• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional Dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Di Indonesia"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO

BANK KONVENSIONAL DENGAN TINGKAT BAGI HASIL

DEPOSITO BANK SYARIAH DI INDONESIA

ERMA FATIMA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

ERMA FATIMA. Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah di Indonesia. Dibimbing oleh IMAN SUGEMA dan DENI LUBIS.

Indonesia merupakan negara yang menerapkan dual banking system. Kemajuan industri keuangan konvensional beriringan dengan berkembangnya industri keuangan syariah. Perbankan syariah merupakan alternatif sistem keuangan yang bebas riba. Namun kebijakan sistem keuangan Indonesia yang masih mengacu pada BI rate menyebabkan sistem keuangan syariah masih bersentuhan dengan riba. Penelitian ini menganalisis hubungan antara tingkat bagi hasil deposito bank syariah dengan tingkat suku bunga deposito bank konvensional yang ada di Indonesia menggunakan data bulanan periode Februari 2009 hingga Februari 2014. Metode yang digunakan adalah metode VECM. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara tingkat bagi hasil deposito bank syariah dengan tingkat suku bunga bank konvensional pada semua model deposito berjangka (deposito 1 bulan, deposito 3 bulan, deposito 6 bulan, dan deposito 12 bulan) dalam penelitian. Dalam semua model deposito, respon tingkat bagi hasil bank syariah terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat suku bunga deposito bank konvensional memiliki derajat yang lebih besar dibandingkan respon tingkat suku bunga deposito bank konvensional terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Hasil FEVD menunjukkan bahwa peranan guncangan tingkat suku bunga deposito bank konvensional dalam menjelaskan fluktuasi tingkat bagi hasil deposito bank syariah lebih besar dibandingkan peranan guncangan tingkat bagi hasil deposito bank syariah dalam menjelaskan fluktuasi tingkat suku bunga deposito bank konvensional. Hal ini disebabkan karena masih tingginya market share bank konvensional dibandingkan dengan bank syariah sehingga apabila terjadi guncangan pada tingkat bagi hasil deposito bank syariah maka tidak terlalu berpengaruh terhadap fluktuasi yang terjadi pada tingkat suku bunga deposito bank konvensional.

(6)

ABSTRACT

ERMA FATIMA. Corelation Analysis of Conventional dan Sharia Bank Deposit Return in Indonesia. Supervised by IMAN SUGEMA and DENI LUBIS.

Indonesia is a country which has dual banking system. Conventional financial institution work together with sharia financial institution. Sharia banking is the alternatif system which has interest-free base. But, the policy of financial institution in Indonesia which refer to BI interest rate has brought the sharia financial institution to have conected with interest (riba). This research analyze the corelation of conventional and sharia bank deposit return in Indonesia, using monthly data from February 2009 to February 2014. The method analysis shows that there is long-run relationship between conventional and sharia bank deposit return. Shock of conventional deposit rate influence the fluctuation of sharia deposit return and vice versa. Shock of sharia deposit return has less contribution to explain the fluctuation of conventional deposit rate in all deposit model (1 month deposit, 3 month deposit, 6 month deposit, and 12 month deposit) than shock of conventional deposit rate explain the fluctuation of sharia deposit return. It happens because market share of conventional banking are larger than sharia banking. Therefore, if there is shock in sharia deposit return, it does not influence much to explain the fluctuation of convensional deposit rate.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT SUKU BUNGA

DEPOSITO BANK KONVENSIONAL DENGAN TINGKAT

BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DI INDONESIA

ERMA FATIMA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi :Analisis Hubungan Tingkat Suku Bunga Deposito Bank Konvensional dengan Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah di Indonesia

Nama : Erma Fatima NIM : H54100069

Disetujui oleh

Dr Ir Iman Sugema, M.Ec Pembimbing I

Deni Lubis, MA Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Dedi Budiman Hakim, M.Ec Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah suku bunga dan bagi hasil, dengan judul Analisis Hubungan Suku Bunga Deposito Bank Kovensional dengan Bagi Hasil Deposito Bank Syariah di Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Iman Sugema dan Bapak Deni Lubis selaku pembimbing serta Bapak Irfan Syauqi Beik sebagai penguji utama dan Bapak Alla Asmara sebagai penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan arahan dan saran dalam penulisan penelitin ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada keluarga tercinta, Bapak, Ibuk, mas Daniel, mbak Inna, mas Bernard, mas Yosep, dan mas Dodi atas segala doa, dukungan dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kak Farhana Zahrotunnisa dan Ahmad Fauzi yang telah memberikan masukan dan ide-idenya. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada para sahabat Grandis, Adni, Kevin, Wahyu, Ayu, Udin, Tuffah, Maya, Aurum, Wahju, Sari, keluarga Ekonomi Syariah IPB 47, Koran Kampus IPB, keluarga besar SES-C, dan seluruh civitas akademika Ilmu Ekonomi IPB atas segala dukungan yang telah diberikan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Landasan Teori 5

Penelitian Terdahulu 9

Kerangka Pemikiran 10

METODE PENELITIAN 11

Jenis dan Sumber Data 12

Metode Analisis dan Pengolahan Data 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Gambaran Umum 15

Hasil Pra-Estimasi 18

Uji Kausalitas Granger 19

Analisis Impulse Response Function (IRF) 21

Analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) 26

SIMPULAN DAN SARAN 31

Simpulan 31

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 35

(12)

DAFTAR TABEL

1 Perbedaan suku bunga dan bagi hasil 7

2 Data dan sumber data yang digunakan 12

DAFTAR GAMBAR

1 DPK bank konvensional dan bank syariah di Indonesia 2 2 Perkembangan UMKM di indonesia periode 1997-2011 7 3 Bagan kerangka pemikiran 11

4 Grafik tingkat bagi hasil dan suku bunga deposito 1 bulan 16

5 Grafik tingkat bagi hasil dan suku bunga deposito 3 bulan 16

6a Grafik tingkat bagi hasil dan suku bunga deposito 6 bulan 17

6b Grafik tingkat bagi hasil dan suku bunga deposito 12 bulan 17

7 Hubungan granger kausalitas model deposito 1 bulan 19

8 Hubungan granger kausalitas model deposito 3 bulan 19

9 Hubungan granger kausalitas model deposito 6 bulan 20

10 Hubungan granger kausalitas model deposito 12 bulan 21

11 Grafik IRF deposito 1 bulan 22

12 Grafik IRF deposito 3 bulan 23 13 Grafik IRF deposito 6 bulan 24 14 Grafik IRF deposito 12 bulan 25 15 Grafik variance decomposition of BS1 26 16 Grafik variance decomposition of BK1 27

17 Grafik variance decomposition of BS3 27

18 Grafik variance decomposition of BK3 28

19 Grafik variance decomposition of BS6 28

20 Grafik variance decomposition of BK6 29

21 Grafik variance decomposition of BS12 29

22 Grafik variance decomposition of BK12 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Uji Stasioneritas Data 35

2 Hasil Uji Stabilias VAR 35

3 Hasil Uji Lag Optimal 36

4 Hasil Uji Kointegrasi 36

(13)
(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Industri keuangan syariah mulai tumbuh sejak tahun 1970an. UK Islamic Finance Secretariat (2013) melaporkan bahwa aset lembaga keuangan syariah secara global tumbuh dari 462 milyar dolar amerika pada tahun 2006 menjadi 1 460 milyar dolar amerika pada tahun 2012 dengan lebih dari 300 lembaga keuangan syariah di 80 negara. Cevik dan Charap (2011) mengatakan bahwa aset lembaga keuangan syariah ini masih kecil jika dibandingkan lembaga keuangan konvensional, sekitar 1% dari sistem lembaga keuangan global.

