani apabila terjadi perubahan lingkungan, seperti iklim global.

(2)

saling menghilangkan pengaruh (Makarim et al., 2000). Sebagai contoh yang kompatibel

adalah pemberian kapur pada tanah masam untuk kultivar jagung hasil tinggi namun peka keracunan Al oleh petani bermodal dengan pasar yang jelas. Atau, penanaman kultivar jagung toleran kekeringan, hasil sedang, pada lahan rawan kekeringan oleh petani

ber-modal rendah. Contoh teknologi kontradiktif adalah pemberian batuan fosfat pada tanah masam yang diberi kapur dengan dosis tinggi. Batuan fosfat untuk memasok hara P dan sekaligus menurunkan Al, diketahui lebih melarut pada kondisi tanah masam dibanding

netral. Sebaliknya, kapur untuk menetralkan Al menyebabkan pH tanah menjadi netral, sehingga manfaat batuan fosfat berkurang, sedangkan pemberian kapur yang berlebih menyebabkan ketersediaan hara mikro ber-kurang. Contoh lain, pemberian kapur dosis

tinggi pada tanah masam, menggunakan varietas toleran masam hasil sedang oleh petani bermodal rendah. Dalam hal ini dua teknologi unggulan yaitu pemberian kapur untuk menghilangkan keracunan Al, menjadi

tidak berarti bila yang ditanam varietas yang sudah adaptif pada tanah masam sedangkan potensi hasilnya rendah/sedang. Banyak se-kali contoh-contoh ketidaktepatan antara karakteristik lokasi dan teknologi yang

di-terapkan, yang mengakibatkan pemborosan, kerugian, dan tidak efisien.

Berdasarkan uraian di atas, dengan menggunakan tehnik pencocokan antar tek-nologi, kondisi lingkungan, dan kondisi

pe-tani/masyarakat sekitarnya serta pemodelan, maka dapat disusun perangkat lunak sistem pakar budi daya tanaman jagung. Setelah tersusun, sistem pakar tersebut dapat mene-tapkan teknologi cara budidaya lengkap

spesifik lokasi untuk berbagai kondisi ling-kungan dan petani, yang lebih kompatibel

dan partisipatif dengan penggunanya. Tujuan tulisan ini adalah untuk menggambarkan cara pemikiran dalam penyusunan sistem pakar budi dayajagung untuk merakit teknologi spesifik lokasi.

Penyusunan Komponen Teknologi Budi Daya Tanaman Jagung

Komponen Kultivar

Kultivar unggul, baik hibrida maupun bersari bebas, mempunyai peranan penting dalam upaya peningkatan produktivas ja-gung. Peranannya adalah (a) peningkatkan

hasil tiap satuan luas; (b) toleran terhadap penyakit, sehingga menekan kehilangan hasil; (c) sesuai dengan lingkungan, antara lain toleran kekeringan dan tanah masam, dan (d) karakter lainnya lebih sesuai dengan

prefe-rensi pengguna warna biji, kandungan gizi, sesuai untuk pangan (ketan, manis); untuk tortilla dan industri makanan; (f) untuk pa-kan ternak, baik bijinya atau brangkasannya; (g) sesuai untuk pola rotasi dalam satu tahun

(misalnya umur genjah). Dengan demikian, untuk memilih suatu varietas yang sesuai pa-da suatu lokasi atau wilayah perlu diper-timbangkan faktor-faktor di atas. Misalnya (1) Kultivar berumur genjah umumnya memi-liki produktivitas rendah, sehingga tidak

co-cok untuk daerah yang banyak waktu ter-sedia yang sesuai bagi pertumbuhan tanam-an jagung; Kultivari jagung hasil tinggi lebih sesuai untuk daerah tersebut meskipun ber-umur dalam; (2) Kultivar jagung toleran masam akan lebih bermanfaat bila ditanam di

(3)

ditanam pada daerah yang sering mengalami kekeringan, namun tidak akan bermanfaat

bila ditanam di daerah cukup air. Prinsip-prinsip di atas diperhitungkan dalam Sistem Pakar Budidaya Jagung (SIPAJA) dalam pemi-lihan kultivar sesuai lokasi.

