• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji aktivitas ekstrak rimpang lengkuas merah (alpinia galanga l. Willd) Terhadap Jamur Pityrosporum Ovale Dalam Sediaan Sampo Anti Ketombe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji aktivitas ekstrak rimpang lengkuas merah (alpinia galanga l. Willd) Terhadap Jamur Pityrosporum Ovale Dalam Sediaan Sampo Anti Ketombe"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi habitat (daerah tumbuh), morfologi tumbuhan, nama daerah, kandungan kimia, khasiat, tumbuhan, dan sistematik tumbuhan.

2.1.1 Habitat (daerah tumbuh) tanaman lengkuas

Tanaman lengkuas merah ditemukan menyebar diseluruh dunia. Penyebarannya termasuk diseluruh indonesia, Asia tenggara, dibawah kaki pegunungan Himalaya sebelah timur hingga cina, India barat daya dan Indonesia. Di jawa tumbuh liar di hutan, semak belukar, umumnya ditanam ditempat yang terbuka sampai ditempat yang teduh. Tumbuh pada ketinggian tempat hingga ketiggian 1.200 meter diatas permukaan laut (Ditjen POM, 1978). Untuk tumbuh, lengkuas menyukai tanah gembur, sinar matahari banyak, sedikit lembab, tetapi tidak tergenang air. Untuk mengembangbiakkan tanaman ini dapat dilakukan dengan potongan rimpang yang sudah memiliki mata tunas. Selain itu dapat pula dengan memisahkan sebagian rumpun anakan. Pemeliharannya mudah, seperti tanaman lain yang dibutuhkan cukup air dengan penyiraman atau menjaga kelembaban tanah dan pemupukan (Anonim, 2009).

(2)

banyak digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah. Pohon lengkuas putih umumnya lebih tinggi dari pada lengkuas merah. Pohon lengkuas putih dapat mencapai 3 meter, sedangkan pohon lengkuas merah hanya sampai 1-1,5 meter (Sinaga, 2009).

2.1.2 Morfologi tanaman lengkuas merah

Tanaman lengkuas merah berbatang semu, tinggi sekitar 1 sampai 2 meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih-putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun disebelah atas dan bawah biasanya lebih kecil dari pada yang ditengah. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata. Pertulangan daun menyirip, panjang daun sekitar 20-60 cm, dan lebarnya 4-15 cm. Pelepah daun lebih kurang 15-30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling menutup membentuk batang semu berwarna hijau. Bunga lengkuas merupakan bunga majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau putih kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang panjang dan ramping, yang terletak tegak diujung batang (Sinaga, 2009).

(3)

Rimpang kecil dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar agak coklat berwarna kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih dan kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila udah dikeringkan rimpang berubah menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. Untuk mendapat rimpang yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit dan berbau harum karena kandungan minyak atsirinya (Sinaga, 2009).

2.1.3 Nama daerah tanaman lengkuas merah

Nama daerah dari lengkuas merah adalah Lengkueus (Gayo), Langkueueh (Aceh), Halawas ( Simalungun), Halas (Batak Toba), Lakuwe (Nias), Lengkuas (Melayu), lengkueh (Minang), Laja (Sunda), Laos (Jawa, Madura (Sinaga, 2009).

2.1.4 Nama asing tanaman lengkuas merah

Greater galangal, Java galangal, languas, laos root (Inggris), Rieng am, rieng nep (Vietnam), Hong dou kou (Cina), Kha (Thailand) (Anonima, 2008). 2.1.5 Kandungan kimia rimpang lengkuas merah

(4)

Lengkuas merah adalah salah satu sumber alamiah terbaik dari kuersetin, suatu bioflavanoid yang secara khusus baik untuk melawan radikal bebas. Di samping kemampuan antioksidannya, kuersetin juga memiliki sifat mencegah kanker, anti jamur, anti bakteri, dan anti peradangan (Klohs, et al., 2012).