Aset perbankan syariah Indonesia pada Oktober 2013 telah mencapai 235 triliun rupiah. Nilai ini masih sangat kecil, sekitar 4.88% dari keseluruhan aset perbankan nasional. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai dari didirikannya Bank Muamalat pada tahun 1991 dan mulai beroperasi pada tahun 1992. Usaha pembentukan sistem syariah ini didasari oleh larangan agama islam dalam transaksi berbasis bunga/riba yang diterapkan oleh bank konvensional. Al Qur`an surat Al Imran : 130 menyebutkan bahwa seorang muslim dilarang memakan riba.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia kemungkinan masih terpengaruh dengan keberadaan sistem perbankan konvensional yang ada. Hal ini dikarenakan sistem perbankan di Indonesia masih mengacu pada BI rate. BI rate atau biasa disebut dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia merupakan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai lembaga otoritas kebijakan moneter di Indonesia. Selain itu, indikasi adanya pengaruh perbankan konvensional terhadap perbankan syariah telah diteliti dibeberapa negara. Latiff dan Halid (2012) dalam penelitiannya pada perbankan di Malaysia menemukan bahwa ada hubungan antara suku bunga deposito bank konvensional dengan bagi hasil deposito bank syariah dalam jangka panjang. Selain itu, Beck et al (2010) menemukan kenyataan bahwa tingkat pengembalian deposito pada bank syariah mengikuti suku bunga deposito bank konvensional.

Produk perbankan syariah terdiri dari produk penghimpunan dana dan penyaluran dana. Produk penghimpunan dana bank syariah hampir sama dengan produk perbankan pada umumnya, yaitu terdiri dari giro, tabungan, dan deposito berjangka. Giro merupakan simpanan yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan cara pemindahbukuan.

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu. Sedangkan deposito berjangka merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan (UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah). Perbedaan produk penghimpunan dana bank syariah dan bank konvensional terletak pada sistem pengembaliannya, yaitu bagi hasil untuk bank syariah dan suku bunga untuk bank konvensional.

(16)

2

bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga bank boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Ketentuan umum dalam akad ini adalah keuntungan dan kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau tanggung jawab bank, sedang pemilik dana (nasabah) tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan untuk memberi bonus kepada nasabah sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat, tetapi tidak boleh diperjanjikan di muka.

Akad syariah yang diterapkan dalam produk deposito berjangka adalah akad mudharabah yang merupakan akad dimana seorang deposan atau penyimpan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dalam akad mudharabah keuntungan akan dibagi sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati, namun jika investasi yang dilakukan mengalami kerugian maka akan sepenuhnya ditanggung oleh pemilik dana. Akad mudharabah ini dibagi menjadi dua, yaitu pertama mudharabah mutlaqah atau URIA (Unrestricted Investment Account) dan kedua mudaharabah muqayyadah atau RIA (Restricted Investment Account).

Dalam URIA tidak ada pembatasan bagi bank dalam menngunakan dana yang dihimpun (Karim 2009). Nasabah tidak memberikan persyaratan apa pun kepada bank perihal bisnis apa yang akan dilakukan untuk menyalurkan dana yang mereka titipkan. Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ke bisnis manapun yang diperkirakan akan menguntungkan.

Akad RIA merupakan simpanan khusus dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat – syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Bank wajib memisahkan dana ini dari rekening lainnya sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti simpanan khusus. Dana simpanan dalam produk deposito berjangka hanya bisa dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru (Karim 2009).

Sumber : bi.go.id (diolah)

Gambar 1 DPK Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan salah satu input bagi operasional perbankan. Perkembangan DPK ini tentunya dipengaruhi oleh besar market share

(17)

3 perbankan, baik itu perbankan syariah maupun perbankan konvensional. Jumlah DPK yang semakin meningkat mencerminkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat untuk menitipkan dananya di bank semakin meningkat dan kinerja dari bank tersebut juga semakin baik. Gambar 1 memerlihatkan jumlah DPK bank konvensional di Indonesia yang masih lebih besar dari pada jumlah DPK bank syariah. Gambar tersebut mengindikasikan adanya keterkaitan dalam penetapan bagi hasil bank syariah dengan tingkat suku bunga bank konvensional di Indonesia.

Adanya keterkaitan antara bagi hasil bank syariah dan suku bunga bank konvensional mencerminkan bahwa market share bank syariah masih sangat sedikit jika dibandingkan market share bank konvensional. Dalam rangka memenangkan persaingan untuk menarik investor, kerapkali lembaga keuangan syariah menyamakan bagi hasil yang ingin diberikan kepada investornya dengan tingkat bunga simpanan yang diberikan bank konvensional kepada nasabahnya (Perwataatmajaya dan Tanjung 2007). Hal ini menarik untuk diteliti, sebab pada dasarnya sistem keuangan islam melarang penerapan sistem riba. Al Qur`an (Al Baqarah : 275) menyatakan bahwa seorang muslim dilarang untuk memungut riba.

Penentuan suku bunga deposito bank konvensional mengacu pada BI rate. Semakin tinggi BI rate maka tingkat suku bunga deposito bank konvensional juga semakin tinggi dan semakin banyak nasabah yang akan menitipkan uangnya ke bank konvensional sebab bunga yang akan didapatkan semakin besar. Untuk membayar bunga yang akan diberikan kepada nasabah penyimpan dana atau deposan maka bank akan membebankan bunga tersebut kepada nasabah peminjam dana dengan cara menaikkan tingkat suku bunga pinjaman. Tingkat suku bunga pinjaman didasarkan pada besar tingkat suku bunga simpanan/deposito ditambah keuntungan yang didapatkan bank. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat suku bunga deposito maka semakin tinggi pula tingkat suku bunga pinjaman.

Tingkat suku bunga pinjaman yang tinggi menyebabkan penggeseran beban biaya yang akan dilakukan oleh nasabah peminjam dana dengan cara antara lain mengurangi jumlah produksi, mengurangi tingkat upah produksi, maupun menaikkan harga produk barang/jasa. Penggeseran beban biaya tersebut memicu kenaikan tingkat inflasi. Kenaikkan tingkat inflasi menjadi acuan untuk meningkatkan tingkat suku bunga simpanan dan proses tersebut akan berulang terus – menerus (Perwataatmajaya dan Tanjung 2007)

Perumusan Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang menerapkan dual banking system selain Malaysia dan Inggris. Dual banking system adalah menerapkan dua sistem perbankan yaitu konvensional dan syariah. Bank konvensional merupakan bank yang sudah dikenal masyarakat luas pada umumnya. Jika nasabah menabung atau berinvestasi di bank konvensional maka dalam jangka waktu tertentu nasabah akan mendapatkan tambahan uang atas tabungan/investasi yang telah dilakukan. Dalam Islam, tambahan uang seperti ini disebut riba. Sedangkan bank syariah adalah bank yang dalam menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip syariah (UU No. 21 tahun 2008). Salah satu prinsip syariah tersebut adalah dengan tidak menerapkan sistem bunga atau riba.

(18)

4

Cevik dan Charap (2011) menyatakan bahwa kebanyakan bank syariah menginvestasikan dana pihak ketiga pada instrumen moneter, seperti obligasi, sama halnya dengan bank konvensional. Selain itu, Hakan dan Gulumser (2011) menemukan kenyataan bahwa likuiditas deposito bank syariah memberikan respon yang negatif terhadap perubahan suku bunga di negara Turki serta suku bunga cukup besar peranannya dalam menjelaskan jumlah likuiditas deposito bank syariah. Hal ini didukung oleh penelitian Natalia, et al (2014) bahwa apabila tingkat suku bunga pada bank konvensional lebih tinggi dibandingkan bagi hasil bank syariah, maka tidak menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank syariah akan beralih menjadi nasabah bank konvensional.

Salah satu produk perbankan di Indonesia adalah deposito. Deposito merupakan tabungan investasi yang bisa diambil dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Deposito lebih banyak dipilih oleh nasabah sebab deposito merupakan investasi jangka panjang dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari tabungan biasa yang bisa diambil sewaktu – waktu. Hal ini karena pihak bank menganggap nasabah yang menabung dalam bentuk deposito rela menyimpan dananya untuk waktu yang lebih lama, dan sebagai gantinya maka bank memberi imbalan dengan jumlah yang lebih besar dari tabungan biasa.

Penentuan suku bunga deposito melihat tingkat inflasi yang sedang terjadi. Semakin tinggi tingkat inflasi, maka pihak perbankan akan meningkatkan tingkat suku bunga deposito untuk menarik minat nasabah agar menyimpan dananya di bank. Apabila suku bunga bank konvensional meningkat, maka bank syariah juga akan meningkatkan tingkat bagi hasil depositonya (Hakim 2011).

Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa permasalahan yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional terhadap tingkat bagi hasil deposito bank umum syariah di Indonesia ?

