• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. docx"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Belajar dan pembelajaran adalah proses yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Untuk memahami dan meningkatkan cara pembelajaran guru harus memahami faktor-faktor tersebut diantaranya sebagai berikut (Abdorrakhman, 2010:2-3): Pengaruh Budaya, Pengaruh Sejarah, Hambatan Praktis, Karakteristik Guru, Karakteristik Siswa, dan Proses Belajar. Diantara faktor-faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri karena saling terkait dan merupakan satu kesatuan dalam belajar dan pembelajaran dalam tujuan tertentu.

Di samping itu, agar aktivitas dalam belajar dan pembelajaran dapat terarah dalam upaya pencapaian tujuan tertentu serta peningkatan potensi siswa, maka belajar dan pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yaitu yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Oleh karena itu, dalam penyusunan makalah ini berusaha memaparkan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran. Selain itu, juga menjelaskan implementasi dari prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran?

2. Bagaimana implimentasi prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk menjelaskan tentang prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran. 2. Untuk menjelaskan implimentasi prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran.

BAB II

(2)

Ada beberapa prinsip belajar dan pembelajaran. Berikut ini adalah prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran menurut Dimyati:

1. Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Sedangkan motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Berliner dalam Dimyati, 2010:42).

Motivasi dapat bersifat internal maupun eksternal. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Motif ekstrinsik dapat juga berubah menjadi motif intrinsik yang disebut transformasi motif. Misalnya, seorang siswa dijanjikan sebuah sepeda baru apabila berhasil mendapat rangking satu oleh orangtuanya. Awalnya siswa tersebut merasa itu tidak mungkin, tapi karena terus diberi dorongan oleh orang tua, ia pun berusaha sekuatnya untuk melakukan yang terbaik demi orang tua juga keinginannya untuk punya sepeda baru.

2. Keaktifan

John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey dalam Dimyati, 2010:44). Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini juga, anak memiliki sift aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuannya yang telah diperolehnya.

Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial” (Dimyati, 2010:45) Dari ketiga teori tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa dituntut untuk aktif dalam suatu pembelajaran. Siswa harus mencari, mengolah dan memahami informasi dalam proses belajar. Selain itu, siswa juga diarahkan untuk selalu melatih diri dengan latihan-latihan ataupun praktek langsung. Dengan begitu, siswa akan lebih cepat mengingat apabila lupa karena siswa itu sendiri yang mengalami secara aktif.

(3)

Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkannya dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar pengalaman langsung siswa tidak hanya mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam pembuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contohnya adalah untuk mempelajari tentang drama, guru melibatkan siswa secara langsung, tidak hanya menyajikan materi ataupun contoh drama. Guru dapat membentuk kelompok dan menyuruh siswa untuk menampilkan sebuah drama.

Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah. Guru bertindak sebagai pembimbing dan pengarah (Dimyati, 2010:46).

4. Pengulangan

Menurut teori Psikologi Daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme (Thorndike). Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.

Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Sebagai contoh adalah pengendara jalan raya akan berhenti ketika melihat lampu lalu lintas yang menyala berwarna merah. Ataupun kepatuhan terhadap adat istiadat, norma, yang berlaku dalam masyarakat. Pengulangan terus berlanjut hingga keturunan-keturunan berikutnya.

5. Tantangan

(4)

hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan yang baru juga, demikian seterusnya.

Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan (Dimyati, 2010:48). 6. Balikan dan Penguatan

Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan tantangan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F Skinner. Kalau dalam teori conditioning yang diperkuat adalah stimulusnya, maka pada teori operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori ini adalah law of effect-nya Thorndike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F Skinner tidak saja penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Berliner dalam Dimyati, 2010:48).

Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

7. Perbedaan Individual

Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individual perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.

(5)

bagi siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan belajar bagi siswa yang kurang. Di samping itu dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil dalam belajar (Dimyati, 2010:50).