2.1.6. Khasiat rimpang lengkuas merah

Rimpang digunakan untuk haid tidak lancer, demam, kejang panas, sariawan berat, menghilangkan bau mulut dan bau badan, diare kronik, radang paru, batuk, menghilangkan dahak pada bronkitis, menghilangkan sakit seperti sakit telinga, sakit tenggorokan. Minyak atsiri yang terkandung dalam lengkuas merah dapat digunakan sebagai obat luar, untuk mengobati pegal linu, mematangkan bisul, mengobati pilek/flu, mengusir nyamuk, bakterisida dan fungisida kulit (Dalimartha, 2009; Kurniawati, 2010).

2.1.7 Sistematika tumbuhan lengkuas merah

Sistematika tumbuhan lengkuas merah adalah sebagai berikut (Gembong, 2005).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae

Genus

(5)

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavanoida, dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dengan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).

Metode ekstraksi menurut Anief (2000) dan Syamsuni (2006) ada beberapa cara, yaitu:

1. Maserasi

Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar.

2. Perkolasi

(6)

pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan dan penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

3. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet, dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu.

4. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya dalam jangka waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu.

5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu 40 – 60 oC.

6. Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90 oC selama 15 menit.

7. Dekok

(7)

2.3 Ketombe

Ketombe adalah bentuk kering kapitis seborea yang lazim dikenal sebagai seborea sika (kering), yakni sisik kering berlapis-lapis yang rapuh mudah terlepas yang melekat menutupi epidermis kulit kepala. Ketombe diduga terjadi karena gangguan fungsi yang disebabkan oleh sedikit perubahan dalam keratinisasi. Pembelahan sel dalam lapisan epidermis yang lebih dalam menghasilkan sel yang didorongkan ke permukaan, sel-sel ini sangat jauh dari dermis sehingga sukar dirubah menjadi keratin. Hal ini menyebabkan pembentuksn selaput yaang tidak tampak, terdiri dari sel mati yang secara terus-menerus terdorong ke permukaan kulit. Oleh suatu kondisi tidak normal, keratinisasi maupun aliran keluar sel mati itu terlihat dan menjadi sisik berlapis, kering, rapuh, dan mudah lepas, yang dikenal sebagai ketombe (Ditjem POM, 1985).

Ada dua jenis penyakit ketombe yang dikenal yaitu:

- Seborrhea oleosa : sisik-sisik berminyak dan kadang-kadang disertai bengkak-bengkak dan rambut rontok.

- Seborrhea sicca : pengelupasan yang berlapis-lapis (Cadin, 1998).

2.4 Sterilisasi

(8)

2.5 Uraian Jamur

Jamur merupakan protista tidak fotosintetik yang tumbuh sebagai suatu massa filamen (“hifa”) yang bercabang-cabang dan saling menjalin dan dikenal dengan miselium. Meskipun hifa mempunyai dinding bersekat, dinding itu berlubang-lubang sehingga inti sel dan sitoplasma dapat melewatinya. Jadi seluruh mikroorganisme ini adalah suatu senosit (suatu massa sitoplasma yang bersambungan dengan banyak inti) yang terkurung dalam tabung yang bercabang-cabang. Tabung-tabung ini, yang terbuat dari polisakarida misalnya kitin, homolog dengan dinding sel (Jawetz, et al., 2010).

Sistematika Pityrosporum ovale

Sistematika jamur Pityrosporum ovale (Fardiaz, 1992). Divisi : Eumycetes

Kelas : Deuteromycetes Ordo : Cryptococcales Famili : Cryptococcaceae

Genus

Spesies : Pityrosporum ovale

Pityrosporum ovale adalah yeast lipofilik yang merupakan flora normal

(9)

2.6 Uji Aktivitas Antimikroba

Uji kepekaaan terhadap obat antimikroba pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :

a. Metode dilusi

Cara ini digunakan untuk menentukan KHM (kadar hambat minimum) dan KBM (kadar bunuh minimum) dari obat antimikroba. Prinsip dari metode dilusi adalah sebagai berikut :