2. Bagaimana pengaruh tingkat bagi hasil deposito bank umum syariah terhadap tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional di Indonesia ?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini terkait dengan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya adalah :

1. Menganalisis pengaruh tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional terhadap tingkat bagi hasil deposito bank umum syariah di Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh tingkat bagi hasil deposito bank umum syariah terhadap tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional di Indonesia.

Manfaat Penelitian

(19)

5 memerhatikan substansi prinsip syariah itu sendiri yaitu bebas dari maysir, gharar, riba serta memberikan manfaat bagi pembaca dan sebagai referensi bagi penelitian – penelitian selanjutnya. Bagi penulis, karya ilmiah ini sebagai bentuk penerapan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan menganalisis pengaruh jangka panjang antara tingkat suku bunga deposito bank umum konvensional dengan tingkat bagi hasil deposito bank umum syariah dan unit usaha syariah yang ada di Indonesia serta melihat pengaruh indeks harga konsumen sebagai variabel makroekonomi. Data yang digunakan adalah data tingkat suku bunga dan tingkat bagi hasil deposito 1 bulan, deposito 3 bulan, deposito 6 bulan, dan deposito 12 bulan dan Indeks Harga Konsumen (IHK) dengan tahun dasar 2012.

TINJAUAN PUSTAKA

Landasan Teori Teori Suku Bunga dan Bagi Hasil

Para ahli ekonomi menegelompokkan persoalan bunga bank kepada dua kelompok (Hakim 2011), yaitu pertama, teori bunga bank murni (pure theory of interest) yang terdiri dari (1) Classical theory of interest,(2) Abstinence theory of interest, (3) Productivity theory of interest, (4) Austrian theory of interest. Kedua, teori bunga moneter (monetary theory of interest) yang terdiri dari (1) Loanable funds of theory, dan (2) Keynesian theory of interest.

Menurut teori klasik, bunga adalah balas jasa atau kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman. Tokoh teori ini adalah Smith dan Ricardo. Nassau Senior, tokoh abstinence theory, bunga adalah harga yang dibayarkan

sebagai imbalan atas tindakan ‘tahan nafsu’ atau menahan diri. Tindakan ini

didefinisikan sebagai tindakan seseorang yang absen dari kegiatan produktif atau kegiatan yang direncanakan akan mendapatkan keuntungan.

Kelemahan teori ini adalah kreditor hanya akan meminjamkan uang yang tidak ia pergunakan sendiri. Ia hanya akan meminjamkan uang yang lebih dari yang ia perlukan. Alfred Marshal, naik turunnya suku bunga dipengaruhi tinggi dan rendahnya penawaran. Jika penawaran (tabungan) lebih besar dari pada investasi maka suku bunga investasi akan turun dan investasi akan meningkat, dan begitu sebaliknya.

(20)

6

menginginkan jumlah tabungan meningkat di masa datang, tetapi lebih kepada tujuan dan maksud tertentu seperti jaminan masa tua, pendidikan, dan kesehatan (Hakim 2011).

Teori bunga moneter beragumen bahwa pembayaran bunga adalah tindakan opportunity guna mendapatkan keuntungan dari meminjamkan uang. Keynessian theory menyebutnya sebagai motif spekulasi dari permintaan uang dan didefinisikan sebagai usaha untuk menjamin keuntungan pada masa yang akan datang. Menurut islam, spekulasi mengandung ketidakpastian (gharar) dan ini dilarang. Keputusaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan bahwa bunga bank termasuk riba yang hukumnya haram. Ketetapan ini diputuskan tanggal 16 Desember 2003 di Jakarta dalam sidang Ijtima Ulama. Islam memandang bahwa harta tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Harta akan tumbuh dan berkembang hanya dengan upaya dan kerja keras.

Tingkat suku bunga deposito juga termasuk kedalam riba. Oleh karena itu, dalam islam tidak ada istilah suku bunga dalam pengambilan keutungan, yang ada hanya bagi hasil. Bagi hasil merupakan kesepakatan antara dua pihak, baik perorangan maupun lembaga, atas persen terhadap keuntungan dan/atau kerugian yang akan didapat dari kerjasama yang dilakukan.

Suku bunga merupakan persen tambahan nilai uang akibat bertambahnya waktu, semakin lama seseorang meminjam uang maka akan semakin besar bunga yang harus dibayarkan, tidak peduli kerjasama yang dilakukan mendapat untung atau rugi. Sementara itu, bagi hasil adalah hasil dari keuntungan dan/atau kerugian yang diperoleh atas kerjasama yang telah dilakukan. Perbedaan antara suku bunga dan bagi hasil dapat dilihat pada tabel 1.

Perbankan Indonesia menerapkan bagi hasil pada produk yang dimiliki, baik produk penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Pada produk penghimpunan dana atau produk simpanan bagi hasil diterapkan pada produk deposito berjangka dengan menggunakan akad mudharabah. Mudharabah merupakan akad investasi dimana pemilik modal (shahibul maal) menitipkan dananya kepada pengelola dana (mudharib) untuk di kelola atau diinvestasikan. Sebelum melakukan kegiatan investasi maka terlebih dahulu dilakukan perjanjian untuk menentukan nisbah bagi hasil yang akan diberikan kepada masing – masing pelaku apabila mendapat keuntungan. Namun, apabila usaha mengalami kerugian maka akan ditanggung oleh shahibul maal (Hakim 2011).

(21)

7

Tabel 1 Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil

Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung

Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan utnung/ rugi

Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh Pembayaran bunga tetap seperti yang

dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

Tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, karugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan (Sumber : Antonio 2001)

Adanya perbankan syariah di Indonesia membuat para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah semakin maju. Hal ini disebabkan karena tujuan utama ekonomi syariah, perbankan syariah pada khususnya, adalah menggerakan perekonomian disektor riil. Gambar 2 memerlihatkan grafik perkembangan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia. Uang yang beredar di masyarakat tidak hanya digunakan untuk berinvestasi disektor moneter saja melainkan kesektor riil juga. Dengan kuatnya perekonomian di sektor riil maka guncangan yang terjadi pada sektor moneter dengan kata lain guncangan pada inflasi tidak akan terlalu memengaruhi perekonomian negara.

Sumber : www.depkop.go.id (diolah)

Gambar 2 Perkembangan UMKM di Indonesia periode 1997 – 2011

(22)

8

Dampak Suku Bunga Terhadap Perekonomian Indonesia

Adanya persaingan antar bank untuk menarik minat masyarakat, menyebabkan tingginya bunga deposito jauh melebihi tigkat inflasi maupun tingkat suku bunga riil di luar negeri. Tingkat suku bunga tabungan yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga pembiayaan (kredit) juga tinggi (Perwataatmajaya dan Tanjung 2007). Peminjam dana adalah mereka yang mampu membayar tingkat bunga pinjaman. Hal tersebut mengakibatkan tidak semua orang mampu membayar tingkat bunga pinjaman yang berlaku sehingga terjadi diskriminasi penyaluran dana.

Selama pasar masih bisa menyerap harga barang dan jasa, maka akan ada pihak yang selalu diuntungkan diatas pihak lain yang dirugikan. Akibatnya untuk menanggung beban bunga tersebut para pengusaha (peminjam dana) akan menggeser beban biaya tersebut dengan cara, antara lain meningkatkan harga barang yang dijual, mengurangi kualitas produksi barang, dan bahkan dijadikan alasan untuk tidak menaikkan upah buruh (Perwataatmajaya dan Tanjung 2007). Penggeseran beban biaya tersebut memicu kenaikan tingkat inflasi. Kenaikkan tingkat inflasi menjadi acuan untuk meningkatkan tingkat suku bunga simpanan dan proses tersebut akan berulang terus – menerus.

Suku bunga yang terlalu tinggi mencerminkan tingkat inflasi di negara tersebut tinggi. Tingkat inflasi tinggi mencerminkan perekonomian negara tersebut rendah. Adanya bank syariah yang menerapkan prinsip bagi hasil menjadi alternatif sistem ekonomi suatu negara sebab bagi hasil tidak terlalu terpengaruh oleh tingginya tingkat inflasi.

