• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Penderita Tumor Nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profil Penderita Tumor Nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2011-2013"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumor nasofaring merupakan semua jenis tumor yang berasal dari epitel

pelapis (parenkim) maupun mesenkim pada nasofaring. Tumor nasofaring baik

yang berasal dari parenkim maupun mesenkim bisa berupa tumor jinak maupun

ganas. Tumor jinak nasofaring yang berasal dari parenkim berupa polip maupun

papilloma, sedangkan yang berasal dari mesenkim adalah angiofibroma. Keganasan pada nasofaring sebagian besar adalah yang berasal dari parenkim,

yaitu karsinoma nasofaring.1,2,3

Karsinoma nasofaring merupakan neoplasma yang jarang dijumpai di

Amerika Serikat, dengan angka kejadian sekitar 0,25% dari seluruh keganasan.

Namun insidensi karsinoma yang tertinggi di dunia terdapat pada penduduk

daratan Cina bagian selatan (Mongoloid), dengan angka rata-rata 30-50/100.000

penduduk per tahun. Insidensi terendah dijumpai pada bangsa Kaukasia, Jepang

dan India. Perbandingan antara pria dengan wanita adalah 2-3 berbanding 1. Usia

produktif (30-60 tahun) merupakan kelompok usia yang paling sering menderita

karsinoma nasofaring, dengan angka kesakitan terbanyak adalah pada kelompok

usia 40-50 tahun.1,2,3

Penelitian yang dilakukan oleh Hutagalung (1999) menemukan dari

31.875 penderita baru yang berobat ke poliklinik THT RSUP DR. Sardjito pada

tahun 1991-1995, sebanyak 1001 (3,40%) yang menderita tumor ganas di bagian

(2)

2

THT (Telinga Hidung Tenggorok), dengan angka kejadian pada laki-laki

sebanyak 69,50%, dan kelompok usia yang paling banyak adalah di bawah usia 50

tahun (61,84%).4,5

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Siahaan (1999), dari 569.948

penderita baru yang berobat ke poliklinik RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun

1991-1995, 576 (0,1%) menderita tumor ganas THT dan kepala leher. Penderita

terbanyak adalah laki-laki (65,27%) dan kelompok usia yang sering terkena

adalah di bawah usia 50 tahun (50,86%).5,6

Sedangkan penelitian Lutan (2003) di RSUP H. Adam Malik Medan pada

tahun 1998-2002, menemukan 130 penderita karsinoma nasofaring dari 1.370

pasien baru onkologi kepala dan leher.7 Penelitian Munir (2006) di kota Medan

pada bulan April 2005 sampai April 2006, menemukan bahwa karsinoma

nasofaring paling banyak dijumpai pada laki-laki yaitu sebanyak 33 penderita

(60%), jenis histopatologi yang terbanyak adalah undifferentiated carcinoma

sebanyak 29 penderita (53%).8 Penelitian Munir (2008) di kota Medan

menemukan bahwa perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 3: 2,

umur penderita paling muda adalah 21 tahun dan yang paling tua 77 tahun,

dengan rata-rata umur penderita 48,8 tahun.9

Piasiska (2010) melakukan penelitian terhadap penderita karsinoma

nasofaring di kota Medan tahun 2009, dengan hasil penderita terbanyak adalah

laki-laki (65,36%), kelompok usia yang sering terkena adalah 38-46 tahun

(28,11%), dan subtipe terbanyak adalah undifferentiated carcinoma (51,63%).10 Virus Epstein-Barr dan kebiasaan mengkonsumsi ikan asin telah lama dikenal sebagai salah satu faktor risiko karsinoma nasofaring. Virus Epstein Barr

(3)

3

bersifat dormant di dalam tubuh dan diaktifkan oleh suatu mediator. Konsumsi ikan asin dalam waktu lama diduga merupakan mediator pengaktivasi virus

Epstein Barr sehingga menyebabkan timbulnya karsinoma nasofaring. 1,2,3

Beberapa mediator yang mempengaruhi terjadinya tumor nasofaring

diantaranya adalah: ikan asin, makanan yang diawetkan (mengandung

nitrosamin), kondisi sosio-ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup

yang tidak higienis, kontak dengan karsinogenik seperti benzopyrene,

benzoanthracene, gas kimia, asap industri, asap kayu, ekstrak tumbuhan, faktor ras dan keturunan, radang kronis pada nasofaring, serta profil HLA (Human Leucocyte Antigen). 1,2,3

Gejala dan tanda klinis tumor-tumor nasofaring hampir mirip, sehingga

perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk menentukan tipe

histopatologinya. Klasifikasi histologi tumor nasofaring menurut WHO (tahun 2005) dibagi atas: (1) Malignant epithelial tumours, (2) Benign epithelial tumours, (3) Soft tissue neoplasms, (4) Haematolymphoid tumours, (5) Tumours of bone and cartilage, dan(6) Secondary tumours.1

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin mengetahui:

“Bagaimana profil penderita tumor nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi

Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun

2011-2013”.

(4)

4

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui profil tumor nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi

Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jumlah kasus tumor nasofaring di Laboratorium Patologi

Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji Adam Malik Medan

tahun 2011-2013.

2. Untuk mengetahui distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan tipe

histopatologi di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU

dan RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013.

3. Untuk mengetahui distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan usia di

Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan RSUP Haji

Adam Malik Medan tahun 2011-2013.

4. Untuk mengetahui distribusi penderita tumor nasofaring berdasarkan jenis

kelamin di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU dan

RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi atau data ilmiah tentang profil penderita

tumor nasofaring di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

USU dan RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2011-2013.

2. Diharapkan data yang diperoleh pada penelitian ini dapat digunakan sebagai

data awal untuk penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Bidang Kajian Pusat Studi Olahraga untuk Penelitian dan Pengabdian M asa

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas V SD 02 Megawon dapat disimpulkan bahwa penerapan model CLIS berbantuan media konkret dapat meningkatkan

Pada halaman dekripsi file, user diminta untuk memasukkan cipherkey yang akan didekripsi, kemudian user memasukkan kunci publik RSA-Naïve, lalu cipherkey akan terdekripsi

Aplikasi multimedia yang dapat diakses melalui internet merupakan salah satu bentuk sajian informasi tersebut, dikarenakan informasi yang disampaikan dalam bentuk aplikasi

[r]

Dalam penulisan ilmiah ini penulis menyajikan Sistem Administrasi Pemesanan Undangan yang mencakup tentang pengertian administrasi, Data Flow Diagram (DFD), Entity-Relationship

(2) Sekolah Tinggi Agama Katolik Negeri Pontianak berlokasi. di Kabupaten Landak, Provinsi

Sekarang ini ada beberapa tempat umum yang menyediakan tempat parkir tanpa di pungut bayaran, karena itu merupakan bagian dari pelayanan mereka pada pelanggan, tetapi pada