• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Dalam Pengawasan Perusahaan Publik"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun

institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana kegiatan untuk berinvestasi. Pasar

modal dipandang sebagai salah satu sarana yang dapat mempercepat

pembangunan suatu negara secara efektif. Dalam rangka melaksanakan

pembangunan nasional, khususnya dalam upaya mencari sasaran pembangunan

diperlukan berbagai sarana penunjang, antara lain berupa tatanan hukum yang

mendorong, menggerakkan dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan

di bidang ekonomi.1

Pengawasan pasar modal pada awalnya berada di tangan Badan Pengawas

Pasar Modal yang selanjutnya disebut dengan Bapepam. Bapepam merupakan

komponen yang memegang peranan penting terhadap kemajuan pasar modal

Indonesia. Bapepam merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk

melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari terhadap pasar

modal bila terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam bursa efek. Peran Bapepam

sebagai badan pengawas untuk melakukan pembinaan dan pengaturan serta

pengawasan sehari-hari pasar modal dengan tujuan mewujudkan tujuan dan

terciptanya kegiatan pasar yang efisien, dan serta melindungi kepentingan

masyarakat pemodal.2

1

Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 205.

2

Rusdin, Pasar Modal, (Bandung : Alfabeta, 2005), hlm. 10.

(2)

Penyelenggaraan fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh Bapepam,

dalam perkembangannya, telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan

dalam penyediaan dana untuk pembiayaan pembangunan ekonomi nasional.

Terjadinya proses globalisasi dalam sistem keuangan dan pesatnya kemajuan di

bidang teknologi informasi serta inovasi finansial telah menciptakan sistem

keuangan yang sangat kompleks, dinamis, dan saling terkait antar-subsektor

keuangan baik dalam hal produk maupun kelembagaan. Adanya lembaga jasa

keuangan yang memiliki hubungan kepemilikan di berbagai subsektor keuangan

telah menambah kompleksitas transaksi dan interaksi antarlembaga jasa keuangan

di dalam sistem keuangan. 3

Memasuki era globalisasi ekonomi ini, pembaharuan hukum sangat

penting dan mutlak dilakukan. Kebijaksanaan pembaharuan hukum Indonesia

hendaknya berorientasi kepada jaminan dan kepastian hukum yang lebih jelas dan

pasti. Seiring dengan itu, yang juga harus menjadi perhatian adalah sarana yang

dapat memperlancar jalannya perekonomian, termasuk peraturan

perundang-undangan.4 Oleh karena itu, Negara senantiasa memberikan perhatian yang serius

terhadap perkembangan kegiatan sektor jasa keuangan tersebut, dengan

mengupayakan terbentuknya kerangka peraturan dan pengawasan sektor jasa

keuangan yang terintegrasi dan komprehensif.5

Belum optimalnya perlindungan konsumen jasa keuangan, dan

terganggunya stabilitas sistem keuangan semakin mendorong diperlukannya

3

Wahyu Wiriadinata, “ Masalah Penyidik Dalam Tindak Pidana Jasa Keuangan di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 9, Nomor 3, Oktober 2012, hlm. 396.

4

Bismar Nasution, HukumKegiatan Ekonomi (I), (Bandung : BooksTerrace & Library, 2007), hlm. 5.

5

Rio Sidauruk, “Dari Bapepam Ke OJK”, (6 Maret 2013), Diunduh dari

(3)

pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu dilakukan penataan kembali

struktur pengorganisasian dari lembaga-lembaga yang melaksanakan tugas

pengaturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan yang mencakup sektor

perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan

lembaga jasa keuangan lainnya. Penataan dimaksud dilakukan agar dapat dicapai

mekanisme koordinasi yang lebih efektif di dalam menangani permasalahan yang

timbul dalam sistem keuangan sehingga dapat lebih menjamin tercapainya

stabilitas sistem keuangan. Pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan

kegiatan jasa keuangan tersebut harus dilakukan secara terintegrasi.6

Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan suatu model

pengawasan yang berfungsi mengawasi segala macam kegiatan keuangan. Setiap

model pengawasan memang memiliki keunggulan dan kelemahan masing masing.

