• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI TEKNIKTEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR PRODUKSI MULTIMEDIA KELAS X JURUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI TEKNIKTEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR PRODUKSI MULTIMEDIA KELAS X JURUS"

Copied!
200
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE

JIGSAW

DALAM

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL

BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI

TEKNIK-TEKNIK PENGAMBILAN GAMBAR PRODUKSI

MULTIMEDIA KELAS X JURUSAN MULTIMEDIA

(STUDI KASUS SMK N 1 CEPU)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknologi Informatika dan

Komputer

Oleh

Sekar Pramudita NIM.5302411160

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

(2)

ii

1. Skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Negeri Semarang (UNNES) maupun diperguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acauan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Sekar Pramudita NIM : 5302411160

Program Studi : S-1 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Judul Skripsi :―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Mengingkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu)‖

(4)

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini dengan judul ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Mengingkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu)‖ telah dipertahankan di depan siding Panitian Ujian Skripsi Fakultas Teknik UNNES pada:

Hari : Kamis

(5)

v

MOTTO & PERSEMBAHAN

Motto

1. Life is not about finding yourself but life is about creating yourself (Penulis)

2. There is 1000 NO just for 1 YES. Keep trying (Penulis)

3. 고생 끝에 낙이온다. Usaha akan berakhir dengan sebuah hasil (Filsafat Kuno Korea)

Persembahan :

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Papa, mama, dan adikku Iqbal Nur Ikhsan yang selalu memberikan semangat, cinta, kasih serta do’a dan dukungannya yang tak pernah berhenti hingga saat ini. 2. Keluarga besar Subari dan Ramelan, terima kasih untuk

do’a dan dukungannya hingga saat ini.

3. Sahabat-sahabatku (Esti, Ratna, Lian, Iin, Zya, Yogo, Wahid, Udin, Riris, Reni), serta teman-teman Kost ―PINASTHIKA‖ ,sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan, waktu serta tawa untuk membuat kenangan bersama. Terima kasih telah menghiasi hariku. 4. Teman-teman Pendidikan Teknik Infromatika dan

Komputer 2011, terima kasih untuk kenangan serta semangatnya.

5. Super Junior, sebagai tokoh inspirasi dan pemberi semangat selama ini melalui musiknya.

(6)

vi

ABSTRAK

Pramudita, Sekar. 2015. ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Mengingkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu)‖.

Skripsi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Pembimbing :Drs. Rafael Sri Wiyardi, M.T.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Keaktifan Belajar, Strategi Pembelajaran, Kooperatif,

Hasil belajar dan keaktifan belajar siswa menjadi permasalahan yang ditemukan peneliti dalam melakukan observasi sebelum dilaksanakannya penelitian di SMK N 1 Cepu. Diperoleh data bahwa siswa yang tuntas hanya 50% atau 15 siswa dalam satu kelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan yang terjadi dalam implementasi strategi pembelajaran tipe jigsaw terhadap hasil belajar dan keaktifan belajar siswa di SMK N 1 Cepu.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian post control group pretes-posttest pada setiap kelas yang terdiri dari kelas kontrol dan kelas eksperimen kelas X SMK Negeri 1 Cepu Tahun Ajaran 2014/2015 Jurusan Multimedia

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat beserta salam selalu dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman, amin.

Penulisan skripsi ini guna untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknologi Informatika dan Komputer serta sebagai salah satu referensi dalam ranah penelitian yang serupa. Judul yang peneliti ajukan adalah ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Mengingkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu)‖

Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Teknik

2. Drs. Rafael Sri Wiyardi, M.T, Dosen Pembimbing (Penguji III) 3. Drs. Sugiyanto,M.Pd, Kepala SMK Negeri 1 Cepu

4. Siswa-siswa SMK Negeri 1 Cepu Jurusan Multimedia Tahun Ajatran 2014/2015

5. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini kedepannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi pembaca untuk melakukan penelitian lanjutan demi kemajuan dunia pendidikan Indonesia.

(8)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO & PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

A. Pembatasan Masalah ... 6

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Penegasan Istilah ... 7

D. Tujuan ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

(9)

ix

A. Landasan Teori ... 13

B. Kerangka Berfikir... 37

C. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN... 40

A. Metode Penelitian Eksperimen ... 40

B. Populasi dan Sampel ... 40

C. Variabel penelitian ... 43

D. Pengendalian ... 44

E. Metode dan Desain Penelitian ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 50

G. Alur Penelitian ... 51

H. Metode Analisis Instrumen ... 53

1. Uji Validitas ... 53

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 55

3. Tarif Kesukaran Soal ... 57

4. Daya Pembeda Soal ... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Hasil Penelitian ... 61

1. Uji Coba Soal ... 61

2. Hasil Belajar ... 73

(10)

x

B. Analisis ... 80

1. Analisis Uji Soal Siswa ... 80

2. Analisis Hasil Belajar Siswa ... 87

3. Analisis Keaktifan Belajar Siswa ... 90

C. Pembahasan ... 92

BAB V PENUTUP ... 98

A. Kesimpulan ... 98

B. Saran ... 99

(11)

xi

DAFTAR TABEL

1. Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Grup Design……… 46

2. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal……….... 57

3. Klasifikasi Daya Pembeda…..………. 58

4. Hasil Uji Soal Kelas XI Jurusan Multimedia SMK N 1 Cepu…………. 61

5. Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol………. 71

6. Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen...………. 72

7. Hasil Uji Homogenitas Kelas Kontrol……… 72

8. Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen…….………. 72

9. Uji Hipotesis Hasil Belajar……….. 73

10. Uji Hipotesis Keaktifan Belajar………... 73

11.Hasil Pretest Kelas Eksperimen (Kelas X Multimedia 1)……….. 73

12.Hasil Posttest Kelas Eksperimen (Kelas X Multimedia 1)………. 74

13.Hasil Pretest Kelas Kontrol (Kelas X Multimedia 2)………. 76

14.Hasil Posttest Kelas Kontrol (Kelas X Multimedia 2)……… 77

15.Hasil Observasi Kelas Eksperimen ………..………... 79

16.Hasil Observasi Kelas Kontrol ……...……… 80

17. Tabel Uji Validitas Soal………... 81

18.Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Untuk Katagori Sukar……… 83

19.Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Untuk Katagori Sedang…….. 83

20. Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal Untuk Katagori Mudah…….. 84

21. Jawaban Uji Soal Nomor 1……….. 84

22. Kelompok Atas dan Kelompok Bawah………... 86

(12)

xii

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Ilustrasi Kelompok Jigsaw……… 31 2. Kurva Presentasi Kelompok……….. 32 3. Ilustrasi Pembagian Kelompok Asal dan Kelompok Ahli Jigsaw…… 47 4. Alur Penelitian………... 52 5. Histogram Perbandingan Hasil Belajar Antar Metode ……….………... 89 6. Rekapitulasi Tingkat Keaktifan Siswa Antar Metode………. 89 7. Perbandingan Tingkat Keaktifan siswa antar metode ………….………… 91 8. Perbandingan Tingkat Keaktifan siswa antar metode……... 92

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Siswa Uji Soal (Kelas XI Multimedia)………... 103

