• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT SUKU BUNGA BANK KONVENSIONAL DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINGKAT SUKU BUNGA BANK KONVENSIONAL DAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Dialog Balitbang Kemenag RI No. 69, Tahun XXXIII, Juli 2010, hlm. 80 - 93

“TINGKAT SUKU BUNGA BANK KONVENSIONAL DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PENETAPAN PERSENTASE BAGI HASIL DI BANK SYARIAH”

Oleh : M. Nur Rianto Al Arif

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abstract

The aim of this research is to analyze the influence of conventional banking interest rate as one of the factor to make the decision of profit sharing yield in Islamic banking. This research used distributed-lag regression to analyze the influence of interest in this period, the interest of past period for the decision of yield profit sharing in Islamic banking. The results of this research show us that interest has a significance influence in the decision for yield of profit sharing in Islamic banking. It means the yield profit sharing decision in Islamic banking could not release the influence of conventional banking as one the factor that used as a benchmark.

Keywords:

Interest rate, yield of profit sharing, distributed-lag, Islamic banking, conventional banking.

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga bank konvensional sebagai salah satu faktor dalam penentuan marjin bagi hasil di bank syariah. Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi distributed-lag untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga pada periode ini, tingkat suku bunga pada periode sebelumnya terkait hubungannya dengan penentuan marjin bagi hasil di bank syariah. Hasil yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat suku bunga bank konvensional secara signifikan memengaruhi dalam penentuan marjin bagi hasil di bank syariah. Hal ini memberi makna bahwa dalam penentuan marjin bagi hasil di bank syariah tidak dapat dipisahkan dari pengaruh dalam penentuan tingkat suku bunga bank konvensional sebagai acuan.

Kata Kunci:

(2)

“TINGKAT SUKU BUNGA BANK KONVENSIONAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENETAPAN PERSENTASE BAGI HASIL DI BANK SYARIAH”

Oleh : M. Nur Rianto Al Arif A. Latar Belakang Masalah

Sejak awal 1970-an, gerakan Islam di tingkat nasional telah memasuki bidang ekonomi dengan diperkenalkannya sistem ekonomi Islam, sebagai alternatif terhadap sistem kapitalis dan sistem sosialis. Wacana sistem ekonomi Islam itu diawali dengan konsep ekonomi dan bisnis non ribawi. Salah satu tonggak bersejarah dalam penerapan sistem ekonomi Islam di Indonesia diawali dengan diakuinya perbankan syariah dalam Undang-Undang no. 7 tahun 1992 tentang perbankan, meskipun dalam Undang-undang tersebut belum dinyatakan sebagai bank syariah tetapi bank dengan sistem bagi hasil. Hal inilah yang menjadi dasar lahirnya bank Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Walaupun lahirnya bank syariah di Indonesia sedikit terlambat bila dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya.

Perkembangan dunia perbankan telah terlihat semakin kompleks, dengan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Kekompleksitasan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia perbankan, bukan hanya persaingan antar bank tetapi juga antara bank dengan lembaga keuangan. Hal yang paling mencolok adalah adanya 2 sistem pengembalian uang nasabah, yaitu sistem bunga dan sistem bagi hasil yang keduanya berasal dari 2 jenis bank yang berbeda. Bank konvensional memberlakukan sistem bunga dan bank syariah menggunakan sistem bagi hasil.

Tabel 1

Perbedaan Kelembagaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Berinvestasi pada usaha yang halal Bebas nilai 2 Prinsip bagi hasil Sistem bunga 3 Besaran bagi hasil berubah-ubah

tergantung kinerja usaha

Besaran tetap 4 Profit dan falah oriented Profit oriented

5 Terdapat Dewan syariah Tidak ada lembaga sejenis

(3)

Dari sebuah riset yang dilakukan oleh Karim Business Consulting1 diproyeksikan bahwa total aset bank syariah di Indonesia akan tumbuh sebesar 2.850% selama 8 tahun atau rata-rata tumbuh 356,25% tiap tahunnya. Sebuah pertumbuhan yang sangat mengesankan, perkembangan ini dikarenakan adanya kepastian di sisi regulasi serta perkembangan pemikiran masyarakat tentang keberadaan bank syariah. Pada tahun 2008, sistem ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia telah semakin maju ke arah yang lebih baik dengan lahirnya UU no. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah. Dengan UU ini posisi perbankan syariah semakin baik di dalam sistem keuangan Indonesia, karena terdapat UU yang secara khusus mengatur tentang perbankan syariah. Sehingga diharapkan perbankan syariah mampu mencapai 5% share perbankan nasional pada tahun 2009, suatu target yang tidak tercapai pada tahun 2008. berbagai upaya harus dilakukan baik oleh institusi perbankan syariah sendiri maupun Bank Indonesia sebagai regulator yang mengatur tentang perbankan di Indonesia.

