• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perpektif Kriminologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Mengenai Tindak Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus – Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perpektif Kriminologi"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Maka

setiap tindakan yang bertentangan atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar

(UUD) 1945 sebagai dasar hukum yang paling hakiki disamping produk-produk

hukum lainnya. Hukum tersebut harus selalu ditegaskan guna mencapai cita-cita

dan tujuan Negara Indonesia dimana tertuang dalam pembukaan Alinea ke-empat

yaitu membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap

Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan

sosial.

Dalam rangka mewujudkan salah satu tujuan Pemerintah Negara Indonesia

yaitu memajukan kesejahteraan umum, maka pemerintah perlu mengembangkan

potensi kekayaan alam yang ada di Indonesia. Hal ini sejalan dengan amanat Pasal

33 ayat (3) UUD NRI 1945, yang menyatakan bahwa “bumi, air, dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”

Kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia salah satunya dalam

(2)

bidang agraria adalah perkebunan1.Di samping itu, usaha perkebunan juga terbukti cukup tangguh dan bertahan dari terpaan badai resesi dan krisis moneter

yang melanda perekonomian Indonesia. Sehingga perkebunan mempunyai

peranan yang penting . Hal ini sebagaimana yang diatur dalam Pasal 3 UU

Perkebunan, yang menyatakan bahwa : “perkebunan diselenggarakan dengan

tujuan2

a. Meningkatkan pendapatan masyarakat; :

b. Meningkatakan penerimaan negara;

c. Meningkatkan penerimaan devisa negara;

d. Menyediakan lapangan kerja;

e. Meningkatakan produktivitas, nilai tambah dan daya saing ;

f. Memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri;

g. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Namun pada kenyataannya, belum semua masyarakat menikmati

kesejahteraan dari hasil perkebunan. Sehingga masih banyak masyarakat yang

keadaan ekonominya menengah kebawah. Hal inilah yang merupakan salah satu

faktor pemicu terjadinya angka pencurian di perkebunan.

Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat membuat banyak terjadi

pergeseran dalam sistem sosial dalam masyarakat. Salah satunya perubahan

ekonomi yang semakin memburuk akibat dampak dari krisis global yang melanda

hampir di seluruh bagian dunia, tidak terkecuali di Negara Indonesia. Di Indonesia

yang merupakan Negara hukum ini perubahan ekonomi dunia berdampak

1Teguh Prasetyo, Kadawarti Budiharjo,Purwadi, Hukum Dan Undang-Undang Perkebunan,

Penebit Nusamedia, Bandung, 2013, hal. 57.

(3)

langsung terhadap kondisi perekonomian rakyat Indonesia, saat ini daya beli

masyarakat terhadap kebutuhan hidup semakin melemah dikarenakan harga

kebutuhan hidup semakin melambung tinggi sedangkan pendapatan masyarakat

Indonesia tidak seimbang dengan pengeluaran akan kebutuhan hidup sehingga

terjadi desakan akan kebutuhan ekonomi, hal ini memicu terjadinya

penyimpangan-penyimpangan sosial yang meresahkan ditengah-tengah kehidupan

bermasyarakat. Tindakan-tindakan penyimpangan sosial yang terjadi

ditengah-tengah kehidupan masyarakat lebih mengarah pada tindakan kriminal yang

melanggar hukum.

Masalah-masalah penyimpangan sosial yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat erat kaitannya dengan beberapa faktor pokok yang meyebabkan

timbulnya tindakan penyimpangan sosial itu sendiri, berikut beberapa faktor

penyebabnya yaitu3

1. Faktor ekonomi adalah penyebab utama timbulnya

penyimpangan-penyimpangan sosial ditengah masyarakat, masalah sosial yang bersumber

dari faktor ekonomis adalah sebagai berikut : :

a. Kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak

mampu menjamin hidupnya sendiri sesuai dengan ukuran

kesejahteraan masyarakat.

b. Pengangguran. Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang

tidak mempunyai pekerjaan yang bisa menjamin hidupnya sendiri.

Pengguran bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intern yang

3Jusmadi Sikumbang, Mengenal Sosiologi Dan Sosiologi Hukum, Penerbit Pustaka Press,

(4)

disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, keahlian, atau keterampilan

seseorang untuk menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan faktor

ekstern yang disebabkan oleh karena adanya pertambahan penduduk

sehingga lapangan pekerjaan tidak lagi mampu menampung sejumlah

penduduk yang memerlukan pekerjaan. Hal ini menyebabkan

terjadinya persaingan sengit untuk meraih pekerjaan.

2. Faktor sosiologis. Masalah sosial yang bersumber dari faktor sosiologis

adalah masalah-masalah yang menyangkut kependudukan dan keharusan

biologis lainnya. Kekurangan atau tergoncangnya faktor biologis ini

seperti bertambahnya umur manusia dan keharusan pemenuhan kebutuhan

makanan dapat mendorong manusia kepada tindakan-tindakan

penyimpangan sosial.

a. Faktor keharusan untuk makan. Dalam kenyataan kehidupan

sehari-hari bahwa keharusan untuk makan ternyata besar sekali pengaruhnya

terhadap timbulnya masalah sosial, jika seseorang merasa terhambat

keinginannya untuk memenuhi kebutuhan makan, maka akan timbul

usaha manusia yang mengarah pada penyimpangan sosial untuk dapat

memenuhi kebutuhan akan makanan artinya memang kebutuhan akan

makan itu tidak bisa ditunda.

b. Faktor kependudukan menyangkut bertambahnya jumlah manusia

yang tidak terkontrol yang disebabkan oleh kebutuhan biologis, dapat

(5)

lapangan pekerjaan. Hal ini tidak mustahil akan dapat menimbulkan

masalah penyimpangan-penyimpangan sosial4

Seperti yang telah dikemukakan bahwa penyimpangan-penyimpangan sosial

disebabkan oleh beberapa faktor dan yang menjadi penyebab faktor utama adalah

faktor ekonomis. Faktor ekonomis ini sangat berperan penting dalam mendorong

terjadinya masalah kriminalitas. Kriminalitas atau bisa juga disebut sebagai

kejahatan yang bersifat agak normal jika proporsi-proporsinya tidak mengalami

pertambahan. Timbulnya kriminalitas disebabkan oleh adanya berbagai

kepentingan sosial yaitu adanya gejala-gejala kemasyarakatan seperti krisis

ekonomi, tekanan-tekanan mental , dendam dan keinginan yang tak tersalur . .