2. Daftar Siswa Kelas Eksperimen (X Multimedia 1)………... 104

3. Uji Validitas………... 105

4. Uji Reliabilitas……….. 112

5. Uji Daya Beda Soal……….. 116

6. Uji Kesukaran Soal………... 124

7. Soal Uji Validitas……….. 131

8. Kunci Jawaban Soal Uji Validitas………... 145

9. Soal Pretest ……….………... 146

10.Kunci Jawaban Pretest ……… 150

11.Soal Posttest ……… 151

12.Kunci Jawaban Soal Posttest ………... 160

13. Jurnal Mengajar………... 161

14.RPP Jigsaw ……….. 163

15. Silabus………... 176

16.Surat Izin Observasi……….. 180

17. Surat Permohonan Penelitian……… 181

18. Surat Keterangan Selesai Penelitian………. 182

19. SK Dosen Pembimbing……… 183

20. SK Dosen Penguji………. 184

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih dalam tahap yang bisa dibilang belum maksimal. Salah satu yang menyebabkan sistem pendidikan di Indonesia masih menjadi salah satu pekerjaan rumah bagi pemerintahan Indonesia. Masalah-masalah yang sering kali dijumpai seperti bocornya soal Ujian Nasional (UN) dalam setiap tingkatan pendidikan, kurangnya sarana prasarana mengajar di berbagai daerah di seluruh Indonesia, masih kurangnya pemerataan kesejahteraan sekolah, dan salah satu masalah yang sampai sekarang masih menjadi pokok pembicaraan adalah kurikulum pembelajaran yang selalu diganti. Pelaksanaan inilah yang harusnya diawasi oleh pemerintah. Dalam pelaksanaannya juga pemerintah harusnya lebih banyak lagi memberikan pelatihan-pelatihan khusus mengenai kurikulum yang sedang berlaku sehingga guru dapat menerapkannya dengan tepat dan benar dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

(16)

atau pengajar hanya bertindak sebagai pengawas dan pengendali apabila ada siswa

yang sudah keluar batas atau alur pengajaran. Walaupun hanya bertindak sebagai pengawas dan pengendali dalam kelas kualitas seorang pengajar juga menjadi hal penting dalam meningkatkan kualitas KBM di kelas. Seorang pengajar yang kompeten dan kreatif dapat meluluskan pribadi-pribadi yang unggul sesuai dengan yang ditujukan oleh K13. Guru yang kompeten dan kreatif memiliki kemampuan untuk membawa kelas yang diajarnya menjadi kelas yang hidup dan kreatif dalam menyampaikan ide-ide baru.

(17)

mentah-mentah materi yang diberikan oleh pengajar tanpa menanyakan kenapa, dari sudut pandang ini juga dapat dilihat bahwa tingkat berfikir kritis siswa masih rendah. Dilihat dari tingkat keaktifan siswa yang kurang juga berdampak pada hasil belajar siswanya. Dilihat dari jumlah siswa yang tuntas dalam satu Kompetensi Dasar (KD) sebelumnya adalah 15 siswa atau 50%. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menjadi tidak fokus dengan materi yang sedang diajarkan sehingga siswa tersebut tidak paham mengenai materi yang diajarkan. Menurut Tiwan (2008:4) yang menjabarkan mengenai teori konstruktivistik adalah ―salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri. Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan bahwa, anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi‖. Dari teori tersebut menyebutkan

bahwa pemahaman siswa sangat penting dalam pelaksanaan KBM. Sedangkan menurut Natalia (2011:5) bahwa ―aktivitas belajar adalah gerakan

atau tingkah laku yang dilakukan sama-sama untuk aktif ketika belajar. Aktivitas belajar ini dapat dilihat dari aktivitas siswanya dalam proses belajar mengajar dan hasil belajarnya‖. Dari kutipan tersebut dapat dilihat hubungan

antara keaktifan belajar dengan hasil belajar siswa.

(18)

pemahaman materi pun juga belum maksimal yang berdampak pada hasil belajar yang kurang maksimal juga.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Lorentya.Y dan Mahendra.A (2012) bahwa metode pembelajaran yang dapat mengatasi masalah ini adalah dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Strategi pembelajaran tipe kooperatif mengajak siswa untuk belajar

kecakapan akademik sekaligus keterampilan social karena pembelajaran dilakukan secara kelompok. Dalam jurnalnya yang berjudul ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Akuntasi Pada Siswa Kelas X Akuntasi 3 SMK Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012‖ bahwa dalam belajar setiap siswa

harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat, dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional. Pemilihan metode yang digunakan dalam pengajaran tergantung guru yang mengajarnya. Metode pembelajaran yang tidak tepat dapat mempengaruhi tujuan diatas. Pemilihan ini disebut dengan strategi pembelajaran. Masih banyak guru yang belum mampu untuk memilih dan mengimplementasikan startegi pembelajaran yang tepat sehingga hasilnya pun tidak sesuai dengan harapan. Jumlah siswa yang banyak dalam suatu kelas pun dapat menjadi masalah tersendiri bagi pengajaran. Semakin banyak siswa maka pengajar pun semakin sulit unruk menguasai kelas. Materi yang diterima oleh siswa pun tidak maksimal.

(19)

eksperimen dalam kelompok. Dari sekian banyak tipe pembelajaran yang ada dalam strategi pembelajaran kooperatif, tipe jigsaw dianggap paling tepat karena tipe ini mengajak siswa untuk bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Kerja sama tim juga dapat meningkatkan keterampilan bersosialisasi siswa dan juga materi yang dipahami bersama dengan teman dapat meningkatkan pemahaman materi yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok memiliki kewajiban untuk membagikan ilmunya kepada anggota lainnya, sehingga siswa juga diajarkan untuk hidup bersosialisasi dan ketergantungan dalam artian positif terhadap siswa lainnya.

(20)

karakter yang seperti ini, sebuah kelas yang berisikan banyak siswa yang memiliki latar belakang yang berbeda, tingkat sosial yang berbeda, jenis kelamin yang berbeda dan masih banyak perbedaanyaa lainnya yang membentuk suatu kelas yang berisikan karakteristik siswa yang heterogen.

Dilihat dari aspek-aspek yang telah disebutkan seperti pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam mengatasi permasalahan keaktifan belajar siswa yang kurang sehingga berdampak pada hasil belajar siswa maka penulis tertarik untuk mengangkat judul ―Implementasi Strategi Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK Negeri 1 Cepu)‖.

A. Pembatasan Masalah

(21)

B. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu :

1. Adakah perbedaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatan keaktifan belajar siswa kelas X Multimedia di SMK N 1 Cepu?

2. Adakah perbedaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatan dan hasil belajar kelas X Multimedia di SMK N 1 Cepu?

C. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dan adanya kekeliruan dalam memahami istilah-istilah yang digunakan peneliti dalam judul penelitian ini maka disertakan penjelasan singkat mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam pemilihan judul. Istilah-istilah yang dimaksud yaitu :

1. Implementasi

Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pelaksanaan atau penerapan. Yang dimaksud pelaksanaan atau penerapan disini adalah penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keaktifan belajar dan hasil belajar siswa pada materi teknik-teknik pengambilan gambar produksi.

