• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Manajeme Resiko pada Lembaga Pen (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Urgensi Manajeme Resiko pada Lembaga Pen (2)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN RESIKO PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM DI ERA GLOBALISASI

Oleh: Djamaluddin Perawironegoro

Pendahuluan

Diantara faktor-faktor pendorong perubahan di bidang manajemen adalah;

(1) perkembangan teknologi; (2) institusi sosial (perubahan pasar, tuntutan

konsumen, perubahan struktur organisasi); (3) idiologi (politik dunia, tekanan

sosial dan politik); (4) perubahan demografi; (5) persaingan global; (6) peraturan

pemerintah; (7) masalah sumber daya manusia; dan (8) perilaku/keputusan

manajerial.

Perkembangan teknologi yaitu baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa mengalami peningkatan dalam penggunaan teknologi sebagai

suatu sarana untuk memperbaiki produktivitas dan daya saing di pasar.

Institusi sosial adalah hubungan-hubungan yang berkaitan dengan pasar yang berkembang lintas batas, tuntutan luar dan konsumen yang beragama, dan

orientasi manajemen mutu yang melayani pelanggan, dan perubahan stuktur

organisasi yang lebih fleksibel dan mendukung percepatan perubahan.

Idiologi adalah faham atau keyakinan yang menjadi dasar untuk dianut suatu bangsa, yang berpotensi menjadi kekuatan pendorong atau bahkan

penghambat terhadap terjadinya perubahan. Namun, pada umumnya ideology

yang menghambat cenderung dikalahkan oleh ideology perubahan, hal ini terbukti

akhir-akhir ini dengan demam demokratisasi yang melanda Timur Tengah.

Demikian itu memberikan perubahan pada tatanan sosial politik dalam negeri

tersebut, dan berdampak luas terhadap hubungan kerjasama dengan

Negara-negara lainnya.

Perubahan demografi adalah kondisi masyarakat tentang hal-hal terkait demografi seperti umur, pendidikan, tingkat ketrampilan, gender, dan imigrasi

memberikan pengaruh terhadap perubahan. Adapun tren kunci terkait demografi

tersebut yaitu (1) tenaga kerja lebih beraneka ragam. Dan (2) ada kepentingan

(2)

mengelola keragaman secara efektif jika mereka ingin memperoleh kontribusi dan

komitmen maksimum dari karyawan.

Persaingan global Persaingan semakin intensif dan menjadi lebih global dimana kompetisi berlangsung tidak hanya berdomain lokal dan nasional,

melainkan berlanjut hingga level internasional.

Peraturan pemerintah. Pemerintah dalam hal ini Negara, membuat undang-undang dan kebijakan-kebijakan untuk menjaga stabilitas Negara

masing-masing terhadap ancaman global. Mengingat peranan Negara adalah untuk

mensejahterakan warganya, dan menjaga keberlangsungan hidup Negara tersebut.

Maka dibuatlah undang-undang atau aturan-aturan yang bertujuan untuk menjaga

Negara atas ancaman global.

Masalah sumber daya manusia adalah masalah-masalah yang berasal dari persepsi karyawan mengenai bagaimana mereka diperlakukan di tempat kerja dan

adanya kecocokan antara kebutuhan dan keinginan pribadi dan organisasi.

Perilaku/keputusan manajerial rentan menjadi konflik dalam organisasi. Adanya konflik yang berlebihan antara manajer dan bawahannya menandakan

bahwa perubahan diperlukan. Baik manajer maupun karyawan membutuhkan

pelatihan ketrampilan interpersonal, atau kedua individu tersebut mungkin hanya

perlu dipisahkan.

Dalam bidang pendidikan Tilaar menyebutkan tiga faktor perubahan

sosial, yaitu demokratisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan

globalisasi. Demokratisasi dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk memberikan

proporsi yang sama atas hak dan kewajiban warga Negara di depan peraturan dan

hukum. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimaksudkan ilmu

pengetahuan yang bergerak dinamis seiring dengan perkembangan teknologi,

memiliki peranan yang tinggi terhadap perubahan peradaban suatu bangsa. Dan

globalisasi sebagai suatu proses yang mendunia dengan ciri-ciri keterkaitan

seluruh masyarakat dunia terhadap berbagai isu baik itu ekonomi, politik, budaya,

dan bahkan pendidikan.