Kejahatan merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat dipahami

dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat

menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda

satu dengan yang lain5

Bonger menempatkan satu lagi penulis masa lampau yaitu Thomas More

(1478-1535). Penulis buku Utopia (1516) ini menceritakan bahwa hukuman berat . Dalam pengalaman yang selama ini terjadi ternyata tak

mudah untuk memahami kejahatan itu sendiri. Usaha memahami kejahatan ini

sebenarnya telah berabad-abad lalu dipikirkan oleh para ilmuwan terkenal.

Thomas Aquino (1226-1274) memberikan pendapatnya tentang pengaruh

kemiskinan atas kejahatan. “Orang kaya yang hidup untuk kesenangan dan

memboros-boroskan kekayaannya, jika suatu kali jatuh miskin , mudah menjadi

pencuri.”

4Ibid., hal. 163.

5 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Penerbit Rajawali Pers, Cetakan

(6)

yang dijatuhkan kepada penjahat pada waktu itu tidak berdampak banyak untuk

menghapuskan kejahatan yang terjadi . untuk itu katanya, harus dicari sebab

musabab kejahatan dan menghapuskannya. Korban dari kejahatan tersebut adalah

sebagian besar masyarakat. Dimana nantinya masyarakat akan mempertanyakan

bagaimana kinerja aparat keamanan dalam hal ini adalah pihak kepolisian dan

pihak pihak security atau satpam dalam menjalankan tugasnya untuk mencegah

terjadinya tindak pidana pencurian khususnya di bidang perkebunan.

Tindakan menanggulangi kejahatan merupakan salah satu tujuan dari sistem

peradilan pidana yang terpadu. Sistem peradilan pidana yang terpadu ialah sistem

dalam suatu masyarakat untuk menanggulangi masalah kejahatan. Usaha

masyarakat dalam menaggulangi kejahatan bertujuan agar kejahatan tetap berada

dalam batas toleransi masyarakat6

Pendapat para sarjana tersebut diatas kemudian tertampung dalam suatu ilmu

pengetahuan yang disebut kriminologi. Dimana yang pada intinya merupakan

ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab musabab dari kejahatan. Dalam .

Sistem ini akan dianggap berhasil apabila terjadi keterpaduan antara keempat

komponen penegakan hukum, dalam hal ini, Kepolisian, Pengadilan, Kejaksaan

dan Kehakiman. Mencegah masyarakat menjadi korban kejahatan memang bukan

tanggung jawab kepolisian semata, serta ketiga komponen penegak hukum

lainnya, melainkan dibutuhkan juga peran serta masyarakat dalam membantu

pihak Kepolisian khususnya.

6Mardjono Reksodiputro, Kriminologi Dan Sistem Peradilan Pidana, Pusat Pelayanan

(7)

pembahasan ini khususnya penulis mengkhususkan pembahasan tentang kasus

pencurian yang terjadi di perkebunan.

Menurut KUHP pencurian adalah mengambil sesuatu barang yang merupakan

milik orang lain dengan cara melawan hak, dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada Pasal 362 KUHP7

1. Pengertian pencurian .

Pasal 362 KUHP yang berbunyi :

“Barang siapa yang mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,“.

Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur Pasal 362

KUHP terdiri dari unsur subjektif yaitu dengan maksud untuk menguasai benda

tersebut secara melawan hukum dan unsur-unsur objektif yakni, barang siapa,

mengambil, sesuatu benda dan sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.

Agar seseorang tersebut terbukti melakukan tindak pidana pencurian, orang

tersebut harus terbukti telah memenuhi unsur-unsur dari tindak pidana yang

terdapat dalam rumusan Pasal 362 KUHP.

Pencurian dipandang dari segi kriminologi maksudnya mencakup hal-hal

sebagai berikut :

2. Sebab-sebab dilakukannya pencurian

3. Bagaimana dilakukan pencurian tersebut

4. Akibat yang timbul dari pencurian

7 R. Susilo, KUHP serta Komentar-Komentarnya Lengakap Pasal Demi Pasal, POLITEA

(8)

5. Tipe-tipe dari pelaku kejahatan

6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencurian tersebut

Dewasa ini banyak ditemukan pencurian yang terjadi di seluruh aspek ruang

lingkup, terlebih khusunya diruang lingkup perkebunan. Hal ini dikarenakan

perkebunan merupakan bidang usaha yang memliki banyak aset berharga,

ditambah lagi dengan komoditi perkebunan seperti kelapa sawit yang dimasa

sekarang ini perkembangannya semakin pesat sedangkan masyarakat yang ada

disekitar perkebunan tidak ikut merasakan dampak kesejahteraan dari perkebunan

yang berdiri ditengah-tengah masyarakat. Ini merupakan faktor daya tarik

masyarakat untuk dapat memiliki aset-aset perkebunan dengan cara-cara kriminal.

Contoh kasus yang terjadi di salah satu perkebunan PTPN II yang ada di Lubuk

Pakam yang dilakukan oleh pihak eksternal yaitu seorang anggota mantan ketua

Pamswakarsa yang terpaksa mencuri dengan alasan mempertahankan

kelangsungan hidup keluarga ke-7 anggotanya.8

8Wawancara dengan Bapak H.Harahap (Bapam PTPN II Kebun TGPM).