Llewellyn melihat bahwa lembaga pengawasan harus memiliki ketahanan dalam

menghadapi masa krisis, memiliki tingkat efisiensi dan efektivitas tinggi yang

tercermin dalam biaya dan adanya kejelasan pembagian tanggung jawab dan

fungsi serta memiliki persepsi yang baik dimata publik.7

Selain pertimbangan-pertimbangan tersebut, terdapat undang-undang yang

juga mengamanatkan pembentukan lembaga pengawasan sektor jasa keuangan

yang mencakup perbankan, asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura dan

perusahaan pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan

pengelolaan dana masyarakat yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

6

Albab setiawan, Otoritas Jasa Keuangan, (Jakarta: jas and partner lawyer office, 2012), hlm. 1.

7

Zulaika, “OJK Dalam Ketatanegaraan Indonesia”, (07 Desember 2012), Diunduh dari

(diakses pada

(4)

Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dengan perubahan terakhir melalui Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2004 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang yang selanjutnya disebut

dengan UUBI dalam Pasal 34 ayat (2). Lembaga pengawasan sektor jasa keuangan

tersebut di atas pada hakikatnya merupakan lembaga bersifat independen dalam

menjalankan tugasnya dan kedudukannya berada di luar pemerintah. Lembaga ini

berkewajiban menyampaikan laporan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan

Dewan Perwakilan Rakyat.

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas dan atas landasan hukum yang

mengamanatkan pembentukan sebuah lembaga pengawasan terhadap sektor jasa

keuangan secara keseluruhan dan dilakukan secara terintegrasi maka lahirlah

sebuah lembaga baru yaitu Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disebut

dengan OJK. Dimana mulai tahun 2014, OJK akan beroperasi sebagai pengawas

jasa keuangan di Indonesia. OJK yang didirikan dengan Undang-Undang Nomor

21 Tahun 2011 tentang OJK yang selanjutnya disebut dengan UUOJK berfungsi

menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan terhadap keseluruhan

kegiatan di dalam sektor jasa keuangan. OJK melakukan pengawasan terhadap

bank, pasar modal (sekuritas), dan industri keuangan non bank (asuransi, dana

pensiun, modal ventura, dan perusahaan pembiayaan dan badan-badan lain yang

menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat).

UUOJK tentu akan membawa dampak bagi peraturan

perundang-undangan lainnya yang terkait. Oleh karena itu dengan lahirnya UUOJK ini

(5)

perundang-undangan terkait pengawasan lembaga keuangan.8 Hal ini sejalan dengan

pendapat Ann Seidman, Robert B. Seidman dan Nalin Abeyesekere yang

mengatakan bahwa dalam proses pembangunan, undang-undang merupakan alat

utama pemerintah melakukan perubahan pada lembaga-lembaga. Hal tersebut

memperjelas tugas pembuat undang-undang yaitu membuat undang-undang

menjadi efektif dan mampu membawa perubahan, suatu undang-undang yang

efektif pada keadaan khusus di suatu negara harus mampu mendorong suatu

perilaku yang dituju atau yang diaturnya.9

Tugas tersebut menjadi tanggungjawab Dewan Komisioner (DK) OJK

yang memastikan bahwa ketentuan tertentu perlu diharmonisasi dan ketentuan

yang tetap dibiarkan berbeda untuk mengakomodir perbedaan karakteristik

industri keuangan. Hal ini dibutuhkan untuk menutup celah atau mempersempit

wilayah abu-abu yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan melakukan

manuver yang dapat merugikan kepentingan konsumen dan pada akhirnya

merugikan industri keuangan itu sendiri.

10

Pasar modal sebagai salah satu sektor jasa keuangan yang pengawasannya

beralih kepada OJK memiliki landasan hukum dalam pelaksanaan kegiatan di

pasar modal yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

yang selanjutnya disebut dengan UUPM. Sebagaimana telah disebutkan diatas

bahwa sedikit banyaknya UUOJK tentunya akan mempengaruhi UUPM. Maka

untuk meningkatkan efektivitas hukum dan kepastian hukum dalam

8

Rudy Hendra Pakpahan, “Akibat Hukum Dibentuknya Lembaga Otoritas Jasa Keuangan Di Indonesia”, Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 9, Nomor 3, Oktober 2012, hlm.421.

