• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Job Characteristics dengan Employee Engagement di Perusahaan Telekomunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Job Characteristics dengan Employee Engagement di Perusahaan Telekomunikasi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karyawan adalah aset dari sebuah perusahaan. Produktivitas dan keuntungan dari perusahaan tergantung pada bagaimana performa dari karyawan tersebut. Karyawan yang performa kerjanya baik akan lebih

berkontribusi pada organisasi daripada karyawan yang performanya buruk. Performa karyawan dipengaruhi oleh bagaimana karyawan tersebut

memaknai, berkontribusi, dan terlibat dalam pekerjaannya (Galup, Klein, & Jiang, 2008).

Karyawan yang memaknai serta berkontribusi terhadap pekerjaannya

dan mengerjakan pekerjaan dengan mencurahkan segenap energi fisik, kognitif, dan emosinya disebut sebagai karyawan yang engaged (Kahn,1990).

Engagement yang paling terlihat jelas adalah bagaimana perilaku kerja dari

orang tersebut. Orang yang engaged terlihat bekerja keras, berusaha, dan terlibat penuh pada pekerjaan. Mereka fokus pada apa yang mereka kerjakan

dengan mengerahkan segenap energinya (Albrecht, 2010).

Engagement bukanlah sekedar bekerja keras. Individu akan

(2)

bekerja dengan mengekspresikan diri secara fisik, kognitif dan emosional selama kerja. Aspek fisik meliputi energi fisik yang dikeluarkan karyawan

dalam melakukan pekerjaan mereka, aspek kognitif meliputi belief karyawan terhadap organisasi, dan aspek emosi fokus pada perasaan karyawan

mengenai tiga faktor ini (Kahn, 1990).

Employee engagement memberikan hasil yang krusial bagi perusahaan, seperti tingginya produktivitas kerja, kepuasan kerja, dan

rendahnya tingkat turnover (Vance, 2006; Castellano, 2008; Henryhard, 2009). Hal-hal demikian dapat meningkatkan produktivitas dari organisasi

atau perusahaan (Castellano, 2008). Hal ini sejalan dengan laporan mengenai

employee engagement yang disusun oleh Vance (2006) yang meneliti dua

perusahaan, yaitu Caterpillar dan Molson Coors Brewing Company.

Pada perusahaan Caterpillar ditemukan bahwa employee engagement dan komitmen dapat meningkatkan keuntungan 8,8 juta dolar

pertahun dikarenakan menurunnya tingkat ketidakhadiran karyawan, produksi meningkat lebih dari 70% kurang dari empat bulan, keuntungan meningkat sebanyak dua juta dolar dan kepuasan konsumen meningkat sebanyak 34%.

Sedangkan pada perusahaan Molson Coors Brewing Company ditemukan bahwa karyawan yang engaged memiliki resiko lima kali lebih kecil

mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan karyawan yang tidak

engaged. Selain itu, perbandingan biaya keselamatan kerja karyawan yang

(3)

engaged, perusahaan dapat menyimpan keuntungan mencapai 1.721.760

dolar selama tahun 2002 (Vance, 2006).

Meskipun demikian sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tingkat engagement pada karyawan masih tergolong rendah (Perrin, 2003;

Kulaar et al, 2008; Blessing White, 2011). Hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Towers Perrin pada lebih dari 35.000 karyawan perusahan-perusahaan di Amerika Serikat. Didapat bahwa hanya 17 %

karyawan yang engaged, 19 % disengaged, dan 64 % lainnya menyatakan netral (Perrin, 2003), sedangkan penelitian global pada 10.914 karyawan di

seluruh dunia didapatkan bahwa ada 31% karyawan yang engaged, khusus wilayah Asia Tenggara ada sebanyak 26% karyawan (Blessing White, 2011).