Pelaku mengaku harus mencuri

sawit milik PTPN II karena sudah tidak tahu lagi harus kemana mencari uang

untuk memenuhi kebutuhan keluarga ke-7 anggotanya, sebelumnya pelaku dan

ke-7 anggotanya pernah bertugas menjaga keamanan di perkebunan PTPN II,

pelaku sudah cukup tahu dan hafal kondisi wilayah perkebunan sehingga

memudahkan pelaku melakukan pencurian sawit, namun pelaku bernasib sial

karena aksi keburu ketauan oleh pihak keamanan PTPN II yang sedang

melakukan patroli rutin. Saat sudah diamankan dan akan menjalani pemeriksaan

(9)

Berdasarkan uraian diatas , maka penulis merasa tertarik untyuk

mengangangkat kasus tindakan kriminal berupa tindak pidana pencurian aset-aset

diperkebunan. Oleh karena itu untuk membahas hal tersebut penulis memilih

judul dalam penulisan skripsi ini adalah “Analisis Yuridis Mengenai Tindak

Pidana Pencurian Aset Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung Garbus –

Pagar Merbau Lubuk Pakam Dalam Perspektif Kriminologi”.

A. Permasalahan

Seorang pelaku tindak pidana pencurian yang melakukan pencurian di wilayah

perkebunan dapat menimbulkan kerugian dan terhambatnya aktifitas produksi

perkebunan. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas , maka yang menjadi

perumusan masalah dalam penulisan adalah :

1. Bagaimana pengaturan hukum tindak pidana pencurian.

2. Bagaimana faktor penyebab terjadinya pencurian aset perkebunan di

wilayah PTPN II kebun Tanjung Garbus-Pagar Merbau Lubuk Pakam

3. Bagaimana upaya-upaya penanggulangan tindak pidana pencurian aset

perkebunan di wilayah PTPN II kebun Tanjung Garbus-Pagar Merbau

(10)

B. Tujuan dan Manfaat

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengaturan hukum mengenai

tindak pidana pencurian.

2. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor-faktor terjadinya pencurian

dalam perkebunan.

3. Untuk mengetahui bagaimana upaya-upaya menanggulangi perbuatan

tindak pidana pencurian dalam perkebunan.

Melalui penulisan ini, manfaat penulisan yanag dapat diambil dari skripsi ini

antara lain adalah dapat dijadikan referensi bagi masyarakat sebagai pembahasan

tentang kasus-kasus pencurian yang terjadi diperkebunan dan untuk menambah

literatur yang sudah ada sebelumnya, khususnya mengenai pencurian dalam

perkebunan.

Skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada aparat

penegak hukum dan masyarakat dalam mencegah dan menaggulangi terjadinya

tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam perkebunan.

C. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan oleh ide, gagasan maupun pemikiran penulis

secara pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan dengan melihat dasar-dasar

yang telah ada dan tersedia baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan

atau buku-buku dan media massa baik cetak maupu elektronik, serta ditambah lagi

(11)

kebun Tanjung Garbus-Pagar Merbau Lubuk Pakam. Penulisan mengenai tindak

pidana pencurian yang terjadi di wilayah perkebunan PTPN II belum pernah

dilakukan penelitian dalam topik dan permasalahan yang sama. Karena itu

keaslian penulisan ini dapat dipertnggungjawabkan . walaupun ada pendapat atau

kutipan dalam penulisan ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan

pelengkap dalam penulisan yang memang sangat dibutuhkan untuk

penyempurnaan tulisan ini.

D. Tinjauan Kepustakaan

1. Tinjauan Kriminologi

A. Pengertian Kriminologi

Pertama kali istilah Kriminologi digunakan oleh Raffaele Garofalo pada tahun

1885 dengan nama criminologia. Sekitar waktu yang sama, antropolog Perancis

Topinard Paulus juga menggunakan istilah Perancis criminologie untuk maksud

yang sama dengan Garofalo9

9Indah Sri Utami, Aliran Dan Teori Dalam Kriminologi, Thafa Media, Yogyakarta,2012, hal.

1.

. Kriminologi (berasal dari bahsa latin crimen ; dan

Yunani-logia) yang menunjuk pada studi ilmiah tentang sifat, tingkat, penyebab,

dan pengendalian perilaku kriminal baik yang terdapat dalam diri individu

maupun dalam kehidupan sosial , budaya , politik, dan ekonomi. Dengan

demikian, cakupan studi kriminologi, tidak hanya menyangkut peristiwa

kejahatan, tapi juga meliputi bentuk, penyebab, konsekuensi dari kejahatan, serta

reaksi sosial terhadapnya, termasuk reaksi lewat peraturan perundangan dan

(12)

Mengenai defenisi kriminologi itu sendiri, terdapat berbagai revisi yang

dirumuskan oleh para sarjana, tentu saja menurut sudut pandang masing-masing.

Dibawah ini terdapat pendapat dari beberapa ahli mengenai kriminologi.

1. W. E. Noach

W. E. Noach membagi pengertian kriminologi atas dua kategori, yakni

kriminologi dalam arti luas dan kriminologi dalam arti sempit.

Kriminologi dalam arti luas mencakup kriminologi dalam arti sempit dan

kriminalistik. Dalam arti sempit, kriminologi merupakan ilmu yang

mempelajari bentuk-bentuk penjelmaan, sebab-sebab dan akibat-akibat

dari kriminalitas (kejahatan dan perbuatan-perbuatan buruk)10

10Ibid., hal. 2.

. Sedangkan

kriminalistik merupakan ilmu yang mempelajari kejahatan sebagi masalah

teknik, sebagai alat untuk mengadakan pengejaran atau penyidikan perkara

kejahatan secara teknis dengan menggunakan ilmu-ilmu alam kimia dan

lain-lain seperti ilmu kedokteran kehakiman (ilmu kedokteran forensik),

ilmu alam kehakiman antara lain ilmu sidik jari (daktoloskopi) dan ilmu

kimia kehakiman antara lain ilmu tentang keracunan ( ilmu toksilogi ).