Berbagai kultivar jagung unggul telah dilepas, baik jenis hibrida maupun bersari

bebas dengan karakter keunggulannya ma-sing-masing. Semakin banyak kultivar yang dilepas dan tersedia di tingkat petani dengan karakter spesifik, semakin mudah petani memilih kultivar yang sesuai dengan sum-berdaya yang dimilikinya.

Komponen Pemupukan

Penetapan dosis pupuk berdasarkan status hara tanah dan kebutuhan tanaman jagung telah dikembangkan (Cooke, 1985;

Syafruddin et al., 2006). Setiap ton biji jagung yang dihasilkan diperlukan 27,4 kg N, 4,8 kg P dan 18,4 kg K (Olson dan Sander, 1988). Cara ini mempertimbangkan selain jumlah hara yang sudah tersedia dalam tanah, juga ke-butuhan hara tanaman yang merupakan

fungsi dari tingkat hasil dan biomas yang akan dicapai (Dobermann et al., 2003; Maka-rim et al., 1991; Makarim et al., 2000). Selisih masing-masing hara N, P, K yang dibutuhkan tanaman dan yang tersedia dalam tanah

me-rupakan jumlah hara dalam bentuk pupuk yang perlu ditambahkan ke dalam tanaman. Oleh karena tidak semua hara pupuk yang di-berikan dapat diserap tanaman, tetapi seba-gian hilang, misalnya tercuci, terfiksasi atau tidak terjangkau akar, maka jumlah hara

pupuk yang diberikan perlu ditambah dengan faktor inefisiensi. Tekstur tanah merupakan salah satu faktor yang sering menentukan besarnya inefisiensi tersebut.

Faktor inefisiensi atau efisiensi reco-very adalah banyaknya hara asal pupuk yang

masuk terserap ke dalam tanaman dibagi dengan hara pupuk yang diberikan. Efisiensi ini merupakan fungsi dari berbagai faktor eksternal (tekstur tanah, pH tanah, iklim, pengelolaan tanaman, bentuk pupuk dan cara pemberiannya) dan faktor internal tanaman

(pola perakaran, pola pertumbuhan tanaman, kesehatan tanaman, dan kebutuhan hara per fase tumbuh tanaman) (Fagi et al., 1990; Makarim et al., 1991). Keselarasan antara pertumbuhan tanaman dan akar, serta dina-mika ketersediaan hara di dalam tanah sangat

berpengaruh terhadap besarnya efisiensi (Makarim et al., 1991). Pola pertumbuhan tanaman diketahui mengikuti fungsi mate-matik yang disebut fungsi logistik yang bentuknya relatif tetap, sedangkan pola ke-tersediaan hara di dalam tanah sangat

dina-mik bergantung pada waktu pemberian pu-puk dan sifat tanah. Ketidak-sesuaian kedua pola tersebut menyebabkan hara kadangkala tertinggal lama dalam larutan tanah dalam jumlah banyak karena akar belum mampu

menyerapnya, atau sebaliknya, kekurangan terjadi justru sewaktu tanaman memer-lukannya.

Lamanya hara tertinggal di dalam larutan tanah, terutama pada lahan sawah,

misalnya akibat waktu pemberian pupuk N yang tidak tepat, berpeluang besar hilang melalui pelindian, diserap organisme lain atau terurai menjadi bentuk tidak tersedia. Bagi hara P, kelebihan P pupuk akan berubah

(4)

dan gulma (Makarim et al., 1991). Oleh ka-rena itu, perkembangan pemupukan lebih

lanjut adalah cara menetapkan waktu pem-berian pupuk, terutama hara N yang tepat. Oleh karena banyak faktor lain yang mem-pengaruhi pemanfaatan hara/pupuk oleh tanaman, selain status hara tanah dan ke-butuhan tanaman, serta sifatnya dinamik,

ma-ka perlu dicari penetapan dosis pupuk yang lebih ad-vance lagi.

