BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Asuransi
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie, yang dalam hukum Belanda
disebut Verzekering yang artinya pertangggungan.Dari peristilahan assurantie
kemudian timbul istilah assuradeur bagi penanggung, dan geassureede bagi
tertanggung (Yafie, 1982).
Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan non bank yang mempunyai
peranan yang tidak jauh berbeda dari bank. Asuransi adalah salah satu bentuk
pengendalian risiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan (transfer) risiko
dari suatu pihak ke pihak lain (dalam hal ini adalah perusahaan asuransi) (Amrin,
2011).
Perkembangan perusahaan asuransi di Indonesia mengalami perkembangan yang
cukup signifikan setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980an
dan diperkuat dengan keluarnya UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian. Dengan adanya deregulasi tersebut, pemerintah memberikan
kemudahan dalam hal perijinan, sehingga mendorong tumbuhnya
perusahaan-perusahaan baru, dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil produksi nasional
(Ispratiwi, 2013).
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 dalam pasal 1 ayat (1)
undang-undang tersebut disebutkan bahwa asuransi adalah perjanjian antara dua pihak
atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung
karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk
memberikan suatu peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan (Sudarsono, 2003).
Menurut Janwari (2005) terdapat lima unsur asuransi, yaitu :
1. Perjanjian yang mendasari terbentuknya perikatan antara dua pihak yang
sekaligus terjadinya hubungan keperdataan.
2. Premi berupa sejumlah uang yang sanggup dibayarkan oleh tertanggung
kepada penanggung.
3. Adanya ganti rugi dari penanggung kepada tertanggung jika terjadi klaim
atau masa perjanjian selesai.
4. Adanya suatu peristiwa yang tidak tertentu yang adanya suatu resiko yang
memungkinkan datang atau tidak ada resiko.
5. Pihak-pihak yang membuat perjanjian, yakni penanggung dan tertanggung.
Dari pengertian diatas, dalam asurasi terdapat dua pihak yang bersangkutan, yaitu:
1. Pihak yang mempunyai kesanggupan untuk menanggung atau menjamin
yang disebut dengan “penanggung”
2. Pihak yang akan mendapatkan ganti rugi jika menderita suatu musibah
sebagai akibat dari suatu peristiwa yang belum tentu terjadi, yang kemudian
2.2. Latar Belakang Berdirinya Asuransi Syariah
Asuransi syariah sudah ada sejak pada zaman Rasulullah yang disebut Aqilah.
Menurut Thomas Patrick (2001) dalam bukunya Dictionary of Islam, hal ini sudah
menjadi kebiasaan suku Arab sejak zaman dulu bahwa jika ada satu anggota
terbunuh oleh anggota suku lain, pewaris korban akan dibayar sejumlah uang
darah (diyat) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara
terdekat pembunuh yang disebut Aqilah, harus membayar uang darah atas nama
pembunuh.
Kelahiran asuransi syariah di Indonesia tidak lepas dari peran bank-bank syariah.
Dengan beroperasinya bank-bank syariah dirasakan pula kebutuhan akan jasa
asuransi yang berlandaskan syariah. Hal ini yang diperakarsai olehIkatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank
Muamalat Indonesia Tbk, dan Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri sepakat
mendirikan asuransi takaful dengan menyusun Tim Pembentukan Asuransi
Takaful Indonesia (TEPATI) pada tanggal 27 Juli 1993 (Training & Development
Department, 2002).
Pada tanggal 25 Agustus 1994 akhirnya berdiri secara resmi.Pendirian ini
dilakukan secara resmi di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta.Dan izin
operasional asuransi diperoleh dari Departemen Keuangan melalui Surat
Keputusan Nomor Kep-385/KMK.017/1994 tertanggal 4 Agustus 1994 (Janwari,
2005).
Walaupun asuransi syariah belum terlalu banyak dikenal seperti halnya bank
dengan bank syariah. Perbankan syariah memiliki kaitan yang cukup erat dengan
asuransi syariah. Semakin besar perkembangan perbankan syariah, maka akan
berdampak positif terhadap perkembangan asuransi syariah. Pada tahun 2009,
perbankan syariah masih menguasai lebih dari 90% pasar syariah di
Indonesia.Sedangkan asuransi syariah baru memiliki market share di bawah 5%
(Republika Online, 2009).
Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai jumlah
operator asuransi syariah yang cukup banyak. Berdasarkan data Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI), terdapat 49 pemain asuransi
syariah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi syariah. Mereka terdiri
40 operator asuransi syariah, tiga reasuransi syariah , dan enam broker asuransi
dan reasuransi syariah dimana perusahaan benar-benar secara penuh beroperasi
sebagai perusahaan asuransi syariah ada tiga, yaitu Asuransi Takaful Keluarga,
Asuransi Takaful Umum, dan Asuransi Mubarakah (Amrin, 2011).