Berdasarkan data Bank Indonesia per November 2008, terdapat Bank Umum Syariah sebanyak 3 (tiga) buah, Unit Usaha Syariah sebanyak 28 buah, dan BPRS sebanyak 117 buah. Dengan total asset perbankan syariah per akhir November 2008 sebesar 47,2 triliun. Setelah lembaga perbankan, maka lembaga-lembaga keuangan syariah lain seperti asuransi, reksadana, pasar modal dengan instrumen obligasi dan saham yang menggunakan prinsip syariah didirikan dan mendapatkan respon positif dari sebagian masyarakat Indonesia. Namun disadari atau tidak perkembangan perbankan syariah masih tidak mampu lepas dari perkembangan perbankan konvensional, di samping banyaknya perbankan konvensional yang membuka unit usaha syariah. Hal ini mengakibatkan timbulnya pemikiran di dalam masyarakat bahwasanya hampir tidak ada perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah, hanya penggantian istilah dari bunga menjadi bagi hasil. Sehingga perbankan syariah di Indonesia harus mampu membuktikan bahwasanya benar-benar terdapat perbedaan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional.

Bertitik tolak dari hal di atas, penulis menganggap penting permasalahan tersebut untuk dikaji dan ditelaah secara mendalam dalam sebuah penelitian, dan pada kajian ini diamati apakah ada pengaruh penetapan tingkat suku bunga bank konvensional dalam proses penetapan persentase bagi hasil di bank syariah. Adapun penelitian ini diberi judul “Tingkat Suku Bunga Bank Konvensional dan Pengaruhnya Terhadap Penetapan Persentase Bagi Hasil di Bank Syariah”

B. Permasalahan

Mengingat luasnya pembahasan yang akan dibahas dan juga agar tidak meluasnya pembahasan, maka penelitian ini akan dibatasi dan diarahkan pada analisis efektivitas pengaruh tingkat suku bunga bank konvensional terhadap persentase bagi hasil bank syariah. Sebagai pembatasan masalah, tingkat suku bunga dan persentase bagi hasil yang digunakan dalam penelitian menggunakan dasar dari deposito berjangka waktu 1 bulan dari bank konvensional serta bank syariah. Selanjutnya untuk mempermudah pembahasan, maka disini penulis memberikan perumusan masalah yaitu “Apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga bank konvensional dan pengaruhnya terhadap penetapan persentase bagi hasil di bank syariah?”

1

(4)

C. Tujuan Penulisan

Setelah memperhatikan judul dari pembahasan ini serta latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara empiris beberapa tujuan sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini dengan penetapan persentase bagi hasil di bank syariah.

2. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga bank konvensional periode sebelumnya dengan penetapan persentase bagi hasil di bank syariah

D. Hipotesis

Selanjutnya hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis pertama

Ho = tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini dan persentase bagi hasil di bank syariah H1 = terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat suku bunga bank

konvensional periode saat ini dan persentase bagi hasil di bank syariah 2. Hipotesis kedua

Ho = tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat suku bunga bank konvensional periode sebelumnya dengan persentase bagi hasil di bank syariah

H1 = terdapat pengaruh positif dan signifikan antara tingkat suku bunga bank konvensional periode sebelumnya dengan persentase bagi hasil di bank syariah

E. Kerangka Teori 1. Teori Bunga

Dari manuskript sejarah yang masih tersisa diperoleh keterangan bahwa praktek pembungaan uang telah lama dikenal. Plato dalam bukunya yang terkenal The Law of Plato, telah melarang agar orang-orang jangan meminjamkan uang dengan memungut rente. Sedangkan muridnya yaitu Aristoteles secara tegas mengutuk sistem pembungaan uang. Aristoteles menyebutkan bahwa fungsi uang yang utama adalah untuk memudahkan jalannya suatu transaksi perdagangan dan dalam rangka mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Itulah yang menjadi penyebab mengapa Aristoteles mengutuk penggunaan uang sebagai alat untuk menimbun kekayaan apalagi memperanakkannya, sekeping uang tidak boleh membuat /menciptakan kepingan uang lainnya. Penentuan tingkat suku bunga bagi suatu bank konvensional adalah penentuan harga dari komoditi yang diperjualbelikan oleh pihak bank. Penentuan suku bunga dana yang dihimpun dari masyarakat merupakan harga beli, sedangkan penentuan suku bunga kredit merupakan harga jual dana bank yang bersangkutan.