Untuk memudahkan perhitungan ke-butuhan pupuk dengan cara ini, maka dibuat perangkat lunak sederhana yang diberi nama dan sistem pakar pemupukan jagung atau

SIPAPUKJA . Cara rekomendasi dengan

menggunakan sistem pakar ini selain dapat mengurangi jumlah penggunaan pupuk, juga dapat mengakomodir peningkatan hasil ke level tinggi sesuai pengelolaan yang optimal.

Khusus kebutuhan hara N pada

tana-man jagung, Syafruddin et al. (2008) mela-porkan bahwa Bagan Warna Daun (BWD) dapat digunakan terutama selama fase V12-VT dengan batas kritisnya skala 4,6 untuk jagung hibrida dan 4,5 untuk komposit.

Pe-nurunan nilai BWD sebesar 1 skala akan menurunkan hasil biji sebesar 30% jika tidak diberikan pupuk N. Berbagai sumber hara dapat digunakan ke tanaman jagung untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Pupuk

kan-dang, kotoran ayam dan sapi, pada tanah-tanah rendah karbon memberikan tambahan hasil jagung cukup signifikan (Zubachtirodin dan Subandi 2008).

Komponen benih

Benih bermutu adalah benih dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi >95%, yang umumnya berupa benih berlabel. Selain kultivar unggul yang mampu

memberikan produktivitas tinggi, kualitas be-nih juga merupakan salah satu faktor penentu

tingginya produktivitas. Pemilihan suatu kul-tivar unggul yang sesuai, dengan benih yang berkualitas merupakan langkah awal menuju keberhasilan dalam usahatani jagung. Benih berkualitas tinggi adalah benih yang mempu-nyai viabilitas tumbuh lebih dari 95% saat 4

hari setelah tanam dalam kondisi normal. Pada umumnya benih-benih yang dijual da-lam kemasan plastik kualitasnya cukup baik, namun jika masih diragukan maka untuk menghindari kerugian dapat dilakukan pe-ngujian sendiri sebelum ditanam.

Penyiapan lahan

Pada lahan kering/tegalan, pengola-han tanah dilakukan secepatnya setelah hujan mulai turun dengan mempertimbangkan

kon-disi lengas tanah yang sesuai untuk pengola-han tanah atau dapat juga dilakukan sebelum hujan turun. Lahan dibersihkan terlebih da-hulu dari tumbuhan pengganggu perdu, baik secara mekanis maupun dengan herbisida. Setelah lahan bersih dari tumbuhan

peng-ganggu, dilakukan pengolah tanah dengan bajak yang ditarik traktor/sapi dan diikuti dengan garu/sisir serta perataan sampai la-han siap ditanami. Pengolala-han tanah juga dapat dilakukan dengan cangkul jika luasan

lahan sempit. Pengolahan tanah dimaksudkan untuk mempersiapkan agar lingkungan tum-buh akar tanaman tersedia cukup oksigen. Oleh karena itu pada lahan yang biasanya hanya ditanami sekali setahun perlu dilaku-kan pengolahan tanah atau lahan yang

(5)

gem-bur) dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah terlebih dahulu. Penanaman dapat langsung

dilakukan setelah lahan bersih dari sisa-sisa jerami padi.

Penanaman

Penanaman pada lahan kering dapat dilakukan secepatnya setelah penyiapan la-han selesai dan lala-han siap ditanami, dengan

memperhatikan:

1. Topografi lahan datar sampai berombak, lahan luas, tenaga kerja, dan ketersedian jasa penyewaan traktor, cara penanaman dilakukan dengan menggunakan alat

ta-nam dengan pembuatan alur, menata-nam/ menjatuhkan benih, dan menutup benih secara simultan dan otomatis sehingga penanaman dapat dilakukan dengan ce-pat dan efisien. Jarak tanam 75 cm x 40

cm, 2 benih tiap lubang tanam. Setelah benih dimasukkan lubang, benih ditutup pupuk organik atau tanah.

2. Jika topografi bergelombang sampai ber-bukit, pemilikan lahan sempit, atau tidak tersedia jasa penyewaan traktor maupun

bajak dan sapi, maka penanaman dilaku-kan secara konvensional dengan tugal kayu menggunakan tenaga manusia untuk membuat lubang tanam. Jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 benih tiap lubang tanam

atau 75 cm x 20 cm, 1 benih per lubang tanam. Benih ditutup dengan pupuk or-ganik atau dengan tanah. kedalaman benih tidak lebih dari 5 cm agar benih dapat tumbuh cepat ke atas permukaan tanah.