Perkembangan asuransi syari’ah dalam lingkup nasional bisa dikatakan
cukupsignifikan, dilihat dari pertambahan premi dari tahun ketahun dan
bertambahnya perusahaan asuransi konvensional yang membuka unit layanan
syari’ah.Pada tahun 2006, tercatat premi yang dikumpulkan sebesar Rp 497 miliar
dengan asset Rp 917 miliar. Pada tahun berikutnya, yakni tahun 2007,
pertambahan premi yang diperoleh sebesar Rp 703 miliar menjadi Rp 1,2 triliun
dengan pertambahan total asset sebesar Rp 983 miliar menjadi Rp 1,9 triliun. Data
dari Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) menyebutkan, tingkat
sementara asuransi konvensional hanya 22,7 persen.
Melihat perkembangan asuransi syariah dari tahun-ketahun yang mengalami
peningkatan yang cukup pesat, hal ini membuat sejumlah perusahaan asuransi
konvensional membuka unit layanan syariah. Berdasarkan rekomendasi yang
dikeluarkan oleh DSN MUI sampai dengan tanggal 21 Agustus 2007, tercatat ada
47 perusahaan yang telahmendapatkan izin membuka unit layanan syariah .
Sedangkan menurut pemaparan Mohammad Shaifie Zein , selaku Ketua AASI
periode 2008-2011, mengatakanbahwa “kini terdapat 38 perusahaan yang telah
memiliki unit syariah. (Zein, 2009)
Asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001
adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah
orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi resiko/bahaya tertentu melalui akad yang
sesuai dengan syariah (Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional, 2006).
Asuransi syariah juga mengarah kepada berdirinya sebuah masyarakat yang tegak
diatas saling membantu dan menopang, karena setiap muslim terhadap muslim
lainnya sebagaimana sebuah bangunan yang saling menguatkan sebagian kepada
sebagian yang lain (Dewi, 2004).
Keberadaan asuransi syariah juga selaras dengan firman Allah SWT yang
diterjemahkan sebagai berikut:
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksaan-Nya” (Surat Al-Maidah ayat 2)
“….Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu….” (Q.S, al-Baqarah 2:185)
“ dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan-keperluan hidup,
dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali
bukan memberi rezeki kepadanya.” (Q.S, Al-Hijr, 15:20).
Pendirian asuransi syariah, khususnya di Indonesia didasarkan beberapa alasan
(Janwari. 2005), yaitu:
1. Landasan syariah
Dengan asuransi syariah umat islam telah berupaya menghindarkan diri dari dari
perolehan harta (ganti rugi) dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Syara’ ,
seperti jalan riba mengandung unsur gharar dan maysir. Hal ini disebabkan ganti
rugi dalam asuransi konvensional memiliki tiga unsur tersebut, sementara dalam
asuransi syariah ketiga unsur tersebut dilarang dan diganti berdasarkan pedoman
syariah.
2. Landasan yuridis
Pada landasan ini, asuransi syariah telah ikut serta dalam mengembangkan dunia
perasuransian. Khusus di Indonesia, keberadaan asuransi syariah sebagai sebuah
badan usaha di bidang perasuransian ini dilegalisir oleh Persetujuan Departemen
Kehakiman Republik Indonesia Nomor: C2-18.286.MT.01.01 Th. 94 tertanggal
dari Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 247/KMK.017/1995
tertanggal 5 Mei 1994.
3. Landasan filosofis
Dalam landasan ini dimaksudkan bahwa asuransi syariah merupakan salah satu
solusi bagi pihak-pihak yang hendak mengatasi musibah atau bencana yang bisa
terjadi sewaktu-waktu.
Melihat perkembangan asuransi syariah dari tahun-ketahun yang mengalami
peningkatan, hal ini membuar sejumlah perusahaan asuransi konvensional
membuka unit layanan syariah. Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh
DSN MUI sampai dengan tanggal 21 Agustus 2007, tercatat ada 47 perusahaan
yang telah mendapatkan izin membuka unit layanan syariah (Ali, 2008).
Mohammad Shaifie Zein selaku ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia
(AASI) periode 2008-2011 mengatakan bahwa “kini terdapat 38 perusahaan yang
telah memiliki unit syariah dimana tiga perusahaan lainya adalah perusahaan
murni syariah, Di tahun ini industri asuransi syariah pun akan semakin ramai.
Pasalnya diperkirakan tiga perusahaan syariah akan membuka unit syariah pada
tahun 2009” (Zein, 2009).
Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah usaha
untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko /bahaya tertentu melalui akad yang sesuai
Asuransi syariah dikenal juga dengan namatakaful berasal darikata
kafala-yakfulu-kafaalatan yang secara etimologi berarti menjaminatau saling
menanggung, sedangkan dalam pengertian muamalah berartisaling memikul risiko
di antara sesama orang sehingga antara satu danyang lain menjadi penanggung
atas risiko yang lain. Hal itu dikenaldengan sistem sharing of risk.(Amrin, 2006).