2. Strategi pembelajaran

(22)

pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan bahwa strategi pembelajaran yang dimaksudkan meliputi sikap, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik dikutip dalam sebuah blog yang tulis oleh Wiwin Juli (Juli, Wiwin. "Definisi Strategi Pembelajaran Menurut Para Ahli". 22 April 2015. http: //bugurumalas.blogspot .com/2014/03/definisi-strategi-pembelajaran -menurut. html)

Dalam penelitian ini startegi pembelajaran yang digunakan adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

3. Strategi pembelajaran kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif adalah metode atau model pembelajaran dimana siswa belajar bersama, saling menyumbang pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok, dikutip dari sebuah blog yang ditulis oleh Safnowandi (Safnowandi. "Model Pembelajaran Kooperatif". 22 April 2015 .https: //safnowandi.wordpress.com/ 2012/02/27/model-pembelajaran-kooperatif/)

Strategi pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe didalamnya, dalam penelitian ini jenis strategi pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah strategi pembelajarn kooperatif tipe jigsaw.

4. Strategi pembelajaran jigsaw

(23)

Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang memiliki karakteristik heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri, dikutip dari sebuah blog yang ditulis oleh Haryanto (Haryanto."Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw".22 April 2015. http://belajarpsikologi.com/model-pem-belajaran-kooperatif jigsaw /)

5. Belajar

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan , sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan kesimpulan, dikutip dari sebuah blog yang ditulis oleh Haryanto (Haryanto."Pengertian Belajar Menurut Para Ahli". 23 April 2015. http://bela-jarpsikologi.com/pengertian-belajar-me nurut-ahli/)

6. Keaktifan belajar

(24)

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan , sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinyadengan kesimpulan, dikutip dari sebuah blog yang ditulis oleh Haryanto (Haryanto."Pengertian Belajar Menurut Para Ahli". 23 April 2015. http://bela-jarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam rangka memahami materi yang diberikan baik itu dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatkan keaktifan siswa dikelas.

7. Hasil belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, disajikan,dsb) oleh usaha (tanam-tanaman, sawah, tanah, lading, dsb) atau bias juga hasil diartikan sebagai pendapatan, perolehan,buah dan akibat.

(25)

mengetahui pengaruh penggunaan strategi pembelajaran kooperati tipe jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

8. Materi teknik pengambilan gambar produksi.

Materi ini merupakan salah satu materi yang berisikan bagaimana teknik pengambilan gambar produksi beserta hal-hal pendukungnya seperti penggunaan clapperboard serta pengenalan editing video. Materi masuk dalam silabus pengajaran Kelas X Jurusan Multimedia Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015.

Berdasarkan dengan penegasan istilah yang telah dijabarkan tiap frase kata maka ditarik sebuah judul penelitian ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Teknik-Teknik Pengambilan Gambar Produksi Multimedia Kelas X Jurusan Multimedia (Studi Kasus SMK N 1 Cepu‖. Jika diartikan secara keseluruhan maka

penelitian ini menerapkan suatu strategi pembelajaran dalam hal ini adalah strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam suatu kelas dimana penerapan strategi pembelajaran ini akan berpengaruh pada tingkat keaktifan belajar siswa dan hasil belajar yang didapat oleh siswa.

D. Tujuan

Berdasarkan dengan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :

(26)

keaktifan belajar siswa kelas X Multimedia di SMK N 1 Cepu Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan yang diberikan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam meningkatan hasil belajar siswa kelas X Multimedia di SMK N 1 Cepu Tahun Pelajaran 2014/2015.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian ini dapat dispesifikasikan menjadi dua yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat untuk menambahkan wawasan tentang Seni Broadcasting dan juga dapat menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya yang akan mengangkat topik yang sama yaitu tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini selain memiliki manfaat teoritis juga memiliki manfaat secara praktis. Dilihat dari sudut pandang pengajar, penelitian ini memiliki manfaat untuk mendapat referensi metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangat fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan materi yang diberikan sehingga dapat digunakan disemua mata pelajaran.

(27)

pembelajaran ini siswa berperan penuh guru hanya sebagai pendungkung sehingga bersamaan dengan meningkatnya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran maka meningkat pula pemahaman siswa tentang materi yang sedang dipelajari sehingga memberi efek pula pada peningkatan hasil belajar siswa.

(28)

13

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Dalam bab ini akan dibahas menganai teori-teori yang melandasi peneliti dalam melakukan penelitian ini. Ada beberapa teori pendukung yang melandasi strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw . Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Belajar

Perilaku belajar telah dilakukan oleh manusia sejak dia lahir. Dimulai dari belajar bicara, jalan, berlari dan lain-lain. Belajar merupakan suaru proses perubahan perilaku yang terjadi pada perilaku atau pola pikir manusia yang relatif permanen sebagai hasil pengamatan atau pengalaman yang dilakukan berulang-ulang. Belajar sering kali dikaitkan dengan stimulus dan respon, jika didalam kelas yang bertindak sebagai stimulus adalah guru dan siswa memberikan respon terhadap materi yang disampaikan.

(29)

interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Masih didalam blog yang sama pula, berpendapat bahwa belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan,yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Jika dihubungkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw maka akan seperti yang ditulis oleh Maria Ifa (2013:716) dalam jurnal yang mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran jigsaw terhadap hasil belajar dikemukakan bahwa belajar dalam ranah pendidikan disekolah adalah proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajak individu maupun kelompok baik yang baik yang mandiri maupun dibimbing.

Perubahan perilaku yang terjadi akibat proses belajar tidak hanya pada pengetahuan saja akan tetapi bisa terjadi perubahan perilaku dari berbagai ranah seperti kognitif, afektif dan juga psikomotor.

Banyak konsep tentang belajar,(Achmad dan Catharina,2009:82) mengatakan bahwa ―Konsep tentang belajar mengandung tiga usur utama

yaitu : belajar berkaitan dengan perilaku manusia (1); perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman (2); dan perubahan perilaku karena belajar bersifat relative permanen (3)‖. Belajar

(30)

menguasai berbagai materi pembelajaran serta memiliki kecenderungan perbaikan sikap yang diajarkan oleh pendidik. Seorang peserta didik bibilang sudah mengalami proses belajar apabila peserta didik tersebut mengalami perubahan sikap antara sesudah menerima pembelajaran yang diberikan oleh pendidik dan sebelum diberikan pembelajaran. Belajar juga merupakan proses pengalaman yang dialami oleh peserta didik. Peserta didik mengalami secara langsung permasalahan yang ada kemudian mencoba untuk memecahkan masalah tersebut dengan pemahamannya yang disusun secara individu. Pemahaman yang didapat untuk memecahkan masalah dapat berasal dari pendidij atau diskusi dengan teman sebayanya. Setelah peserta didik mendapatkan jawaban dari permasalahan yang sudah ada dan dapat menyelesaikannya secara otomatis peserta didik akan mengingat bagaimana pola permasalahannya dan bagaiman caranya menyelesaikannya. Apabila ditemui lagi masalah yang serupa maka peserta didik dapat menggunakan pola pemecahan masalah yang sama atau dapat dimodifikasi. Perubahan perilaku karena belajar bagi peserta didik yang menemukan dan menyusun secara individu pola penyelesaian masalah dan menerapkan dapat relatif lebih permanen atau dalam jangka waktu yang cukup lama. Ini dikarenakan peserta didik mampu untuk memahami konsep permasalahan dan mau menerapkan.