9 Ibid. 10

(6)

penyelenggaraan pengawasan di sektor pasar modal diperlukan harmonisasi dan

pokok-pokok materi yang diatur dalam UUPM terhadap UUOJK. Hal ini

mencegah terjadinya persinggungan kewenangan serta untuk menjaga

independensi OJK dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Mengingat bahwa pasar modal merupakan salah satu sektor dalam sistem

keuangan yang memegang peranan penting untuk pembangunan ekonomi nasional

maka aturan-aturan hukum yang menaunginya harus mampu dipertegas melalui

harmonisasi UUPM terhadap UUOJK. Karena hal ini akan berdampak bagi

masyarakat luas dan kepentingan umum maka penanganan mengenai harmonisasi

undang-undang ini harus ditanggapi dengan cepat dan tepat.

Pasar modal juga menyangkut kepentingan berbagai pihak oleh karena itu

pengawasan terhadap sektor ini diharapkan tidak akan menimbulkan kerugian

bagi pihak-pihak tertentu hanya karena terjadinya persinggungan peraturan

perundang-undangan yang mengaturnya. Melalui harmonisasi UUPM terhadap

UUOJK, Pengawasan pada pasar modal diharapkan akan terselenggara secara

teratur, adil, transparan, dan akuntabel, serta mampu mewujudkan pasar modal

yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, serta mampu melindungi

kepentingan konsumen dan masyarakat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka

pembahasan permasalahan akan dititikberatkan pada bagaimana upaya yang dapat

(7)

pengawasan perusahaan publik. Atas dasar itulah, penulis membatasi ruang

lingkup kajian permasalahan yang ada sebagai berikut :

1. Bagaimanakah sistem pengawasan pasar modal sebelum terbentuknya

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ?

2. Mengapa diperlukan upaya harmonisasi Undang-Undang Pasar Modal

No. 8 Tahun 1995 terhadap Undang-Undang OJK No. 21 Tahun 2011 ?

3. Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk mengharmonisasikan

Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) Terhadap Undang-Undang OJK

(UUOJK) dalam pengawasan perusahaan publik ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi

ini adalah :

1. Untuk mengetahui sistem pengawasan terhadap kegiatan di pasar modal

sebelum terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga

pengawasan yang baru.

2. Untuk mengetahui urgensi diharmonisasikannya Undang-Undang Pasar

Modal No. 8 Tahun 1995 terhadap Undang-Undang OJK No. 21 Tahun

2011.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam mengharmonisasikan

Undang OJK (UUOJK) terhadap Undang-Undang Pasar Modal (UUPM).

Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan skripsi ini

(8)

1. Manfaat teoritis

Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan

sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya,

perkembangan hukum ekonomi dan khususnya di bidang Otoritas Jasa Keuangan

selaku Lembaga Pengawas Sektor Jasa Keuangan.

2. Manfaat praktis

Uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis

dan secara umum bagi masyarakat tentang harmonisasi peraturan

perundang-undangan antara UUPM terhadap UUOJK dalam pelaksanaan pengawasan oleh

OJK terhadap Pasar Modal, dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi

dan peneliti lainnya yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi

mengenai harmonisasi UUPM terhadap UUOJK.

D. Keaslian Penulisan

Dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang

diperoleh penulis, maka penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang

berjudul “Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam Pengawasan Perusahaan Publik”.