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi syariah prinsip dasarnya adalah
dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin
kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.Prinsip ini sesuai
dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya :
"Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan
jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan".
2.3.Perbedaan asuransi syariah dan konvensional
Sebagaimana telah dikemukakan bahwasannya asuransi syariah adalah asuransi
yang berlandaskan atau mengacu pada syariat islam. Sedangkan asuransi
konvensional mengacu pada sistem kapitalis (Sudarsono, 2003). Sebagaimana
No. Asuransi Syariah Asuransi Konvensional
1. Prinsip akad asuransi syariah adalah
takafuli (tolong menolong).
Akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual beli antara nasabah dengan perusahaan).
2. Dana yang terkumpul dari nasabah
perusahaan asuransi syariah (premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).
Pada asuransi konvensional investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.
3. Premi yang terkumpul diperlakukan
tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.
Pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.
4. Bila ada peserta yang terkena
musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan dari
rekening tabarru’(dana sosial)
seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong menolong.
Dalam asuransi konvensional dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan.
5. Keuntungan investasi di bagi dua
antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil.
Pada asuransi konvensional keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim nasabah tak memperoleh apa-apa.
6. Adanya Dewan Pengawas Syariah
dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam.
2.4. Produk asuransi syariah
Berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 1992, dapat diketahui asuransi jiwa adalah
perjanjian antara dua belah pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung
mengikatkan diri dengan tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk
memberikan pembayaran kepada tertanggung didasarkan atas meniggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.Dan sejalan dengan UU Nomor 22
Tahun 1992, asuransi syariah terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Asuransi syariah umum (asuransi kerugian)
2. Asuransi syariah keluarga (asuransi jiwa)
Asuransi syariah umum adalah bentuk asuransi syariah yang memberikan
perlindungan dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta milik
nasabah asuransi syariah. Sedangkan asuransi keluarga adalah bentuk asuransi
syariah yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan
kecelakaan atas diri nasabah( Basyir,1996).
Menurut Janwari (2005), asuransi syariah umum merupakan bentuk perlindungan
syariah untuk perorangan, perusahaan, yayasan, lembaga atau badan hukum
lainnya. Asuransi ini ditawarkan sebagai upaya untuk menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana, seperti kebakaran, kehilangan, kerusakan dan kemalangan
lainnya yang menimpa harta benda atau barang yang dimiliki nasabah.Sedangkan
asuransi syariah keluarga hanya ditawarkan kepada perorangan. Asuransi syariah
keluarga merupakan bentuk perlindungan kepada perorangan yang ingin
menyediakan sejumlah uang sebagai cadangan dana untuk ahli warisnya
Kedua jenis asuransi tersebut dibuat menjadi dua perusahaan yang terpisah di
Indonesia, yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga (asuransi jiwa) dan PT. Asuransi
Takaful’ah Umum (asuransi kerugian).Kedua perusahaan tersebut berada di
bawah PT. Syarikat Takaful Indonesia. Adapun aturan-aturan umum kedua jenis
asuransi syariah tersebut.(Basyir. 1996) Bentuk asuransi keluarga syariah adalah:
1. Peserta asuransi bebas memilih salah satu jenis atau produk asuransi
keluarga yang ada, umur peserta 18-50 tahun, masa klaim berakhir sebelum
mencapai umur 60 tahun.
2. Perusahaan dan peserta asuransi mengadakan perjanjianmudharabah(bagi
hasil), sekaligus dinyatakan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.
3. Setiap peserta asurans akan menyerahkan premi asuransi sesuai dengan
kemampuan peserta, tetapi tidak boleh kurang dari jumlah minimal yang
ditetapkan perusahaan asuransi.
4. Setiap premi yang dibayarkan peserta dibagi ke dalam dua rekening, yaitu
rekening peserta dan rekening derma (tabarru’ atau charity account), yang
persentase kedua rekening ditentukan sesuai kelompok umur peserta dan
jangka waktu pertanggung.
5. Uang angsuran (premi) oleh perusahaan asuransi akan disatukan dalam
“Kumpulan Dana Peserta”, yang selanjutnya diinvestasikan dalam
pembiayaan proyek yang sesuai syariah.
6. Keuntungan yang diperoleh dari investasi tersebut akan dibagi dengan
7. Keuntungan bagian peserta akan dikreditkan ke dalam rekening peserta dan
rekening derma secara proposional.
Sedangkan bentuk asuransi umum (kerugian) syariah dilakukan menurut aturan
sebagai berikut:
1. Peserta dapat terdiri dari perorangan, perusahaan, lembaga atau yang
lainnya.
2. Perjanjian kerjasama antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi
syariah umum berdasarkan prinsip mudharabah.