3. Penanaman jagung pada lahan sawah tadah hujan setelah pertanaman padi menjelang musim kamarau, pada prin-sipnya tidak berbeda dengan pada lahan

kering. Penanaman pada sawah tadah hujan yang mempunyai tekstur tanah

agak ringan dapat dilakukan tanpa pengo-lahan tanah terlebih dahulu. Setelah padi dipanen dan kondisi lahan sudah mulai mengering dan memungkinkan untuk ta-nam jagung, segera dibersihkan dari sisa-sisa tanaman padi yang ada di sawah dan

selanjutnya dapat langsung dilakukan pe-nanaman. Penanaman dapat dilakukan dengan menggunakan alat tanam atau penanaman secara manual dengan meng-gunakan tugal kayu. Jarak tanam yang digunakan 75 cm x 40 cm, 2 tanaman tiap

rumpun atau 75 cm x 20 cm, 1 tanaman tiap rumpun.

Penyiangan gulma

Pada umumnya periode kritis

tana-man jagung terhadap persaingan dengan gul-ma terjadi pada kisaran 1/3 – 2/3 dari umur tanaman. Oleh karena itu pada kisaran perio-de tersebut dianjurkan untuk memperta-hankan populasi gulma tetap rendah. Oleh sebab itu, maka pada saat tanaman berumur

+ 2 minggu harus mulai dilakukan penyi-angan gulma, sebelum gulma membentuk bu-nga dan biji. Penyiabu-ngan dianjurkan minimal 2 kali selama pertumbuhan tanaman jagung yaitu pada sekitar umur 2 minggu dan 4

minggu setelah tanam.

Pembuatan saluran drainase/irigasi

Tanaman jagung selain peka terhadap kekeringan juga peka terhadap kelebihan air.

(6)

pada setiap baris atau setiap dua baris tanaman setelah pemupukan pertama (7 -10

hst). Jika daerah penanaman mempunyai cu-rah hujan tinggi dan sering tergenang se-hingga dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pada saat awal per-tumbuhan, maka pembuatan alur drainase dapat dilakukan sebelum penanaman untuk

setiap baris tanaman dalam bentuk guludan, dan penanaman dapat dilakukan di atas guludan, atau jika dibuat untuk setiap dua baris tanaman maka dapat dibuat bedengan-bedengan kecil dengan lebar + 1,5 m, dan penanaman dapat dilakukan di atas bedengan

untuk dua baris tanaman dengan jarak antar baris 75 cm.

Pengendalian hama

Hama yang umum mengganggu pada

pertanaman jagung di lahan kering adalah penggerek batang (Ostrinia furnacalis) dan penggerek tongkol (Helicoverpa armigera). Kedua hama ini biasanya menyerang perta-naman jagung pada musim hujan. Hama penggerek batang ini berupa ulat yang

me-nyerang pada bagian batang tanaman pada saat pertumbuhan vegetatif. Ulat tersebut masuk ke dalam batang melalui pucuk tana-man dan menggerek masuk ke dalam batang. Oleh karena itu cara pengendalian dengan

menggunakan insektisida cair tidak akan mampu mematikan ulat tersebut karena ber-ada dalam batang. Cara pengendalian yang efektif adalah dengan menggunakan insek-tisida sistemik dalam bentuk butiran yang diberikan melalui tanah atau langsung

mela-lui pucuk tanaman. Insektisida berbahan aktif karbofuran adalah insektisida yang biasa digunakan, atau berikan/taburkan 3 - 4 butir insektisida karbofuran pada setiap pucuk

ta-naman yang terserang. Jika serangan dikha-watirkan akan meluas, pemberian insektisida

dapat dilakukan pada semua tanaman dengan takaran/dosis 10 kg/ha.