Pada krisis ekonomi tahun 1998 di Indonesia, bank syariah menunjukkan bahwa performanya lebih baik dari pada bank konvensional yang menerapkan suku bunga. Bank syariah dapat bertahan ditengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga BI yang sangat tinggi (Dendawijaya 2004). Menghadapi gejolak moneter dengan tingkat bunga yang tinggi, justru bank syariah bebas dari negative spread karena bank syariah tidak berbasis bunga atau kekuatannya adalah pada kerjasama. Bank syariah bisa bertahan terhadap krisis ekonomi 1998, disebabkan oleh beberapa hal (Muhammad 2005):

1. Beroperasi atas dasar prinsip syariah melalui bagi hasil, tidak beroperasi atas dasat bunga/riba, gharar, dan maysir serta tidak mempraktekkan pemberian masyarakat kepada sektor usaha yang dibiayai bank.

3. Tidak mengambil posisi untuk melakukan spekulasi mata uang (gharar) sehingga tidak mengalami problem NOP (net open position).

(23)

9

Penelitian Terdahulu

Chong dan Liu (2008), meneliti tentang hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara tingkat suku bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil deposito bank syariah di Malaysia dari April 1995 hingga April 2004. Penelitian ini menggunakan deposito berjangka 1 bulan hingga 12 bulan. Penelitian ini menemukan bahwa pada prakteknya bank syariah tidak berbeda jauh dengan bank konvensional, hanya sedikit porsi dari produk keuangan bank syariah yang berdasarkan profit and loss sharing (PLS) dan tingkat bagi hasil deposito bank syariah tidak sepenuhnya bebas riba melainkan hampir sama dengan tingkat suku bunga deposito bank konvensional. Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan dalam penelitian ini antara bank konvensional dan bank syariah adalah sebesar 0.89 hingga 0.97, ini menunjukkan bahwa korelasi tingkat suku bunga dan bagi hasil tersebut tinggi. Selain itu, hasil uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa perubahan pada tingkat suku bunga deposito bank konvensional memengaruhi perubahan tingkat bagi hasil deposito bank syariah.

Arif (2010), melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat suku bunga bank konvensional sebagai salah satu faktor dalam penentuan marjin bagi hasil di bank syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik analisis autoregressive distributed lag untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga pada periode ini dan tingkat suku bunga pada periode sebelumnya terkait hubungannya dengan penentuan marjin bagi hasil di bank syariah. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tingkat suku bunga bank konvensional secara signifikan memengaruhi dalam penentuan marjin bagi hasil di bank syariah.

Pada uji T menunjukkan bahwa koefisien dari variabel tingkat suku bunga bank konvensional negatif, yakni 1.351%. Hal ini berarti bahwa apabila tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini naik 1%, maka persentase bagi hasil bank syariah akan turun sebesar 1.351%. Sedangkan pada periode sebelumnya menunjukkan koefisien yang positif, yakni 1.669%. Hal ini berarti bahwa apabila tingkat suku bunga periode sebelumnya meningkat 1%, maka persentase bagi hasil di bank syariah akan meningkat 1.669%. Uji F yang dilakukan terlihat bahwa secara bersama – sama variabel tingkat suku bunga bank konvensional periode saat ini dan periode sebelumnya memberikan pengaruh terhadap bagi hasil bank syariah sebesar 75.9% pada tingkat kepercayaan 1%.

(24)

10

Latif dan Halid (2012), meneliti bagaimana hubungan antara deposit rate perbankan konvensional dan perbankan syariah yang ada di Malaysia. Menggunakan data bulanan dari Januari 1996 hingga September 2004 dan Oktober 2004 hingga Juni 2011 serta metode yang digunakan adalah autoregressive distributed lag (ARDL). Penelitian ini menemukan bahwa pada periode pertama ada hubungan kointegrasi antara deposit rate perbankan konvensional dan perbankan syariah. Peneitian ini juga mendukung penelitian sebelumnya (Cevik & Charap 2011; Chong & Liu 2008) bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara deposit rate bank konvensional dan bank syariah. Uji F yang dilakukan menunjukkan bahwa adanya hubungan jangka panjang dimana deposit rate bank konvensional dapat menjelaskan deposit rate bank syariah pada tingkat kepercayaan 1%.

Pada metode ARDL ditemukan bahwa koefisien estimasi pada hubungan jangka panjang menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan, hal ini ditunjukkan dengan kisaran nilai dari 0.76 hingga 0.92. Hal ini menunjukkan semakin besar nilai yang didapat maka semakin besar pula deposit rate bank konvensional memengaruhi tingkat bagi hasil bank syariah.

Kerangka Pemikiran

Kerangka Pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan dual banking system yaitu negara yang menerapkan dua sistem perbankan yakni perbankan konvensional dan perbankan syariah. Secara garis besar perbankan Indonesia memiliki dua produk, yaitu pinjaman dan tabungan. Produk pinjaman adalah produk dimana bank meminjamkan dana pihak ketiga kepada nasabah yang membutuhkan modal. Sedangkan produk tabungan atau biasa disebut dana pihak ketiga merupakan produk berupa dana yang dikumpulkan dari masyarakat untuk diinvestasikan ke pencari modal maupun bentuk investasi lainnya.

Salah satu bentuk tabungan adalah deposito berjangka. Deposito merupakan tabungan investasi yang mana tabungan tersebut bisa diambil dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Deposito lebih banyak dipilih oleh nasabah sebab deposito merupakan investasi jangka panjang dan memberikan keuntungan yang lebih besar dari tabungan biasa yang bisa diambil sewaktu – waktu. Hal ini karena pihak bank menganggap nasabah yang menabung dalam bentuk deposito rela menyimpan dananya untuk waktu yang lebih lama, dan sebagai gantinya maka bank memberi imbalan dengan jumlah yang lebih besar dari tabungan biasa.

(25)

11 konsumsi ini dipengaruhi oleh inflasi indeks harga konsumsi (IHK). Adapun bagan kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan : fokus penelitian

Gambar 3 Bagan Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

(26)

12

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu bulanan (monthly time series) periode Februari 2009 sampai dengan Februari 2014. Data bank konvensional dalam penelitian ini mengacu pada data bank umum konvensional Indonesia sedangkan data bank syariah mengacu pada data bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia.

Data diperoleh melalui Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Bank Indonesia, Statistik Perbankan Syariah (SPS) Bank Indonesia dan website Bank Indonesia (BI). Selain itu penulis juga melakukan studi pustaka dengan membaca jurnal, artikel internet, buku, dan berbagai literatur lainnya yang berkaitan dan relevan dengan permasalahan yang diteliti. Variabel yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito bank konvensional, tingkat bagi hasil deposito bank syariah, dan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia dengan tahun dasar 2012. Variabel dan sumber data dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Data dan Sumber Data yang Digunakan

Variabel Notasi Satuan Sumber Data

Indeks Harga Konsumen(Inflasi) IHK % BI

Metode Analisis dan Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan metode Vector Autoregression (VAR) yang kemudian dilanjutkan dengan metode analisis Vector Error Corection Model (VECM). Perangkat lunak untuk analisis pada penelitian ini menggunakan E-Views 6 dan pengelompokkan data menggunakan Microsoft Excel 2007. VECM merupakan bentuk VAR yang terestriksi (Juanda dan Junaidi 2012). Restriksi diberikan karena data tidak stasioner pada level namun terkointegrasi. VECM dapat memberikan informasi mengenai tingkah laku jangka pendek maupun jangka panjang antar variabel. Adapun persamaan umum model VECM dapat dilihat sebagai berikut :

(27)

13 umumnya digunakan adalah forecasting, impulse respons function (IRF), forecast error varian decomposition (FEVD). Sebelum melakukan estimasi VAR/VECM, maka dilakukan uji pra-estimasi.

Uji Stasioneritas Data

Tahap awal yang dilakukan untuk uji pra-estimasi adalah melakukan uji stasioneritas. Uji stasioneritas dilakukan untuk melihat data mengandung akar unit atau tidak. Data yang mengandung akar unit (tidak stasioner) akan memberikan hasil estimasi yang semu (spurious) karena tren data tersebut cenderung berfluktuasi tidak disekitar nilai rata – ratanya. Hasil estimasi semu akan menggambarkan hubungan antar variabel yang terlihat signifikan secara statistik namun pada kenyataannya tidak.