Untuk mengetahui orisinalitas penulisan, sebelum melakukan penulisan

(9)

penulis terlebih dahulu melakukan penulusuran terhadap berbagai judul skripsi

yang tercatat pada fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas

cabang Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 17 Desember 2013

menyatakan bahwa “Tidak ada judul yang sama”

Adapun beberapa judul yang memiliki sedikit kesamaan di Perpustakaan

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara antara lain :

1. Sistem Koordinasi Antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam

Pengawasan Bank Setelah Lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Otoritas Jasa Keuangan. (Disusun oleh Rebekka Dosma Sinaga/

090200125)

2. Tinjauan Yuridis mengenai Short Selling dalam Pasar Modal Suatu Analisis

Hukum terhadap Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal

dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal. (Disusun oleh Aswin Asmara/

060200225)

3. Penyelesaian Wanprestasi di Pasar Modal dalam System Jakarta Automatic

Trading System Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

(Disusun oleh Nicky Catherine/080200409)

Penulis juga mengadakan penelusuran berbagai judul karya ilmiah melalui

media internet, dan sepanjang penelusuran yang dilakukan belum ada penulis lain

yang pernah mengangkat topik tersebut. Maka Berdasarkan pemeriksaan dan

hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Upaya Harmonisasi

Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Terhadap

(10)

Pengawasan Perusahaan Publik” belum pernah ada penelitian dilakukan dalam

topik dan permasalahan yang sama. Sekalipun ada, hal tersebut adalah diluar

pengetahuan penulis. Permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah murni

hasil pemikiran penulis yang didasarkan pada pengertian-pengertian, teori-teori

dan aturan hukum yang diperoleh melalui referensi media cetak maupun media

elektronik. Penelitian ini disebut asli sesuai dengan asas keilmuan yaitu jujur,

rasional, objektif dan terbuka serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

Sejarah pasar modal tidak lepas dari adanya kebutuhan ekonomi nasional

yang menuntut terbentuknya sarana penarikan dana masyarakat melalui lembaga

pasar modal. Pada dasarnya, di Indonesia, kebutuhan pasar modal disinkronkan

dengan UUD 1945, khusunya Pasal 33 yang menyatakan bahwa perekonomian

negara dijalankan berdasarkan asas kekeluargaan. Tujuannya supaya

mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam pemilikan saham

perusahaan. Selain itu, juga diarahkan pada pemerataan pendapatan masyarakat

melalui pemilikan saham dan untuk menggairahkan partisipasi masyarakat dalam

pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.11

Pasar modal di negara maju merupakan salah satu lembaga yang

diperhitungkan bagi perkembangan ekonomi negara tersebut. Oleh sebab itu,

negara/pemerintah mempunyai alasan untuk ikut mengatur jalannya dinamika

pasar modal.

12

11

Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010), hlm.25. 12

Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum dan Permasalahannya, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 7.

(11)

memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan sarana atau tempat untuk

mempertemukan penjual dan pembeli dana jangka panjang yang disebut efek,

dewasa ini telah merupakan salah satu pasar modal negara berkembang yang

berkembang secara fantastis atau dinamik.13

Pasar modal, dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha

perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi

atau efek-efek pada umumnya. Pengertian pasar modal sebagaimana pasar pada

umumnya, merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli.14 Akan tetapi

menurut Sumantoro, pasar modal berbeda dengan pasar konkret, karena dalam

pasar modal yang diperjualbelikan adalah modal atau dana.15 Modal yang

diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur dari

waktunya merupakan modal jangka panjang. Oleh karena itu, bagi emiten sangat

menguntungkan mengingat masa pengembaliannya relatif panjang, baik yang

bersifat kepemilikan maupun yang bersifat utang.16

Jika dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura,

Hongkong, Thailand, dan juga Filipina serta negara kawasan Asia Pasifik lainnya

pemanfaatan institusi pasar modal Indonesia masih relatif tertinggal. Padahal, apa

yang dimiliki Indonesia tidak lebih buruk dari apa yang dimiliki oleh negara Asia

Pasifik lainnya. Bahkan dalam hal tertentu, Indonesia memiliki keunggulan. Oleh

karena itu optimalisasi pasar modal harus mendapat perhatian serius. Berangkat

dari sini, perlu ada perubahan pola perilaku dari kalangan pengusaha dan

13

Syahrir dalam Najib A. Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998), hlm. 9.

14

Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Op.cit hlm. 166. 15

Sumantoro, Aspek-Aspek Hukum dan Potensi Pasar Modal di indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 9.