Masih menurut Noach, kriminologi dalam arti sempit tidak mencakup

kriminalistik, sehingga hanya menunjuk pada ilmu yang mempelajari

(13)

2. M. P. Vrij

M. P. Vrij mendefinisikan kriminologi sebagai ilmu yang mempelajari

kejahatan, mula-mula mempelajari kejahatan itu sendiri , kemudian

sebab-sebab serta akibat dari kejahatan itu tersebut.11

W. A. Bonger mendefenisikan kriminologi sebagai ilmu yang

bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya (kriminologi teoritis

atau kriminologi murni). Kriminologi teoritis adalah ilmu pengetahuan

yang berdasarkan pengalaman, yang seperti ilmu-ilmu pengetahuan

lainnya yang sejenis, memperhatikan gejala-gejala dan mencoba

menyelidiki sebab-sebab dari gejala-gejala kejahatan-kejahatan itu

dinamakan etiologi. Diluar kriminologi murni atau kriminologi teoritis

tersebut, terdapat kriminologi praktis atau terapan 3. W. A. Bonger

12

yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman yang berkaitan dengan

perbuatan jahat dan penjahat, termasuk di dalamnya reaksi dari masyarakat

terhadap perbuatan jahat dan para penjahat

.

4. Wood

Wood mendefenisikan kriminologi meliputi keseluruhan pengetahuan

13

Dalam “The Sociology of Crime and Delinqency” memberikan

defenisi kriminologi sebagai berikut : “Kumpulan ilmu pengetahuan .

5. Wolfgang, Savitz, dan Johnston

11Ibid., hal. 3.

12 W. A. Bonger, Pengantar Teori Kriminologi, PT. Pembangunan, Ghalia Indonesia, Jakarta,

1982, hal. 21.

13Wahju Muljono, Pengantar Teori Kriminologi, Pustaka Yustisia, Cetakan kesatu,

(14)

tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan

pengertian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan

menganalisis secara ilmiah keterangan-keterangan,

keseragaman-keseragaman, pola-pola, dan faktor-faktor kausal yang berhubungan

dengan kejahatan , pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap

keduanya”.14

a. Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan

Lebih lanjut Wolfgang dan kawan-kawan membagi obyek studi

kriminologi sebagai berikut :

b. Pelaku kejahatan dan

c. Reaksi masyarakat yang ditujukan baik terhadap perbuatan maupun

terhadap pelakunya.

Ketiganya ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Suatu perbuatan baru dapat

dikatakan sebagai kejahatan bila ia mendapat reaksi reaksi dari

masyarakat.

6. Mr. Paul Moedikno Moeliono

Mengatakan kriminologi adalah ilmu pengetahuan dari berbagai ilmu

yang membahas kejahatan seluas-luasnya15.

14 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op.cit, hal.12.

(15)

B. Ilmu Pengetahuan Bagian Dari Kriminologi

Menurut W.A. Bonger, ruang lingkup studi kriminologi dibedakan antara

kriminologi murni dan kriminologi terapan.

1. Ruang lingkup kriminologi murni meliputi :

a. Antropologi Kriminal

Ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis) dari segi

tingkah laku, karakter dan ciri tubuhnya. Bidang ini juga meneliti :

apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan ? dan

seterusnya. Apakah tingkah laku dan budaya masyarakat yang dapat

menimbulkan kejahatan dan melahirkan pelaku-pelaku kejahatan?.

b. Sosiologi Kriminal

Ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat.

Jadi pokoknya tentang : sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan

dalam masyarakat (etiologi sosial). Dalam arti luas juga termasuk

penyelidikan mengenai keadaan keliling fisiknya (geografis,

klimatologis dan meteorologis)16 c. Psikologi Kriminal

.

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti kejahatan dari sudut

kejiwaan penjahat. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya

oleh bidang ilmu ini antara lain : Apakah kejiwaannya yang

melahirkan kejahatan ?, ataukah karena lingkungan atau sikap

(16)

masyarakat yang mempengaruhi kejiwaannya sehingga menimbulkan

kejahatan.

d. Psikopatologi dan neuropatologi kriminal

Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang penjahat yang sakit jiwa

atau urat syarafnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabannya

oleh bidang ilmu ini antara lain : Apakah sakit jiwa atau urat syaraf

yang menimbulkan kejahatan dan kejahatan apa yang timbul akibat

sakit jiwa atau urat syaraf tersebut ?.

e. Penologi

Ilmu pengetahuan ini mempelajari dan meneliti tentang kejahatan dari

penjahat-penjahat yang telah dijatuhi hukuman.

2. Ruang lingkup kriminologi terapan, meliputi17 a. Higiene Kriminal

:

Tujuan yang ingin dicapai dibidang ilmu ini untuk mencegah

terjadinya kejahatan. Usaha-usaha pemerintah seperti menerapkan

undang-undang secara konsisten, merapkan sistem jaminan hidup dan

kesejahteraan, dilakukan semata-mata untuk mencegah timbulnya

kejahatan.

b. Politik Kriminal

Pencurian banyak dilakukan oleh penganggur-penganggur yang tidak

memiliki pendidikan dan keterampilan kerja. Oleh karena itu,

pemerintah harus melaksanakan program pendidikan keterampilan

(17)

bagi para penganggur sesuai dengan bakat yang dimiliki dan

menyediakan pekerjaan dan penampungannya.

c. Kriminalistik

Untuk mengungkap kejahatan, pengetahuan kriminalistik

dimanfaatkan untuk menerapkan teknik pengusutan dan penyidikan

secara scientific. Dalam mengungkap kejahatan digunakan scientific

criminalistik antara lain yaitu identifikasi, laboratorium kriminal, alat

mengetes golongan darah, alat mengetes kebohongan, balistik, alat

penentu keracunan kedokteran kehakiman, forensic toxiology, dan

scientific criminalistik lainnya sesuai dengan perkembangan

teknologi.