(5)

pemakaian uang tersebut. Pada hakekatnya penumpukan barang atau modal dapat berakibat ditundanya pemenuhan kebutuhan lain, dan orang tidak akan berbuat demikian kalau mereka tidak mengharapkan suatu hasil yang lebih baik dari pengorbanan yang telah mereka lakukan. Dengan demikian, bunga uang adalah hadiah atau balas jasa yang diberikan kepada seseorang karena dia telah bersedia menunda pemenuhan kebutuhannya.

Sedangkan menurut Marshall, bunga uang dilihat dari segi penawaran merupakan balas jasa terhadap pengorbanan bagi kesediaan seseorang untuk menyimpan sebagian pendapatannya ataupun "jerih payah"nya melakukan penungguan atas pendapatan yang tidak digunakannya. Mengenai tingkat suku bunga uang yang riil (nyata), Marshal beranggapan bahwa besarnya suku bunga uang terletak pada titik potong antara grafik permintaan dan persediaan jumlah tabungan. Jika jumlah tabungan uang lebih besar dari permintaan akan uang yang hendak ditanamkan, maka tingkat suku bunga uang akan turun, dan jumlah penanaman modal akan bertambah besar hingga tercapai titik keseimbangan baru antara tabungan dan penawaran modal. Begitu pula sebaliknya, akan terjadi bila permintaan akan modal lebih besar dari penawarannya, maka tingkat suku bunga uang akan naik dan penanaman modal akan berkurang. Dengan demikian, berarti anggapan dasar teori Klasik tentang tabungan adalah jumlah tabungan selalu ditentukan oleh besarnya suku bunga uang.

Teori Klasik mengenai bunga uang ini pada akhirnya dikritik habis-habisan oleh para pakar ekonomi modern semacam Lord Keynes. Ia mengungkapkan bahwasanya bunga uang bukanlah merupakan hadiah atas kesediaan seseorang untuk menyimpan uangnya. Sebab, setiap orang bisa saja menabung tanpa meminjamkan uangnya untuk tujuan memungut bunga uang, sedangkan selama ini telah dimaklumi bahwa setiap orang hanya dapat memperoleh bunga uang dengan meminjamkan lagi uang tabungannya itu. Begitu pula kalau kita melihat adanya pertambahan jumlah tabungan masyarakat, maka fenomena bertambahnya penanaman modal dalam jumlah yang sama dengan tabungan masyarakat adalah anggapan tidak benar, terutama pada masa-masa resesi ekonomi atau pada saat terjadinya economic boom (keadaan aktifitas ekonomi yang mencapai puncaknya). Pada dua keadaan seperti di atas, yaitu pada masa resese ataupun pada waktu aktifitas ekonomi memuncak, maka naiknya tingkat suku bunga uang tidaklah meningkatkan jumlah penanaman modal sebagaiman yang diyakini para ekonom aliran klasik. Dari uraian di atas, maka kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa tingkat suku bunga uang yang tinggi maupun yang rendah, keduanya tidak mampu mendorong kegiatan ekonomi /usaha yang produktif, apalagi mendorong kegiatan ekonomi terutama pada saat terjadi resesi.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan tingkat suku bunga di bank konvensional adalah:

• Likuiditas perekonomian • Pendapatan nasional • Pengeluaran pemerintah 2. Teori Bagi Hasil