16

(12)

pemerintah sendiri. Potensi pasar modal yang tersimpan di Indonesia tidak akan

ada gunanya jika tidak dioptimalkan dengan baik. Lewat aneka instrumen pasar

modal, pola investasi yang pada awalnya hanya dilakukan secara langsung (direct

investment) diharapkan bisa juga ditarik lewat investasi tak langsung (indirect

investment).17

Pada umumnya sistem perdagangan di pasar modal dapat dilakukan

melalui dua cara, yaitu : Sistem Diller (Quote-Driven Market) dan Sistem Pialang

(Order-Driven Market). Dalam sistem Diller, bursa efek merupakan tempat

bertemunya para Diller. Diller adalah konsultan investasi bagi investor yang

berperan sebagai mediator yang melayani investor dalam mengambil keputusan

menjual atau membeli efek. Sedangkan dalam sistem pialang, pesanan (order)

investor didaftarkan pada lantai bursa (trading board). Pialang adalah wakil atau

anggota bursa yang setiap saat siap menerima pesanan jual atau beli dari investor.

Oleh karena itu bursa akan mengatur pesanan tersebut melalui sistem lelang

secara terus-menerus.18

Di Indonesia terdapat Bursa Efek Indonesia. berkaitan dengan itu dapat

dikemukakan bahwa perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) menganut

sistem pialang. Peserta bursa yang akan melakukan transaksi dengan

mendaftarkan pesanannya (order) melalui sistem komputer (Jakarta Automated

Trading System/JATS). JATS ini diluncurkan tahun 1995 oleh Bursa Efek

Indonesia. dengan menggunakan JATS ini, penawaran (baik penawaran beli

maupun penawaran jual) diolah melalui komputer untuk menyetarakan (matching)

17

I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta : Sad Satria Bhakti, 2000) , hlm. 18.

18

(13)

dengan mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Proses

penyetaraan ini membentuk mekanisme tawar-menawar yang dilakukan secara

terus-menerus (action market) selama jam bursa dan mekanisme ini merupakan

dasar pembentukan pasar reguler.19

Kegiatan bisnis dalam industri efek memang rumit. Meskipun praktik di

negara lain bisa dijadikan acuan, namun para pengusaha Indonesia harus mampu

menemukan cara-cara pemasaran yang tepat yang dapat diterapkan sesuai

lingkungan budaya dan ekonomi yang ada. Untuk itu diperlukan kecakapan dalam

berbisnis, gagasan, dan pemasaran yang kreatif. Iklim berusaha dan peraturan

harus mampu mendorong kegiatan berbisnis.20

Sejak diaktifkannya kembali kegiatan bisnis pasar modal pada tahun 1977,

sebenarnya pasar modal berjalan diatas pondasi yang lemah. Walaupun kegiatan

pasar sudah cukup semarak pada awal 1990-an, namun peraturan tentang pasar

modal bisa dikatakan masih rapuh. Hingga akhir tahun 1995, seluruh aspek legal

yang berkaitan dengan penyelenggaraan pasar modal masih bersandar pada

peraturan kuno yang sebenarnya sudah tidak layak diterapkan, yakni

Undang-Undang Darurat No. 13 Tahun 1951 tentang Bursa yang kemudian ditetapkan

sebagai Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 tentang Bursa. Undang-Undang ini

hanya dilengkapi dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK.013/1990

tentang Pasar Modal.21

Disamping peraturan tentang pasar modal di Indonesia pada awalnya

masih dikatakan rapuh, pasar modal Indonesia telah mengalami perkembangan

19 Ibid. 20

I Putu Gede Ary Suta, Op.cit., hlm. 42-43. 21

(14)

yang sangat cepat dalam tempo yang relatif singkat sejak pemerintah mengalami

langkah deregulasi di bidang ini pada akhir 1987. Jika sampai pada saat itu hanya