Berbagai faktor tersebut, berdampak pada percepatan perubahan

(3)

dalam berbagai bidang. Dan akibatnya ketidakpastian merupakan kenyataan yang

harus dihadapi oleh setiap lembaga atau organisasi. Ketika suatu lembaga bersikap

reaktif terhadap suatu permasalahan yang dihadapinya, maka ia akan cepat

menemui ajalnya. Sebaliknya, jika ia mampu mengidentifikasi

kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi atas perubahan atau kebijakan yang dilakukan

dalam arti bersikap proaktif maka dapat dipastikan survivebilitas adalah hasil

yang bijak atas usahanya.

Terkait dengan globalisasi dan faktor pendorong perubahan dalam

tindakan manajemen, agaknya lembaga pendidikan Islam diharapkan mampu

untuk bertindak proaktif dalam menghadapi ketidakpastian yang sering muncul

sebagai akibat dari globalisasi dalam berbagai bidang, utamanya globalisasi di

bidang ekonomi.

Dalam menghadapi ketidakpastian itu dibutuhkan suatu manajemen yang

proaktif dengan memadukan antara manajemen strategis, manajemen operasional

dan manajemen resiko. Sistem pengelolaan resiko atau manajemen resiko yang

baik memberikan keuntungan berupa pencapaian tujuan organisasi secara efektif

dan efisien. Demikian itu dikarenakan manajemen resiko memberikan

solusi-solusi kreatif terhadap kemungkinan-kemungkinan dalam menghadapi

ketidakpastian atau uncertainty.

Resiko dan Manajemen Resiko

Resiko adalah variasi potensiil dari hasil. Sebagai hasil, resiko memiliki

kemungkinan hasil yang menguntungkan dan merugikan. Untuk hasil yang

dipastikan sebagai kerugian disebut sebagai resiko murni. Dan untuk hasil yang

memiliki kemungkinan keuntungan dan kerugian disebut sebagai resiko

spekulatif.

Pada umumnya manusia dihadapkan dengan tiga pilihan, yaitu tidak

mengambil resiko, mendapatkan resiko murni, dan mengambil resiko spekulatif.

Tidak mengambil resiko adalah kemungkinan terburuk dari ketiga pilihan

tersebut, mengingat bahwa dengan tidak mengambil resiko maka ia tentu tidak

(4)

resiko murni tentu tidak diinginkan, karena tidak ada keuntungan sama sekali di

dalamnya dan dapat dipastikan yang didapati adalah kerugian total. Dan

mengambil resiko spekulatif, adalah kemungkinan yang pada umumnya diambil

karena seseorang mungkin akan mendapatkan keuntungan dari resiko spekulatif

yang diambilnya.

Manajemen resiko didefinisikan sebagai “fungsi manajemen secara umum yang mana mencari untuk identifikasi, penilaian, dan tanda-tanda yang

menyebabkan dan berdampak pada ketidakpastian dan resiko pada organisasi.” Tujuan dari manajemen resiko adalah untuk memungkinkan bagi

organisasi dalam mencapai tujuan dan objektif (missi) dengan lebih terarah,

efisien, dan efektif.

Organisasi mencari jawaban atas tiga pertanyaan. Apakah tujuan dari

organisasi kita? Bagaimana kita memenuhi tujuan tersebut? Dan apa konsekwensi

bergerak dalam pemenuhan pencapaian tersebut bagi tujuan kita? Untuk

pertanyaan pertama adalah dengan menggunakan manajemen strategi, dan

pertanyaan kedua adalah dengan mengguanakan manajemen operasional, dan

untuk pertanyaan ketiga adalah dengan pendekatan manajemen resiko.

Pada intinya kegiatan manajemen resiko adalah menyangkut tiga hal yang

utama yaitu; (1) identifikasi misi, (2) penilaian terhadap resiko dan ketidakpastian,

(3) control terhadap resiko, (4) keuangan resiko, dan (5) program administrasi.

Identifikasi Misi adalah barisan dari manajemen resiko sasaran dan tujuan dengan misi organisasi sebagai tugas dari manajer resiko. Pada bagian proses

manajemen resiko mengidentifikasi hubungan antara manajemen resiko dan

tujuan dari organisasi. Pembentukan dari manajemen resiko sasaran dan tujuan

adalah kritis, untuk melayaninya sebagai dasar dari aktifitas manajemen resiko.