(31)

ini biasanya akan lebih kuat dibandingkan dengan pemahaman yang saya berdasarkan informasi semata tanpa adanya pengalaman atau eksperimen. Sistem seperti ini yang nantinya disebut dengan teori konstruktivisme.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran. Siswa dianggap memahami materi yang diberikan apabila siswa tersebut mampu menyelesaikan soal-soal yang terkait dalam materi pembelajaran. Hasil belajar siswa biasanya dapat dilihat setiap semesternya dari nilai rapor per semester ataukan berdasarkan nilai ulangan tiap akhir pembahasan materi. Hasil belajar ini juga berguna untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hal ini dapat diketahui dengan melakukai evaluasi. Evaluasi ini harus sesuai dengan patokan-patokan yang sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi hasil belajar yang didapat siswa tidak selamanya dapat dilihat dari angka yang terdapat pada laporan nilai siswa yang didapatkan tiap semester, ada hal-hal yang tidak dapat dinilai dengan angka seperti tingkah laku peserta didik dan kehidupan sosial peserta didik dilingkungannya. Seperti yang dikemukan oleh Benyamin S. Bloom seperti yang dikutip dari (Achmad dan Catharina,2009:86) yang menyebutkan bahwa ―Terdapat tiga taksonomi yang disebut dengan

(32)

Semua hal yang berhubungan dengan pengetahuan, kemahiran, dan kemampuan intelektual termasuk dalam ranah kognitif. Ranah ini mencangkup semua mengenai pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian yang kemudian disebut dengan katagori tujuan belajar peserta didik kognitif. Untuk ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai. dalam ranah afektif ini memiliki katagori tujuan peserta didik berupa penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup peserta didik. Untuk ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik yang dimiliki peserta didik seperti kemampuan motorik dan kemampuan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Katagori jenis perilaku yang termasuk dalam ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson seperi dikutip dalam (Achmad dan Catharina,2009:89) ―Katagori jenis

perilaku untuk ranah psikomotorik adalah persepsi (perception), kasiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation) dan kreativitas (originality)‖.

(33)

Penilaian juga dapat disebut dengan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa (Permendiknas No. 20 Tahun 2007). Yang dimaksud dengan penilaian bukanlah hanya menyerahkan soal kepada siswa kemudian siswa mengerjakan, akan tetapi pengajar harus mengolah data berdasarkan informasi yang didapat dari soal yang dikerjakan siswa. Bias dibilang bahwa penilaian ini merupakan penggambaran dari hasil belajar yang didapat siswa.

Dalam Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan disinggung pula mengenai prisip-prinsip dalam penilaian. Dalam melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa jenjang pendidikan dasar hingga menengah harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Sahih

Penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

b. Objektif

Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai.

c. Adil

Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakangagama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

(34)

Penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponene yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

e. Terbuka

Prosedur penilaian, kriterian penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang bersangkutan.

f. Menyeluruh dan berkesinambungan

Penilaian oleh pendidik mencangkup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

g. Sistematis

Penialaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

h. Beracuan kriteria

Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

i. Akuntabel

Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

3. Keaktifan Belajar

(35)

membentuk suatu pemahaman sendiri. Siswa diakatakan aktif apabila siswa berinisiatif sendiri untuk mncari informasi mengenai materi yang sedang dibahas dan aktif untuk mendiskusikannya dengan anggota kelompok lainnya.

Dalam menerjemahkan keaktifan belajar akan dilakukan perkata menurut KBBI. Keaktifan yang berasal dari kata aktif menurut Kamu Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah giat (bekerja,berusaha) sedangkat keaktifan berarti kegiatan atau kesibukan.

Pengertian belajar menurut Gage dan Barliner seperti yang dikutip dalam (Achmad dan Catharina,2009:89) menyebutkan bahwa belajar adalah proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh organisme dalam hal ini adalah siswa dalam rangka memahami materi yang diberikan baik itu dilakukan sendiri atau bersama-sama (kelompok), dalam proses pemahaman ini terjadi perubahan perilaku karena hasil dari pengalaman.

(36)

Keaktifan belajar merupakan salah satu faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Keaktifan belajar ini masuk kedalam stimulus yang merangsang siswa untuk meningkatkan minat belajar siswa.

Strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dianggap dapat meningkatkan keaktifan siswa dikelas karena dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk bekerja mandiri tanpa bantuan guru dalam mencari informasi tentang materi yang sedang dipelajari. Tentu saja siswa harus bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya. Hal ini juga dapat meningkatkan hubungan sosial antar siswa. Semakin sering siswa melakukan interaksi antar anggota maka tingkat keaktifan belajar siswa juga akan meningkat.

4. Teori Konstruktivisme

Teori konstruktivisme yang merupakan pengembangan dari psikologi kognitif memandang bahwa belajar adalah mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan memperoleh berbagai informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi tersebut, dan guru bukan bertindak sebagai pengontrol stimulus, tetapi guru bertindak sebagai patner siswa dalam menemukan informasi yang diperoleh dalam pembelajarn yang mereka bahas dan kaji bersama.Dalam (Achmad dan Catharina,2009:225) disebutkan bahwa ―Esensi pembelajaran

(37)

berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai‖.

(38)

menjadi pemecaham masaalah yang sebenarnya. Kebenaran individu sangat dihindari dalam hal ini karena hal yang dianggap benar oleh sebuah individu belum berarti benar dalam lingkungan dan budayanya. Dalam teori ini pula, setiap peserta didik harus memiliki tanggung jawab belajar. Seberapa keras orang luar berusaha memberikan motivasi untuk belajar apabila dari individunya sendiri tidak memiliki keinginan untuk belajar maka akan menjadi hal yang sia-sia. Seperti yang dikemukan oleh Von Glasefeld yang mengatakan bahwa ―Pentingnya peserta didik

membangun pemahamnya sendiri dan tidak sekedar merefleksikan bahan belajar yang telah mereka pelajari‖(Achmad dan Catharina,2009:228).

(39)

Dalam hakekat proses belajar yang terdapat dalam teori kontruktivistik ini, peserta didik menganggap bahwa proses belajar merupakan proses sosial dan aktif. Belajar merupakan proses aktif dimana peserta didik secara aktif menemukan prinsip, konsep,dan pola pikir yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. belajar juga termasuk dalam proses sosial dikarenakan belajar merupakan suatu proses pembentukan pemahaman dari lingkungan sekitas. Jadi informasi yang didapat untuk menyelesaikan permasalahan juga dapat didapat dari lingkungan sekitar. Hakekat proses pemebelajaran selanjutnya adalah hubungan antara pendidik, peserta didik, dan tugas. Peserta didik dan pendidik dalam teori ini terlibat secara bersama dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik bertindak sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam membangun pemahaman untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, pengalaman, latar belakang pendidikan, dan kebudayaan peserta didik sangat berpengaruh bagi pendidik untuk memberikan timbal balik kepada peserta didik. Dalam menghadapi sebuah tugas, peserta didik akan mulai membandingkan kebenaran yang mereka dapat dengan kebenaran yang dimiliki oleh pendidik untuk dapat menghasilkan kebenaran akhir yang sesuai dengan tugas yang ada.

(40)

keluar dari permasalahan yang ada dan dapa menarik kesimpulan secara individual maka pemahaman teori atau materi yang dibahas akan maksimal, karena siswa memahami dengan caranya sendiri. Sendiri disini dapat dimaksud sebagai bekerja sama dengan sebuah kelompok dan tidak tergantung pada guru pengajar. Guru pengajar hanya bertindak sebagai penyedia materi dan hanya sebatas pemdamping.

5. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri pada pelaksanaannya pengajar memberikan kesempatan pada siswanya untuk saling bekerja sama dengan siswa lainnya dalam memecahkan kasus-kasus yang diberikan. Kelompok belajar yang dibuat harus heterogen yang artinya terdiri dari siswa yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda, tingkat kecerdasan yang berbeda, jenis kelamin yang berbeda, dsb. Jika dilihat lebih dalam lagi, strategi pembelajaran kooperatif ini memiliki keunggulan tidak hanya pada belajar kelompok yang dilakukan pesertanya akan tetapi peserta didik dituntut untuk karena adanya interaksi terbuka antar anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang bersifat kooperatif sehingga secara otomatis peserta didik dapat membentuk pemahamannya sendiri terhadap materi dari berbagai macam perdebatan dan pertukaran pendapat sebagaimana disebutkan dalam Teori Konstruktivisme.

(41)
(42)

pendidikan yang sama serta umur yang relative sama sehingga pola pikir siswa pun secara keseluruhan sama. Apabila ada anggota kelompok yang belum bisa membangun pemahamannya sendiri tentang materi yang dibahas, penjelasan dari teman seumuran lebih mudah diterima oleh siswa dibandingakn guru. Hal ini karena siswa lain yang menjelaskan menggunakan tata bahasa yang dapat dipahami siswa tersebut. Tidak jarang apabila guru yang menjelaskan siswa tidak dapat menerima atau memahami 100% disebabkan oleh tata bahasa dan pola pikir siswa dan guru yang berbeda. Aktivitas belajar siswa terpusat pada bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dalam memecahkan masalah. Dengan kata lain, siswa akan lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir, dan mampu membangun hubungan interpersonal.

(43)

pekerjaan yang diberikan kepada oleh kelompok dan mengerjakannya secara maksimal. Tatap muka merupakan cara untuk saling berdiskusi dan bertukar informasi serta pendapat dalam sebuah kerja kelompok yang tentunya jika ada tatap muka maka secara otomatis aka nada komunikasi antar anggota. Dan yang terakhir adalah evaluasi proses kelompok, kelompok melihat kembali bagaimana kinerja mereka selama diskusi berjalan dan memperbaiki bagian-bagian yang dianggap kurang.

Dalam model pembelajaran kooperatif harus terdapat 4 keterampilan yang dimiliki oleh kelompok diskusi agar diskusi berjalan lancar dan maksimal, yaitu :

a. Forming (pembentukan) merupakan keterampilan yang digunakan untuk membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.

b. Functioning (pengaturan) keterampilan yang digunakan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan menjaga hubungan antar anggota kelompok.

c. Formatting (perumusan) keterampilan sebuah kelompok untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang sedang dibahas serta menggali informasi lebih dalam dan merangsang siswa untuk lebih berfikir kritis.

(44)

mengkomunikasikan semua pemikiran yang ada untuk memperoleh sebuah kesimpulan.

Inti dari startegi pembelajaran kooperatif adalah kerjasama tim. Pengajar hanya bertindak sebagai perantara. Menurut Jumrida Husni dalam blognya, startegi pembelajaran yang termasuk didalam strategi pembelajaran kooperatif, diantaranya :

a. Jigsaw

b. NHT (Number Heads Together)

c. STAD (Student Teams Achievement Divisions)

d. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instructions)

e. Think-Pair-Share f. Picture and Picture g. Problem Posing h. Problem Solving

i. Team Games Tournament (TGT)

j. Cooperative Intergrated Reading and Composition (CIRC)

(45)

beberapa perbaikan ditiap pihaknya. Dari pihak guru, ketidaksiapan guru dapat diatasi dengan secara perlahan merubah model pengajarannya serta mendapatkan pelatihan dan mencari referensi sendiri menganai metode pembelajaran ini. Apabila guru sudah mulai terbiasa dengan metode pembelajaran ini maka siswa pun akan ikut terbiasa.

Sedangkan dilihat dari pihak siswa, siswa terkadang masih bingung menentukan tujuan akhir atau hasil akhir yang diharapkan sehingga guru hendaknya memberikan gambaran umum tentang pencapaian yang diharapkan. Pemberian beberapa sumber yang dapat dieksplorasi yang nantinya dapat dikembangkan sendiri oleh siswa. Kekurangan lainnya dari sistem pembelajaran ini adalah waktu yang relatif memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode lain.

6. Strategi Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang masuk kedalam strategi pembelajaran kooperatif. Sama dengan tipe pembelajaran lainnya yang masuk kedalam golongan pembelajaran kooperatif yang menitik beratkan pembelajaran pada kerjasama tim atau kerja kelompok. Yang membedakannya adalah dalam pembelajaran tipe jigsaw terdapat kelompok khusus yang dinamakan kelompok ahli. Kelompok ahli ini nantinya akan bertugas untuk membahas satu topik khusus yang nantinya akan dibawa kembali hasil diskusinya oleh anggota ahli untuk dipresentasikan di dalam kelompok asal.

(46)

fleksibel. Banyaknya penelitian–penelitian sebelumnya yang dilakukan semakin menguatkan fakta bahwa strategi pembelajarn ini mampu meningkatkan hasil belajar dan keaktifan belajar siswa‖.

Menurut Tiwan,MT(2008:5) ―Strategi pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw merupakan suatu strategi pembelajaran yang mana siswa dituntun untuk membentuk suatu kelompok yang anggotanya memiliki karakteristik yang hetetogen dan mau untuk bekerja sama dan saling ketergantungan secara positif dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan dan mempelajari tugasnya dalam kelompok dan harus menyampaikan materi tersebut kepada anggota lainnya‖. Dan alur pembagian kelompok asal dan kelompok ahli dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat ditunjukan pada Gambar 1. Ilustrasi kelompok jigsaw.

Gambar 1. Ilustrasi kelompok jigsaw

7. Dinamika Kelompok

(47)

Kurt Lewin beserta timnya dalam David W. dan Frank P.(2012:20) alih bahasa oleh Theresia,SS melakukan serangkaian penelitian yang bertujuan mengembangkan teori dinamika kelompok. Seperti dasar ilmiah lainnya, dasar dinamika kelompok merupakan salah satu penggabungan dari teori, penelitian, dan penerapan. Teori menggambarkan karakteristik kelompok yang efektif, penelitian mengesahkan dan melemahkan teori yang ada sedangkan penerapan prosedur berdasarkan keabsahan teori yang diterapkan untuk melihat apakah teori tersebut berjalan atau tidak. Kelompok ideal menurut Kurt Lewin adalah suatu kelompok yang berkumpul bersama untuk mencapai sebuh tujuan tertentu, saling ketergantungan satu dengan yang lainnya dalam memecahkan suatu masalah, terjadi interaksi antar individu, disetiap anggota telah tertanam pola piki kalau mereka berada dalam satu kelompok, memiliki pengaruh positif antar kelompok, dan saling memotivasi antar kelompok.

Penelitian yang dilakukan oleh Katzenbach & Smith pada tahun 1993 (David W. dan Frank P.,2012:20 alih bahasa oleh Theresia,SS), jenis-jenis kelompok dapat digambarkan kedalam suatu kurva prestasi kelompok. Seperti yang ditunjukan pada Gambar 2 mengenai jurva prestasi kelompok, dimana kurva ini menggambarkan perbedaan kelompok yantg efektif dan kelompok yang tidak efektif.