3. Besarnya nominal premi tergantung pada jenis asuransi yang dipilih.
Setoran premi dilakukan sekaligus pada awal kontrak dan jangka waktu
pertanggungan adalah satu tahun, dan harus diperbaharui jika kontrak
hendak diperpanjang untuk tahun berikutnya.
4. Premi asuransi dikumpulkan dalam satu kumpulan dana yang kemudian
diinvestasikan pada proyek-proyek atau pembiayaan lainnya sesuai syariat
islam.
5. Keuntungan dari hasil investasi akan dikreditkan ke dalam kumpulan dana
peserta.
6. Jika terjadi musibah terhadap harta benda peserta yang diasuransikan, maka
perusahaan asuransi akan membayarkan ganti rugi atau santunan kepada
peserta tersebut dengan dana yang diambil dari kumpulan dana peserta
7. Biaya yang diperlukan oleh perusahaan asuransi diambil dari kumpulan
dana peserta. Jika masih terdapat kelebihan dana akan dibayarkan kepada
peserta dan perusahaan asuransi menurut prinsip mudharabah.
Adapun produk-produk asuransi syariah dapat dikemukakann sebagai berikut
(Janwari.2005) :
1. Produksi Asuransi Umum:
a. Asuransi Kendaraan Bermotor
Dalam asuransi kendaraan bermotor, asuransi syariah memberikan perlindungan
terhadap kerugian pada kendaraan bermotor yang disebabkan karena mengalami
musibah kecelakaan serta tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga.
b. Asuransi Kebakaran
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap harta benda (bangunan,
mesin, peralatan/perlengkapan, atau persediaan barang), serta gangguan usaha dari
kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran, kejatuhan pesawat terbang, ledakan
gas, dan sambaran petir.
c. Asuransi Risiko Pembangunan
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan
pada proyek pembangunan yang sedang berjalan sehubungan dengan
pekerjaan-pekerjaan konstruksi, konstruksi pabrik termasuk atas peralatan atau mesin-mesin
d. Asuransi Risiko Pemasangan
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan
pada pekerjaan pemasangan mesin, peralatan mekanis, dan berbagai jenis
konstruksi baja.
e. Asuransi Mesin
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan
yang sifatnya tidak terduga dan tiba-tiba secara fisik pada mesin-mesin berikut
peralatannya selama pengoperasian, seperti boiler, lift, dan genset.
f. Asuransi Peralatan Elektronik
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan
pada barang elektronik.
g. Asuransi Pengangkutan
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atau kerusakan
yang sedang pengiriman akibat terjadinya risiko yang disebabkan alat
pengangkutnya mengalami musibah atau kecelakaan.
h. Asuransi Rangka Kapal
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian pada rangka kapal
dan mesin kapal, biaya tambang, risiko perang serta tanggungjawab hukum
terhadap pihak ketiga dan berbagai risiko lainnya.
i. Asuransi Pengangkutan Uang
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian atas uang atau
benda yang disamakan denga uang yang sedang dalam perjalanan dari tempat
j. Syariah Gabungan
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian pada harta benda
serta akibat timbulnya tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga, baik untuk
industry, perdagangan maupun kegiatan lainnya.
k. Asuransi Kecelakaan Diri
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian financial dan
santunan akibat kecelakaan yang diderita oleh peserta, yang mengakibatkan
meninggal dunia, menderita cacat badan atau penggantian biaya perawatan dan
pengobatan.
l. Asuransi Penyimpanan Uang
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan
kehilanganuang di dalam penyimpanan sebagai akibat dari pencuian dan
perampokan atau tindakan kekerasan.
m. Asuransi Tanggung Gugat
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap timbulnya tanggungjawab
hukum kepada pihak ketiga.
n. Asuransi Kebongkaran
Asuransi syariah memberikan perlindungan terhadap kerugian yang diakibatkan
oleh pencurian yang didahului dengan kekerasan atau pembongkaran.
o. Asuransi Lainnya
Seperti asuransi pemilik dan penghuni rumah, asuransi kehilangan keuntungan
akibat kerusakan mesin, asuransi kehilangan keuntungan akibat kebakaran,
2. Produk Asuransi Syariah Keluarga:
a. Asuransi Dana Investasi
Asuransi syariah memberikan kesempatan kepada peserta untuk bekal hidup di
hari tua.Bila peserta masih hidup sampai masa kontrak berakhir, maka
pembayaran klaim dari rekening tabungan peserta dan porsi bagi hasil. Tetapi jika
peserta meninggal dunia saat masa kontrak belum berakhir maka pembayaran
klaim berupa rekening tabungan peserta, porsi bagi hasil, dan dana kebajikan dari
tabungan tabbaru’
b. Asuransi Dana Siswa
Asuransi syariah memberikan kesempatan pada peserta untuk mempersiapkan
dana pendidikan bagi anak.