Tujuan dan sasaran menyediakan ukuran terhadap kesuksesan atau kegagalan dari

program adalah terukur, dan juga determinasi dari filosofi yang mendasar dari

kegiatan manajemen resiko.

(5)

Identifikasi dari resiko biasanya ditemani dengan dua hal identifikasi bahaya

(hazard identication) dan identifikasi pembukaan (exposure identification). Bahaya (atau “faktor resiko” dalam kasus resiko spekulatif) adalah aktivitas atau kondisi yang menciptakan atau meningkatkan kemungkinan untuk rugi/untung

atau rugi/untung dalam jumlah.

Identifikasi diikuti dengan analisis. Ini tidak cukup untuk mengetahui

bahwa bahaya, faktor resiko, dan penampakan akan keberadaan keuntungan dan

kerugian. Manajer resiko harus memahami sifat dari bahaya tersebut, faktor

resiko, dan pembukaan, bagaimana mereka datang dan tinggal, dan bagaimana

mereka berinterasi dalam memproduksi keuntungan atau kerugian. Persepsi

mengenai resiko, adalah sebaik ketidakpastian, juga dianalisis, karena mereka

mungkin sangat penting.

Control resiko. Aktifitas control resiko adalah di mana fokus terhadap penghindaran atau pencegahan, pengurangan, atau sebaliknya mengontrol resiko

dan ketidakpastian.

Keuangan resiko. Aktifitas keuangan resiko menyediakan alat untuk membayar kembali kerugian yang terjadi dan untuk mendapatkan pendanaan

program lain untuk mengurangi uncertainty dan resiko, atau untuk meningkatkan

penghasilan yang positif. Normalnya, beberapa kerugian terjadi walaupun usaha

mengontrol resiko telah dilakukan. Kontrol resiko dan keuangan resiko tidaklah

secara mutu exclusive.

Program administrasi. Elemen ini berada pada prosedur yang diikuti pada tindakan hari ke hari dari fungsi manajemen resiko.

Manajemen Resiko di Lembaga Pendidikan Islam

Sebagai suatu organisasi, lembaga pendidikan Islam dituntut untuk

(6)

yang merupakan inti dari pendidikan yang akan diberikan kepada konsumen

(peserta didik). Machine adalah terkait dengan sarana dan prasarana yang dimiliki lembaga untuk membantu ketercapaian tujuan pendidikan. Dan environment adalah suasana lingkungan akademis yang dibentuk oleh lembaga pendidikan

dengan sumber daya yang ada.

Demikian itu penting, sebab pendidikan merupakan usaha sadar yang

terstruktur dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat. Sebagaimana dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

Sebagaimana diungkapkan bahwa dalam kegiatan manajemen resiko

terdapat berbagai tindakan identifikasi missi, penilaian terhadap resiko dan

ketidakpastian, kontrol terhadap resiko, keuangan resiko, dan program

administrasi. Untuk itu dibutuhkan seorang manajer resiko yang memiliki tugas

sebagai berikut:

1. Menilai organisasi dan mengidentifikasi resiko-resikonya.

2. Mengimplementasikan pencegahan kerugian dan control terhadap

program.

3. Mereview kontrak dan dokumen untuk tujuan dari manajemen resiko.

4. Menyediakan pelatihan dan pendidikan untuk keamanan terkait isu-isu.

5. Memastikan kepatuhan dengan mandat pemerintah.

6. Mengatur asuransi di luar skema keuangan (contoh, asuransi pribadi atau

terikat dengan asuransi subsidi)

7. Klaim manajemen dan bekerja dengan representasi legal untuk mengelola

proses pengadilan.

8. Mendesain dan mengkoordinasikan program imbalan karyawan.

Dalam hal ini, lembaga pendidikan Islam pada umumnya belum

menempatkan seorang manajer resiko atau bahkan belum menjadikan manajemen

resiko sebagai budaya lembaga. Pada umumnya, menyerahkan hal tersebut kepada

(7)

bagian keuangan. Demikian itu tidak menjadi masalah, ketika lembaga tersebut

berukuran kecil, akan tetapi ketika lembaga memiliki jumlah karyawan yang besar

dengan struktur organisasi yang variatif, tentu kemungkinan resiko banyak terjadi

di berbagai bidang dan dalam berbagai bentuk. Dibutuhkan kesadaran bersama

tentang resiko dan manajemen resiko, dengan demikian tindakan terhadap

pengelolaan resiko dapat dilakukan dengan baik. Mengingat bahwa manajemen

resiko merupakan tindakan yang berkelanjutan.