Organisasi menyadari pentingnya employee engagement. Oleh

karena itu perlu adanya peningkatan level engagement pada karyawan. Ada berbagai faktor yang mendorong karyawan merasakan employee engagement

(Castellano, 2008; Albrencht, 2010). Penelitian yang dilakukan Blessing White (2011), menemukan bahwa dari delapan faktor yang dikemukakan lima diantaranya berhubungan dengan karakteristik pekerjaan, seperti pekerjaan

yang menantang, fleksibel, kesempatan melakukan pekerjaan dengan baik, pekerjaan yang dibutuhkan organisasi, dan kejelasan pekerjaan. Sedangkan

menurut Perrin (2003), sebanyak 53% karyawan memilih pekerjaan yang menantang sebagai drives dari employee engagement.

Hal ini kemudian diperkuat oleh Castellano (2008) yang

(4)

employee engagement. Seperti halnya Albrecht (2010) yang menyarankan

peneliti employee engagement selanjutnya untuk melakukan studi tentang

karakteristik kerja, karena dinilai sebagai topik penting dari employee

engagement. Selain itu juga, job characteristics memiliki pengaruh secara

langsung pada sikap dan perilaku karyawan di tempat kerja (Castellano, 2008).

Job characteristics adalah seperangkat tugas-tugas organisasi yang

yang menyebabkan afeksi dan perilaku karyawan di tempat kerja (Oldham & Hackman, 2005). Definisi ini mencakup aspek spesifik dari pekerjaan seperti

pengetahuan, keterampilan, fisik, dan kondisi kerja yang dapat disadari, didefinisikan, dan diuji. Ada lima dimensi dari job characteristics yang membuat karyawan bereaksi positif dan menunjukkan motivasi kerja yang

tinggi, kepuasan serta performa yang baik yaitu skill variety, task identity,

task significance, autonomy, dan feedback (Oldman & Hackman, 2005).

Hasil penelitian pada negara non-western mengungkapkan bahwa

skill variety dan feedback memiliki dampak fungsional pada kepuasan kerja,

komitmen terhadap organisasi dan intensitas turnover (Elanain, 2009). Task

identity dan task significance memiliki efek atau pengaruh pada sikap dan

perilaku kerja, sedangkan rendahnya autonomy karyawan berhubungan positif

dengan tingginya tingkat turnover (Elanain, 2009) dan tingkat kepuasan (Loher, Noe, & Fitzgerald 1985; Galup, et al., 2008).

Dalam melakukan suatu pekerjaan, apabila skill yang dibutuhkan

(5)

tertantang untuk menunjukkan kemampuannya. Selain itu, apabila pekerjaan menghendaki penyelesaian dari awal sampai akhir dengan hasil yang tampak

(task identity) dan mempunyai dampak penting bagi orang lain apakah di dalam organisasi atau lingkungan yang lebih besar (task significance), maka

karakteristik pekerjaan tersebut menimbulkan reaksi positif dari karyawan dan mereka merasakan adanya experienced meaningfulness (Oldman & Hackman, 2005).

Experienced meaningfulness adalah keadaan dimana individu

mempersepsikan pekerjaannya sebagai sesuatu yang penting dan berarti bagi

beberapa sistem dari nilai yang ia terima. Setiap dimensi ini merepresentasikan cara penting untuk mendapatkan experienced meaningfuness. Jika nilai dari ketiga dimensi ini tinggi, karyawan akan

merasakan bahwa pekerjaannya sangat berarti (Hackman & Oldham, 1974; Faturrochman, 1997; Sitanggang, 2006).

Pekerjaan yang memberikan kebebasan dalam jadwal kerja dan penentuan prosedur yang harus dilakukan (autonomy) akan membuat karyawan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Orang dengan

tingkat otonomi pekerjaan yang tinggi mengetahui bahwa mereka secara pribadi bertanggung jawab baik untuk kesuksesan ataupun kegagalan dari

pekerjaan tersebut. Hackman dan Oldham menyebutkan konsep ini sebagai

experienced responsibility (Oldham & Hackman, 2005). Sedangkan, adanya

informasi yang langsung dan jelas mengenai performa (feedback) membuat

(6)

berpengaruh ketika datang dari pekerjaan itu sendiri (Oldham & Hackman, 2005).