TIN

GKATAN

P

RESTAS

I

JENIS-JENIS

Kelompok Pseudo

Kelompok Tradisional

(48)

Gambar 2. Kurva prestasi kelompok

Berdasarkan Gambar.2 mengenai kurva prestasi kelompok, kelompok dibedakan menjadi beberapa bagian, seperti Kelompok Pseudo yang merupakan kelompok yang anggotanya telah sepakat untuk membentuk suatu kelompok akan tetapi tidak ada satu pun dari anggota kelompok yang tertarik untuk menjalankannya. Didalam kelompok tersebut tidak ada yang dinamakan kerja sama yang ada hanyalah persaingan antar anggota kelompok. Mereka menganggap kalau anggota yang lainnya adalah saingan yang harus dikalahkan, tidak ada pertukaran informasi, mencoba untuk membingungkan anggota lain dengan memberikan informasi palsu, dan saling mencurigai. Sehingg tim yang seperti ini akan lebih efektif apabila mereka bekerja secara individu. Pada kelompok ini anggota kelompok percaya bahwa penilaian yang mereka dapat berdasarkan anggota yang berprestasi tinggi ke anggota yang berprestasi rendah.

(49)

terstruktur sehingga kecil kemungkinan untuk adanya diskusi. Setiap anggota kelompok memiliki bagiannya masing-masing. Diskusi kelompok hanya akan terjadi pada saat melaporkan hasil kerjanya saja. anggota bekerja secara terpisah, sehingga anggota yang malas mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan anggota yang rajin. Anggota yang rajin merasa dimanfaatkan sehingga kinerjanya berkurang. Jenis kelompok ini sering dijumpai dalam kelas, dimana anggota yang rajin akan mengerjakan sebagian besar pekerjaan kelompok sedangkan anggota yang malas tidak melakukan apapun atau dalam instilah keseharian adalah hanya titip nama.

Kelompok yang efektif merupakan kelompok yang memiliki hasil kelompok yang lebih besar dibandingkan dengan hasil individu. Anggota kelompoknya memiliki komitmen yang besar untuk saling memaksimalkan kinerja anggota kelompok dan anggota lainnya. Anggotanya percaya bahwa keberhasilan kelompoknya didasarkan pada keberhasilan kerja sama semua anggota kelompok. Dalam pengambilan keputusan pada kelompok ini selalu dilakukan dengan cara berdiskusi dimana memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk mengemukakan pemahaman dan pendapatnya. Semua anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas yang ada.

(50)

kelompok. Seperti yang disebutkan oleh Jennifer Futernick ―Anggota

berprestasi tinggi, tim cepat tanggap di Mc Kinsey & Company, menganggap bahwa emosi yang menyatukan kebersamaan timnya adalah sebuah bentuk cinta dikutip dalam buku ―Dinamika Kelompok :

Teori Keterampilan, David W. Johnson & Frank P. Johnson‖. Yang

menjadi kunci dalam anggota kelompok ini tidaklah hanya dalam kepercayaan antar kelompok akan tetapi adanya sifat saling menghargai dan peduli terhadap anggota kelompok lainnya. Masalah yang dihadapi oleh satu anggota kelompok akan diselesaikan bersama dengan kelompok lainnya.

Teori ini dianggap mendukung karena dalam kelompok yang menjadi inti dari strategi pembelajaran tipe jigsaw, siswa dituntut untuk mengolah teori yang sudah ada. Sangat tidak dianjurkan untuk para siswa menelan mentah-mentah teori yang sudah ada. Kemudian setelah dilakukan penelitian yang nantinya akan menentukan kedudukan teori tersebut, mengesahkan atau melemahkan teori, dengan demikian siswa dapat langsung mengetahui dan menilai langsung teori yang ada. Setelah diangdegap sah maka teori yang ada akan diterapkan. Jika terjadi kekurangan pada teori maka akan dilakukan perbaikan ulang dan akan dilakukan penerapan ulang sampai teori dianggap benar.

b. Penelitian Norman Triplett.

(51)

berubahan prestasi seseorang ketika orang lain hadir. Triplett mengambil sampel rekaman Liga Balap dari Para Pembalap Amerika. Triplett mengamati bahwa para pembalap akan memacu kudanya lebih cepat apabila ada saingan dari pada mereka sedang sendirian dengan kurun jarak lintasan yang sama. Triplett menyimpulkan bahwa kehadiran orang lain (yaitu pesaing) bertindak sebagai pemacu prestasi. Untuk menguji kesimpulannya kembali Triplett meminta sekelompok anak untuk menggulung tali pada alat pancing dan membandingkan kecepatan mereka ketika melakukan sendiri atau bersamaan dengan anak yang lainnya.

(52)

B. Kerangka Berfikir

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan tingkat satuan pendidikan yang menitik beratkan pada kemampuan atau ketrampilan siswanya dalam bidang tertentu. Siswanya telah difokuskan untuk mendalami suatu bidang. Jenis pelajaran yang diberikan di SMK juga berbeda dengan SMA (Sekolah Menengah Atas). Pelajaran di SMK lebih bersifat praktek. Untuk melakukan sebuah praktek maka pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan haruslah tinggi, mana mungkin siswa akan mempraktekan suatu materi dengan benar apabila siswa tersebut tidak memahami sepenuhnya mengenai materi yang diajarkan.

(53)

Dengan tujuan untuk membuat semua siswa terlibat dalam pembelajaran dikelas dan secara tidak sadar siswa yang awalnya membuat kegaduhan dikelas akan ikut berkonsertrasi dengan materi maka penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sangatlah tepat. Dalam strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dituntut untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dan membagikan informasi yang dia miliki kepada siswa lainnya dan juga siswa akan saling ketergantungan secara positif. Guru bukan lagi satu-satunya sumber ilmu, siswa dapat mencari sumber ilmu yang lain seperti melalui buku, internet, dan yang paling penting adalah diskusi kelompok.

Dengan cara ini maka semua siswa akan terlibat secara merata dan juga secara tidak langsung semua siswa akan ikut aktif dalam pembelajaran. Tingkat keaktifan belajar siswa juga meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya keaktifan belajar siswa maka pemahaman siswa akan materi yang diajarkan juga semakin meningkat. Apabila tingkat pemahaman siswa akan materi meningkat maka hasil belajar yang didapat siswa juga meningkat.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka diduga bahwa penggunaan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat menyelesaikan masalah mengenai keaktifan belajar dan hasil belajar siswa. Sehingga diangkat judul penelitian ―Implementasi Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

(54)

C. Hipotesis

Hipotesis atau yang sering disebut dengan dugaan sementara merupakan komponen dalam penelitian yang berguna untuk menghubungkan teori yang sudah ada dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti atau hal sebaliknya. Selain itu juga hipotesis menggabungkan filsafat induktif yang bersifat pengamatan dan filsafat deduktif yang menekankan pada penalaran untuk menghasilkan hal baru atau dengan kata lain hipotesis terdiri dari penggabungan fakta yang sudah ada dan diambil dari observasi dalam suatu wilayah dan digabung dengan teori-teori oleh para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya.

(55)

maka hasil belajar siswa pun akan meningkat. Keaktifan siswa pun meningkat, siswa yang awalnya diam saja dibelakang kelas akan masuk kedalam kelompok untuk bekerja dalam kelompoknya masing-masing.