Dalam mengelola organisasi manajemen resiko tidak berjalan sendiri,

melainkan terintegrasi dengan manajemen operasional, dan manajemen strategi.

Integrasi antara tiga hal ini mengindikasikan bahwa lembaga pendidikan tidak

serta merta menyelesaikan masalahnya dengan praktik manajemen operasional,

akan tetapi dibutuhkan manjemen strategi dalam menjalankan lembaga

pendidikan, demikian itu untuk menjaga keterarahan atau fokus organisasi

terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan manajemen resiko berperan

untuk mengidentifikasi, memperhitungkan, mengevaluasi, dan mengelola

konsekwensi-konsekwensi logis dari implementasi strategi lembaga pendidikan.

Sebagai contoh, suatu lembaga pendidikan memiliki visi yaitu unggul

dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari visi tersebut, tentu

memiliki resiko-resiko yang harus dipikirkan oleh lembaga pendidikan. Diantara

resiko yang muncul dari visi tersebut adalah:

1. Ketercukupan sumber daya manusia yang unggul.

2. Untuk menjadikan pendidik berkualitas dibutuhkan pelatihan dan

pengembangan.

3. Dalam pelatihan dan pengembangan membutuhkan biaya yang tidak

sedikit.

4. Biaya tersebut harus difikirkan sumber dananya dan penggunaannya.

5. Setelah dilakukan pelatihan dan pengembangan, dibutuhkan instrument

untuk mengukur peningkatan kualitas tenaga pendidik. Maka instrument

harus dibuat.

6. Untuk pendidik yang meningkat kualitasnya, dan untuk yang tidak

(8)

Dari satu visi tersebut menimbulkan resiko diantaranya pada bidang

pengelolaan sumber daya manusia, sehingga manajemen harus berfikir cerdas

untuk meminimalisir atau menghindari kegagalan pengelolaan sumber daya

manusia. Sebab faktor sumber daya manusia yang unggul memiliki peranan dalam

mencapai visi lembaga pendidikan, selain daripada faktor-faktor penunjang yang

lain.

Resiko tersebut tidak dapat dibiarkan, akan tetapi perlu dikelola dengan

baik yaitu dengan

1. Mengidentifikasi di antara tenaga pendidik, mana yang belum mencapai

standar tenaga pendidik yang belum masuk kategori berkualitas, atau

kualitasnya masih kurang.

2. Setelah diidentifikasi, dikalkulasi sesuai dengan bidang masing-masing

untuk materi-materi yang belum dikuasainya atau dengan melakukan

analisa kebutuhan pelatihan dan pengembangan.

3. Dengan melaksanakan dua hal tersebut di atas, tentu meminimalisir

anggaran pelatihan dan pengembangan.

4. Setelah pendidik diberikan pelatihan dan pengembangan, maka

manajemen dapat memberdayakan pendidik tersebut untuk mencapai visi

lembaga.

5. Tidak sampai di sini, lembaga pendidikan perlu melakukan control

berkelanjutan terhadap sumber daya manusia yang ada, dengan harapan

terdapat keseimbangan antara harapan yang dicita-citakan dan

ketercukupan sumbe daya.

Resiko pada lembaga pendidikan tidak hanya dari satu faktor yaitu sumber

daya manusia saja, namun sangat mungkin muncul dari berbagai bidang yang lain

yaitu sarana prasarana, keuangan, struktur organisasi, kurikulum, dan lingkungan

lembaga pendidikan. Dan utamanya adalah bermula dari visi, misi, tujuan

(9)

Peningkatan Daya Saing Paradigma Pengelolaan Pendidikan

Untuk saat ini mutu merupakan hal yang sangat penting bagi

keberlangsungan hidup lembaga pendidikan. Orientasi masyarakat modern telah

berubah, dari yang dulunya fokus pada aspek kuantitas, menjadi fokus pada aspek

kualitas.