(6)

berapa nilai nominal rupiahnya akan dapat diketahui besarnya dan kapan akan diperoleh dapat dipastikan tanpa melihat laba rugi yang akan terjadi nanti. Bank syari’ah sistem return-nya adalah sistem bagi hasil (profit loss sharing) yaitu nisbah (persentase bagi hasil) yang besarnya ditetapkan diawal transaksi yang bersifat tetap tetapi nilai nominal rupiahnya belum dapat diketahui dengan pasti melainkan melihat laba rugi yang akan terjadi nanti. Dalam perbankan syari’ah hubungan antara nasabah dengan bank adalah dalam bentuk kemitraan. Sistem syari’ah tidak ada yang dieksplotasi dan tidak ada yang mengeksploitasi, risiko yang merupakan kondisi yang tidak pasti dimasa akan datang ditanggung bersama dan apabila mendapat keuntungan yang tinggi juga dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan diawal. Mengapa demikian? Karena, ekonomi syari’ah melarang sesuatu (misalnya laba atau rugi) yang tidak pasti dimasa akan datang dibuat pasti dan ditentukan pada saat sekarang. Di sisi lain juga melarang sesuatu yang sudah pasti dibuat menjadi tidak pasti agar dapat melakukan spekulasi atau mengambil keuntungan untuk kepentingannya sendiri dengan merugikan atau merusak perekonomian secara umum.

Bagi hasil dihitung dari hasil usaha pihak bank dalam mengelola uang nasabah. Bank dan nasabah membuat perjanjian bagi hasil berupa prosentase tertentu untuk nasabah dan untuk bank, perbandingan ini disebut nisbah. Misalnya, 70% keuntungan untuk nasabah dan 30% keuntungan untuk bank. Dengan sistem ini, nasabah dan bank memang tidak bisa mengetahui berapa hasil yang pastinya akan mereka terima. Karena bagi hasil baru akan dibagikan kalau hasil usahanya sudah bisa ditentukan pada akhir periode. Tapi dengan sistem bagi hasil, nasabah dan bank akan membagi keuntungan secara lebih adil daripada sistem bunga. Karena kedua belah pihak selalu membagi adil sesuai nisbah berapapun hasilnya. Setiap produk perbankan syariah dapat dimanfaatkan baik untuk penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Bagi hasil dapat dilihat baik dari aspek nasabah maupun bank. Dari sisi nasabah bagi hasil merupakan imbalan atas dana yang mereka tempatkan di bank syariah. Sementara dari sudut pandang bank perhitungan bagi hasil ditujukan untuk menentukan berapa besar nisbah bagi hasil dan alokasi bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah.

Dalam penentuan bagi hasil harus memperhitungkan mengenai bobot yaitu tingkat persentase produk pendanaan yang dapat dimanfaatkan untuk dana pembiayaan. Dengan demikian tidak semua dana nasabah dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan. Hal ini dipengaruhi oleh adanya tuntutan terlaksananya sistem prudential banking dan terpenuhinya kebutuhan likuiditas. Beberapa faktor yang menentukan tingkat bobot adalah:

1) Tingkat Giro Wajib Minimum yang ditetapkan oleh bank sentral 2) Besarnya cadangan dana yang dibutuhkan oleh bank

(7)

3. Hubungan Bunga terhadap Bagi Hasil

Sejak lama manusia senantiasa berkelit terhadap setiap upaya yang menghambat segala aktifitasnya, tidak terkecuali dalam perdagangan. Dalam prakteknya, aspek ini sepanjang sejarah manusia dipenuhi oleh perangkap-perangkap riba yang dengan licinnya selalu berhasil menghindari larangan berbagai agama, terutama orang-orang Yahudi dan Nashrani dengan mengemukakan dalih yang dibuat-buat. Di Eropa sendiri, khususnya Inggris, larangan riba dikeluarkan pada tahun 1545 oleh pemerintahan Raja Henry VIII. Pada saat itulah istilah riba (usury) diganti dengan istilah bunga uang (interest). Istilah bunga uang dikeluarkan untuk memperlunak sekaligus upaya untuk menghindar lewat jalan belakang terhadap larangan riba yang waktu itu gencar didengungkan oleh para ahli filosof, pemikir maupun pihak gereja. Tetapi mereka sepakat bahwa riba (usury) terlarang, sedangkan bunga uang (interest) dibolehkan dengan dalih demi perdagangan (bisnis) dan untuk usaha yang produktif. Anggapan seperti ini adalah anggapan jahiliyah, yang menya-makan aktifitas riba dengan perdagangan. Pada saat ini anggapan seperti itu bergaung lagi. Untuk menjawab pemahaman-pemahaman yang menyamakan riba dengan perdagangan, maka Allah SWT menurunkan penjelasan-Nya:

2T

“Orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba). Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya” (QS Al-Baqarah; 275)

2T

Dalam menjelaskan perbedaan mendasar antara perdagangan dan riba, Maulana Abul A'la Al-Maududi mengungkapkannya sebagai berikut:

(8)

2. Di dalam perdagangan, bagaimanapun besarnya keuntungan yang di peroleh si pemilik modal /barang, ia akan memperolehnya sekali saja, itupun jika kedua belah pihak menyetujuinya. Tetapi dalam praktek riba, si pemilik modal /barang senantiasa akan memperoleh bunga uang selama pinjaman pokoknya belum dilu-nasi. Bahkan, dengan bergesernya waktu, maka hutang yang tidak dapat dilunasi itu akan semakin berlipat ganda dan dapat menghabiskan seluruh harta kekayaan si peminjam.

3. Dalam perdagangan, pekerjaan dan hasil jerih payah seseorang baru akan mendapatkan penghasilan berupa keuntungan setelah mengeluarkan tenaga dan pikiran. Sedangkan di dalam praktek riba, seseorang hanya meminjamkan sejumlah uang kelebihan yang tidak dipakainya, kemudian semakin lama semakin berkembang tanpa mengeluarkan pikiran maupun tenaga. Ia tidak peduli terhadap keadaan si peminjam. Ia merupakan sekutu yang tidak mempunyai kepentingan sedikitpun terhadap rugi ataupun keuntungan yang mungkin diper-oleh pihak lainnya. Juga, ia tidak pula bisa berupaya untuk membawa suatu kerugian ataupun keuntungan yang terjadi dalam transaksi itu. Ia hanya bisa menghasilkan bunga uang yang dibentuknya selama waktu peminjaman itu berakhir.

Tabel 2

Perbedaan Sistem Bagi Hasil dan Sistem Bunga

No Bagi Hasil Bunga

1 Penentuan besarnya risiko bagi hasil dibuat pada waktu perjanjian dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi

Penentuan suku bunga dibuat pada waktu perjanjian dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank

2 Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan

3 Tergantung pada kinerja usaha Tidak tergantung kinerja usaha, karena sifat pembayaran bunga yang tetap

4 Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan

Pembayaran bunga tetap tanpa pertimbangan proyek yang dijalankan oleh nasabah untung atau rugi

F. Metode Analisis

(9)

sumber utama. Dan juga diperoleh dari berbagai dokumen, literatur, dan referensi lain dari membaca buku-buku, majalah, karya ilmiah, makalah, dan lain-lain yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, yang terhimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.

Analisa kuantitatif statistik yang digunakan dalam penulisan adalah dengan menggunakan model distributed-lag. Hal ini dilakukan karena pada analisis regresi time series model tidak hanya mencakup nilai sekarang dari variabel tetapi dapat mencakup nilai sebelumnya atau lagged. Dalam ekonomi regressan selain ditentukan oleh nilai sekarang dari regressor juga ditentukan nilai sebelumnya dari regressor.

Adapun persamaan model distributed-lag yang dipergunakan sebagai analisis dalam penelitian ini adalah:

Yt = α0 + β0 Xt + β1 Xt-1+ εt ...(1) Dimana

Yt adalah persentase bagi hasil bank syariah deposito 1 bulan Xt adalah tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvensional Xt-1 adalah tingkat suku bunga deposito 1 bulan periode sebelumnya

Koefisien β0 disebut angka pengganda jangka pendek atau short run

multiplier karena menjelaskan perubahan nilai sekarang Y akibat perubahan nilai

sekarang X. Jika perubahan X sama dengan perubahan sebelumnya maka (β0 + β1)

adalah perubahan nilai rata-rata Y satu periode berikutnya atau disebut angka pengganda antara atau intermediate multiplier.