Pengujian stasioneritas data pada penilitian ini menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Keputusan data stasioner dapat dilihat dari nilai t-statistik dibandingkan dengan nilai kritis Mc-Kinnon pada level 1%, 5%, atau 10%. Data dikatakan stasioner bila t-statistik lebih kecil dari nilai kritis Mc-Kinnon, apabila data t-statistik lebih besar dari nilai kritis Mc-Kinnon maka data dikatakan tidak stasioner atau data memiliki akar unit. Jika hasil uji ADF data tidak stasioner pada tingkat level, maka dilakukan penarikan diferensial sampai data stasioner pada tingkat first difference atau second difference.

Uji Lag Optimal

Uji penentuan lag optimal pada metode VAR/VECM merupakan uji yang penting dilakukan. Lag berguna untuk menunjukkan berapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya dan menghilangkan masalah autokorelasi dalam sebuah sistem VAR (Firdaus 2011). Apabila lag yang di pilih teralalu panjang, maka model akan menjadi tidak signifikan sebab banyak derajat bebas yang terbuang. Oleh karena itu, penentuan panjang lag optimal harus secara tepat.

Penentuan lag optimal dapat diidentifikasi menggunakan lima kriteria, yaitu Likelihood Ratio (LR), Final Prediction Criterion (FPE), Akaike Information Criterion (AIC), Shwarz Information Criterion (SC), dan Hannan-Quinn Information Criterion (HQ). Penentuan lag optimal pada penelitian ini menggunakan informasi Schwarz Information Criterion (SC).

Uji Stabilitas VAR

(28)

14

(IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan dianggap valid (Firdaus 2011).

Uji Kointegrasi

Uji kointegrasi dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan kointegrasi diantara variabel – variabel yang tidak stasioner. Adanya kointegrasi dalam variabel menunjukkan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang di antara variabel. Penelitian ini menggunakan pendekatan Johansen Cointegration untuk uji. Untuk mengetahui adanya kointegrasi dilihat dari nilai trace statistic dibandingkan dengan nilai kritis. Jika trace statistic lebih besar dari critical value maka terdapat persamaan yang terkointegrasi.

Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas Granger bertujuan untuk melihat hubungan kausalitas di antara variabel – variabel yang ada dalam model. Kausalitas Granger mengukur kekuatan hubungan antar variabel dan menunjukkan hubungan sebab akibat. Kriteria dalam penentuan kausalitas dilihat dari nilai probabilitas yang dibandingkan dengan nilai kritis. Nilai kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 persen. Apabila nilai probabilitasnya < 0.05 maka terdapat hubungan kausalitas pada variabel di dalam model.

Impulse Response Function (IRF)

Impulse Response Function (IRF) menggambarkan tingkat laju dari guncangan variabel yang satu terhadap variabel lainnya pada suatu rentang periode tertentu, sehingga dapat dilihat lamamya pengaruh guncangan satu variabel terhadap variabel lainnya hingga pengaruh guncangan tersebut hilang dan mencapai keseimbangan. IRF digunakan untuk melihat pengaruh kontemporer dari sebuah variabel dependen jika mendapatkan guncangan atau inovasi dari variabel independen sebesar satu standar deviasi. Selain itu, IRF daat mengukur kekuatan relatif dari berbagai guncangan dan menelusuri pola dan arah transmisi guncangan.

Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)

Metode yang digunakan untuk melihat perubahan suatu variabel dalam periode tertentu yang timbul dari perubahan variabel yang sama dan variabel lainnya dalam periode sebelumnya. Metode ini dapat melihat kekuatan dan kelemahan masing – masing variabel memengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang (Firdaus 2011). FEVD menghasilkan informasi mengenai peranan variabel tertentu terhadap variabel lainnya dalam model.

Model Penelitian

Metode dan model dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Cevik dan Charap (2011) dengan judul The Behavioral of Conventional and Islamic Bank Deposit Return in Malaysia and Turkey. Adapun model persamaan VECM dalam bentuk matriks untuk model deposito 1 bulan yaitu:

(29)

15

Persamaan VECM dalam bentuk matriks untuk model deposito 3 bulan yaitu :

[

Persamaan VECM dalam bentuk matriks untuk model deposito 6 bulan yaitu :

[

Persamaan VECM dalam bentuk matriks untuk model deposito 12 bulan yaitu :

[

BS1 : tingkat bagi hasil deposito 1 bulan bank syariah

BK1 : tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvensional BS3 : tingkat bagi hasil deposito 3 bulan bank syariah

BK3 : tingkat suku bunga deposito 3 bulan bank konvensional BS6 : tingkat bagi hasil deposito 6 bulan bank syariah

BK6 : tingkat suku bunga deposito 6 bulan bank konvensional BS12 : tingkat bagi hasil deposito 12 bulan bank syariah

BK12 : tingkat suku bunga deposito 12 bulan bank konvensional IHK : indeks harga konsumen

(30)

16

mobilisasi dan investai tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil serta pelayanan yang efektif (Setiawan 2006).

Bank syariah di Indonesia menunjukkan arah peningkatan dari segi aset yang dimiliki. Data bank Indonesia (BI), tercatat aset perbankan syariah per Mei 2014 meningkat menjadi 374.11 triliun rupiah. Meningkatnya aset perbankan syariah mencerminkan bahwa kinerja bank syariah tiap tahun semakin baik dan kepercayaan masyarakat untuk berinvestasi di bank syariah semakin meningkat. Namun aset perbankan syariah masih kecil dibandingkan aset perbankan nasional. Masih rendahnya aset perbankan syariah menyebabkan, bank syariah masih mengacu pada suku bunga bank konvensional dalam penentuan bagi hasil deposito bank syariah.

Dalam gambar 4 terlihat bahwa pada periode februari 2009 hingga februari 2014, perubahan bagi hasil bank syariah mengikuti pergerakan perubahan suku bunga bank konvensional. Bagi hasil bank syariah mengikuti pergerakan bank konvensional sebab marketshare bank konvensional yang masih lebih luas dari bank syariah sehingga untuk memperluas market share-nya, bank syariah cenderung mengacu pada suku bunga bank konvensional dalam penentuan margin bagi hasil bank syariah.

(31)

17

Gambar 5 Grafik Tingkat Bagi Hasil dan Suku Bunga Deposito 3 Bulan Sama halnya dengan deposito 1 bulan dan 3 bulan, suku bunga bank konvensional dan bagi hasil bank syariah deposito 6 bulan di Indonesia juga memiliki pola perubahan yang hampir sama. Hal ini dapat dilihat dalam gambar 6a, bahwa dalam deposito dengan jangka waktu yang lebih panjang juga memiliki pola perubahan yang hampir sama, sama halnya dengan deposito dengan jangka waktu lebih pendek (deposito 1 bulan dan deposito 3 bulan).

(a)

(b)

(32)

18

Gambar 6b memerlihatkan pola perubahan suku bunga bank konvensional dan bagi hasil bank syariah deposito 12 bulan. Sama halnya deposito berjangka yang lain, bagi hasil bank syariah mengikuti pola perubahan suku bunga bank konvensional. Hal ini dikarenakan bank konvensional yang lebih dulu beroperasi di Indonesia sehingga memiliki market share yang lebih luas.

Hasil Pra-Estimasi

Langkah awal yang dilakukan dalam mengestimasi model adalah dengan melakukan uji stasioneritas pada setiap variabel yang digunakan dalam model. Uji stasioneritas pada penelitian ini menggunakan Uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hasil pengujian stasioneritas data masing – masing variabel menunjukkan bahwa dalam taraf nyata 5% ada beberapa variabel tidak stasioner pada level (Lampiran 1). Oleh karena itu, pengujian stasioneritas dilanjutkan pada tingkat first difference. Hasil pengujian stationeritas pada tingkat first difference menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian sudah stasioner pada taraf nyata 5% atau dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini terbukti dengan nilai statistik ADF semua variabel lebih kecil dari nilai kritis Mc Kinnon.