Perlu diketahui bahwa untuk menciptakan suatu lembaga pendidikan yang

berkualitas dibutuhkan suatu paradigma yang komprehensip terhadap pengelolaan

lembaga pendidikan. Paradigma yang komprehensip dimaksudkan adalah suatu

pandangan yang menyeluruh atas berbagai komponen dalam lembaga pendidikan.

Paradigm pengelolaan lembaga pendidikan yang berkualitas adalah terkait

dengan organisasi yang sehat. Organisasi yang sehat terbentuk apabila terdapat

akuntabilitias. Akuntabilitas tersebut tidak hanya difahami pada aspek keuangan,

namun juga dibutuhkan penjelasan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan. Selain

daripada akuntabilitas, dibutuhkan otonomi atas unit-unit dalam struktur

organisasi lembaga, sulit dibayangkan apabila lembaga berharap menjadi

organisasi yang berkualitas, sehat, dan akuntabel, jika tidak diberikan otonomi

pada unit-unit yang berada di dalamnya.

Otonomi lembaga pendidikan memiliki hubungan timbal balik dengan

akuntabilitas, memberikan pengaruh terhadap kualitas organisasi, dan secara tidak

langsung membangun organisasi yang sehat. Selain daripada itu, otonomi

memberikan hubungan timbal balik terhadap akreditasi, dan akreditasi memiliki

hubungan timbal balik dengan evaluasi diri. Maksudnya adalah dengan otonomi

yang diberikan berimplikasi terhadap penilaian lembaga dalam hal ini akreditasi.

Akreditasi yang baik tidak dapat diwujudkan jika individu atau unit di dalam

lembaga pendidikan tersebut tidak diberikan otonomi. Karena dari otonomi itulah

timbul inovasi. Sebagai catatan bahwa otonomi adalah mengenai desentralisasi,

desentralisasi dapat terwujud jika suatu lembaga telah memiliki akuntabilitas.

Dengan akreditasi yang merupakan suatu proses penilaian lembaga, dapat

dilihat kualitas lembaga. Semakin baik akreditasi suatu lembaga pendidikan, dapat

dikatakan baik pula kualitas yang dihasilkan oleh lembaga tersebut. Dan secara

(10)

jika setelah penilaian akreditasi lembaga pendidikan itu buruk, maka dapat

disimpulkan bahwa lembaga pendidikan tersebut tidak atau kurang berkualitas,

dan cenderung lembaga pendidikan tersebut tidak sehat.

Satu hal lagi, yang menunjang pengelolaan lembaga pendidikan unggul

atau memiliki daya saing adalah tentang evaluasi diri. Evaluasi diri memiliki

hubungan timbal balik dengan akreditasi dan akuntabilitas. Sebab untuk

memberikan nilai akreditasi diawali dengan evaluasi diri. Dan evaluasi diri yang

baik adalah evaluasi yang akuntabel. Dan sebagai hasilnya adalah organisasi yang

sehat, dan lembaga yang berkualitas dan peningkatan daya saing.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan mengenai elemen-elemen yang

saling terkait dalam menciptakan lembaga pendidikan yang berdaya saing unggul

adalah kualitas, organisasi yang sehat, akuntabilitas, otonomi, akreditasi, dan

evaluasi diri.

Informasi dan komunikasi yang baik di Lembaga Pendidikan Islam

Untuk menciptakan lembaga pendidikan yang berkualitas dan berdaya

saing tinggi, tidak cukup hanya mengimplementasikan manajemen operasional,

dan manajemen strategi saja, akan tetapi diperlukan juga manajemen resiko yang

baik. Dalam membangun manajemen resiko yang baik, dibutuhkan informasi dan

komunikasi yang baik. Informasi yang kredibel atau akuntabel dapat menurunkan

level uncertainty, dan komunikasi yang baik dapat memberikan nilai lebih dalam menurunkan level uncertainty.

Sebagaimana diketahui bersama, bahwa resiko sangat mungkin terjadi

dalam setiap kebijakan yang diambil oleh lembaga pendidikan.

Menghilangkannya adalah satu kemungkinan yang dapat dilakukan oleh lembaga

pendidikan dalam mengelola resiko. Akan tetapi, ketika resiko tersebut dapat

dihilangkan hampir dapat dikatakan bahwa resiko tersebut tidak memberikan

keuntungan terhadap lembaga pendidikan. Artinya bahwa resiko tersebut berada

pada resiko murni. Pada pelaksanaanya, lembaga pendidikan cenderung untuk

(11)

untuk berkreativitas, berinovasi, dan juga ada keuntungan darinya. Untuk itu

dibutuhkan informasi dan komunikasi.