tercatat 24 perusahaan yang sahamnya listed di pasar reguler, maka pada 1990

jumlah itu sudah berkembang hampir tiga kali lipat dengan kapitalisasi yang

berkembang lebih cepat lagi. Volume rata-rata perdagangan saham per hari di

Bursa Efek Jakarta melonjak dari jauh dibawah seratus hingga menjadi miliaran

rupiah.22

Perkembangan dan kemajuan satu pasar modal sangat ditentukan oleh

adanya kepastian hukum bagi para pelakunya, terutama masyarakat investor,

khususnya investor internasional menaruh perhatian yang sangat besar terhadap

aturan hukum (rule of law) disamping adanya aspek disclosure. Sejalan dengan

semakin diakuinya peran strategis pasar modal, Bapepam berusaha melakukan

regulasi di bidang pasar modal. Hasilnya, pada 2 Oktober 1995, DPR menyetujui

RUU tentang Pasar Modal yang kemudian pada 10 November 1995 oleh Presiden

disahkan menjadi Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan

mulai berlaku efektif pada tanggal 1 januari 1996.23

Untuk dapat dipercaya, pasar modal harus memiliki kriteria atau kondisi

sebagai berikut : adanya fairness, tegaknya hukum, lengkapnya infrastruktur, dan

adanya profesionalisme pelaku dan pengawas pasar. Tanpa pengawas sulit dicapai

adanya pasar yang efisien dan teratur (efficient and orderly market). Fungsi

market watchdog ini sangat penting mengingat yang bersangkutan bertindak tidak

22

Pandji Anoraga Dan Piji Pakarti, Pengantar Pasar Modal (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hlm. 96

23

(15)

hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai pengawas dan dalam beberapa hal

sebagai investigator atau penyidik.24

Khusus untuk sektor keuangan, pengawasan pasar yang diperlukan jauh

lebih kompleks. Pelanggaran dan penipuan yang terjadi biasanya lebih terbungkus

rapi dan dilakukan oleh orang-orang pintar. Ketua the Securities and Exchange

Comission Amerika Serikat (US SEC Chairman) - Badan sejenis Bapepam di

Indonesia - pernah mengutarakan bahwa sebagian besar orang-orang yang

diproses di pengadilan yang melakukan pelanggaran UU Pasar Modal Amerika

Serikat (Securities Acts 1933 and Securities Exchange Acts 1934) adalah lulusan

dari universitas terkenal di AS. Ini membuktikan bahwa pengawasan terhadap

Financial Market memerlukan orang-orang berkualitas dan berintegritas.25

Pengawas pasar modal harus mampu menjadi polisi pasar, dan mampu

mengambil keputusan yang cermat, adil dan tepat waktu. Secara objektif, pasar

modal membutuhkan pengawas yang terbebas dari intervensi politik, independen

dalam bertindak dan tegas dalam mengambil keputusan.26

Otoritas Jasa Keuangan adalah lembaga independen dan bebas dari

campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, wewenang pengaturan,

pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa Di Indonesia lembaga

yang dapat dikategorikan sebagai market watchdog ini adalah Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) sebagai pengawas keseluruhan sektor jasa keuangan. OJK

menggantikan posisi Bapepam sebagai pengawas pasar modal dengan lahirnya

UUOJK.

24

Ibid., hlm. 173. 25

Ibid., hlm. 173. 26

(16)

keuangan secara terpadu, independen, dan akuntabel. Undang-Undang OJK harus

memberikan predictable, yaitu dapat memberikan jaminan dan kepastian hukum

bagi lembaga jasa keuangan, terutama dampak pengaturan dan struktur

pengawasan pada aspek kesehatan sistem lembaga jasa keuangan yang meliputi

keselamatan dan kesehatan lembaga jasa keuangan, stabilitas sistematik dan

pengembangan sistem lembaga jasa keuangan.27

Sistem pengawasan yang dilakukan oleh OJK adalah sistem pengawasan

yang terintegrasi , artinya seluruh kegiatan jasa keuangan yang dilakukan oleh

berbagai lembaga keuangan tunduk pada sistem pengaturan dan pengawasan

OJK.

Pasar modal sebagai elemen penting ekonomi nasional tentu akan sering

mengalami permasalahan dalam pelaksanaannya. Maka OJK diharapkan mampu

menyikapi dan mengatasi masalah tersebut. Cara yang dilakukan OJK dapat

melalui penyediaan fasilitas pasar dalam mengatasi kesulitan usaha dengan

kemungkinan dilakukannya restrukturisasi tanpa mengorbankan prinsip

transparansi dan kepentingan publik.