C. Hubungan Antara Kriminologi Dengan Hukum Pidana

Hukum Pidana adalah teori mengenai aturan-aturan atau norma

norma,sedangkan kriminologi adalah teori tentang gejala hukum. Keduanya

bertemu dalam kejahatan yaitu tingkah laku atau perbuatan yang diancam pidana.

Perbedaan hukum pidana dan kriminologi terletak pada obyeknya, yaitu obyek

utama hukum pidana adalah menunjuk kepada apa yang dapat dipidana menurut

norma-norma hukum yang berlaku, sedangkan perhatian kriminologi tertuju

kepada manusia yang melanggar hukum pidana dn lingkungan manusia-manusia

tersebut. Akan tetapi, perbedaan ini tidak begitu sederhana sebab ada suatu

hubungan saling bergantung atau ada interaksi antara hukum pidana dan

(18)

Interaksi antara hukum pidana dan kriminologi disebabkan hal-halsebagai

berikut18

a. Perkembangan hukum pidana akhir-akhir ini menganut sistem yang

memberi kedudukan penting bagi kepribadian penjahat dan

menghubungkannya dengan sifat dan berat ringannya (ukuran)

pemidanaannya. :

b. Memang sejak dulu telah ada perlakuan khusus bagi kejahatan yang

dilakukan orang gila dan anak-anak. Akan tetapi, perhatian terhadap

individu yang melakukan perbuatan, belakangan ini telah mencapai arti

berbeda sekali dari usaha-usaha sebelumnya. Dan sehubungan dengan ini,

pengertian-pengertian kriminologi telah terwujud sedemikian rupa dalam

hukum pidana sehingga criminal science sekarang menghadapi

problema-problema dan tugas-tugas yang sama sekali baru dan hubungannya erat

sekali dengan kriminologi.

Walaupun hubungan antara hukum pidana dan kriminologi erat sekali, namun

sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mandiri, kriminologi tidak begitu tergantung

pada nilai-nilai hukum pidana.

Kriminologi merupakan suatu ilmu pengetahuan yang deskriptif

(menggambarkan) dan empirik berdasarkan hal-hal yang nyata dan tidak normatif,

akan tetapi obyek penelitiannya itu, yaitu kriminalitas tidak mungkin ditentukan

tanpa ukuran-ukuran berdasarkan penilaian masyarakat.

(19)

Hubungan yang erat dengan kriminalitas merupakan syarat utama sehingga

berlakunya norma-norma hukum pidana dapat diawasi oleh kriminologi.

Hubungan ini penting juga dipandang dari sudut praktis.

Akan tetapi, ini tidak berarti bahwa lapangan kriminologi dapat ditentukan

sesuai dengan pengertian crime (kejahatan) menurut hukum pidana. Pengertian

crime (kejahatan) ini adalah not invariable (tidak tetap) atau berubah-ubah

menurut waktu dan tempat.

D. Pandangan Kriminologi Baru Tentang Kejahatan, Penjahat Dan Reaksi

Masyarakat

Aliran kriminologi baru lahir dari pemikiran yang bertolak pada anggapan

bahwa perilaku menyimpang yang disebut sebagai kejahatan, harus dijelaskan

dengan melihat pada kondisi-kondisi struktural yang ada dalam masyarakat dan

menempatkan perilaku menyimpang dalam konteks ketidakmerataan kekuasaan,

kemakmuran dan otomatis serta kaitannya dengan perubahan-perubahan ekonomi

dan politik dalam masyarakat.

Ukuran dari menyimpang atau tidaknya suatu perbuatan bukan ditentukan oleh

nilai-nilai dan norma-norma yang dianggap sah oleh mereka yang duduk pada

posisi-posisi kekuasaan atau kewibawaan, melainkan oleh besar kecilnya kerugian

atau keparahan sosial (social injuries) yang ditimbulkan oleh perbuatan tersebut

dan dikaji dalam konteks ketidakmerataan kekuasaan dan kemakmuran dalam

(20)

reaksi terhadap kehidupan kelas seseorang. Disini yang menjadi nilai-nilai utama

adalah keadilan dan hak-hak asasi manusia.

Rumusan kejahatan dalam kriminologi semakin diperluas. Sasaran perhatian

terutama diarahkan kepada kejahatan-kejahatan yang secara politis, ekonomis dan

sosial amat merugikan yang berakibat jatuhnya korban-korban bukan hanya

korban individual melainkan juga golongan-golongan dalam masyarakat.

Pengendalian sosial dalam arti luas dipahami sebagai usaha untuk memperbaiki

atau merubah struktur politik, ekonomi dan sosial sebagai keseluruhan.

Robert F Meier mengungkapkan bahwa salah satu kewajiban kriminologi baru

ini adalah untuk megungkap tabir hukum pidana, baik sumber-sumber maupun

penggunaan-penggunaannya, guna membuka kepentingan-kepentingan

penguasa.19

E. Mazhab-Mazhab Kriminologi Dan Pendekatan-Pendekatannya

I. Mazhab-Mazhab Kriminologi

1. Mazhab Klasik

Mazhab klasik ini mempunyai dua pemikiran dasar bahwa perbuatan

manusia dilakukan karena dua hal, yaitu penderitaan dan kesenangan. Hal

tersebut dikarenakan manusia memiliki free will , kemudian dalam

bertingkah laku manusia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan

perilakunya berdasarkan hedonism. Untuk itulah perbuatan tersebut

(21)

mempunyai resiko. Mazhab kalsik ini mempunyai asumsi bahwa hukuman

dijatuhkan berdasarkan tindakannya bukan karena kesalahannya.