Selain itu, pada pertanaman jagung di lahan sawah tadah hujan juga sering terjadi serangan belalang. Untuk mengantisipasi se-rangan belalang ini dapat dilakukan dengan

pembersihan lahan dari sisa-sisa jerami padi terutama yang berupa tumpukan sebelum dilakukan penanaman. Belalang akan mele-takkan telurnya dalam tanah di bawah tum-pukan jerami yang lembab dan akan segera menetas jika tidak dibersihkan. Jika sampai

terjadi serangan belalang saat pertumbuhan tanaman, pengendaliannya dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida Regent dengan takaran/dosis + 1,0 l/ha, tergantung tingkat serangannya.

Pengendalian penyakit

Jenis penyakit yang biasa menyerang tanaman jagung adalah bulai, hawar daun, pelepah daun, dan karat daun. Penyakit bulai adalah penyakit yang disebabkan oleh

cen-dawan Sercospora maydis dan paling sering menyerang pada tanaman jagung dengan penyebaran yang cepat, jika tidak dilakukan pencegahan, tanaman tidak akan dapat meng-hasilkan buah. Penyakit ini muncul bila dipicu

dengan kondisi lingkungan mikro yang kering disertai kelembaban tinggi. Pengendalian penyakit bulai ini hanya dapat dilakukan melalui pencegahan dengan menggunakan fungisida metalaksil (2 g/1 kg benih) yang dicampur dengan benih pada saat tanam,

(7)

ini belum ada kultivar yang mempunyai ketahanan penuh terhadap serangan penyakit

bulai ini.

Teknologi Panen dan Pascapanen

Kehilangan hasil karena susut (kua-litas) dan tercecer (kuantitas) di petani pada musim hujan dan kemarau berkisar 5,2%-15,2%. Data tersebut menunjukkan bahwa

tingkat penanganan pascapanen jagung pada saat itu di petani masih kurang, karena ke-hilangan hasil akibat tercecer bisa diatasi penggunaan alas plastik pada saat penjemu-ran dan pemipilan serta penggunaan karung

pada saat pengangkutan biji dan atau jagung bertongkol.

Penyusunan Sistem Pakar Jagung

Sistem pakar adalah perangkat lunak yang dibuat sedemikian rupa, sehingga

dengan bantuan komputer dapat digunakan

sebagai pakar yaitu dapat memberikan saran yang paling sesuai untuk hal-hal tertentu

se-telah diberikan informasi kondisi atau input tertentu. Dalam sistem pakar jagung (SIPAJA) ini cara budidaya anjuran sebagai output akan diberikan secara otomatis oleh software ini berdasarkan perhitungan dan pertimbangan programnya yang telah disusun (proses),

setelah kondisi lingkungan, termasuk kondisi sosial ekonomi petaninya (input) diberikan. Perangkat lunak Sistem pakar jagung ini diisi dengan berbagai macam data dan informasi tentang teknologi budidaya tanaman jagung seperti telah diuraikan di atas Tempat

per-hitungan atau pengolahan informasi database dibuat secara terpisah dan tidak ditampilkan dengan tujuan utama: (a) untuk menjaga ori-sinilitas perhitungan/pemikiran; (b) mem-buat penyajian lebih sederhana dan menarik. Sebagai contoh halaman muka dari SIPAJA,

disajikan dalam Gambar 1.

(8)

Pada halaman depan, selain menam-pilkan ilustrasi kegiatan usahatani jagung dan

produknya, juga ada dua tombol untuk

memulai software ini, yaitu tombol tidak setuju dan setuju . Kedua tombol ini seperti

untuk membuat perjanjian agar setuju atau tidak setuju untuk tidak merubah isi dari software ini agar tetap orisinil, kecuali atas

sepengetahuan/persetujuan si pembuatnya. Setelah tombol tanda setuju diketik, selan-jutnya tampil halaman dua untuk input, seperti disajikan pada Gambar 2. Input yang

diperlukan antara lain: nama petani dan lokasi, fisik tanah, kesuburan tanah, hama,

penyakit, gulma yang ada/endemik, kondisi sosial ekonomi petani dan masyarakat umumnya, tinggi tempat atau musim. Tidak harus semua informasi input diberikan, namun semakin lengkap input diiisi, semakin akurat informasi dihasilkan. Input yang benar

diharuskan untuk mendapat hasil/saran yang diperlukan. Hasil rekomendasi atau saran budidaya yang dihasilkan disajikan pada Gambar 3.