28

Untuk dapat menjalankan amanat undang-undang dalam melakukan

pengawasan yang terintegrasi, OJK harus berupaya terus melakukan

penyempurnaan regulasi terkait sektor-sektor yang masuk dalam domain OJK,

dengan harapan dapat mengendalikan tingkat risiko yang ada dan mencapai

27

Bismar Nasution, “Pengaturan dan Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Menurut Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan”, (Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang Sosialisasi Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, 19 Juni 2012), hlm. 2.

28

(17)

tingkat keberhasilan yang sudah ditentukan sebelumnya. Diantaranya yang akan

dilakukan adalah menyempurnakan seluruh peraturan di masing-masing industri

jasa keuangan yang ada saat ini, dan yang sudah berlaku. Tujuannya adalah untuk

menilai dan mengendalikan potensi risiko yang timbul dari semakin kompleksnya

aktifitas di industri sektor jasa keuangan. Hal ini penting sebab OJK memiliki

sejumlah agenda dalam upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan

industri di Indonesia. langkah-langkah lanjut terkait hal-hal yang dimaksudkan

itu, yakni OJK akan melakukan harmonisasi pengaturan terhadap kelompok

industri jasa keuangan yang diawasi OJK.29

Harmonisasi UUPM terhadap UUOJK Adalah hal yang penting untuk

dilakukan. Mengingat pasar modal merupakan sumber pembiayaan dunia usaha

dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal yang memilliki peranan strategis

untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, kegiatan pasar modal perlu

mendapatkan pengawasan agar bisa dilaksanakan secara teratur, wajar, dan

efisien.30

Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat penelitian harus dilakukan

secara sistematis dan teratur, sehingga metode yang dipakai sangatlah Pengawasan oleh OJK tentunya harus berlandaskan aturan hukum yang

harmonis sehingga tidak akan menimbulkan persinggungan dalam

pelaksanaannya, sehingga terwujudlah pasar modal yang teratur, wajar, dan

efisien.

F. Metode Penelitian

29

Infobanknews, “ OJK Siap Harmoniskan Regulasi Tiap Sektor Keuangan”, (15 Mei

2013), Diunduh dari

30

(18)

menentukan. Metode penelitian yaitu urutan-urutan bagaimana penelitian itu

dilakukan.

Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum

normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau bahan sekunder. 31 Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum

dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law

in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan

patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.32

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu

penelitian yang dimaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang

keadaan yang menjadi objek penelitian sehingga akan mempertegas hipotesa dan

dapat membantu memperkuat teori lama atau membuat teori baru.

Dalam penelitian ini,

adapun undang-undang yang digunakan antara lain : Undang-Undang Nomor 21

Tahun 2011 tentang OJK, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

33

31

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13.

32

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 118.

Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis, yaitu

dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap

asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam

peraturan perundang-undangan.

33

Law Education,

(19)

2. Sumber Data

Penelitian yuridis normatif menggunakan jenis data sekunder sebagai data

utama. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan. Data

sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik

oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain.34

34

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 41.

Data sekunder berfungsi

untuk mencari data awal/informasi, mendapatkan batasan/definisi/arti suatu

istilah. Data sekunder yang dipakai adalah sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang terkait,

antara lain :

1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan.

2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.

b. Bahan hukum sekunder, berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul

skripsi, artikel-artikel ilmiah, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan,

makalah, skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya yang diperoleh melalui

media cetak maupun media elektronik.

c. Bahan hukum tertier, yang mencakup bahan yang memberi petunjuk

petunjukdan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, seperti: kamus hukum, jurnal ilmiah, ensiklopedia, dan

bahan-bahan lain yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data

yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

(20)

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan

dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif

dengan pengumpulan data secara studi pustaka (Library Research) dan juga

melalui bantuan media elektronik, yaitu internet.

Metode Library Research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan

tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini. Berupa rujukan

beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi

dan hukum yang sudah mempunyai nama besar dibidangnya, koran dan majalah.