Mazhab klasik ini memandang bahwa keadilan dibagi dalam 8 prinsip ,

yaitu20

a. Pembentukan suatu masyarakat yang berdasarkan pada kontrak

(contractual society) untuk menghindarkan perang dari kekacauan;

:

b. Sumber hukum adalah undang-undang, bukan hakim. Hanya

undang-undang yang menentukan hukuman bagi kejahatan.

Kekuasaan membuat undang-undang hanya ada pada pembuat

undang-undang.

c. Tugas hakim hanyalah menentukan kesalahan sesorang , hukuman

adalah urusan undang-undang. Hakim tidak boleh

menginterpretasikan undang-undang. Hakim tidak dapat

menjatuhkan hukuman dengan alasan apapun sebelum ditentukan

oleh undang-undang.

d. Hak negara untuk menghukum. Hak penguasa untuk menghukum

didasarkan kepada keperluan mutlak membela kebebasan

masyarakat yang telah dipercayakan kepadanya dari keserakahan

individu;

e. Harus ada suatu kejahatan dan hukuman;

f. Sengsara dan kesenangan adalah dasar dari motif-motif manusia;

(22)

g. Perbuatannya dan bukan kesalahannya yang merupakan ukuran

dari besarnya kerugian yang diakibatkan oleh kejahatan;

h. Prinsip dasar dari hukum pidana terletak pada sanksi yang positif.

2. Mazhab Neo Klasik

Mazhab ini menginginkan pembaharuan dari pikiran mazhab klasik,

pembaruan ini didasarkan setelah melihat kenyataan bahwa pemikiran

mazhab klasik setelah dijalankan menimbulkan ketidakadilan21

a. Adanya pelunakan atau perubahan pada doktrin kehendak bebas;

kebebasan kehendak dapat dipengaruhi oleh patologi yang artinya

ialah ketidakmampuan untuk bertindak, sakit jiwa atau lain

keadaan yang mencegah seseorang untuk memperlakukan

kehendak bebasnya dan Predimitasi yang artinya adalah niat yang

dijadikan ukuran daripada kebebasan kehendak (hal-hal aneh). .

Adapun ciri-ciri dari mazhab neo klasik :

b. Pengakuan daripada sahnya keadaan yang melunak. Ini dapat

berupa fisik, keadaan lingkungan atau keadaan mental dari

individu.

c. Perubahan doktrin tanggung jawab sempurna untuk

memungkinkan pelunakan hukuman menjadi tanggung jawab

sebagian saja, sebab-sebab utama untuk

mempertanggungajawabkan seseorang sebagian saja adalah

kegilaan, kebodohan, dan lain-lain keadaan yang dapat

(23)

mempengaruhi “pengetahuan dan niat” seseorang pada waktu

melakukan kejahatan.

d. Dimasukkannya kesaksian atau keterangan ahli di dalam acara

pengadilan untuk menentukan besarnya tanggung jawab untuk

menentukan apakah si terdakwa mampu memilih antara yang benar

dan yang salah.

3. Mazhab Positivis

Pandangan mazhab positivis dibagi menjadi dua yaitu22

a. Determinasi Biologis , berdasarkan pemikiran bahwa perilaku

manusia sepenuhnya tergantung dari pengaruh biologis yang ada

dalam dirinya; dan

:

b. Determinasi Kultural , aliran ini mendasarkan pada pemikiran

mereka terhadap pengaruh sosial , budaya dan lingkungan di mana

seseorang hidup.

Cesare Lombroso mengklasifikasikan penjahat dalam empat golongan, yakni :

a. Born Criminal, adalah orang yang berdasarkan pada doktrin

atavisme;

b. Insane Criminal, adalah orang yang tergolong dalam kelompok

idiot, imbisil, atau paranoid;

c. Occasional Criminal atau Criminaloid, yaitu pelaku kejahatan

berdasarkan pengalaman yang terus menerus sehingga mempengaruhi

pribadinya.

(24)

d. Criminals of passion, yaitu pelaku kejahatan yang melakukan

tindakannya karena marah, cinta atau karena kehormatan.

Dalam ajarannya Lombroso mengatakan bahwa asal mula kejahatan

berasal dari gen kebuasan dan sikap liar yang diturunkan oleh nenek moyang

manusia. Penjahat sejak lahir merupakan tipe khusus, dan tipe ini dikendali

dari bentuk atau cacat fisik tertentu. Lebih lanjut Lombroso menggaris bawahi

bahwa cacat ataupun keanehan tersebut sebagai takdir untuk menjadi

gambaran dari kepribadiannya sebagai penjahat.

4. Mazhab Kritis

Mazhab kritis dikenal juga dengan istilah Critical Criminology atau

kriminologi baru.

Ada empat syarat yang harus diperhatikan untuk menggunakan

mazhab kristis, yaitu23

a. Harus ada metodologi yang dapat digunakan untuk menggali

kekayaan dunia penjahat dan metodologi yang dapat menghargai

berbagai masalah yang dihadapi penjahat; :

b. Memperhatikan dampak yang ditimbulkan oleh lembaga-lembaga

hukum terhadap realitas sosial penjahat;

c. Aspek kriminal dan nonkriminal satu sama lain saling berhubungan

erat;

(25)

d. Kejahatan dan penjahat merupakan hasil dari interaksi antara

aturan-aturan , pembentukan hukum, penegakan hukum, dan

pelanggaran hukum.

II. Pendekatan-Pendekatan

A. Pendekatan Interaksionis

Kejahatan dipandang sebagai suatu perbuatan atau perilaku yanag

menyimpang secara sosial. Defenisi kejahatan tergantung keadaan sosial.

Tiga konsep dasar pada pendekatan ini24

a. Manusia berperilaku berdasarkan arti sesuatu yang melekat (inheren)

pada perilaku tersebut ;

:

b. Arti dari sesuatu timbul atau ditafsirkan berdasarkan interaksi sosial ;

c. Pemberian arti terhadap sesuatu tersebut berlngsung secara

terus-menerus.