Gambar. 2

Penampilana halaman 2 dari SIPAJA versi 1,0 yaitu input karakteristik atau kondisi lokasi yang diperlukan, meski-pun tidak harus semuanya diisi

(9)

Kesimpulan

1. Perangkat lunak Sistem pakar budidaya tanaman jagung (SIPAJA versi 1.0) telah tersedia dan dapat digunakan untuk validasi dan verifikasi di lapang.

2. Adanya pengembangan pertanaman

ja-gung secara meluas di Indonesia dengan karakteristik lokasi yang beragam, me-mungkinkan diperlukannya sistem pakar jagung ini dan juga pengembangannya.

Sara

n

1. Perlu dicoba perangkat lunak ini pada

berbagai kondisi/lingkungan biofisik, so-sial dan ekonomi.

2. Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk membuat verifikasi percobaan di lapang (10 lokasi) dan dibandingkan

dengan cara budi daya jagung setempat pada lingkungan yang berbeda.

3. Mengadakan pelatihan kepada peneliti/ penyuluh/ketua kelompok tani secara be-rantai dari lokasi ke lokasi merupakan skala prioritas.

4. Penerapan prescription farming dengan bantuan perangkat lunak ini secara me-luas dengan membangun klinik usahatani jagung di daerah-daerah produksi jagung. Keberhasilan penerapan prescription far-ming akan cepat meningkatkan hasil dan

produksi jagung, serta keuntungan yang besar dari usahatani jagung.

Daftar Pustaka

Cooke, G. W. 1985. Fertilizing for maximum yield. Granada Publishing Lmt. London. p. 75-87. standing corn yield potential in diffe-rent environments. P. 67-82. In L.S. nutrient disorders and nutrient man-agement. Internasional Rice Research Institute (IRRI). Los Banos. 192p.

Makarim, A.K., A. Hidayat and H. ten Berge. 1991. Dynamics of soil ammonium, crop nitrogen uptake, and dry matter pro-duction in lowland rice. In: F.W.T. Penning de Vries, H.H. van Laar and M.J. Kropff (eds.) Simulation and Systems 2000. Pengujian sistem prescription farming pada pola IP Padi 300. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 19(3):13-24.

Olson, R.A. and D.H. Sander. 1988. Corn production. In Monograf Agronomy Corn and Corn Improvement. Wiscon-sin. p.639-686.

Syafruddin, M. Rauf, R.Y. Arvan, dan M. Akil. 2006. Kebutuhan pupuk N, P, dan K tanaman jagung pada tanah Inceptisol Haplustepts. J. Penelitian Pertanian 25 (1):1-8.

Syafruddin, S. Saenong dan Subandi. 2008. Penggunaan bagan warna daun untuk efisiensi pemupukan N pada tanaman jagung. J. Penelitian Pertanian 27(1):24-31.

Gambar

Gambar. 2

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Evaluasi Penawaran pada paket pekerjaan : Perencanan Data Base Jalan ( Berbasis GI S). Bolaang

Hasil uji coba kelompok kecil dan uji coba kelompok besar dapat disimpulkan bahwa model latihan bola bosu cabang olahraga panahan dapat digunakan dalam latihan panahan

Although prior taxable gifts are included in the amount subject to the estate tax (i.e., the estate tax base), gift taxes previously paid are creditable.. That is, every dollar of

Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak internal terhadap perusahaan atau produk yang ditampilkan tersebut lebih dikenal (good

KEY WORDS: Extrapolation Suitability Index, correlation structure, inorganic fertilizers, GIS, improved maize varieties, scaling out, spatial targeting,

Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu

Hakim yang menangani gugatan yang dilakukan atau memungkinkan dilakukan untuk mengingkari keabsahan anak, berwenang sampai pada waktu yang akan ditentukan oleh Presiden,

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul : " Pandangan Ibnu Kasir dan M.Quraish Shihab tentang Hak dan Kewajiban Seorang Istri dalam Al-Qur'an" adalah