Tidak jauh berbeda dengan Dimyati, menurut Ainurrahman (2012:114-134), prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:

1. Prinsip perhatian dan motivasi 2. Prinsip transfer dan retensi 3. Prinsip keaktifan

4. Prinsip keterlibatan langsung 5. Prinsip pengulangan

6. Prinsip tantangan

7. Prinsip balikan dan penguatan 8. Prinsip perbedaan individual

Selain prinsip-prinsip tersebut di atas, adapun tiga prinsip lainnya, yaitu: (1) prinsip belajar kognitif, (2) prinsip belajar afektif, dan (3) prinsip belajar psikomotorik (Ainurahman, 2012:134-136). Sedangkan menurut Abdorrakhman Gintings (2010: 5-6), prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran adalah motivasi dan memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar sendiri.

2. Pepatah Cina mengatakan: “Saya dengar saya lupa, saya lihat saya ingat, dan saya lakukan saya paham”. Mirip dengan itu John Dewey mengembangkan apa yang dikenal dengan “Learning by doing”.

3. Semakin banyak alat deria atau indera yang diaktifkan dalam kegiatan belajar, semakin banyak informasi yang diserap.

4. Belajar dalam banyak hal adalah suatu pengalaman. Oleh sebab itu keterlibatan siswa merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan belajar.

5. Materi akan lebih mudah dikuasai apabila siswa terlibat secara emosional dalam kegiatan belajar pembelajaran. Siswa akan terlibat secara emosional dalam kegiatan belajar pembelajaran jika pelajaran adalah bermakna baginya.

6. Belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam diri (intrinsik) dan dari luar (ekstrinsik) siswa.

7. Semua manusia, termasuk siswa, ingin dihargai dan dipuji. Penghargaan dan pujian merupakan motivasi intrinsik bagi siswa.

(6)

10. Setiap otak adalah unik. Karena itu setiap siswa memiliki persamaan dan perbedaan cara terbaik untuk memahami pelajaran.

11. Otak akan lebih mudah merekam input jika dalam keadaan santai atau rileks daripada dalam keadaan tegang.

Implikasi Prinsip-prinsip Belajar bagi Siswa

1. Perhatian dan Motivasi

Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan-pesan yang menjadi isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsnagan suara, warna, bentuk, gerak dan rangsangan lain yang dapat diindra. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih indra untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran. Peningkatan atau pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner dalam Dimyati, 2010:50-51).

2. Keaktifan

Siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah secara efektif, siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip ini bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya.

3. Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman

Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies dalam Dimyati, 2010:52). Pernyataan ini, secara mutlak menuntut adanya keterlibatan langsung dari setiap siswa dalam kegiatan belajar pembelajaran. Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman.

4. Pengulangan

(7)

kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan (Dimyati, 2010:52).

5. Tantangan

Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada dirinya akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah. 6. Balikan dan Penguatan

Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (Davies dalam Dimyati, 2010:53). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru atau orang tua karena hasil belajar yang jelek.

7. Perbedaan Individual

Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis.

Daftar Rujukan:

Ainurahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

63.000.000,00 APBD awal: akhir: Januari Desember Honorarium Pengelola Keuangan Sanggau (Kab.) Sanggau (Kab.). 3 Rapat-rapat Koordinasi dan Konsultasi Ke

Dalam prosedur ini fungsi pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga kepada para pemasok untuk memperoleh informasi mengenai harga barang dan berbagai

The AACSB standards require that the business school’s mission statement drive all decision making, including faculty cov- erage of courses, learning objectives,

Menurut Djaeni, A.S (2004: 18) yang dimaksud dengan empat sehat lima sempuma dalam susunan hidangan Indonesia adalah susunan hidangan yang mengandung empat jenis

Youthkrew Premier League ini, yaitu acara closing ceremony yang diadakan. setiap akhir musim, tepatnya 5 bulan

yang menderiata diabetes melitus. Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 minggu diharapkan keluarga dapat mencegah terjadinya ulkus. Tujuan Khusus 1

Name : RD RELIANCE OBLIGASI PEMERINTAH Custodian Bank : BANK DANAMON INDONESIA Tbk, PT Mutual Fund Type : Fixed Income. Currency

Pemerintah telah menindaklanjuti saran-saran yang diajukan BPK, antara lain dengan: (1) menetapkan peraturan rekonsiliasi perpajakan; (2) membebankan PBB atas KKKS yang