Menggunakan satu seri tabung reaksi yang diisi media cair dan sejumlah tertentu sel mikroba yang diuji. Kemudian masing-masing tabung diuji dengan obat yang telah diencerkan secara serial. Seri tabung diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan mikroba) adalah KHM dari obat. Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan tidak adanya pertumbuhan koloni mikroba adalah KBM dari obat terhadap bakteri uji (Pratiwi, 2008).

b. Metode difusi

(10)

daerah hambatnya. Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya: pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat (Jawetz, et al., 2010).

c. Metode turbidimetri

Pada cara ini digunakan media cair, pertama dilakukan penuangan media kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan suspensi bakteri, kemudian dilakukan pemipetan larutan uji, dilakukan inkubasi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kekeruhan, kekeruhan yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri diukur dengan menggunakan instrumen yang cocok, misalnya nephelometer setelah itu dilakukan penghitungan potensi antimikroba (Depkes RI, 1979).

2.7 Kulit

2.7.1 Defenisi kulit

Kulit merupakan “selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung, diantaranya sebagai perasa, peraba, respirasi dan pengaturan suhu tubuh (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit terbagi atas dua lapisan utama, yaitu:

1. Epidermis (kulit ari), sebagai lapisan yang paling luar.

2. Dermis, dan dibawah dermis terdapat subkutis atau jaringan lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7.2 Lapisan kulit A. Epidermis

(11)

berukuran 1 mm, misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Struktur kimia dari sel-sel epidermis manusia memiliki komposisi sebagai berikut:

- Protein : 27%

- lemak : 2%

- garam mineral : 0,5%

- air dan bahan-bahan larut air : 70,5% (Tranggono dan Latifah, 2007).

B. Dermis

Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.7.3 Fungsi kulit A. Proteksi

Lapisan tanduk yang ada pada kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah penguapan air.

B. Thermoregulasi

(12)

C. Persepsi sensoris

Kulit berfungsi sebagai indra terhadap rangsangan luar berupa tekanan, raba, dan suhu.

D. Fungsi Lain

Kulit dapat menggambarkan emosional seseorang dengan memerah, memucat maupun kontraksi otot penegak rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.8 Rambut

2.8.1 Definisi rambut

Rambut termasuk salah satu dari adneksa kulit yang tumbuh berasal dari kulit. Rambut tumbuh dari akar rambut yang ada di dalam lapisan dermis kulit dan melalui saluran folikel rambut keluar dari kulit. Bagian rambut yang keluar dari kulit dinamakan batang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007). 2.8.2 Anatomi rambut

A. Batang rambut

Bagian rambut yang ada di luar dinamakan batang rambut. Jika batang rambut kita dipotong melintang, maka terlihat tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu: kutikula rambut, korteks rambut, medula rambut (Tranggono dan Latifah, 2007).

B.Akar rambut

(13)

2.8.3 Pertumbuhan rambut

Sejak awal kehidupan manusia, rambut aktif tumbuh dan istirahat kemudian pada waktu tertentu rontok, lalu tumbuh lagi sebagai siklus yang bergantian. Kecepatan pertumbuhan rambut normal antara 0,2 – 0,35 mm/hari atau sekitar 2,54 cm setiap 2-3 bulan. Menurut siklus pertumbuhannya, rambut dibedakan dalam tiga fase, yaitu fase anagen (masa pertumbuhan), fase katagen (masa peralihan), fase telogen (masa istirahat) (Putro,1998).

2.9 Sampo

2.9.1 Defenisi sampo

Sampo adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud keramas rambut, sehingga setelah itu kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan sedapat mungkin rambut menjadi lembut, mudah diatur dan berkilau (Ditjen POM, 1985).

2.9.2 Syarat-syarat sampo

Syarat-syarat sampo menurut Tranggono dan Latifah (2007) adalah : 1. Dapat membersihkan dengan baik (sifat deterjen).