Selanjutnya adalah penentuan jumlah lag optimal yang digunakan dalam model. Berdasarkan nilai SC pada lampiran 3, lag optimal pada deposito 1 bulan dan 12 bulan adalah 5, sedangkan lag optimal pada model deposito 3 bulan dan 6 bulan adalah 1. Setelah melakukan uji lag optimal maka pengujian selanjutnya adalah melihat stabilitas model VAR. Uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar

– akar dari fungsi polinomial. Estimasi model VAR dikatakan stabil jika seluruh akar memiliki nilai modulus yang lebih kecil dari satu. Hasil uji stabilitas VAR penelitian ini menunjukkan bahwa model VAR yang digunakan pada semua model deposito bersifat stabil. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji kointegrasi. Berdasarkan Johannsen Cointegration Test pada lampiran 4, terlihat bahwa pada model deposito 3 bulan dan 6 bulan memiliki 2 (dua) persamaan kointegrasi, sedangan model deposito 1 bulan dan 12 bulan memiliki 1 (satu) persamaa yang terkointegrasi pada nilai kritis 5%, ini berarti pada semua model deposito berjangka terjadi penyesuaian dari model jangka pendek ke model jangka panjangnya.

Penelitian ini juga melihat bagaimana hubungan kausalitas antar variabel di dalam model. Uji kausalitas menggunakan uji Granger Causality yang bertujuan untuk melihat hubungan sebab – akibat yang terjadi pada variabel di dalam model pada periode penelitian.

(33)

19 (FEVD). FEVD bermanfaat untuk menjelaskan kontribusi dari masing - masing variabel terhadap shock yang ditimbulkannya terhadap variabel endogen utama yang diamati. Dengan kata lain, FEVD menjelaskan proporsi variabel lain dalam menjelaskan variabilitas variabel endogen utama penelitian (Firdaus 2011). Dalam penelitian ini akan dibahas bagaimana peranan berbagai macam variabel yang terdapat dalam penelitian dalam menjelaskan fluktuasi tingkat bagi hasil deposito berjangka bank syariah di Indonesia dan tingkat suku bunga deposito bank konvensional di Indonesia.

Uji Kausalitas Granger

Uji kausalitas granger digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat yang terjadi diantara variabel di dalam model pada periode penelitian. Hasil uji kausalitas granger model deposito 1 bulan pada gambar 7 (a) menujukkan bahwa tingkat bagi hasil deposito 1 bulan bank syariah menyebabkan penurunan pada tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvensional. Selain itu ada gambar 7 (d) juga terlihat bahwa tingkat bagi hasil deposito 1 bulan bank syariah memberikan sumbangan negatif bagi perubahan indeks harga konsumen yaitu apabila tingkat bagi hasil deposito 1 bulan bank syariah meningkat maka akan terjadi penurunan pada indeks harga konsumen.

(a)

(b)

(d) (c)

Gambar 7 Hubungan Granger Kausalitas Model Deposito 1 Bulan

Antara tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvensional dan indeks harga konsumen, masing – masing variabel memberikan sumbangan positif bagi kedua variabel tersebut (gambar 7 (b) dan (c)), saat terjadi peningkatan pada tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvensional maka akan terjadi peningkana pada indeks harga konsumen, begitu juga sebaliknya. Saat terjadi peningkatan pada indeks harga konsumen maka akan terjadi peningkatan pula pada tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvensional. Hal ini terjadi karena saat terjadi inflasi maka bank akan meningkatkan tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvenional (Perwataatmajaya dan Tanjung 2007).

(34)

20

nasabahnya maka bank akan censerung menyamakan nilai margin keuntungan yang akan di bagikan ke nasabah dengan bank lain.

(a)

(b)

(d) (c)

Gambar 8 Hubungan Granger Kausalitas Model Deposito 3 Bulan

Tingkat bagi hasil deposito 3 bulan bank syariah juga memberikan sumbangan negatif bagi indeks harga konsumen (gambar 8 (d)) yaitu saat terjadi kenaikan pada tingkat bagi hasil deposito 3 bulan bank syariah maka akan terjadi penurunan pada indeks harga konsumen. Pada gambar 8 (b) dan (c) terlihat bahwa antara tingkat suku bunga deposito 3 bulan bank konvensional dan indeks harga konsumen, masing – masing variabel saling memengaruhi dan memberikan sumbangan yang positif. Saat terjadi peningkatan pada tingkat suku bunga deposito 3 bulan bank konvensional maka akan terjadi peningkatan pula pada indeks harga konsumen, begitu juga saat terjadi peningkatan pada indeks harga konsumen maka tingkat suku bunga deposito 3 bulan bank konvensional akan meningkat.

Hal ini terjadi karena saat inflasi akan terjadi kenaikan pada tingkat harga pasar. Selama pasar masih bisa menyerap harga barang dan jasa, maka akan ada pihak yang selalu diuntungkan diatas pihak lain yang dirugikan. Bank akan meningkatkan tingkat suku bunga deposito. Akibatnya untuk menanggung beban bunga pinjaman para pengusaha (peminjam dana) akan menggeser beban biaya tersebut dengan cara, antara lain meningkatkan harga barang yang dijual, mengurangi kualitas produksi barang, dan bahkan dijadikan alasan untuk tidak menaikkan upah buruh (Perwataatmajaya dan Tanjung 2007). Penggeseran beban biaya tersebut memicu kenaikan tingkat inflasi. Kenaikkan tingkat inflasi menjadi acuan untuk meningkatkan tingkat suku bunga simpanan dan proses tersebut akan berulang terus – menerus.

(a)

(b) (c)

Gambar 9 Hubungan Granger Kausalitas Model Deposito 6 Bulan

(35)

21 mempertahankan nasabahnya maka bank akan censerung menyamakan nilai margin keuntungan yang akan di bagikan ke nasabah dengan bank lain.

Pada gambar 9 (b) dan (c) juga terlihat bahwa tingkat suku bunga deposito 6 bulan bank konvensional memberikan sumbangan positif pada indeks harga konsumen. Begitu juga indeks harga konsumen yang memberikan sumbangan positif kepada tingkat suku bunga deposito 6 bulan bank konvensional. Hal ini berarti setiap terjadi kenaikan pada tingkat suku bunga deposito 6 bulan bank konvensional maka akan terjadi peningkatan pada indeks harga konsumen. Selain itu, saat terjadi peningkatan pada indeks harga konsumen maka akan terjadi peningkatan pula pada tingkat suku bunga deposito 6 bulan bank konvensional.

Pada model deposito 12 bulan didapatkan hasil bahwa pada gambar 10 (a) tingkat suku bunga deposito 12 bulan bank konvensional memberi sumbangan positif bagi tingkat bagi hasil deposito 12 bulan bank syariah. Hal ini terjadi karena bank syariah masih mengacu pada bank konvensional dalam penentuan margin bagi hasilnya. Sehingga saat terjadi peningkatan pada tingkat suku bunga deposito 12 bulan bank konvensional maka akan terjadi peningkatan pula pada tingkat bagi hasil deposito 12 bulan bank syariah.

(a)

(b)

Gambar 10 Hubungan Granger Kausalitas Model Deposito 12 Bulan

Pada gambar 10 (b) terlihat bahwa indeks harga konsumen memberikan sumbangan positif bagi tingkat suku bunga deposito 12 bulan bank konvensional. Saat terjadi peningkatan pada indeks harga konsumen maka akan terjadi peningkatan pula pada tingkat suku bunga deposito 12 bulan bank konvensional. Hal ini terjadi karena penentuan suku bunga bank konvensional mengacu pad BI rate, dan perubahan BI rate tergantung pada keadaan makroekonomi. Sehingga saat terjadi peningkatan inflasi maka BI akan melakukan kebijakan dengan menaikkan BI rate sehingga bank konvensional juga melakukan peningkatan pada suku bunga deposito 12 bulan.

Analisis Impulse Response Function (IRF) Deposito 1 bulan

(36)

22

tingkat bagi hasil deposito bank syariah sebesar satu standar deviasi terhadap tingkat suku bunga deposito bank konvensional terlihat lebih fluktuatif dan cenderung negatif. Respon mulai stabil pada periode ke-58 sebesar 0.011%.