B. Pendekatan Konflik

Pendekatan ini beranggapan bahwa hukum berisi nilai-nilai yang tidak

mencerminkan keinginan seluruh masyarakat tetapi hanya

menggambarkan keinginan dari sekelompok warga masyarakat yang

memiliki kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial. Hukum

dibuat untuk melindungi nilai dan kepentingan kelompok yang berkuasa.

Hingga dengan demikian defenisi penjahat ditentukan oleh penguasa.

(26)

Pendekatan ini dibagi menjadi dua subpendekatan ;

a. Pendekatan Konflik Non-Marxis : pendekatan ini menghendaki hukum

pidana ditinjau kembali menjadi lebih baik. Konsekuensinya , hukum

pidana yang bersangkutan dapat saja diubah atau diganti dengan

hukum pidana yang lebih baik ;

b. Pendekatan Konflik yang Marxis : menghendaki perubahan hukum

pidana dilakukan orang yang memang benar-benar bersih, dengan kata

lain adalah perubahan struktur

2. Pengertian Kejahatan dan Pencurian Secara Umum

A. Pengertian Kejahatan

Kejahatan merupakan sebagian dari masalah-masala manusia dalam

kehidupan sehari-hari, oleh karena itu kita harus memberi batasan tentang apa

yang dimaksud dengan kejahatan itu sendiri baru kemudian dapat dibicarakan

unsur-unsur lain yang berhubungan dengan kejahatan tersebut. Misalnya siapa

yang berbuat, sebab-sebab dan sebagainya. Batasan mengenai Kejahatan menurut

Bonger adalah “perbuatan yang sangat anti sosial yang memperoleh tantangan

dengan sadar di negara berupa pemberian penderitaan ( hukuman atau tindakan)”.

Selanjutnya Bonger menyatakan :

“Kejahatan merupakan sebagian dari perbuatan immoral. Oleh sebab itu

perbuatan immoral adalah perbuatan anti sosial. Namun demikian haruslah

dilihat juga tingkah lakunya dan masyarakat. Sebab perbuatan seseorang

tidaklah sana dan suatu perbuatan immoral belum tentu dapat dihukum”.25

(27)

Secara yuridis , kejahatan diartikan sebagai suatu perbuatan melanggar hukum

atau yang dilanggar oleh undang-undang. Disini diperlukan suatu kepastian

hukum, karena dengan ini orang akan tahu apa perbuatan jahat dan apa yang tidak

jahat.

Hukum penting sekali mengingat apa yang dikatakan oleh Parson tentag

kejahatan yaitu : “suatu aksi yang melanggar hukum dan dapat dihukum atas

perbuatannya dengan hukuman penjara, denda, hukuman mati dan lain-lain”.

Berdasarkan rumusan tersebut , Parson menekankan pada pelanggaran

undang-undang sebagai setiap perbuatan yang melanggar hukum dapat disebut kejahatan.

Selanjutnya Parson mengatakan bahwa kejahatan itu adalah pelanggaran daripada

kenyataan atau terhadap hukum kebiasaan atau public opinion didalam waktu

tertentu.26

Kegagalan tingkah laku masyarakat dapat meyebabkan seseorang berbuat

sesuatu yang merugikan masyarakat, karena putus asa dalam kehidupannya. Hal

inilah yang menimbulkan masalah dalam masyarakat. Seperti yang dikemukakan

oleh M. A. Elliot “ kejahatan adalah suatu problem masyarakat modern atau

tingkah laku yang gagal , yang melanggar hukum dan dapat dijatuhi hukuman

penjara, mati, denda dan lain-lain”

27

(28)

B. Pengertian Pencurian secara Umum

Pencurian adalah salah satu jenis kejahatan terhadap harta kekayaan manusia

yang diatur dalam KUHP dimana merupakan suatu masalah yang berkembang dan

merajalela dikalangan masyarakat. Masalah pencurian banyak dijumpai di

berbagai tempat baik di desa maupun dikota.

Adapun pengertian pencurian yang terdapat dalam Pasal 362 KUHP adalah

sebagai berikut28

a. Bila barang yang dicuri itu hewan dari semua jenis, hewan yang memamah

biak dan berkuku satu. :

“ Barang siapa yang mengambil sesuatu barang yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 900,“.

Sedangkan pencurian yang terjadi pada perkebunan oleh sekelompok orang

atau individu yang dilakukan umumnya pada malam hari termasuk kualifikasi

pencurian dengan pemberatan dan diancam dengan hukuman yang lebih berat

seperti yang tercantum pada pasal 363 KUHP dengan ancaman hukuman penjara

selama-lamanya 7 ( tujuh) tahun. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai pencurian

dengan pemberatan seperti yang terurai dibawah ini, disebut dengan pencurian

dan pemberatan ialah pencurian biasa yang diatur didalam Pasal 362 KUHP

dengan disertai salah satu keadaan seperti berikut :

b. Pencurian dilakukan pada waktu ada kejadian macam-macam, mala petaka

seperti, gempa, banjir.

(29)

c. Kebakaran, dan lain sebagainya.

d. Apabila dilakukan pada waktu malam, dalam rumah atau pekarangan

tertutup yang ada rumahnya.

e. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih

f. Apabila dalam pencurian pencuri masuk kedalam lokasi atau mencapai

barang yang dicuri dengan jalan membongkar memecah dan lain-lain.

Sedangkan jika pencurian dengan pemberatan yang diatur dalam Pasal 363

KUHP itu dikaitkan dengan Pasal 55 KUHP maka terdapat hal-hal atau

unsur-unsur , “pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih” , karena dalam Pasal 55

KUHP seseorang dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana bila :

a. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta

melakukan perbuatan.

b. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu dengan

menyalahgunakan kekuasaan dan martabat, dengan kekerasan, ancaman,

atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan , sarana, atau

keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan

perbuatan.