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dikumpulkan dengan

melakukan penelitian kepustakaan (studi pustaka). Penelitian kepustakaan

dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang terdapat dalam buku-buku

literatur, peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, hasil seminar, dan

sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

Untuk memperoleh data dari sumber ini dengan memadukan,

mengumpulkan, menafsirkan, dan membandingkan buku-buku dan arti-arti yang

berhubungan dengan judul skripsi “Upaya Harmonisasi Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1995 tentang Pasar Modal Terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dalam Pengawasan Perusahaan Publik”.

4. Analisis data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder,biasanya

penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya. Metode analisis data yang

digunakan penulis adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan :

a. mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan tertier yang relevan

(21)

b. melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut

diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

c. mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan

dari permasalahan.

d. memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan

kualitatif, yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan

dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka

diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab per

bab yang saling berkaitan satu sama lain.

Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan apa yang menjadi latar belakang

penulisan skripsi, rumusan permasalahan sebagai topik yang akan

dibahas secara mendalam, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian yang digunakan

serta sistematika penulisan skripsi.

BAB II SISTEM PENGAWASAN PASAR MODAL SEBELUM

(22)

Pada bab ini akan membahas mengenai bagaimana sistem

pengawasan pasar modal sebelum terbentuknya Otoritas Jasa

Keuangan meliputi tinjauan umum mengenai pasar modal, lembaga

yang terkait dalam pasar modal, sistem pengawasan pasar modal

oleh otoritas pasar modal (Bapepam) sebelum terbentuknya

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan penyelesaian sengketa dalam

pasar modal.

BAB III URGENSI UPAYA HARMONISASI UNDANG-UNDANG

PASAR MODAL NO. 8 TAHUN 1995 TERHADAP

UNDANG-UNDANG OJK NO. 21 TAHUN 2011 DALAM PENGAWASAN

PERUSAHAAN PUBLIK.

Pada bab ini akan dibahas mengenai OJK sebagai lembaga baru

dalam pengawasan sektor jasa keuangan, akibat hukum

dibentuknya lembaga OJK terhadap pengawasan lembaga

keuangan, harmonisasi peraturan perundang-undangan dalam

perspektif ilmu hukum, dan kepastian hukum melalui harmonisasi

Undang-Undang Pasar Modal terhadap Undang-Undang OJK.

BAB IV UPAYA UNTUK MENGHARMONISASIKAN

UNDANG-UNDANG OJK (UUOJK) TERHADAP UNDANG-UNDANG-UNDANG-UNDANG

PASAR MODAL (UUPM) DALAM PENGAWASAN

PERUSAHAAN PUBLIK

Dalam bab ini akan membahas mengenai deskripsi UUPM,

deskripsi mengenai UUOJK, serta harmonisasi dan sinkronisasi

(23)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini akan dikemukakan kesimpulan dari bab-bab

yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin

berguna bagi lembaga Otoritas Jasa Keuangan dan orang-orang

Referensi

Dokumen terkait

Membentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia Kota Yogyakarta Masa Bakti Tahun 2017-2019 dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan

Panitia Pengadaan Pekerjaan Konstruksi Dan Pengadaan Barang Selaku Kelompok Kerja Pekerjaan Jalan Dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah Pada Balai Pelaksana Teknis

KEGIATAN : KEGIATAN PERENCANAAN DAN PENGAWASAN TEKNIS PENINGKATAN JALAN DAN PENGGANTIAN JEMBATAN PROVINSI PAKET : PENGAWASAN PENINGKATAN JALAN DAN JEMBATAN DI BPT WILAYAH PURWODADI..

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi, biasanya dapat

Template Dokumen ini adalah milik Direktorat Pendidikan - ITB Dokumen ini adalah milik Program Studi PSPA-SF ITB. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tipe kepribadian dengan strategi penyelesaian konflik dalam organisasi Pagar Nusa di Universitas

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh pasien. Sistem dapat menangani pendaftaran pemeriksaan pasien kolektif. Tidak menangani proses penyerahan komisi dokter pengirim,