Gambar 11 Grafik IRF Deposito 1 Bulan

Dari hasil IRF pada model deposito 1 bulan menunjukkan bahwa respon tingkat suku bunga deposito bank konvensional di terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat bagi hasil deposito bank syariah menunjukkan derajat yang lebih kecil dari pada respon tingkat bagi hasil deposito bank syariah terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat suku bunga deposito bank konvensional. Hal ini disebabkan karena market share bank konvensional di Indonesia yang masih lebih besar dari pada bank syariah. Sedangkan respon tigkat suku bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil deposito bank syariah terhadap IHK, terlihat bahwa tingkat suku bunga deposito bank konvensional memberi respon yang lebih besar dan cenderung stabil pada periode yang lebih lama. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Adil S 11 Juni 2014, komunikasi pribadi) bahwa tingkat bagi hasil pada bank syariah di Indonesia tidak mendapat pengaruh langsung dari perubahan fluktuasi ekonomi dalam hal ini IHK, berbeda dengan suku bunga bank konvensional yang terpengaruh secara langsung dengan perubahan fluktuasi ekonomi negara.

Deposito 3 bulan

(37)

23

Gambar 12 Grafik IRF Deposito 3 Bulan

Hasil IRF model deposito 3 bulan (Gambar 12) menunjukkan pada respon tingkat bagi hasil deposito bank syariah di Indonesia terhadap guncangan tingkat suku bunga depostio bank konvensional menunjukkan derajat yang lebih besar daripada respon tingkat suku bunga deposito bank konvensional terhadap tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Sama halnya dengan di Negara Malaysia dan Turki bahwa tingkat bagi hasil bank syariah memberikan respon yang lebih besar terhadap guncangan suku bunga bank konvensional daripada respon yang diberikan suku bunga bank konvensional terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat bagi hasil bank syariah Cevik dan Charap (2011). Sedangkan respon tingkat suku bunga deposito bank konvensionaldan tingkat bagi hasil deposito bank syariah di Indonesia terhadap IHK, terlihat bahwa tingkat suku bunga deposito bank konvensional memberi respon yang lebih besar.

Deposito 6 bulan

(38)

24

Gambar 13 Grafik IRF Deposito 6 Bulan

Perwataatmaja dan Tanjung (2007) mengatakan bahwa dalam rangka memenangkan persaingan untuk menarik investor, kerapkali lembaga keuangan syariah di Indonesia menyamakan bagi hasil yang ingin diberikan kepada investornya dengan tingkat bunga simpanan yang diberikan bank konvensional kepada nasabahnya. Ini mengapa respon tingkat bagi hasil deposito bank syariah terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat suku bunga deposito bank konvensional di Indonesia lebih kecil. Selain itu, respon tingkat bagi hasil deposito bank syariah dan tingkat suku bunga deposito bank konvensional di Indonesia terhadap guncangan yang terjadi pada IHK yaitu tingkat suku bunga deposito bank konvensional memberi respon yang lebih besar.

Deposito 12 bulan

(39)

25

Gambar 14 Grafik IRF Deposito 12 bulan

Sama halnya dengan hasil dan deposito 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan, hasil IRF pada deposito 12 bulan juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cevik dan Charap (2011) bahwa tingkat bagi hasil bank syariah memberikan respon yang lebih besar terhadap guncangan suku bunga bank konvensional daripada respon yang diberikan suku bunga bank konvensional terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat bagi hasil bank syariah. Arif (2010) dalam penelitiannya yang dilakukan di Indonesia, menemukan bahwa dalam penentuan margin bagi hasil bank syariah masih mendapat pengaruh dari suku bunga bank konvensional. Sedangkan respon tingkat suku bunga deposito bank konvensionaldan tingkat bagi hasil deposito bank syariah di Indonesiaterhadap IHK, terlihat bahwa tingkat suku bunga deposito bank konvensional memberi respon yang lebih besar.

Hasil impulse response function (IRF) dalam semua model deposito berjangka pada penelitian adalah bahwa respon tingkat bagi hasil deposito bank syariah di Indonesia terhadap guncangan tingkat suku bunga deposito bank konvensional sebesar satu standar deviasi lebih besar dibandingkan respon tingkat suku bunga deposito bank konvensional terhadap guncangan tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Hal ini disebabkan karena keberadaan bank syariah di Indonesia masih relatif baru jika dibandingkan bank konvensional sehingga market share bank syariah masih lebih sedikit dari market share bank konvensional. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan market share bank syariah dilakukan peningkatan tingkat bagi hasil deposito yang masih mengacu pada suku bunga bank konvensional, hal ini juga disebabkan karena adanya persaingan antar bank di Indonesia.

(40)

26

ini sesuai dengan Al Qur`an surat Al Imran : 130, bahwa manusia khususnya seorang muslim dilarang memakan riba.

Upaya sosialisasi mengenai keharaman riba juga perlu dilakukan, agar lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang mengenal ekonomi syariah dan beralih menginvestasikan dananya ke bank yang sesuai prinsip syariah yaitu bank syariah. Dengan begitu, perkembangan bank syariah di Indonesia akan semakin pesat dan market share bank syariah bisa meningkat.

Selain itu menghindari kerusakan lebih diutamakan daripada mencari kebaikan, sebab tingkat suku bunga deposito yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga pembiayaan juga tinggi. Suku bunga pembiayaan tinggi menyebabkan banyak pengusaha yang kesusahan mencari modal usaha, sehingga hal ini berdampak pada turunnya daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa di pasar. Tingkat daya beli masyarakat turun mengakibatkan inflasi meningkat. Inflasi meningkat menyebabkan tingkat suku bunga simpanan meningkat, dan begitu seterusnya (Perwataatmajaya dan Tanjung 2007). Hal ini mengapa respon tingkat suku bunga deposito bank konvensional dan tingkat bagi hasil deposito bank syariah terhadap guncangan IHK bernilai positif.

Analisis Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)

Deposito 1 bulan

Berdasarkan hasil dekomposisi varian, dapat disimpulkan bahwa pada periode pertama, fluktuasi tingkat bagi hsil deposito 1 bulan bank syariah disebabkan oleh guncangan variabel itu sendiri, yakni sebesar 100%. Namun mulai periode kedua hingga periode seterusnya, tampak variabel – variabel lain mulai memengaruhi variabilitas tingkat bagi hail deposito 1 bulan. Pada gambar 15 terlihat bahwa hingga periode terakhir fluktuasi tingkat bagi hasil masih dominan dipengaruhi oleh guncangan variabel itu sendiri, guncangan tingkat suku bunga deposito bank konvensional dan IHK hingga periode terakhir hanya berpengaruh sebesar 4.91% dan 1.11%.

Gambar 15 Grafik Variance Decomposition of BS1

(41)

27 Sedangkan dalam gambar 16, fluktuasi tingkat suku bunga deposito 1 bulan bank konvensional sudah mulai dipengaruhi variabel lain yakni tingkat bagi hasil deposito 1 bulan pada periode pertama sebesar 41.19%. Namun, peranan guncangan tingkat bagi hasil hingga periode terakhir semakin menurun dan fluktuasi tingkat suku bunga deposito mulai didominasi oleh IHK, yakni sebesar 64.02%.

Gambar 16 Grafik Variance Decomposition of BK1

Deposito 3 bulan

Berdasarkan hasil dekomposisi varian pada gambar 17, dapat disimpulkan bahwa pada periode pertama, fluktuasi tingkat bagi hasil deposito 3 bulan bank syariah disebabkan oleh guncangan variabel itu sendiri sebesar 100%. Namun, pada periode kedua dan seterusnya, tampak variabel lain mulai memengaruhi. Dalam menjelaskan fluktuasi tingkat bagi hasil deposito bank syariah pada jangka panjang peranan guncangan variabel itu sendiri semakin menurun dan tetap mendominasi.

Gambar 17 Grafik Variance Decomposition of BS3

(42)

28

variabel itu sendiri, sedangkan pengaruh guncangan tingkat bagi hasil deposito bank syariah semakin menurun dan peranan guncangan IHK semakin meningkat hingga 43.30% .

Gambar 18 Grafik Variance Decomposition of BK3

Deposito 6 bulan

Berdasarkan hasil dekomposisi varian pada gambar 19, dapat disimpulkan bahwa pada periode pertama, fluktuasi tingkat bagi hasil deposito 6 bulan bank syariah disebabkan oleh guncangan variabel itu sendiri, yakni sebesar 100%. Namun mulai periode kedua hingga periode seterusnya, tampak variabel – variabel lain mulai memengaruhi variabilitas tingkat bagi hasil deposito 6 bulan. Pada gambar 14 terlihat bahwa hingga periode terakhir fluktuasi tingkat bagi hasil masih dominan dipengaruhi oleh guncangan variabel itu sendiri, guncangan tingkat suku bunga deposito bank konvensional dan IHK hingga periode terkahir hanya berpengaruh sebesar 2.74% dan 0.09%.