Sedangkan jika dilihat dalam Pasal 55 KUHP (orang yang membantu

melakukan kejahatan) ialah jika sengaja memberi bantuan tersebut pada waktu

atau sebelum (jadi tidak sesudahnya) kejahatan itu dilakukan bila bantuan itu

diberikan sesudah kejahatan itu dilakukan , melakukan perbuatan “sekongkol”

(30)

Jadi dalam kasus pencurian yang terjadi di perkebunan ini, kriminologi

merupakan suatu ilmu bantu bagi hukum pidana guna memudahkan penanganan

dan penanggulangan terhadap pencurian aset perkebunan, karena untuk dapat

menerapkan aturan-aturan hukum pidana yang hanya melihatnya sebagai alasan

hukum saja dari suatu kejahatan , akan tetapi juga harus memahami gejala-gejala

dari kehidupan manusia yang terletak dibelakang atraksi yuridis ini

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah yang

dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Wawancara.

Dalam metode penelitian ini langsung dilakukan wawancara terhadap

para pejabat polisi dan para staf perusahaan yang berwenang

memberikan informasi.

b. Observasi.

Metode penelitian ini dikenal juga dengan metode pengamatan ,

dimana data dikumpulkan dengan pencatatan sistematis berdasarkan

hasil pengamatan langsung.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor Perkebunan PTPN II Kebun Tanjung

Garbus, Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang, dengan

(31)

wilayah perkebunan Tanjung Garbus-Pagar Merbau. Kecamatan Pagar

Merbau tersebut yang representative untuk mendapatkan gambaran mengenai

masalah yang akan diteliti.

3. Sumber Data

Sumber data terdiri dari 2 yaitu data primer dan data sekunder, dalam

penulisan skripsi ini penulis menggunakan data primer yaitu data yang

diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi

maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah

oleh peneliti

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini digunakan metode penelitian yakni :

a. Library Research (Penelitian Kepustakaan), yakni dengan

melakukan penelitian berbagai sumber bacaan antara lain :

Peraturan perundan-undangan, buku-buku, majalah-majalah,

pendapat sarjana dan juga bahan-bahan kuliah yang menyangkut

skripsi ini.

b. Field Research (Penelitian Lapangan), yakni dengan melakukan

penelitian langsung kelapangan dalam hal ini langsung diadakan

penelitian ke kantor PTPN II Kebun Tanjung Garbus-Pagar

Merbau , Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deli Serdang

(32)

5. Analisis Data

Data primer yang diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif untuk

menjawab permasalahan dalam skrispsi ini, yaitu dengan mempelajari secara

utuh dan menyeluruh untuk memperoleh jawaban mengenai skripsi ini.

Metode kualitatif tidak hanya bertujuan mengungkap kebenaran tetapi juga

memahami kebenaran tersebut dan latar belakang terjadinyaa suatu peristiwa.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah ruang lingkup apa saja yang dibahas dalam skripsi ini,

maka penulis terlebih dahulu akan membuat gambaran isi dari materi yang akan

dibahas. Gambaran isi dimaksudkan untuk mengetahui secara garis besar akan

penulisan skripsi ini dan juga bertujuan agar penulisan skrispsi ini lebih terarah

dan terkonsentrasi serta tersusun secara sistematis yang dapat memberikan

gambaran secara singkat namun menyeluruh mengenai isi dan pembahasannya.

Penulisan skripsi ini secara garis besar terdiri dari lima bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna

memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh

serta sistematis yang terdiri dari latar belakang,

permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

(33)

BAB II : PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK

PIDANA PENCURIAN

Terdiri dari pembahasan mengenai pengaturan hukum

tindak pidana pencurian yang terjadi di wilayah perkebunan

PTPN II kebun Tanjung Garbus-Pagar Merbau.

BAB III : PENCURIAN ASET PERKEBUNAN DI WILAYAH

PERKEBUNAN PTPN II KEBUN TANJUNG

GARBUS-PAGAR MERBAU LUBUK PAKAM

Terdiri dari pembahasan mengenai gambaran umum

peristiwa pencurian yang terjadi di wilayah perkebunan,

jenis pencurian, faktor penyebab timbulnya pencurian dan

bagaimana tehnik yang dilakukan untuk melakukan tindak

pidana pencurian tersebut.

BAB IV : UPAYA PENANGGULANGAN PENCURIAN ASET

PERKEBUNAN

Dalam bab ini akan menjelaskan upaya –upaya apa yang

akan dilakukan untuk menanggulangi pencurian tersebut

dan pada bab ini juga akan menguraikan dan menganalisa

kasus pencurian yang terjadi di perkebunan PTPN II kebun

(34)

BAB V : PENUTUP

Merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan surat keterangan dokter,lebih sempur- na lagi bila itu dari dokter specialis kandungan, yang menyatakan bahwa ia dalam keadaan tidak ha- mil,maka ia segera

IPA Kelas IV yang merupakan variabel terikat (X) dan prestasi siswa pada mata pelajaran IPA Kelas IV yang merupakan variabel bebas (Y), dengan ukuran tinggi atau rendahnya

[r]

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk membahas mengenai kesalahan judex factie dalam memeriksa dan mengadili perkara pencurian dalam keadaan

pengalaman ajaran Islam terutama tentang peradaban Islam sejak pasca-Khulafaur Rasyidin sampai tumbuhnya gerakan-gerakan dakwah Islam yang berskala nasional maupun

Hasil penelitian ini adalah (1) struktur pada kumpulan cerpen Tuhan Tidak Makan Ikan dan Cerita Lainnya meliputi tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat;

Pada saat ini algoritma Steganogra dapat diimple- mentasikan ke dalam bentuk perangkat keras yaitu FPGA metode yang digunakan adalah metode LSB (Least Signicant Bit), karena metode

Dalam penulisan ini unit amatannya adalah putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) No.13/G/2007/PTUN.BJM tanggal 12 September 2007 dalam kasus gugatan terhadap Gubernur