c. Asuransi Dana Haji
Asuransi syariah memberikan kepada peserta asuransi untuk mempersiapkan dana
untuk menunaikan ibadah haji.
d. Asuransi al-Khairat
Asuransi syariah memberikan perlindungan risiko finansial apabila peserta
meninggal dunia dalam masa perjanjian.
e. Asuransi Kesehatan
Asuransi memberikan kesempatan kepada peserta yang bermaksud menyediakan
dana santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit.
f. Asuransi Majelis Taklimumrah
Asuransi syariah memberikan kesempatan kepada peserta untuk mempersiapkan
g. Asuransi Wisata dan Umrah
Asuransi memberikan persiapan dana kepada peserta untuk wisata dan
menunaikan ibadah umrah.
h. Asuransi Perjalanan Haji
Asuransi memberikan persiapan dana kepada peserta selama di perjalanan dalam
menunaikan ibadah haji.
i. Asuransi Kecelakaan Diri
Asuransi memberikan dana kepada peserta untuk santunan kepada dirinya apabila
peserta cacat setelah musibah atau santunan bagi ahli warisnya bila peserta
meninggal dunia dalam masa perjanjian.
2.5. Mekanisme Asuransi Syariah
A.Takaful Keluarga
Terdapat dua sistem yang digunakan dalam asuransi takaful keluarga, yaitu:
- Sistem pengelolaan dana dengan unsure tabungan, yang mana
dalam -sistem ini pegelolaan dana pada setiap premi takaful yang
diterima akan dimasukkan ke dalam rekening tabungan dan
rekening tabbaru’ (Antonio. 1999).
- Sistem Pengelolaan dana tanpa unsur tabungan
B. Takaful Umum
Setiap premi yang diterima aka dimasukkan ke dalam rekening khusus yaitu
rekening yang diniatkan untuk tolong-menolong dan digunakan untuk membayar
klaim kepada peserta apabila tejadi musibah atas harta benda atau pun peserta
Pada asuransi takaful keluarga, kumpulan dana peserta diinvestasikan ke dalam
pembiayaan proyek yang mana hasil dari proyek tersebut akan dibagi sesuai
dengan perjanjian mudharabah yang disepakati oleh peserta dan perusahaan
asuransi syariah.
2.6. Prinsip-prinsip asuransi syariah
Adapun prinsip asuransi syariah menurut Amrin (2011) yaitu:
1. Prinsip Tauhid
Dimana dalam niatan dasar ketika berasuransi syariah adalah tauhid,
mengharapkan keridaan Allah SWT.Jika dilihat dari sisi perusahaan, asas yang
digunakan dalam berasuransi syariah bukanlah semata-mata meraih keuntungan
dari peluang pasar, namun untuk keridaan Allah SWT. Sedangkan dari sisi
nasabah, berasuransi syariah adalah bertujuan untuk bertransaksi dalam bentuk
tolong menolong yang berlandaskan asas syariah dan bukan semata-mata mencari
“perlindungan” apabila terjadi musibah. Dalam hal ini Allah SWT berfirman
sebagaimana diterjemahkan:
“dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (QS.51:56)
2. Prinsip Keadilan
Asuransi syariah tidak boleh mendzaliminasabah dengan hal-hal yang menyulitka
dan merugikan nasabah. Perusahaan asuransi memiliki peluang besar dalam
melakukan ketidakadilan, seperti adanya unsur dana hangus karena pembatalan
kepesertaan di tengah jalan oleh nasabah. Pada asuransi syariah, dana
investasinya.Bahkan beberapa perusahaan asuransi syariah menyerahkan ke
lembaga kesejahteraan umat seperti lembaga zakat, infak, dan sedekah ketika
terdapat dana saving nasabah yang telah mengundurkan diri atau terputus di
tengah jalan dan tidak mengambilnya kendatipun telah dihubungi pihak
perusahaan.
“Hai orang-orang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang
selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil
.Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahuiapa
yang kamu kerjakan” (QS. Al-Maidah/5:80)
3. Prinsip Tolong - Menolong
Dimana sesama pesertabertabarru untuk kepentingan nasabah lainnya yang
tertimpa musibah. Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai
niat dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang pada
suatu ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
4. Prinsip Amanah
Perusahaan dituntut untuk amanah dalam segala hal seperti mengelola dana premi
dan proses klaim. Demikian juga dengan nasabah, perlu amanah dalam aspek
risiko yang menimpanya. Yang artiannya nasabah mengada-ada sesuatu yang
seharusnya tidak klaim menjadi klaim yang tentunya akan merugikan nasabah
lainnya. Dan transaksi yang amanah membawa pelakunya mendapatkan surga.