Standarisasi koefisien β merupakan proporsi angka pengganda total, yaitu:

)

Ada tiga alasan utama penggunaan lag, yaitu2: 1. Alasan psikologis

2. Alasan teknis

3. Alasan kelembagaan

Setelah dilakukan pengolahan regresi menggunakan model distributed-lag, perlu dilihat apakah model tersebut baik ataukah jelek, atau dalam bahasa statistik perlu dilihat goodness of fit dari model tersebut. Untuk melihat goodness of fit dari model dengan melihat pada hasil t statistik, F statistik, koefisien determinasi (R2). a) Uji t

Pengujian t statistik adalah suatu prosedur dengan sampel yang digunakan untuk verifikasi kebenaran atau kesalahan dari hipotesis nol. Ide kunci di belakang uji signifikansi adalah suatu uji statistik dan distribusi sampel dari suatu statistik hipotesis nol. Keputusan menerima atau menolak H0 dibuat pada basis nilai uji statistik yang diperoleh dari data yang sudah ada. Di bawah asumsi normalitas variabel mengikuti distribusi statistik t dengan derajat bebas N – k. Suatu statistik dikatakan signifikan secara statistik jika nilai uji statistik berada pada daerah kritis. Begitu pula sebaliknya apabila uji statistik dikatakan tidak signifikan. Dalam pengolahan uji statistik t bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen (tingkat suku bunga bank konvensional bank syariah periode saat ini dan

2

(10)

periode sebelumnya) terhadap variabel dependen (persentase bagi hasil di bank syariah) secara individu.

t = [βs – β] / se(βs)

b) Uji F

Pengujian hipotesis nol dengan statistik F sangat perlu untuk menguji apakah

βk = 0. Perhitungan statistik F dari ANOVA dilakukan dengan membandingkan dengan nilai kritis F yang diperoleh dari tabel distribusi F pada tingkat signifikansi tertentu. Apabila hipotesis nol ditolak berarti variabel independen (besaran biaya promosi) mempengaruhi variabel dependen (jumlah DPK). Dalam pengolahan empiris hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

c) Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi atau R2 adalah suatu ukuran yang menjelaskan besar variasi regressan akibat perubahan variabel regressor. Koefisien determinasi mengukur proporsi atau persentase dari total variasi regressan yang dijelaskan oleh model regresi. Jika R2 = 1 artinya hubungan regressan dengan regressor sempurna, sebaliknya R2 = 0 artinya tidak ada hubungan regressan dengan regressor.

G. Pembahasan

Berdasarkan pengujian yang dilakukan terlihat bahwasanya tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penetapan persentase bagi hasil pada bank syariah baik tingkat suku bunga pada periode saat ini maupun tingkat suku bunga periode sebelumnya. Hal ini terlihat dari pengujian uji t yang dilakukan terhadap kedua variable tersebut, dimana kedua variable tersebut signifikan pada tingkat kepercayaan 1%.

Dari pengujian analisis regresi tersebut didapat persamaan: R = 5,347 – 1,351 I + 1,669 It

t (15,223) (-4,952) (6,288) dimana:

R = persentase bagi hasil pada bank syariah

I = tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini It = tingkat suku bunga bank konvensional periode sebelumnya

Sementara koefisien dari variabel tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini menunjukkan koefisien yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa antara tingkat suku bunga konvensional memiliki pengaruh yang negatif dengan persentase bagi hasil di bank syariah. Pengaruh yang negatif ini bukanlah berarti ketika suku bunga konvensional periode saat ini meningkat maka persentase bagi hasil di bank syariah akan turun. Akan tetapi pengaruh yang negatif ini lebih cenderung kepada kekakuan hubungan antara tingkat suku bunga bank konvensional

Coefficientsa

5.347 .351 15.223 .000 -1.351 .273 -2.682 -4.952 .000 1.669 .265 3.406 6.288 .000 (Constant)

I It Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

(11)

dan persentase bagi hasil di bank syariah pada periode yang sama. Karena baik penetapan tingkat suku bunga bank konvensional dan persentase bagi hasil ditetapkan pada periode yang sama. Besaran koefisien variabel I adalah 1,351, hal ini berarti apabila tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini naik 1%, maka persentase bagi hasil akan turun sebesar 1,351%.

Di sisi lain koefisien variabel tingkat suku bunga bank konvensional periode sebelumnya menunjukkan koefisien yang positif. Hal ini menandakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara tingkat suku bunga bank konvensional periode sebelumnya dengan penetapan persentase bagi hasil di bank syariah. Sehingga apabila tingkat suku bunga periode sebelumnya meningkat maka penetapan persentase bagi hasil di bank syariah pun akan meningkat pula, begitu pula sebaliknya apabila tingkat suku bunga periode sebelumnya menurun maka penetapa persentase bagi hasil di bank syariah pun akan menurun pula. Hal ini dikarenakan yang menjadi salah satu bench mark (acuan) dalam penetapan persentase bagi hasil di bank syariah adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional periode sebelumnya. Sementara besaran koefisien 1,669, menunjukkan apabila tingkat suku bunga periode sebelumnya meningkat 1%, maka persentase bagi hasil di bank syariah akan meningkat 1,669%.