Tabel 1

Level-level uncertainty

Level dari uncertainty Karakter Contoh

Netral (certainty) Hasil dapat diprediksi dengan teliti

Fungsi dari manajemen resiko adalah diantaranya untuk menurunkan nilai

uncertainty dari level satu ke level yang lebih rendah. Untuk itu dibutuhkan informasi akurat, dan komunikasi yang kredibel.

Lembaga pendidikan Islam perlu membangun suatu model atau sistem

informasi yang akurat. Terlebih saat ini dapat dimudahkan dengan fasilitas

computer dan jaringan, sehingga informasi dapat diakses dengan cepat dan tepat.

Kecepatan dan ketepatan informasi merupakan kekuatan lembaga dalam

memberikan analisa dan interpretasi data. Dengan demikian identifikasi untuk

menurunkan level resiko menjadi efektif.

Komunikasi yang baik juga menjadi kekuatan bagi lembaga pendidikan

Islam. Karena pada prinsipnya sesame muslim adalah saudara, maka tentu bukan

(12)

kekuatan tersebut terhindar dari rasa untuk saling menutupi atau bahkan

kecurigaan yang tidak mendasar.

Dua hal tersebut yaitu informasi dan komunikasi merupakan kekuatan

dalam menurunkan level uncertainty. Lembaga pendidikan yang mampu mengelola dua hal tersebut dengan baik, maka dapat dipastikan manajemen resiko

yang berlangsung di dalamnya akan terlaksana dengan baik, dan sangat membantu

dalam pencapaian visi lembaga secara efektif dan efisien.

Manfaat mengelola resiko pada lembaga pendidikan

Jika lembaga pendidikan Islam mampu mengelola resiko dengan baik,

maka manfaat yang didapatkan adalah sebagai berikut:

1. Lembaga pendidikan Islam akan terhindar dari kerugian yang tidak

diperlukan, menghemat biaya, terjaminnya kestabilan proses kegiatan

belajar mengajar yang diharapkan, dan terhindar dari kebangkrutan

lembaga pendidikan.

2. Keberlangsungan hidup lembaga pendidikan lebih terjamin, terciptanya

daya saing yang berkelanjutan, penggunaan yang terbaik atas sumber daya

lembaga pendidikan, dan memungkinkan bagi lembaga pendidikan untuk

layanan yang terbaik.

3. Proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar terlaksana dengan baik

sesuai rencana, jika terjadi penyimpangan dan gangguan operasi, lembaga

pendidikan dapat langsung mengantisipasinya dengan mengendalikan

resiko secara tepat.

4. Terbangunnya reputasi positif lembaga pendidikan di mata masyarakat.

Lembaga pendidikan dikenal dapat menjalankan amanah stake holder lembaga pendidikan. Sehingga terbangun positioning yang baik dalam

Gambar

Tabel 1

Referensi

Dokumen terkait

Berawal dari alur pikir dan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan Sistem Reward Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Nampaknya, konsep ini adalah hanya satu tarikan yang digunakan dalam ajaran mereka dan tindakan-tindakan pengasas Baha'ism bercanggah dengan kepercayaan ini:

Didalam usaha untuk meningkatan produktivitas kerja karyawan, faktor yang paling berpengaruh adalah gaji bagi karyawan, karena besar-kecilnya gaji yang diterima oleh

“kedekatan”dan uang justru nampak disodorkan kehadapan publik. Sehingga acapkali muncul kepermukaan, kepala sekolah ditolak oleh warga sekolah dengan berbagai alasan

Pada akhirnya penilai bertanggung jawab langsung kepada atasan (Kepala Departemen) tentang hasil penilaian hasil kerja tersebut, nantinya hasil penilaian tersebut

Permasalahan – permasalahan yang ada pada PT Soka Cipta Niaga itu sendiri diantaranya, masih kurangnya kesadaran akan pentingnya komunikasi yang disebabkan dari tidak

a) Membantu Direksi melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam merencanakan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang berhubungan dengan mesin-mesin, sipil / bangunan baik

2018/2019 pada kelompok mata pelajaran C2 Kelas X kompetensi keahlian DPIB. di SMK Negeri 2