“Seseorang pebisnis yang jujur lagi amanah, (kelak akan dikumpulkan di
akhirat) bersama para nabi, shiddiqin, dam syuhada” (HR.Turmudzi)
5. Prinsip Saling Rida
Nasabah rida dananya dikelola perusahaan asuransi syariah yang amanah dan
professional demikian juga dengan perusahaan asuransi syariah ridamenerima
amanah yang diamanatkan nasabah dalam mengelola premi mereka.Karena
menolong, bekerjasama dan bertransaksi dengan ikhlas dan rida.
6. Prnsip menghindari riba
Riba merupakan bentuk transaksi yang harus dihindari karena sebatil-batilnya
transaksi muamalah.Sistem operasional syariah juga harus menerapkan konsep
sharing of risk yang bertumpu pada akad tabarru’, sehingga menghilangkan
unsure riba pada pemberian manfaat asuransi syariah (klaim) kepada nasabah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil,kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan sukasama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayangkepadamu”.(QS.an-Nisa’:29)
7. Prinsip Menghindari Maisir
Asuransi jika dikelola secara konvensional akan memunculkan unsure maisir
(judi). Karena seseorang bias jadi membayar premi hingga belasan kali namun
tidak pernah klaim. Di sisi lain ada nasabah yang baru satu kali membayar premi
lalu klaim. Karena konsep dasar asuransi konvensional adalah transfer of risk
milik perusahaan dan ketika membayar klaim pun dari rekening perusahaan.
Sehingga perusahaan dapat untung besar jika premi banyak dan klaim sedikit atau
pun sebaliknya.
8. Prinsip Menghindari Gharar
Gharar adalah ketidakjelasan, berbicara mengenai risiko, yang artiannya berbicara
tentang ketidakjelasan karena risiko bisa terjadi atau pun tidak terjadi. Dalam
asuransi konvensional jika ada risiko, maka akan mendapatkan klaim namun jika
tidak ada maka tidak mendapatkan klaim. Sedangkan dalam asuransi syariah
ketidakjelasan tidak menjadi gharar melainkan harus diwaspadai karena apabila
terjadi, sesama nasabah akan saling membantu terhadap nasabah lainnya yang
tertimpa musibah, yang diambil dari dana tabarru’ yang dikelola oleh perushaan
asuransi syariah (bukan dari dana perusahaan).
9. Prinsip Menghindari Risywah
Dalam menjalankan bisnis, baik pihak perusahaan asuransi syariah maupun
nasabah harus menjauhkan diri dari risywah atau sogok menyogok.Karenarisywah
pasti menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lainnya.
10. Berserah Diri dan Ikhtiar
Sebagai hamba Allah SWT yang mendapatkan amanah sebagai khalifah di muka
bumi.Manusia diwajibkan memanfaatkan rezeki yang telah dititipkan oleh-Nya
untuk kemaslahatan (manfaat) bagi umat manusia.
11. Saling Bertanggung Jawab
Seluruh peserta asuransi berjanji saling bertanggung jawab antara satu sama lain.
Rasulullah Saw yang dijadikan landasan dalam prinsip saling bertanggung jawab
adalah:
“Setiap kamu adalah pemikul tanggung jawab dan setiap kamu
bertanggung jawab terhadap orang-orang yang di bawah tanggung
jawabmu” (HR. Bukhari dan Muslim)“Seseorang tidak dianggap beriman
sehingga ia mengasihi saudaranya sebagaimana ia mengasihi dirinya
sendiri” (HR. Bukhari)
12. Saling Melindungi dan Berbagi Kesusahaan
Peserta asuransi satu sama lain saling melindungi dari kesusahaan dan bencana
karena keselamatan dan keamanan merupakan keperluan pokok bagi semua orang.
Allah SWT berfirman dalam surat Quraisy mengenai pemberian janji keselamatan
dari ancaman terhadap kelaparan dan bencana. Pada prinsip tadhamun
islamimenyatakan bahwa yang kuat menjadi pelindng yang lemah .
2.7. Perkembangan asuransi syariah
Menurut Muhaimin Iqbal (2008), hingga Januari 2008 di Indonesia sudah ada tiga
perusahaan yang full asuransi syariah, 32 cabang asuransi syariah, dan 3 cabang
reasuransi syariah. Pertumbuhan premi industri bisa menembus Rp 1 trilun tahun
ini.Rencana masuknya asuransi raksasa di pasar asuransi syariah diharapkan
mendukung pencapaian target itu.
Perolehan premi industri asuransi syariah tanah air diperkirakan kembali
mengulang prestasi tahun lalu dengan tumbuh sebesar 60%-70%.pada 2006,
industri asuransi syariah membukukan pertumbuhan premi sebesar 73% dengan
pesat, kontribusi terhadap total industri baru mencapai 1,11% per 2006 dan
diperkirakan meningkat ke posisi 1.33% tahun ini. Hal itu tidak terlepas dari
jumlah pelaku industri asuransi syariah yang masih terbatas dan baru
menunjukkan peningkatan dalam dua tahun terakhir.
a. Kendala Dalam Perkembangan Asuransi Syariah (Janwari. 2005)
1. Kelambanan Birokrasi
Lembaga keuangan syariah seperti halnya asuransi syariah masih dirasa asing bagi
para birokrat.Belum pahamnya birokrat dengan dan belum terbiasanya birokrat
dalam menggunakan jasa keuangan syariah dapat menyebabkan kelambanan
dalam menyelesaikan persoalan birokrasi.