ANOV Ab

10.827 2 5.414 50.514 .000a

3.429 32 .107

14.257 34

Regres sion Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean S quare F Sig.

Predic tors: (Constant), It, I a.

Dependent Variable: R b.

Kemudian dari pengujian F yang dilakukan terlihat bahwa hasilnya signifikan pada level 1%, hasil ini member arti bahwa secara bersama-sama kedua variabel independen yaitu tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini dan tingkat suku bunga konvensional periode sebelumnya memberikan pengaruh terhadap variabel dependen persentase bagi hasil di bank syariah. Apabila uji t merupakan pengujian individual masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, maka uji F adalah pengujian pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi yang didapat (R2) menunjukkan angka 0.759, koefisien determinasi (R2) ini memberikan makna bahwa variabel dependen (persentase bagi hasil di bank syariah) mampu dijelaskan oleh variabel independe yang ada (tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini dan periode sebelumnya) sebesar 75,9%, dan sisanya sebesar 24,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model yang ada.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .871(a) .759 .744 .32737

a Predictors: (Constant), It, I

(12)

acuan dalam penetapannya. Bank syariah sebagai bank yang bebas dari sistem ribawi seharusnya mampu melepaskan dirinya dari segala bentuk sistem ribawi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Apabila bank syariah dalam menetapkan persentase bagi hasilnya masih mempertimbangkan tingkat suku bunga bank konvensional sebagai salah satu acuannya, maka bank syariah masih belum mampu melepaskan dirinya secara tidak langsung dari sistem perbankan yang ribawi.

Akan tetapi bank syariah sebagai suatu industri yang belum lama hadir di dalam industri perbankan, maka penggunaan tingkat suku bunga bank konvensional sebagai salah satu acuan dalam penetapan persentase bagi hasilnya tidak dapat dielakkan. Sebab tingkat suku bunga bank konvensional saat ini masih menjadi bench mark di masyarakat dalam mempertimbangkan menaruh dananya apakah di bank konvensional atau di bank syariah dengan cara membandingkan tingkat suku bunga dan persentase bagi hasil yang ditawarkan oleh kedua jenis bank bank tersebut. Karena nasabah menurut beberapa pengamat saat ini masih terbagi antara nasabah rasional yaitu yang hanya menjadikan acuan tingkat suku bunga dan persentase bagi hasil dalam memutuskan menaruh dananya apakah di bank syariah atau di bank konvensional; dan jenis yang kedua adalah nasabah emosional yaitu nasabah yang tidak memperhitungkan aspek return dalam pengambilan keputusan menaruh dananya di bank syariah atau di bank konvensional, karena nasabah tersebut hanya mempertimbangkan faktor syariat sebagai satu-satunya faktor dalam mengambil keputusan apakah menjadi nasabah bank syariah atau bank konvensional H. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan pengujian empiris yang telah dilakukan terhadap tingkat suku bunga bank konvensional baik pada periode saat ini maupun periode sebelumnya serta pengaruhnya terhadap penetapan persentase bagi hasil di bank syariah didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara individu, uji t yang dilakukan kepada masing-masing variabel independen yaitu tingkat suku bunga bank konvensional saat ini dan periode sebelumnya memberikan hasil yang signifikan, artinya ada kedua variabel independen tersebut secara individu mempengaruhi variabel dependen (persentase bagi hasil di bank syariah) secara signifikan. Meskipun koefisien tingkat suku bunga bank konvensional saat ini arahnya negatif, hal ini dikarenakan kekakuan serta minimnya informasi yang dimiliki oleh bank syariah tentang berapa besaran tingkat suku bunganya pada periode yang sama. 2. Uji F yang dilakukan menunjukkan hasil yang signifikan, hal ini menandakan bahwa secara bersama-sama variabel independen yang ada yaitu tingkat suku bunga bank konvensional baik periode saat ini maupun periode sebelumnya mampu memberikan pengaruh secara bersama-sama kepada penetapan persentase bagi hasil di bank syariah.