(56)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Dilihat dari fokus masalah dan kaitan antara variable yang dilibatkan maka penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian eksperimen. Hal ini didasari oleh beberapa faktor antara lain : 1) bertujuan untuk menguji hubungan kausal antara variable bebas dan variable terikat, 2) membandingkan kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol melalui perbedaan kondisi yang sistematis, 3) mengacu pada terjadinya inovasi yang sengaja dan bertujuan.

A. Metode Penelitian Eksperimen

Metode penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki tujuan utama yaitu menguji hipotesis atau dugaan awal yang telah dimiliki. Pengujian ini dilakukan dengan mengubah setiap variabel yang berhubungan dengan masalah yang dihadapai secara sengaja. Perubahan ini nantinya juga berhubungan dengan variabel lainnya karena setiap variabel yang ada saling berkesinambungan. (A.Furchan,2007:338) mengatakan bahwa ―Dalam

bentuknya yang paling sederhana, suatu penelitian memiliki tiga ciri yaitu : suatu variabel bebas dimanipulasi (1), semua variabel lainnya, kecuali varibel bebas, dipertahankan tetap (2), dan pengaruh manipulasi varibel bebas terhadap variabel terkait diamati (3). ―

(57)

variabel lainnya. Peneliti dapat mengendalikan kondisi penelitiannya secara penuh sehingga kondisi ini nantinya dapat direplikasi atau ulang jika ingin mengadakan penelitian lagi dengan memiliki derajat kesamaan yang tinggi.

Penelitian eksperimen yang dilakukan dilapangan memiliki keuntungan dibandingkan dengan penelitian eksperimen yang dilakukan dilaboraturium. Menurut (A.Furchan,2007:342) ―…eksperimen lapangan

mempunyai beberapa kelebihan. Pertama, variabel eksperimental dalam eksperimen lapangan dapat jauh lebih kuat daripada varibel eksperimental dalam eksperimen di laboraturium. Di laboraturium, kita sulit untuk memberikan perlakuan (treatment) yang lebih lama, sedangkan eksperimen dilapangan dapat mencakup pertemuan kuliah setiap hari sepanjang tahun akademis. Kedua, karena eksperimen lapangan dilakukan dalam situasi yang lebih realistis, hasilnya memiliki kemungkinan lebih besar utnuk dapat memberikan pemecahan bagi persoalan-persoalan yang dihadapi pendidik secara nyata‖. Untuk penelitian ini, peneliti jelas memilih metode penelitian

eksperimen di lapangan atau dalam kasus ini dilaksanakan didalam kelas. Jenis penelitian eksperimen didalam kelas yang diterapkan adalah studi mengenai metode.

Dalam sebuah penelitian eksperimen terdapat unsur-unsur yang mendapat perhatian khusus yang nantinya hal-hal ini juga menjadi ciri-ciri sebuah penelitian eksperimen. Unsur-unsur tersebut adalah pengendalian, menipulasi, dan pengamatan.

(58)

manipulasi sangat penting untuk dilakukan, hal ini karena manipulasi variabel dalam metode eksperimen menunjukan bahwa peneliti sengaja mengubah keadaan sebuah variabel dengan kondisi-kondisi yang beragam disesuaikan dengan kebutuhan peneliti untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Variabel yang dimanipulasi adalah variabel bebas. Dalam penelitian ini manipulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan suatu metode tertentu dalam pemberian pembelajaran didalam kelas. Satu kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan dikelas yang lain yang digunakan sebagai pembanding menggunakan strategi pembelajaran konvensional. Karena adanya manipulasi yang dilakukan oleh peneliti dalam variabel bebas maka akan berdampak pada variabel terikat. Dalam suatu penelitian eksperimen varibel terikat biasanya merupakan hasil dari manipulasi yang dilakukan terhadap variabel bebas seperti hasil belajar dan keaktifan belajar dalam penelitian ini. Ketika adanya hasil maka akan dilakukan pengamatan untuk memantau hasil dari manipulasi yang telah dilakukan oleh peneliti

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

(59)

kelas X jurusan multimedia SMK N 1 Cepu Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Sampel

Sampel merupakan perwakilan dari sebuah populasi. Suatu sampel harus dapat mewakili keseluruhan aspek yang ada didalam populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian siswa kelas X jurusan Multimedia yang terdiri dari 2 kelas Tahun Ajaran 2014/2015

Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling atau pemilihan secara acak secara sederhana. Dimana peneliti memilih secara acak diantara 2 kelas yang ada mana yang akan dijadikan sebagai kelas yang nantinya akan diterapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan mana yang dijadikan kelas pembanding atau kelas kontrol.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MM1 dan X MM2 SMK N 1 Cepu Tahun Ajaran 2014/2015 dalam mata pelajaran Teknik Pengambilan Gambar Produksi. Satu kelas nantinya akan diberikan perlakuan khusus tentang strategi pembelajaran ini dan nantinya akan diamati apakah metode pembelajaran ini dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dikelas tersebut atau tidak.

C. Variabel penelitian

(60)

peneliti memberikan perhatian besar terhadap perubahan (manipulasi) dan pengendalian (kontrol).u Hal ini disebut dengan variabel. Variabel dibendakan menjadi dua kelompok yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas adalah suatu variabel pendahulu atau variabel yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang diterapkan didalam kelas yaitu strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Variabel terikat adalah variabel yang muncul karena pengaruh dari variabel bebas. Vairabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dan tingkat keaktifan belajar siswa dikelas.

D. Pengendalian

Pengendalian dalam penelitian ini berfungsi sebagai pembatas atau mengatur situasi sehingga pengaruh variabel dapat diselidiki. Pengendalian juga berfungsi untuk mengendalikan dan mengarahkan penelitian variable agar tidak keluar jalur. Dalam prakteknya banyak aspek-aspek diluar variabel-variabel pendidikan yang dapat mempengaruhi jalannya penelitian sehingga dibutuhkan sebuah pengendalian.

Pengendalian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa konvariansi. ―Analisa konvariansi merupakan metode untuk menganalisis

(61)

Dalam penelitian ini kelas yang sudah ditetapkan sebagai kelas eksperimen menggunakan startegi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Untuk menghindari faktor pembedaan guru maka peneliti bertanggung jawab atas kelas yang digunakan untuk penelitian. Untuk menjaga materi yang diberikan seimbang dan berbobot sama maka peneliti bertanggung jawab dalam menyediakan bahan ajar. Untuk menjamin bobot materi sama maka peneliti membuat materi pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), serta soal-soal yang akan digunakan pada saat pembelajara diawal, sebelum penelitian dilakukan.