2. Kurangnya Sumber Daya Manusia
Asuransi syariah merupakan barang baru bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena
itu ketika asuransi syariah muncul, masyarakat tidak siap untuk mengembangkan
perusahaan sehingga perusahaan asuransi syariah terkesan agak lamban
3. Lemahnya Respon Masyarakat
Penyebab lemahnya respon masyarakat terhadap asuransi adalah kekecewaan
terhadap dunia perasuransian khususnya asuransi konvensional karena manajemen
di asuransi konvensional baik dalam ganti rugi yang diterima maupun dalam
jaminan masa depannya sebagai peserta asuransi.
4. Lemahnya Sosialisasi
Masyarakat belum terlalu banyak mengenal asuransi syariah, baik dalam hal
prinsip operasional dan produk yang ditawarkannya, maupun dalam hal
mengalami kesulitan ketika akan berhubungan dengan asuransi syariah. Kesulitan
inilah yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan asuransi syariah.
5. Kurangnya Modal
Modal yang dimiliki perusahaan asuransi syariah saat ini masih sangat terbatas.
6. Lemahnya Masyarakat untuk Menjadi Marketer
Lemahnya minat masyarakat menjadi pemasar kemungkinan besar disebabkan
karena gaji yang diperoleh sedikit bila dibandingkan dengan menjadi pemasar di
asuransi konvensional. Hal ini meyebabkan terhambatnya proses sosialisasi
asuransi syariah terhadap masyarakat dan rekrutmen masyarakat menjadi nasabah
asuransi syariah.
7.Kurangnya Sarana dan Prasarana (Husen. 1996)
Sarana prasarana asuransi syariah masih dianggap kurang. Perusahaan asuransi
syariah masih tampak kerepotan dalam membuka cabang di daerah-daerah dan
masih sulit mencari lokasi dan medirikan bangunan sebagai kantor dan juga masih
sulit menyediakan perangkat lunak guna untuk operasional perusahaan asuransi.
b. Strategi Pengembangan Asuransi Syariah
1. Struktur permodalan yang kuat sangat dibutuhkan untuk
mengangkat industri asuransi syariah. Dengan modal yang kuat
perusahaan asuransi syariah akan dapat melaksanakan
fungsi-fungsi yang semestinya, antara lain edukasi pasar melalui berbagai
media komunikasi untuk menjelaskan keberadaan asuransi syariah,
pengembangan produk secara berkelanjutan, back-up keuangan
yang kokoh untuk membangkitkan kepercayaan publik.
2. Untuk Mengatasi kekurangan SDM yang Profesional dapat diatasi
dengan akan mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas SDM
asuransi syariah melalui beberapa program sertifikasi.
3. Untuk memasyarakatkan dan meningkatkan asuransi syariah maka
LKS harus mengembangkan teknologi informasi yang terdepan,
serta meningkatkan promosi dan sosialisasi di segala lapisan
masyarakat.
2.8. Landasan Hukum Dalam Asuransi Syariah
Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah mengenai asuransi
syariah, yaitu (Dewi, 2004):
1. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
426/KMK.06/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan
Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003
tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
3. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000
tentang Jenis, Penilaian, dan Pembatasan Investasi Perusahaan Syariah dan
Perusahaan Reasuransi dengan Sistem Syariah.
Dan ada pula landasan hukum asuransi syariah menurut syariat agama
1. Al-Quran
Terdapat ayat-ayat Al-Quran mengenai nilai-nilai dasar dalam asuransi:
“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok
(masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui yang kamu kerjakan” (QS. al-Hasyr (59) )
“… Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu…” (QS. al-Baqarah (2) )
“ yang telah member makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar
dan mengamankan mereka dari ketakutan” (QS. al-Quraisy (106) )
“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan
izin Allah…” (QS. al-Taghaabun (64) )
2. Sunnah Nabi Saw (Ali, 2004)
a. Hadis tentang Aqilah
b. Hadis tentang Anjuran Menghilangkan Kesulitan Seseorang
c. Hadis tentang Anjuran Meninggalkan Ahli Waris yang Kaya
d. Hadis tentang Mengurus Anak Yatim
e. Hadis tentang Menghindari risiko
f. Hadis tentang Piagam Madina
3. Ijtihad
a. Fatwa Sahabat
b. Ijma
2.9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang memilih asuransi
syariah adalah:
1. Faktor Pelayanan
Definisi pelayanan yaitu suatu kegiatan yang menolong menyediakan segala apa
yang diperlukanorang lain atau konsumendengan penampilan produk yang
sebaik-baiknya sehingga diperoleh kepuasan pelanggan dan usaha pembelian yang
berulang-ulang.Salah satu model kualitas jasa yang paling populer dan hingga ini
masih dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah disimpulkan bahwa terdapat
lima dimensi SERVQUAL sebagai berikut (Rambat Lupiyoadi dan Hamdani.