Gambar 19 Grafik Variance Decomposition of BS6

Sedangkan, fluktuasi tingkat suku bunga deposito 6 bulan bank konvensional (gambar 20) sudah mulai dipengaruhi variabel lain yakni tingkat bagi hasil deposito

(43)

29 bank syariah pada periode pertama sebesar 31.79%. Namun, peranan guncangan tingkat bagi hasil hingga periode terakhir semakin menurun dan fluktuasi tingkat suku bunga deposito mulai didominasi oleh IHK, yakni sebesar 83.12%.

Gambar 20 Grafik Variance Decomposition of BK6

Deposito 12 bulan

Berdasarkan hasil dekomposisi varian model deposito 12 bulan pada gambar 21, terlihat bahwa dalam menjelaskan fluktuasi tingkat bagi hasil pada jangka panjang, peranan guncangan variabel itu sendiri semakin menurun, sedangkan peranan guncangan tingkat suku bunga deposito semakin meningkat dan mendominasi. Pada akhir periode, pengaruh guncangan tingkat bagi hasil dalam menjelaskan fluktuasi tingkat bagi hasil itu sendiri sebesar 10.58%, pengaruh tingkat suku bunga deposito dan IHK sebesar 51.90% dan 37.52%.

Gambar 21 Grafik Variance Decomposition of BS12

Pada proyeksi jangka panjang dalam menjelaskan fluktuasi tingkat suku bunga deposito 12 bulan (gambar 22), pengaruh guncangan tingakt suku bunga itu semakin bekurang namun tetap mendominasi, sedangkan pengaruh tingkat bagi hasil dan IHK semakin meningkat. Pada tahun pertama (12 periode), fluktuasi didominasi

(44)

30

oleh tingkat suku bunga, yakni sebesar 68.79%, tingkat bagi hasil sebesar 1.31%, dan IHK sebesar 29.90%. Pada akhir periode pengaruh tingkat suku bunga deposito tetap mendominasi, yakni sebesar 55.94%, tingkat bagi hasil sebesar 2.44%, dan IHK sebesar 41.62%.

Gambar 22 Grafik Variance Decomposition of BK12

Berdasarkan hasil uji FEVD diatas, dalam model deposito 1 bulan, 3 bulan, dan 6 bulan didapatkan hasil bahwa fluktuasi tingkat bagi hasil deposito bank syariah di Indonesia pada jangka panjang masih didominasi oleh guncangan variabel itu sendiri. Namun pada model deposito 12 bulan, pada jangka panjang fluktuasi tingkat bagi hasil didominasi oleh tingkat suku bunga deposito bank konvensional. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif (2010) bahwa tingkat suku bunga bank konvensional di Indonesia secara signifikan memengaruhi dalam penentuan marjin bagi hasil di bank syariah. Secara implisit dapat dijelaskan bahwa semakin lama jangka waktu deposito yang diambil maka pada jangka panjang akan semakin besar tingkat bagi hasil deposito bank syariah di Indonesia dipengaruhi oleh tingkat suku bunga depsotio bank konvensional.

Sedangkan dalam menjelaskan fluktuasi tingkat suku bunga deposito bank konvensional di Indonesia, peranan tingkat bagi hasil masih sangat kecil dalam semua deposito berjangka. Hal ini disebabkan karena masih tingginya market share bank konvensional di Indonesia dibandingkan dengan bank syariah sehingga apabila terjadi guncangan pada tingkat bagi hasil bank syariah maka tidak terlalu berpengaruh terhadap fluktuasi yang terjadi pada tingkat suku bunga depsoito bank konvensional di Indonesia.

Dalam kaidah hukum satu harga atau the law of one price, harga – harga suatu produk cenderung sama di semua daerah. Jika dihubungkan dengan hukum tersebut maka wajar apabila tingkat bagi hasil deposito bank syariah menyesuaikan dengan tingkat suku bunga deposito bank konvensional. Sebab sebagai makhluk ekonomi, seorang nasabah akan cenderung memilih produk yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu dalam dunia perbankan terjadi persaingan dalam penentuan tingkat margin atau tingkat keuntungan yang akan diberikan bank untuk nasabahnya. Hal ini terjadi karena bank tidak ingin nasabahnya beralih menggunakan produk dari bank yang lain. (Perwataatmajaya dan Tanjung 2007).

(45)

31

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pengujian yang sudah dilakukan, tampak bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara tingkat suku bunga deposito bank konvensional dengan tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Dalam semua model deposito, respon tingkat bagi hasil deposito bank syariah terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat suku bunga deposito bank konvensional memiliki derajat yang lebih besar dibandingkan respon tingkat suku bunga deposito bank konvensional terhadap guncangan yang terjadi pada tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Kedua respon variabel tersebut cenderung bersifat positif, hal ini terjadi karena apabila tingkat suku bunga deposito bank konvensional meningkat maka akan banyak nasabah yang beralih ke bank konvensional, sehingga agar tidak kehilangan nasabah maka bank syariah juga meningkatkan tingkat bagi hasil depositonya, begitu juga sebaliknya.

Dalam menjelaskan fluktuasi tingkat suku bunga deposito bank konvensional, peranan tingkat bagi hasil masih sangat kecil dalam semua deposito berjangka. Hal ini disebabkan karena masih tingginya market share bank konvensional dibandingkan dengan bank syariah sehingga apabila terjadi guncangan pada tingkat bagi hasil bank syariah maka tidak terlalu berpengaruh terhadap fluktuasi yang terjadi pada tingkat suku bunga deposito bank konvensional. Sedangkan peranan tingkat suku bunga deposito bank konvensional dalam menjelaskan fluktuasi tingkat bagi hasil deposito bank syariah semakin meningkat pada jangka panjang.

Selain itu, IHK memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap tingkat suku bunga deposito bank konvensional dibandingkan pengaruhnya terhadap tingkat bagi hasil deposito bank syariah. Hal ini dibuktikan dari besarnya respon tingkat suku bunga deposito bank konvensional terhadap guncangan IHK dan besarnya peranan guncangan IHK dalam memengaruhi fluktuasi tingkat suku bunga deposito bank konvensional.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran yang diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyerapan dana pihak ketiga dari bank syariah masih tergolong rendah jika dibandingkan bank konvensional. Hal ini dilihat dari masih besarnya pengaruh suku bunga deposito bank konvensional terhadap tingkat bagi hasil bank syariah. Oleh karena itu bank syariah harus meningkatkan inovasi – inovasi produk untuk menarik para nasabah sehingga dapat meningkatkan market share bank syariah baik dalam segi aset maupun DPK-nya.

Gambar

Grafik tingkat bagi hasil dan suku bunga deposito 1 bulan                       16
Gambar 1 DPK Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia
Tabel 1 Perbedaan  Sistem Bunga dan Bagi Hasil
Gambar 3 Bagan Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

- OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIA 1.20.25... PEMBANGUNAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan antara variabel Motivasi dan variabel Kesejahteraan terhadap Disiplin Kerja Karyawan Penelitian ini dilakukan

Penghargaan tersebut dapat berupa anggaran yang diberikan kepada Inspektorat harus sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2008 yang nantinya digunakan untuk

Proses pengerjaan reparasi pintu mobil telah kami lakukan oleh tenaga bengkel yang ahli bidang reparasi pintu mobil. 8 Karyawan kami telah menyelesaikan pekerjaan reparasi

dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Ditjen Dikdasmen, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi 7 tujuh aspek, yaitu sebagai

secara bersama. Empat pilar ini menyiratkan bahwa pendidikan moral dan etika haruslah dilakukan melalui pembinaan secara terus menerus sampai terjadi internalisasi

The questionnaire was made to determine the position of the category of students' perceptions of the assessment, containing 55 statements include 32 statements perceptions and 23

Hasil yang diperoleh adalah Kenaikan (penurunan) kas tidak selalu diikuti dengan kenaikan (penurunan) pengeluaran investasi, Terdapat hubungan yang positif antara