E. Metode dan Desain Penelitian

Dalam sebuah jurnal yang berjudul ― Peningkatan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Teknik Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw‖ oleh Tiwan, MT(2008;6) disebutkan bahwa untuk melaksanakan

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah kelompok sebagai berikut; (1) pembagian tugas,(2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional adalah :

1. Membaca, siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

2. Diskusi kelompok ahli, siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topic tersebut.

3. Diskusi kelompok asal, siswa ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik kepada kelompok asalnya.

(62)

5. Penghargaan kelompok, perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan desain Pretest-Posttest control grup design Pretest-Posttest. Dengan demikian desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Grup Design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

KE O1 X1 O2

KK O3 X2 O4

Keterangan :

KK : Kelas Kontrol KE : Kelas Eksperimen

O1 : Pretest yang diberikan kepada Kelas Eksperimen

X1 : KBM dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Jigsaw

O2 : Posttest yang diberikan pada Kelas Kontrol pada akhir

pembelajaran

O3 : Pretest yang diberikan kepada Kelas Kontrol

X2 : KBM dengan menggunakan Metode pengajaran konvensional

O4 : Posttest yang diberikan pada Kelas Kontrol pada akhir

pembelajaran

Pada penelitian ini, setiap kelompok pada awal kegiatan diberi pretest (O1,O3), diberi perlakuan dan pada akhir kegiatan diukur dengan

posttest (O2,O4) yang ekuivalen dengan pretest. Sedangkan X1 dan X2

masing-masing merupakan perlakuan yang diterapkan dikelas. Untuk X2

pengajaran seperti biasa sedangkan untuk X1 yaitu Diskusi Kelompok yang

(63)

didalamnya masih terdapat topik-topik tertentu, topik tersebut selanjutnya disebut dengan topik 1, topik 2, topic 3,dst. Karena dalam satu kelas terdapat 32 siswa maka siswa akan dibagi menjadi 4 kelompok asal yaitu kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3, dan kelompok 4, seperti ditunjukan dalam Gambar 3. Ilustrasi pembagian kelompok asal dan kelompok ahli jigsaw

(64)

Gambar 3. Ilustrasi pembagian kelompok asal dan kelompok ahli jigsaw

Keterangan :

: Siswa

: Siswa yang memiliki topik sama yang nantinya akan masuk kedalam kelompok ahli topik tersebut.

: Kelompok dengan topic yang beragam (kelompok asal)

Kemudian setelah semua siswa mendapat topiknya masing-masing, siswa membentuk kelompok lagi sesuai dengan topik ahli yang sama kemudian kelompok ini disebut dengan kelompok ahli. Kelompok ahli terdiri dari siswa-siswa yang memiliki topik yang sama. Dalam diskusi kelompok ahli, siswa dituntut untuk memiliki catatan dan memiliki informasi sebanyak-banyaknya tentang topik ahli yang nantinya akan dijelaskan kembali ke kelompok asal.

1 2 3 4

5 6 7 8

Kelompok 4

8 8

8 8

Kelompok Ahli 8

7 7

7 7

Kelompok Ahli 1

1

1 1

1 1

Kelompok Ahli 1

1 2 3 4

5 6 7 8

Kelompok 4

(65)

Berdasarkan ilustrasi yang telah digambarkan mengenai proses pembagian kelompok pada kelas eksperimen aktivitas kelompok sangatlah penting. Aktivitas dalam kegiatan belajar adalah untuk mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, awawancara, diskusi dan interupsi. Sehingga sangatlah penting bagi siswa yang menjalankan metode pembelajaran ini untuk saling terbuka dan saling mengemukakan pendapat. Siswa disini diajarkan untuk memiliki sifat berfikir kritis dan tanggap dengan lingkungan sekitarnya.

Setelah terjadinya diskusi dengan kelompok ahli kemudian anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asalnya masing-masing. Pada tahap ini setiap anak sudah memiliki materiyang cukup mengenai topic yang menjadi tanggung jawabnya yang nantinya digunakan sebagai bekal untuk menjelaskan ke teman lainnya. Secara bergantian siswa akan menjelaskan mengenai topiknya masing-masing, kemudian apabila ada siswa yang merasa tidak paham atau tidak sependapat dengan penjelasan temannya bias dilakukan diskusi didalam kelompok asal. Akan tetapi apabila masih tidak ditemui kesepakatan maka siswa yang memiliki tanggung jawab atas materi yang didiskusikan lebih baik berkumpul dengan kelompok ahlinya lagi dan berdiskusi untuk memecahkan persoalan yang ada.

(66)

hasil diskusinya bersamaan dengan catatan individu dari tiap anggota ahli yang terdapat didalamnya.

Pemberian postest diakhir KBM ini untuk mengukur seberapa jauh tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan dibandingakan dengan nilai pretest yang sudah diambil diawal si`klus tadi. Dan pemberian penghargaan atau reward kepada kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi dapat merangsang siswa untuk belajar lebih giat lagi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang sumbernya berasal dari lingkungan sekitar sehingga data yang didapat berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti. Observasi perlu dilakukan untuk mengamati semua perilaku yang terjadi didalam kelas dan nantinya juga dapat menentukan tidakan mana yang tepat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Hal yang diamati tidak hanya tingkah laku siswanya saja melainkan juga kinerja guru pengajar yang bertanggung jawab dalam kelas tersebut. Dalam proses obeservasi ini nanti terlihat perubahan perilaku siswa dari awal KBM pembelajaran sampe akhir KBM.

2. Kajian Dokumen

(67)

perpustakaan. Kajian dokumen ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai perangkat pembelajaran yang akan dijadikan pedoman seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan perangkat pembelajaran lainnya. Nilai siswa pada materi-materi sebelumnya pun dapat menjadi panduan dalam melakukan penelitian.

3. Tes

Pada proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini telah diberikannya tes pada awal KBM yang disebut dengan Pretest dan poostest yang diberikan diakhir KBM. Dari tes-tes inilah peneliti

dapat mengetahui perubahan pada saat awal KBM dan saat akhir KBM. Ada atau tidaknya perubahan dan keefektifan matode pembelajaran dilihat dari hasil tes ini.

G. Alur Penelitian

(68)

strategi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw (kelas eksperimen). Setelah hasil pretest dan Posttest didapat kemudian dilakukan penganalisisan data untuk menarik kesimpulan. Untuk alur lebih jelasnya ditunjukan pada Gambar 4

Penyusunan Instrumen Penelitian

Uji Coba Soal dan Uji Validitas

Eksperimen I - Pretest

- Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menggunakan Metode Jigsaw

- Posttest

Eksperimen II - Pretest

- Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan

mengguanakan metode pembelajaran yang biasa dilakukan dikelas (Guru mengajar siswa

mendengarkan) - Posttest

Analisis Data Penelitian

Gambar

Gambar 1. Ilustrasi kelompok jigsaw
Gambar 3. Ilustrasi pembagian kelompok asal dan kelompok ahli jigsaw
Tabel 4. Hasil Uji Soal Kelas XI Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Cepu
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.. Kata kunci :

Penelitian hanya diikuti oleh 30 siswa dengan hasil sebagai berikut: (1) Model pembelajaran kooperatif Jigsaw tipe II dapat diterapkan dalam Kurikulum 2013 di kelas X

Hal ini membuktikan bahwa pe- nerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dalam pembelajaran IPS dapat me- ningkatkan aktifitas belajar siswa, pembela- jaran materi

PERBANDINGAN MODEL KOOPERATIF TIPE THE POWER OF TWO DAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN4. DAN DISPOSISI MATEMATIS

Model kooperatif tipe jigsaw adalah model pembelajaran yang sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar, yang mana peserta didik dibagi dalam kelompok dan

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat hal tersebut dalam penelitiannya dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBANTUAN DENGAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS 5 SDNi. TLOMPAKAN 01 SEMESTER II

Jurnal Pendidikan Tambusai 1719 Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas XI IPA Danang Purwono SMA