Kelima gabungan dimensi tersebut mempengaruhi keadaan psikologis karyawan. Semakin tinggi skor pada setiap karakteristik, maka

akan meningkatkan motivasi, performa serta kepuasan kerja (Elanain, 2009). Keadaan psikologis ini adalah experience meaningfulness, experience

responsibility dan knowledge of results. Ketika keadaan ini muncul,

seseorang cenderung memiliki perasaan positif terhadap dirinya ketika kinerjanya baik, dan perasaan ini akan terus berlanjut (Hackman &

Oldham,1974; Faturrochman, 1997; Sitanggang, 2006).

Hal ini sejalan dengan definisi dari employee engagement yang juga melibatkan perasaan atau reaksi positif terhadap perkerjaan, organisasi juga

nilai-nilai dari organisasi itu sendiri. Karyawan yang engaged memiliki motivasi, kepuasan kerja yang tinggi dan rendah tingkat ketidakhadiran serta

turnover-nya. Tingkat kepuasan, motivasi dan performa karyawan serta

rendahnya tingkat absensi dan turnover berhubungan positif dengan job

characteristics (Ferris & Gilmore, 1984; Elanain, 2009).

Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara job characteristics dengan employee engagement di perusahaan

(7)

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara job characteristics dengan employee

engagement di perusahaan Telekomunikasi?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan antara job characteristics dengan employee

engagement di perusahaan Telekomunikasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi keilmuan di

bidang Psikologi, khususnya Psikologi Industri dan Organisasi terutama yang berkaitan dengan hubungan job characteristics dengan employee

engagement.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki beberapa manfaat praktis, antara lain :

a. Untuk mengetahui tingkat engagament karyawan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

gambaran job characteristics dan hubungannya dengan employee

(8)

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Bab I : Pendahuluan

Berisikan latar belakang masalah yang hendak dibahas, analisis hubungan job characteristics dengan employee engagement yang menjadi dasar pemikiran peneliti, serta tujuan, manfaat dan

sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori

Berisikan tinjauan kritis yang menjadi acuan dalam pembahasan permasalahan. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang job characteristics dan employee engagement,

meliputi definisi, faktor, analisa lebih mendalam mengenai hubungan kedua variabel ini, dan hipotesis yang diajukan oleh

peneliti.

Bab III : Metode Penelitian

Berisikan metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi

variabel, definisi operasional, subjek penelitian, instrumen dan alat ukur yang digunakan, metode pengambilan sampel serta metode

analisis data.

Bab IV : Analisa dan Pembahasan Data

Berisikan uraian mengenai analisa data dan pembahasan yang

(9)

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Berisi uraian kesimpulan sebagai jawaban permasalahan yang

Referensi

Dokumen terkait

f. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62 tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Batuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016, Bab IV

Manusia adalah makhluk yang lemah dibanding makhluk lain namun dengan akal budinya dan kemauannya yang sangat kuat maka manusia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya serta bimbingan-Nya selama dalam proses pembuatan dan menyelesaikan Laporan Skripsi

efesiensi waktu kami tidak akan melayani peserta yang hadir setelah batas akhir yang telah. ditentukan, bagi yang tidak menghadiri Klarifikasi hasil evaluasi ini

Recently, they have also been applied towards the impact of climate variability and the effect of El Niño/Southern Oscillation (ENSO) on agricultural production and food security. It

[r]

dengan menekan tomb 01 Tool-Graphic Report ­ Resources and cost kemudian pada tampilan dialoque box dipilill total Usage For All Resources, maka akan terlihat

Dalam penelitian ini Setiap pondok pesantren masing-masing memiliki cara tersendiri untuk membentuk karakter para santri sesuai dengan visi dan misi yang telah di