2. Memiliki sifat membasahi (wetting).

3. Memiliki sifat dapat mengemulsi (emulsifying). 4. Memiliki sifat dapat membuat busa (foaming). 5. Dapat membersihkan dan menyehatkan kulit kepala. 6. Mudah dicuci/dibilas kembali.

(14)

9. Mungkin perlu mengandung bahan aktif untuk mengatasi penyakit

pada rambut dan kulit kepala (medicated shampo).

10. Aman untuk dipakai, tidak mengiritasi mata dan tidak toksis. 11. Menyebarkan bau harum.

2.9.3 Bahan-bahan di dalam sampo 1. Deterjen atau Surfaktan

Ada 4 jenis deterjen, yaitu:

a. Deterjen anionik, misalnya potasium stearat, sodium lauril sulfat, trietanolamin lauril sulfat, dan lain-lain.

b. Deterjen kationik, misalnya Garam alkiltrimetil ammonium. c. Detergen amfoterik, misalnya sodium lauril-beta-aminopropionate.

d. Deterjen Nonionik, misalnya asam lemak monodietanolamide dan sorbiton monolaurate.

2. Bahan pendispersi garam kalsium

Tujuan pemakaian bahan-bahan ini adalah untuk mencegah pengendapan garam kalsium yang akan menyebabkan bkan rambut buram dan lengket. Misalnya polioksietilen alkil penol.

3. Bahan pengikat ion

Yaitu bahan-bahan yang mencegah terjadinya pengendapan garam-garam kalsium dan magnesium dengan jalan mengikat ion Ca dan Mg. Misalnya polipospat.

(15)

Karena deterjen tidak mudah larut dalam air, diperlukan bahan pelarut deterjen, misalnya alkohol dan gliserol.

5. Bahan pengental

Misalnya polivinil alkohol dan metilselulosa. 6. Bahan pembentuk dan penstabil busa

Misalnya amida-amida asam lemak. 7. Bahan pencemerlang rambut

Misalnya fati alkohol dan stearil alkohol. 8. Bahan pelembab rambut

Misalnya lanolin, lesitin dan setil alkohol 9. Bahan pengawet

Misalnya formaldehid dan lain-lain. 10. Parfum dan bahan Pewarna

11. Bahan Aktif/ Obat

Misalnya selenium sulfid 1-2,5% dan zink pyrition 2% (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.9.4 Sampo anti ketombe

Sampo anti ketombe adalah sampo yang digunakan selain untuk membersihkan juga untuk mencegah dan menghilangkan jamur penyebab infeksi kulit kepala. Sampo anti ketombe sering diedarkan dengan berbagai nama seperti sampo obat (medicare) dan sampo klinik (Ditjen POM, 1985).

(16)

menghilangkan jamur pada kulit kepala. Menurut Ditjen POM (1985), persyaratan umum yang harus dimiliki dari sediaan sampo anti ketombe adalah sebagai berikut :

1. Membersihkan rambut dan kulit kepala tanpa menjadikan rambut berlemak atau kering serta menjadi mudah diatur.

2. Tidak boleh merangsang kelenjar keringat.

3. Efektif sebagai germisidum atau fungisidum, sehingga dapat mencegah infeksi.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan hasil prakualifikasi untuk seleksi umum PENGADAAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI PENGAWASAN PEMBANGUNAN LANJUTAN BALAI LATIHAN KERJA KABUPATEN SIDOARJO

PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI DINAS PENDIDIKAN. SANGGAR KEGIATAN BELAJAR

[r]

Agitasi tidak memberikan perbedaan hasil terhadap produksi biogas yang dihasilkan oleh limbah cair tapioka dan limbah cair tahu dalam digester anaerob.

juga berarti bahwa pengaruh laba per lembar saham dan deviden yang dibagikan terhadap harga pasar saham sebesar 6.4% ditentukan oleh variabel- variabel lain yang

[r]

Penerapan kurikulum berbasis lingkungan hidup nampak pada: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memuat upaya pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, Tenaga pendidik

teori informasi atau pesan yang ditayangkan oleh suatu media televisi. harus melewati beberapa syarat, yakni: Fakta, Terkini,