3. Koefisien determinasi yang didapat menunjukkan hasil 0,759, hal ini memberikan arti bahwa variabel independen tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini dan periode sebelumnya mampu menjelaskan variabel dependen (persentase bagi hasil bank syariah) sebesar 75,9%. Serta sisanya yaitu 24,1% dijelaskan oleh variabel independen lain di luar model yang ada.

(13)

hasilnya masih menjadikan tingkat suku bunga bank konvensional sebagai salah satu acuan dalam penetapannya. Padahal seharusnya sebagai bank syariah yang bebas dari sistem ribawi, bank syariah harus mampu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap sistem ribawi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwasanya sebagai suatu entitas yang belum lama masuk dalam industri perbankan bila dibandingkan dengan bank konvensional ketergantungan tersebut tidak dapat dihindarkan. Sebab masyarakat pun masih menjadikan tingkat suku bunga bank konvensional sebagai acuan dalam mengambil keputusan dalam menaruh dananya baik di bank konvensional maupun di bank syariah.

Saran-saran yang dapat diajukan oleh penulis terkait hasil di atas, adalah:

1. Bank syariah secara berangsur-angsur harus mampu tidak menjadikan tingkat suku bunga bank konvensional sebagai acuan dalam menetapkan persentase bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah, dan harus melakukan suatu pembelajaran publik kepada nasabah bahwa selain return yang ditawarkan oleh bank syariah ada unsur keadilan serta keberkahan yang tidak dimiliki oleh bank konvensional

2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanyalah menggunakan acuan tingkat suku bunga deposito bank konvensional tanpa memperhitungkan faktor lain sebagai acuan dalam menetapkan persentase bagi hasil di bank syariah seperti likuiditas perekonomian, kondisi makro ekonomi negara dan industri keuangan global. Sehingga apabila ada yang hendak melakukan penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan persentase bagi hasil di bank syariah harus memasukkan faktor-faktor selain tingkat suku bunga bank konvensional dalam penelitiannya, sehingga didapatkan suatu hasil yang lebih komprehensif tentang faktor yang menjadi acuan dalam penetapan persentase bagi hasil di bank syariah.

Daftar Pustaka Al-Qur’anul Karim

Antonio, M. Syafi’i. 2001. Bank Syariah: Teori dan Praktik. Gema Insani Press: Jakarta.

Arifin, Zainul. 1999. Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek. Alfabet: Jakarta

Gujarati, Damodar dan Dawn C Potter. 2009. Basic Econometrics 5th edition. McGraw Hill: New York

Karim, Adiwarman A. 2004. Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan. Rajawali Press: Jakarta

Kasmir, Manajemen Perbankan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2007, ed.1-7. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset: Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga: Jakarta

Levin, Richard & David S Rubin. 1998. Statistics for Management. Prentice Hall: New York

Manurung, Jonni J et.al. 2005. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi. Elex Media Komputindo: Jakarta

Gambar

Tabel 2 Perbedaan Sistem Bagi Hasil dan Sistem Bunga

Referensi

Dokumen terkait

Ilustrasi dari adanya informasi yang tidak benar dikalangan remaja terdiri dari pengetahuan tentang fungsi hubungan seksual (mitos yang berkembang adalah hubungan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dari pra tindakan, siklus I, dan siklus II setelah digunakannya metode pem- belajaran Index Card Match (ICM),

Hukum Tata Negara Darurat itu harus dibedakan dari istilah hukum darurat atau “emergency law” yang mencakup pengertian yang lebih luas, yaitu meliputi segala bidang hukum pada

dorongan seksual. Pada konsep ini tidak peduli bagaimana dan dengan siapa atau apa dorongan itu dilampiaskan. Apabila perilaku tersebut muncul karena adanya dorongan

Dalam penerbitan dan penggunaan kartu kredit ada beberapa pihak yang terkait secara langsung yaitu bank atau pihak yang menerbitkan kartu kredit ( issuer ),

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca teks narasi untuk siswa kelas delapan SMP N

⎯ A study of traditional knowledge on plant uses especially medicinal plants of the local community, was conducted in 2003 at the Situgal Village and its surrounding area in the

Halaman ini digunakan untuk mengelola data waktu yang digunakan untuk setiap tahap pengerjaan berdasar jenis kendaraan dan jenis layanan. Halaman ini terdiri dari