2006):
a. Berwujud (Tangible)
b. Keandalan (Reliability)
c. Ketanggapan (Responsiveness)
d. Jaminan dan Kepastian (Assurance)
e. Empati
2. Faktor Religius
Religiusmerupakan faktor pengetahuan dan pengalaman keberagamaan yang
mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan ekonomi.Indikator ini
memiliki dua dimensi, yaitu dimensi pemahaman produk dan ketaatan terhadap
agama. (Kadir. 2003):
a)Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan
keinginan dan kebutuhan.
b) Ketaatan terhadap agama merupakan tingkat kesadaran dan ketaatan seseorang
melakukan apa yang diyakini dalam melaksanakan apa yang diajarkan dalam
agama yang telah mereka anut. Karena kesadaran ini merupakan awal dari
ekspresi isi dalam kehidupan praktis sebagai pangkal proses perilaku ekonomi
religius.
3. Faktor Profit Sharing (Bagi Hasil)
Bagi hasil dalam bahasa asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing.Profit
sharing dalam kamus ekonomi diartikansebagai pembagian laba.Profit sharing
diartikan sebagai distribusi secara syari’ah prinsip bagi hasil (profit sharing)
berdasarkan pada kaidah Mudharabah.Dimana perusahaan akan bertindak sebagai
Mudharib (Pengelola dana) sementara nasabah sebagai
ShahibulMaal(penyandang dana) (Antonio. 2001).
4. Faktor Promosi
Secara definisi promosi adalah kegiatan yang ditujukan untuk mempengaruhi
konsumen agar mereka dapat menjadi kenal akan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada mereka dan kemudian mereka menjadi senang lalu membeli
produk tersebut (Gitosudarmo. 1997). Promosi merupakan sarana untuk menarik
dan mempertahankan nasabah.Promosi merupakan bagian dari pemasaran
(Kasmir.2005). Dalam promosi hal yang perlu di perhatikan adalah pemilihan
bauran promosi (promotion mix), yang terdiri dari (Rambat Lupiyoadi dan A.
1. Iklan (Advertising)
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
3. Hubungan Masyarakat (Public Relation)
4. Informasi dari mulut ke mulut (Word Of Mouth)
5. Surat pemberitahuan langsung (Direct Mail)
2.10. Landasan Terdahulu
1. Penelitian Ismoyo Parwoto (2011)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Parwoto (2011) dengan judul
“PENGARUH TINGKAT INVESTASI TERHADAP MINAT NASABAH
ASURANSI PENDIDIKAN (Studi pada AJB BUMIPUTERA 1912 Unit Usaha
Syariah) “ adalah untuk mengetahui tingkat investasi dari tahun ke tahun, untuk
mengetahui minat nasabah dalam asuransi syariah pendidikan pada AJB
Bumiputera 1912, dan untuk menjelaskan tingkat pengaruh investasi terhadap
minat nasabah AJB Bumiputera 1912 unit usaha syariah periode 2009-2011.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis uji regresi
linier sederhana.
2. Penelitian M. Fida Fariz Ashidiqi (2011)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ashidiqi (2011) dengan judul
“ANALISISFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
ASURANSI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE KANTOR
CABANG TAMAN SISWA (STUDI KASUS PADA PRULINK ASSURANCE
SYARIAH ACCOUNT)” adalah untuk menganalisis pengaruh pendapatan, premi
dan regiulitas nasabah secara bersama-sama dalam asuransi syariah, untuk
menganalisis pengaruh pendapatan terhadap permintaan pada asuransi syariah,
untuk menganalisis pengaruh premi asuransi terhadap permintaan asuransi
syariah, dan untuk menganalisis pengaruh regiulitas terhadap permintaan pada
Kerangka Konseptual
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan pada bagan 1 dibawah :
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah Dalam Memilih Asuransi Syariah di Kota Medan
Asuransi
Asuransi Konvensional
Asuransi Syariah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah dalam Memilih
Asuransi Syriah
1. Faktor Pelayanan 2. Faktor
Religius 3. Faktor Profit
Sharing 4. Faktor
Hipotesis
Sesuai dengan judul dan permasalahan yang diambil, maka hipotesis yang diambil
adalah:
1. Pelayananmerupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
nasabah dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.
2. Religius merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah
dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.
3. Profit Sharingmerupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
nasabah dalam memilih asuransi syariah di Kota Medan.
4. Promosi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah