• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tekanan Panas dengan Denyut Nadi pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tekanan Panas dengan Denyut Nadi pada Pekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2015"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV

KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH :

MALTA INDAH APEROS NIM : 111000107

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV

KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

MALTA INDAH APEROS NIM : 111000107

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN

TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA PEKERJA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2015

Yang membuat pernyataan,

(4)
(5)

ABSTRAK

Salah satu kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerjanya adalah paparan panas yang ekstrim. Lingkungan kerja yang panas dapat menyebabkan beban tambahan bagi jantung untuk memompa darah sehingga terjadi peningkatan denyut nadi. PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong merupakan salah satu perusahaan perkebunan dan pengolahan teh. Dalam melakukan kegiatan produksinya di stasiun pengeringan, pekerja langsung berhubungan dengan lingkungan kerja yang memiliki suhu panas yang tinggi yang sumber panasnya berasal dari mesin pengeringan.

Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 28 orang dengan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi dilakukan analisis bivariat dengan uji statistik menggunakan Chi Square.

Pengukuran tekanan panas dilakukan dengan mengunakan Questtemp. Hasil pengukuran dari 28 pekerja dengan tekanan panas yang memenuhi syarat sebanyak 5 orang dan tekanan panas yang tidak memenuhi syarat sebanyak 23 orang. Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan metode palpasi yang menggunakan stopwatch dengan hasil pengukuran denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja dari 28 pekerja dengan denyut nadi normal sebanyak 6 orang dan denyut nadi meningkat sebanyak 22 orang. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong tahun 2015.

Disarankan pada pekerja untuk sesering mungkin meminum air untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang selama bekerja, dan pekerja diharapkan menggunakan pakaian kerja dari bahan yang tidak menyebabkan panas.

(6)

ABSTRACT

One of the work environments which cause the health disorder for workers is extreme heat exposure. A heat environment cause the additional load for heart in pumping blood an increases the pulse. PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Plantation, is one of plantation businesses and factory in tea processing. In the drying station, the workers directly exposure by extreme heat work environment from drying machines.

The study was an analytic survey with cross- sectional design. The population were 28 workers, and all of them were used as the samples, using total sampling technique. Bivariate analysis with chi square statistic test used to find out the correlation between heat stress and worker’s pulse.

The measurement of heat stress was conducted by using Questtemp.It were found that 5 workers had heat stress qualify and 23 workers did not. The measurement of worker's pulse was conducted by using palpation method with stopwatch. It were found that before and after work, 6 workers had normal pulse and 22 workers had increase pulse. The result of statistic test showed that there was significant correlation between heat stress and worker's pulse in the workers at PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Plantation, in 2015.

It is recommended that the workers drink plain water as frequently as possible in order to return the lost of body liquid during working. Using the uniform which consist of the materials that are not produce heat is quite recommended.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, dengan

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN DENYUT NADI PADA

PEKERJA DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV KEBUN BAH BUTONG TAHUN 2015”, skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki

dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun guna kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terlepas dari peran serta dan

dukungan orang-orang terdekat yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan

pikirannya. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS sebagai Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes sebagai ketua Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat

(8)

3. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt., MS selaku dosen pembimbing 1 dan dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan banyak masukan, arahan

dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku dosen pembimbing 2 yang

telah memberikan banyak masukan, arahan dan bimbingan sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku dosen penguji 1 yang telah

memberikan bimbingan, dan arahan serta masukan demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

6. Ibu Eka Lestari M, SKM., M.Kes selaku dosen penguji 2 yang telah

memberikan bimbingan dan arahan serta masukan demi kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, khususnya Departemen K3 yang

telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Pihak PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan

meluangkan waktu untuk membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat tersayang : Citra Chairannisa, Aprilia Rizki Ardila, Retno

Galuh Alfia dan Fahrunnisa Hariningrum Harahap yang telah mendukung

dan memberikan semangat kepada penulis dari awal kuliah sampai

(9)

10.Teman-teman stambuk 2011 FKM USU dan Departemen K3, khususnya

Jumi, Serly, Anes, Nuansa, Uno, Sisao, Widnas, dan Ika yang telah

berjuang bersama-sama selama proses pembelajaran di kampus tercinta.

Secara spesial penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada kedua

orang tua yang sangat disayangi dan dicintai, ayahanda Erizhal dan ibunda Rosnayati

atas segala kasih sayang, doa, pengorbanan, kesabaran dan motivasi yang diberikan

dengan segenap cinta yang tulus hingga detik ini. Selanjutnya kepada adik-adik yang

penulis sayangi dan cintai Indah Okta Peros dan Erning Ramadhan yang selalu

mendokan, mengingatkan, membantu dan menyemangati penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

siapapun yang membutuhkan, dan memberikan kontribusi dalam kemajuan Ilmu

Kesehatan Masyarakat di Indonesia, Amin.

Medan, September 2015

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas………….. . 12

2.1.4 Indikator Tekanan Panas……… . 13

2.1.5 Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas………... . 14

2.1.6 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pertukaran Panas…………. . 17

2.1.7 Pengendalian Lingkungan Kerja Panas……….. . 18

2.1.8 Standar Iklim Kerja Panas……….. . 21

2.1.9 Pengukuran Tekanan Panas……… . 22

(11)

2.2.1 Defenisi Denyut Nadi ... 22

3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 31

(12)

4.2.3 Denyut Nadi pada Pekerja di Stasiun Pengeringan……… . 52

4.3 Analisis Bivariat……… 54

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Univariat... 56

5.1.1 Tekanan Panas………... .. 56

5.1.2 Denyut Nadi………... . 57

5.2 Analisis Bivariat……… . 59

BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 61

6.2 Saran……… ... 61

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di

Tempat Kerja……… 21

Tabel 2.2 Nadi Kerja Menurut Beban Kerja………. 24

Tabel 2.3 Frekuensi Nadi Menurut Berbagai Usia……….. 24

Tabel 4.1 Jumlah Keryawan PTPN IV Kebun Bah Butong…… 38

Tabel 4.2 Waktu Fermentasi……… 44

Tabel 4.3 Temperatur dan Lama Pengeringan………. 45

Tabel 4.4 Identitas Pekerja……….. 48

Tabel 4.5 Hasil Pengukuran Tekanan Panas Shift 1……… 49

Tabel 4.6 Hasil Pengukuran Tekanan Panas Shift 2……… 50

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tekanan Panas……… 51

Tabel 4.8 Hasil Pengukuran Denyut Nadi pada Pekerja Shift 1.. 52

Tabel 4.9 Hasil Pengukuran Denyut Nadi pada Pekerja Shift 2.. 53

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perubahan Denyut Nadi pada Pekerja……….. 53

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep... 29

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Melakukan Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 3 Denah Lokasi Stasiun Pengeringan PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong

Lampiran 4. Hasil Pengukuran Tekanan Panas di Stasiun Pengeringan PT Perkebunan nusantara IV Kebun Bah Butong

Lampiran 5. Hasil Pengukuran Denyut Nadi pada Pekerja di Stasiun Pengeringan PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong

Lampiran 6 Master Data

(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Malta Indah Aperos

Tempat Lahir : Sawahlunto

Tanggal Lahir : 29 Mei 1993

Suku Bangsa : Minang (Sikumbang)

Agama : Islam

Nama Ayah : Erizhal

Suku Bangsa Ayah : Minang (Patopang)

Nama Ibu : Rosnayati

Suku Bangsa Ibu : Minang (Sikumbang)

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SDN 18 Solok/2005

2. SLTP/Tamat tahun : SMP N 1 Solok/2008

3. SLTA/Tamat tahun : SMA N 1 Sawahlunto/2011

(17)

ABSTRAK

Salah satu kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerjanya adalah paparan panas yang ekstrim. Lingkungan kerja yang panas dapat menyebabkan beban tambahan bagi jantung untuk memompa darah sehingga terjadi peningkatan denyut nadi. PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong merupakan salah satu perusahaan perkebunan dan pengolahan teh. Dalam melakukan kegiatan produksinya di stasiun pengeringan, pekerja langsung berhubungan dengan lingkungan kerja yang memiliki suhu panas yang tinggi yang sumber panasnya berasal dari mesin pengeringan.

Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 28 orang dengan pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. Untuk mengetahui hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi dilakukan analisis bivariat dengan uji statistik menggunakan Chi Square.

Pengukuran tekanan panas dilakukan dengan mengunakan Questtemp. Hasil pengukuran dari 28 pekerja dengan tekanan panas yang memenuhi syarat sebanyak 5 orang dan tekanan panas yang tidak memenuhi syarat sebanyak 23 orang. Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan metode palpasi yang menggunakan stopwatch dengan hasil pengukuran denyut nadi sebelum dan sesudah bekerja dari 28 pekerja dengan denyut nadi normal sebanyak 6 orang dan denyut nadi meningkat sebanyak 22 orang. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong tahun 2015.

Disarankan pada pekerja untuk sesering mungkin meminum air untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang selama bekerja, dan pekerja diharapkan menggunakan pakaian kerja dari bahan yang tidak menyebabkan panas.

(18)

ABSTRACT

One of the work environments which cause the health disorder for workers is extreme heat exposure. A heat environment cause the additional load for heart in pumping blood an increases the pulse. PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Plantation, is one of plantation businesses and factory in tea processing. In the drying station, the workers directly exposure by extreme heat work environment from drying machines.

The study was an analytic survey with cross- sectional design. The population were 28 workers, and all of them were used as the samples, using total sampling technique. Bivariate analysis with chi square statistic test used to find out the correlation between heat stress and worker’s pulse.

The measurement of heat stress was conducted by using Questtemp.It were found that 5 workers had heat stress qualify and 23 workers did not. The measurement of worker's pulse was conducted by using palpation method with stopwatch. It were found that before and after work, 6 workers had normal pulse and 22 workers had increase pulse. The result of statistic test showed that there was significant correlation between heat stress and worker's pulse in the workers at PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Plantation, in 2015.

It is recommended that the workers drink plain water as frequently as possible in order to return the lost of body liquid during working. Using the uniform which consist of the materials that are not produce heat is quite recommended.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan

manusia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, guna

mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, dan

merata baik material maupun spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan

untuk peningkatan, pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas

dan produktif. Kebijakan yang mendorong tercapainya pembangunan

ketenagakerjaan adalah perlindungan tenaga kerja. Perlindungan tenaga kerja ini

bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan para pekerja (Heru, 2008).

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 ditetapkan bahwa setiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pekerjaan dan penghidupan yang layak mengandung pengertian bahwa pekerjaan

sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan memungkinkan

seseorang untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kondisi yang sehat, selamat

bebas dari segala resiko akibat kerja, kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Heru,

2008).

Kesehatan kerja merupakan suatu ilmu kesehatan yang mempunyai tujuan

(20)

mental dengan usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit-penyakit yang

diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 ayat 2 menyatakan bahwa

upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan

keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja dengan cara

pencegahan kecelakaan, penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja,

promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi (Kurniawidjaja, 2012).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur hak dan

kewajiban setiap warga negara dalam memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan. Dalam Undang-Undang tersebut juga dinyatakan bahwa upaya kesehatan

kerja merupakan salah satu dari upaya kesehatan, yang diselenggarakan untuk

mewujudkan produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga

kerja (Kurniawidjaja, 2012).

Industrilisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan

bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit, namun demikian penerapan

teknologi yang tinggi dan penggunaan bahan serta peralatan yang beraneka ragam

dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan sumber daya manusianya.

Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti :

kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit

akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian

jiwa dan mental, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah, dan masyarakat luas.

(21)

diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai dari

tahap perencanaan, sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu mencegah

dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses produksi

sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman, dan produktif

(Tarwaka dkk, 2004).

Menurut Suma’mur (2009), di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan

menghadapi tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan tersebut dapat berasal dari

kimiawi, fisik, biologis, dan psikis. Tekanan lingkungan kerja fisik khususnya

lingkungan kerja panas memegang peranan yang sangat penting. Oleh sebab itu,

lingkungan kerja harus diciptakan senyaman mungkin supaya didapatkan efisiensi

kerja dan meningkatkan derajat kesehatan.

Masalah lingkungan panas lebih sering ditemukan daripada lingkungan

dingin. Terpapar oleh lingkungan yang panas selama bekerja merupakan suatu

keadaan yang sangat berpotensi menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan

kesehatan. Peningkatan suhu lingkungan 5,5 °C dari suhu nyaman (24-26 °C) dapat

menurunkan produktivitas kerja 30% (Astrand dan Rodahl, 2006).

Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan

gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas sendiri dapat berasal dari mesin atau alat

produksi, iklim, dan kerja otot manusia. Tekanan panas dapat mempengaruhi salah

satu fungsi tubuh manusia, seperti : tekanan darah, kecepatan denyut jantung atau

(22)

Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban

tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari

pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih banyak lagi atau meningkat

sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan (Santoso, 2005).

Hasil penelitian di Amerika menunjukkan terjadi 400 kematian setiap tahun

yang diakibatkan oleh tekanan panas (Moreau dan Daater dalam Arief, 2012).

Sedangkan di Jepang dari tahun 2001-2003 dilaporkan 483 orang tidak masuk kerja

selama lebih dari 4 hari karena penyakit akibat panas. Dari 483 tersebut, 63 orang

meninggal (Kamijo dan Nose dalam Arief, 2012).

Tingginya potensi bahaya pada lingkungan kerja panas tersebut perlu

diperhatikan dan dikendalikan agar kondisi keselamatan dan kesehatan pekerja tetap

terjaga. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah telah membuat Undang-Undang

keselamatan dan kesehatan kerja tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika di

tempat kerja. NAB (Nilai Ambang Batas) adalah standar faktor tempat kerja yang

dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan

dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam

seminggu. Biasanya ahli higiene industri menggunakan parameter yang disebut Wet

Bulb Globe Thermometer (WBGT) atau Indeks Suhu Bola Basah (ISBB), yaitu

penggabungan parameter suhu udara kering, suhu basah bola dan suhu radiasi

(23)

Di Indonesia mengenai kegiatan kerja di industri yang dapat menimbulkan

iklim kerja panas, diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

No. PER. 13/MEN/X/2011 yaitu 31,0°C untuk beban kerja ringan, 28,0°C untuk

beban kerja sedang dan 25,9°C untuk beban kerja berat dalam waktu kerja 8 jam

sehari dengan istirahat 1 jam.

Menurut Siswantara (2006) pekerja di dalam lingkungan kerja panas dapat

mengalami tekanan panas. Panas yang dihasilkan selama proses produksi akan

menyebar ke seluruh lingkungan kerja, sehingga mengakibatkan suhu udara di

lingkungan kerja juga meningkat. Iklim kerja yang panas mempunyai dampak negatif

terhadap respon fisiologis pekerja sehingga diperlukan pekerja yang sehat, fit, muda,

dan beraklimatisasi untuk bekerja didalam lingkungan kerja yang panas. Asupan air

yang cukup dan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai merupakan

salah satu bentuk pengendalian, selain itu perlu juga penyesuaian beban kerja dengan

ketentuan yang diperkenankan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalpika Anis (2010) di PT

Indo Acidatama Tbk Surakarta, diperoleh nilai Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) 32,6

°C dan nilai rata-rata denyut nadi adalah 81,5 denyut/menit. Terdapat hubungan yang

signifikan antara tekanan panas dengan perubahan denyut nadi sebelum dan sesudah

terpapar panas. Lingkungan kerja yang panas menyebabkan denyut jantung lebih

cepat dibandingkan lingkungan kerja yang tidak panas.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Frischa Puspitasari (2011) di PT

(24)

32,79 °C dan rata-rata denyut nadi pekerja adalah 90 denyut/menit. Terdapat

hubungan yang signifikan antara tekanan panas dengan denyut nadi. Semakin tinggi

tekanan panas di lingkungan kerja, semakin cepat pula denyut nadi pekerja.

Sebaliknya semakin rendah tekanan panas di tempat kerja, maka semakin lambat

denyut nadi pekerja (tekanan panas dan besarnya denyut nadi pekerja berbanding

lurus).

PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Kebun Bah Butong merupakan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri.

Perusahaan ini berlokasi di Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun Provinsi

Sumatera Utara, dan pertama kali beroperasi pada tahun 1931. PTPN IV

mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas teh yang mencakup

pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman, pengolahan

komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang

dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya.

Dalam kegiatan produksinya, pekerja berhubungan langsung dengan

lingkungan kerja yang memiliki suhu panas yang tinggi. Melakukan pekerjaan

dengan suhu lingkungan yang tinggi akan mempengaruhi hasil kerja, kesehatan

pekerja dan gangguan kenyamanan dalam melakukan pekerjaan. Setelah dilakukan

pengamatan di bagian pabrik PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong,

tempat yang memilki iklim kerja yang panas adalah Stasiun Pengeringan.

Pekerja yang bekerja dibagian proses pengeringan sebanyak 28 orang, mereka

(25)

bekerja dari pukul 06.30 WIB - 14.30 WIB dan shift 2 bekerja dari pukul 14.30 WIB

– 22.30 WIB dengan pengaturan jam istirahat yaitu satu jam. Mereka umumnya

sudah bekerja selama 5 sampai 35 tahun.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di stasiun pengeringan.

Setelah lima menit berada di stasiun pengeringan tersebut, terjadi peningkatan

keringat pada peneliti, dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tekanan panas di

stasiun pengeringan tersebut cukup tinggi. Kemudian peneliti mengemukakan

beberapa pertanyaan kepada pekerja, dan dari pertanyaan tersebut mereka mengaku

sering mengalami pusing, mata berkunang-kunang, cepat merasa lelah, cepat merasa

haus dan tidak nyaman saat bekerja. Gejala ini sering dirasakan setelah beberapa jam

bekerja di stasiun pengeringan.

Lingkungan kerja di stasiun pengeringan yang panas berasal dari mesin

pengeringan. Mesin pengeringan yang digunakan di stasiun pengeringan PT

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong adalah Two Stage Drier (TSD) dan

Fluid Bed Drier (FBD). Jumlah mesin pengeringan yang ada di stasiun pengeringan

sebanyak tujuh buah mesin yang berada didalam satu ruangan tertutup dengan

beberapa ventilasi dan dua buah pintu yang selalu terbuka dibagian belakang mesin

pengeringan. Ditiap mesin pengeringan, pekerja yang bertanggung jawab ada dua

orang pekerja. Selama proses pengeringan berlangsung, pekerja berada didepan dan

dibelakang mesin pengeringan dan mereka tidak memakai alat pelindung diri apapun,

(26)

Mesin pengeringan yang ada di stasiun pengeringan PT Perkebunan

Nusantara IV Kebun Bah Butong ini memiliki temperatur yang tinggi yaitu : untuk

mesin Two Stage Drier (TSD) memiliki temperatur inlet sebesar 92-94 °C dan

temperatur ourlet sebesar 50-54 °C dengan lama pengeringan 21-22 menit, sedangkan

mesin Fluid Bed Drier (FBD) memiliki temperatur inlet sebesar 92-94 °C dan

temperatur ourlet sebesar 80-82 °C dengan lama pengeringan 18-20 menit (Selayang

Pandang PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong, 2015).

Pihak perusahaan telah menyediakan air minum galon yang diletakkan di

sudut stasiun pengeringan ini, namun pekerja kurang memanfaatkan dan kurang

peduli dengan kesehatan mereka. Jarang sekali didapati pekerja yang mau meminum

air mineral tersebut sebelum dan sesudah bekerja.

Dari survei awal yang dilakukan dapat disimpulkan pekerja di stasiun

pengeringan ini bekerja pada suhu yang tidak nyaman yaitu suhu yang melebihi nilai

ambang yang telah ditetapkan. Namun demi keakuratan data, peneliti berkeinginan

untuk melakukan penelitian mengenai suhu yang terdapat di stasiun pengeringan

tersebut. Peneliti juga ingin mengetahui apakah ada Hubungan Tekanan Panas dengan

Denyut Nadi pada Pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun

(27)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah adanya hubungan tekanan panas dengan denyut nadi pada

pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong tahun 2015.

1.3Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan tekanan

panas dengan denyut nadi pada pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah

Butong tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui besarnya tekanan panas di tempat kerja khususnya di stasiun

pengeringan PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong.

2. Untuk mengetahui besarnya denyut nadi pada pekerja di stasiun pengeringan PT

Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong.

1.4Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis

penelitian ini adalah terdapat hubungan tekanan panas dengan denyut nadi pada

(28)

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini di harapkan akan memberikan manfaat kepada

berbagai pihak yaitu :

1. Memberikan informasi kepada tenaga kerja dan perusahaan khususnya pada

bagian pabrik di stasiun pengeringan PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah

Butong tentang hubungan tekanan panas terhadap gangguan kesehatan seperti

denyut nadi. Dengan begitu, diharapkan pekerja dapat meningkatkan

kesehatannya.

2. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk diadakan penelitian selanjutnya, dan

dapat menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian bidang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama mengenai tekanan panas yang

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tekanan Panas

2.1.1 Defenisi Tekanan Panas

Menurut Suma’mur (2009) cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara,

kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor itu

dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas.

Tekanan panas (Heat Stress) adalah batasan kemampuan penerimaan panas

yang diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat

melakukan pekerjaan dan faktor lingkungan (temperatur udara, kelembaban,

pergerakan udara, dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Pada

saat heat stress mendekati batas toleransi tubuh, risiko terjadinya kelainan kesehatan

menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

Menurut Santoso (2005), tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja

yang diterima oleh tubuh manusia. Menurut Suma’mur (2009) suhu udara dapat

diukur dengan termometer biasa (termometer suhu kering). Kelembaban udara diukur

dengan menggunakan hygrometer. Adapun suhu dan kelembaban dapat diukur

bersama-sama dengan misalnya menggunakan alat pengukur sling psychrometer atau

arsman psychrometer yang juga menunjukkan suhu basah sekaligus. Suhu basah

(30)

kepadanya, dengan demikian suhu tersebut menunjukkan kelembaban relatif udara.

Kecepatan aliran udara yang besar dapat diukur dengan anemometer, sedangkan

kecepatan udara yang kecil dengan suatu kata termometer. Suhu radiasi diukur

dengan suatu termometer bola (globe thermometer). Panas radiasi adalah energi atau

gelombang elektromagnetis yang panjang gelombangnya lebih dari sinar matahari

dan mata tidak peka terhadapnya atau mata tidak dapat melihatnya.

2.1.2 Lingkungan Kerja Panas

Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar furnaces, peleburan,

boiler, oven, tungku, pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari

dapat mengalami gangguan kesehatan. Selama aktivitas pada lingkungan panas

tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu

kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang

diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh. Menurut

Tarwaka dkk (2004) bahwa suhu tubuh manusia dipertahankan hampir menetap oleh

suatu pengaturan suhu. Suhu menetap ini dapat dipertahankan akibat keseimbangan di

antara panas yang dihasilkan dari metabolism tubuh dan pertukaran panas di antara

tubuh dan lingkungan sekitarnya.

Produksi panas didalam tubuh tergantung dari kegiatan fisik tubuh, makanan,

gangguan sistem pengaturan panas seperti dalam kondisi demam dan lain-lain.

Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara tubuh

dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi, panas konveksi, panas radiasi,

(31)

Suhu nikmat kerja adalah suhu yang diperlukan seseorang agar dapat bekerja

secara nyaman. Suhu nikmat kerja berkisar antara 24-26 °C bagi orang Indonesia.

Orang Indonesia pada umumnya beraklimatisasi dengan iklim tropis yang suhunya

sekitar 29-30 °C dengan kelembaban 85%-95%. Aklimatisasi terhadap panas berarti

suatu proses penyesuaian yang terjadi pada seseorang selama satu minggu pertama

berada di tempat kerja. Setelah satu minggu pertama berada di tempat panas, tenaga

kerja mampu bekerja tanpa pengaruh tekanan panas, hal ini tergantung dari

aklimatisasi setiap individu yang dilihat dari beban kerja sehingga diperlukan variasi

kerja (Suma’mur, 2009).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas

1. Aklimatisasi

Aklimatisasi adalah suatu proses adaptasi fisiologis yang ditandai oleh

pengeluaran keringat yang meningkat, denyut nadi menurun dan suhu tubuh

menurun. Proses adaptasi ini biasanya memerlukan waktu 7-10 hari. Aklimatisasi

dapat pula menghilang ketika orang yang bersangkutan tidak masuk kerja selama

seminggu berturut-turut (Santoso, 2005).

Aklimatisasi terhadap suhu tinggi merupakan hasil penyesuaian diri seseorang

terhadap lingkungannya. Untuk aklimatisasi terhadap panas ditandai dengan

penurunann frekuensi denyut nadi dan suhu tubuh sebagai akibat pembentukkan

keringat. Aklimatisasi ini ditujukan kepada suatu pekerjaan dan suhu tinggi untuk

(32)

kenaikan suhu dalam tubuh. Aklimatisasi panas biasanya tercapai sesudah 2 minggu

(WHO, 1969).

2. Umur

Daya tahan seseorang terhadap panas akan menurun pada umur yang lebih

tua. Orang yang lebih tua akan lebih lambat keluar keringatnya dibandingkan dengan

orang yang lebih muda. Orang yang lebih tua memerlukan waktu yang lama untuk

mengembalikan suhu tubuh menjadi normal setelah terpapar panas. Studi menemukan

bahwa 70% dari seluruh penderita tusukan panas (heat stroke), mereka yang berusia

lebih dari 60 tahun. Denyut nadi maksimal dari kapasitas kerja yang maksimal

berangsur-angsur menurun sesuai dengan bertambahnya umur (WHO, 1969).

3. Jenis Kelamin

Adanya perbedaan kecil aklimatisasi antara laki-laki dan wanita. Wanita tidak

dapat beraklimatisasi dengan baik seperti laki-laki. Hal ini dikarenakan mereka

mempunyai kapasitas kardiovaskuler yang lebih kecil (WHO, 1969).

4. Ukuran Tubuh

Adanya perbedaan ukuran tubuh akan mempengaruhi reaksi fisiologis tubuh

terhadap panas. Laki-laki dengan ukuran tubuh yang lebih kecil dapat mengalami

tingkatan tekanan panas yang relatif lebih besar, hal ini dikarenakan mereka

mempunyai kapasitas kerja maksimal yang lebih kecil (Siswanto, 2005).

2.1.4 Indikator Tekanan Panas

Indikator tekanan panas menurut Suma’mur (2009) terdiri dari :

(33)

Suhu efektif yaitu indeks sensoris tingkat panas (rasa panas) yang dialami

oleh seseorang tanpa baju dan bekerja enteng dalam berbagai kombinasi suhu,

kelembaban dan kecepatan aliran udara. Kelemahan penggunaan suhu efektif ialah

tidak memperhitungkan panas radiasi dan panas metabolism tubuh. Untuk

penyempurnaan pemakaian suhu efektif dengan memperhatikan panas radiasi, dibuat

Skala Suhu Efektif Dikoreksi (Corected Effective Themperature Scale), namun tetap

saja ada kelemahan pada suhu efektif yaitu tidak diperhitungkannya panas hasil

metabolism tubuh.

2. Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB)

Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb-Globe Temperature Index), yaitu

rumus-rumus sebagai berikut :

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 x suhu kering (untuk

bekerja dengan sinar matahari)

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi (untuk pekerjaan tanpa sinar

matahari)

3. Prediksi Kecepatan Keluarnya Keringat Selama 4 Jam

Prediksi kecepatan keluarnya keringat selama 4 jam (Predicted 4 Hour

Sweetrate disingkat P4SR), yaitu banyaknya prediksi keringat keluar selama 4 jam

sebagai akibat kombinasi suhu, kelembaban dan kecepatan aliran udara serta panas

radiasi. Nilai prediksi ini dapat pula dikoreksi untuk bekerja dengan berpakaian dan

juga menurur tingkat kegiatan dalam melakukan pekerjaan.

(34)

Indeks Belding-Hacth yaitu kemampuan berkeringat dari orang standar yaitu

orang muda dengan tinggi 170 cm dan berat 154 pond, dalam keadaan sehat dan

memiliki kesegaran jasmani, serta beraklimatisasi terhadap panas.

2.1.5 Pengaruh Fisiologis Akibat Tekanan Panas

Tekanan panas memerlukan upaya tambahan pada anggota tubuh untuk

memelihara keseimbangan panas. Menurut Tarwaka dkk (2004) bahwa reaksi

fisiologis tubuh (heat strain) oleh karena peningkatan temperature udara diluar

comfort zone adalah sebagai berikut :

a. Vasodilatasi

b. Denyut jantung meningkat

c. Temperature kulit meningkat

d. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudina meningkat dan lain-lain

Paparan panas yang terus berlanjut, mengakibatkan gangguan kesehatan.

Menurut Graham (1992) dan Bernard (1996) dalam Tarwaka dkk (2004) mengatakan

reaksi fisiologis akibat pemaparan panas yang berlebihan dapat dimulai dari

gangguan fisiologis yang sangat sederhana sampai dengan terjadinya penyakit yang

sangat serius. Pemaparan terhadap tekanan panas juga menyebabkan penurunan berat

badan.

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan

panas yang berlebihan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Gangguan kesehatan dan performansi kerja, seperti terjadinya kelelahan, sering

(35)

b. Dehidrasi, yaitu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik

oleh pergantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan.

Kehilangan cairan tubuh < 1,5% gejalanya tidak akan tampak, kelelahan muncul

lebih awal dan mulut mulai kering.

c. Heat Rash, yaitu keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit

akibat kondisi kulit terus basah. Kondisi ini mengaharuskan pekerja perlu

beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak penghilang

keringat.

d. Heat Cramps, merupakan kejang-kejang otot tubuh (tangan dan kaki) akibat

keluarnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium dari tubuh yang

kemungkinan besar disebabkan karena minum terlalu banyak dengan sedikit

garam natrium.

e. Heat Syncope atau Fainting, yaitu keadaan yang disebabkan karena aliran darah

ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan

kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.

f. Heat Exhaustion, yaitu keadaan dimana tubuh kehilangan terlalu banyak cairan

dan atau kehilangan garam. Gejalanya mulut kering, sangat haus, lemah, dan

sangat lelah. Gangguan ini biasanya banyak dialami pekerja yang belum

beraklimatisasi terhadap suhu udara panas.

g. Heat Stroke, terjadi bila sistem pengaturan tubuh gagal dan temperatur tubuh

meningkat sampai tingkat kritis. Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi berbagai

(36)

medis. Tanda dan gejalanya utama dari gangguan kesehatan ini adalah bingung,

perilaku irrasional, hilang kesadaran, sawan, kurang berkeringat, kulit panas dan

temperatur tubuh sangat tinggi. Meningkatnya temperatur metabolik akibat

kombinasi beban kerja dan beban panas lingkungan, yang keduanya turut

memberi pengaruh terhadap heat stroke, juga sangat bervariasi dan sulit

memprediksinya.

2.1.6 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pertukaran Panas

Faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas menurut Suma’mur (2009)

sebagai berikut :

1. Konduksi

Konduksi adalah pertukaran panas antar tubuh dengan benda-benda sekitar

melalui mekanisme sentuhan atau kontak langsung. Konduksi dapat menghilangkan

panas dari tubuh, apabila benda-benda sekitar lebih rendah suhunya, dan dapat

menambah panas kepada badan apabila suhunya lebih tinggi dari tubuh.

2. Konveksi

Konveksi adalah pertukaran panas dari tubuh dan lingkungan melalui kontak

udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang begitu baik, tetapi

melalui kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan

tubuh. Tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin, konveksi memainkan

besarnya peran dalm pertukaran panas antar tubuh dengan lingkungan. Konveksi

(37)

3. Radiasi

Setiap benda termasuk tubuh manusia selalu memncarkan gelobang panas.

Tergantung dari suhu benda-benda sekitar, tubuh menerima atau kehilangan panas

lewat mekanisme radiasi.

4. Penguapan

Manusia dapat berkeringat dengan penguapan dipermukaan kulit atau melalui

paru-paru tubuh kehilangan panas untuk penguapan. Untuk mempertahankan suhu

tubuh maka :

M ± Kond ± Konv ± R-E = 0

M = Panas dari metabolism E = Panas oleh evaporasi

Kond = Pertukaran panas secara konduksi

Konv = Pertukaran panas secara konveksi

R = Panas radiasi

2.1.7 Pengendalian Lingkungan Kerja Panas

Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan panas terhadap tenaga

kerja perlu dilakukan koreksi tempat kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan

aktivitas kerja yang dilakukan. Koreksi tersebut dimaksudkan untuk menilai secara

cermat faktor-faktor tekanan panas dan mengukur Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

pada masing-masing pekerjaan sehingga dapat dilakukan langkah pengendalian

secara benar. Koreksi tersebut juga dimaksudkan untuk menilai efektifitas dari sistem

pengendalian terhadap pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan

(38)

a. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi

b. Mengurangi beban panas radian dengan cara :

1. Menurunkan temperatur udara dari proses kerja yang menghasilkan panas

2. Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas

3. Penggunaan tameng panas dan alat pelindung diri yang dapat memantulkan

panas

c. Mengurangi temperatur dan kelembaban. Cara ini dapat dilakukan melalui

ventilasi pengenceran atau pendinginan secara mekanis. Cara ini telah terbukti

secara drastis dapat menghemat biaya dan meningkatkan kenyamanan.

d. Meningkatkan pergerakan udara. Peningkatan pergerakan udara melalui ventilasi

buatan dimaksudkan untuk memperluas pendinginan evaporasi, tetapi tidak

boleh 0,2 m/det, sehingga perlu dipertimbangkan bahwa menambah pergerakan

udara pada temperatur yang tinggi (> 40°C) dapat berakibat kepada peningkatan

tekanan panas.

e. Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara :

1. Melakukan pekerjaan pada tempat panas pada pagi dan sore hari

2. Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses kerja untuk pemulihan

3. Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan beban kerja dan nilai

ISBB.

Pengendalian diatas ditegaskan kondisi yang harus dipertimbangkan dalam

setiap desain atau redesain sistem ventilasi adalah adanya sirkulasi udara pada tempat

(39)

dari luar secara terus-menerus. Faktor pakaian dan pemberian minum harus juga

dipertimbangkan dalam mengatasi masalah panas lingkungan.

Menurut Harrianto (2009) pengendalian paparan lingkungan panas sebagai

berikut :

1. Pengendalian Administratif

a. Periode aklimatisasi yang cukup sebelum melaksanakan beban kerja yang

penuh.

b. Untuk mempersingkat pajanan dibutuhkan jadwal istirahat yang pendek tetapi

sering dan rotasi pekerja yang memadai.

c. Ruangan dengan penyejuk rasa (AC) perlu disediakan untuk memberikan efek

pendingin pada pekerja waktu istirahat.

d. Penyediaan air minum yang cukup.

2. Pengendalian Teknik

a. Mengurangi produksi panas metabolik tubuh.

b. Automatisasi dan mekanisasi beban tugas akan meminimalisasi kebutuhan

kerja fisik pekerja.

c. Mengurangi penyebaran panas radiasi dari permukaan-permukaan benda yang

panas, dengan cara isolasi/penyekat (melapisi permukaan benda-benda yang

panas dengan bahan yang memiliki emisi yang rendah seperti aluminium atau

(40)

d. Mengurangi bertambahnya panas konveksi, seperti penggunaan kipas angin

untuk meningkatkan kecepatan gerak udara di ruang kerja panas.

e. Mengurangi kelembaban. AC, peralatan penarik kelembaban dan upaya lain

untuk mengeleminasi uap panas sehingga dapat mengurangi kelembaban di

lingkungan tempat kerja.

3. Alat Pelindung Diri

a. Untuk bekerja di tempat kerja yang panas dan lembab, perlu disediakan baju

yang tipis dan berwarna terang hingga pengeluaran panas tubuh dengan proses

evaporasi keringat menjadi lebih efisien.

b. Kaca mata yang dapat menyerap panas radiasi bila bekerja dekat dengan

benda-benda yang sangat panas, misalnya cairan logam atau oven yang panas.

2.1.8 Standar Iklim Kerja Panas

Standar iklim kerja panas di Indonesia ditetapkan berdasarkan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang nilai

ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja.

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia Di Tempat Kerja Pengaturan

(41)

Catatan :

1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 kilo kalori/jam.

2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan kurang

dari 350 kilo kalori/jam.

3. Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang

dari 500 kilo kalori/jam.

2.1.9 Pengukuran Tekanan Panas

Pengukuran ISBB dilakukan dengan menggunakan Area Heat Stress Monitor,

dimana alat ini dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu basah, suhu

kering, dan suhu radiasi (Tarwaka dkk, 2004).

Cara Kerja :

1. Tombol power ditekan

2. Tombol °C atau °F ditekan untuk menentukan suhu yang digunakan

3. Tombol globe ditekan untuk menentukan suhu bola

4. Tombol wet bulb ditekan untuk mendapatkan suhu basah

5. Hasil akan keluar kemudian dicatat

6. Tombol power ditekan kembali untuk mematikan

2.2 Denyut Nadi

2.2.1 Defenisi Denyut Nadi

Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi

(42)

didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut nadi

yang optimal untuk setiap orang berbeda-beda, tergantung pada saat kapan mengukur

denyut nadi (Brahmapurkar, 2012).

Menurut Moeljosoedarma (2008) denyut nadi optimal tenaga kerja tergantung

saat kapan mengukur denyut nadi. Jika pengukuran dilakukan setelah bekerja, maka

nadi normal pekerja tersebut adalah 90 denyut/menit. Jika denyut nadi melebihi 90

denyut/menit setelah 5 menit melakukan pekerjaannya, maka dapat disimpulkan

bahwa tekanan panas di lingkungan kerja mungkin telah berlebihan dan oleh

karenanya perlu dilakukan evaluasi terhadap lingkungan tempat kerja.

2.2.2 Jenis Denyut Nadi

1. Nadi Istirahat, yaitu denyut nadi sebelum bekerja.

2. Nadi sedang bekerja, yaitu denyut nadi selama bekerja.

3. Nadi kerja, yaitu selisih denyut nadi selama kerja dengan denyut nadi sebelum

bekerja.

4. Nadi pemulihan, yaitu total angka denyutan dari akhir kerja sampai masa pulih

tercapai (Brahmapurkar, 2012).

2.2.3 Nadi Kerja Menurut Tingkat Beban Kerja

Menurut Tarwaka dkk (2004) kategori beban kerja berdasarkan denyut nadi

kerja dibagi atas beban kerja sangat ringan, ringan, sedang, berat, sangat berat dan

(43)

Tabel 2.2 Nadi Kerja Menurut Beban Kerja

6 Sangat berat sekali Lebih dari 175

Sumber : Tarwaka dkk (2004)

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi

1. Usia

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen

selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut nadi menetap dan iramanya teratur.

Pada orang dewasa efek fisiologis usia dapat berpengaruh pada sistem

kardiovaskuler. Denyut nadi paling cepat ada pada bayi kemudia frekuensi denyut

nadi menurun seiring dengan pertambahan usia (Pearce, 1999).

Tabel 2.3 Frekuensi Nadi Menurut Berbagai Usia

No Usia Frekuensi Nadi (per menit)

1 < 1 bulan 90-170

Frekuensi nadi secara bertahap akan menetap memenuhi kebutuhan oksigen

selama pertumbuhan. Pada masa remaja, denyut nadi menetap dan iramanya teratur.

(44)

kardiovaskuler. Pada usia yang lebih tua penentuan denyut nadi kurang dapat

dipercaya (Pearce, 1999).

2. Jenis Kelamin

Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum wanita lebih tinggi dari

pada laki-laki. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja

mencapai 128 denyut per menit, sedangkan pada wanita 138 denyut per menit. Pada

kerja maksimal pria rata-rata nadi kerja mencapai 154 denyut per menit dan pada

wanita 164 denyut per menit (Santoso, 2004).

3. Keadaan Kesehatan

Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau frekuensi

denyut nadi secara tidak teratur. Kondisi seseorang yang baru sembuh dari sakit maka

frekuensi nadinya cenderung meningkat (Pearce, 1999).

4. Riwayat Kesehatan

Riwayat seseorang berpenyakit jantung, hipertensi atau hipotensi akan

mempengaruhi kerja jantung. Penderita anemia (kurang darah) akan mengalami

peningkatan kebutuhan oksigen sehingga Cardiac output meningkat yang

mengakibatkan peningkatan denyut nadi (Pearce, 1999).

5. Rokok dan Kafein

Rokok dan kafein juga dapat meningkatkan denyut nadi. Pada suatu studi

mengatakan merokok sebelum bekerja menyebabkan denyut nadi meningkat 10

(45)

merokok. Pada kafein secara statistik tidak ada perubahan yang signifikan pada

variabel metabolik kardiovaskuler kerja maksimal dan sub maksimal (Santoso, 2005).

6. Intensitas dan Lama Kerja

Berat atau ringannya intensitas kerja berpengaruh terhadap denyut nadi. Lama

kerja, waktu istirahat, dan irama kerja yang sesuai dengan kapasitas optimal manusia

akan ikut mempengaruhi frekuensi nadi sehingga tidak melampaui batas maksimal.

Batas kesanggupan kerja sudah tercapai bila bilangan nadi kerja (rata-rata nadi

selama kerja) mencapai angka 30 denyut per menit dan diatas bilangan nadi istirahat.

Sedang nadi kerja tersebut tidak terus menerus menanjak dan sehabis kerja pulih

kembali pada nadi istirahat sesudah ± 15 menit (Santoso, 2005).

7. Cuaca Kerja

Cuaca kerja baik cuaca kerja panas atau dingin juga akan mempengaruhi

sistem sirkulasi dan denyut nadi. Cuaca kerja panas dapat menyebabkan bahan

tambahan pada jantung dan sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik

yang berat di lingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena

harus membawa oksigen kebagian otot yang sedang bekerja dan membawa panas

dari dalam tubuh ke permukaan kulit sehingga menjadi beban tambahan bagi jantung

yang harus memompa darah lebih banyak lagi yang mengakibatkan frekuensi denyut

nadipun lebih cepat (Santoso, 2005).

(46)

Metode pengukuran denyut nadi menurut Nurmianto (2006) :

1. Metode Palpasi

Metode ini dilakukan terhadap subyek dalam keadaan diam atau istirahat.

Perabaan untuk menghitung denyut nadi dapat dilakukan dengan meletakkan ujung

jari 3 jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) pada pergelangan tangan bagian

luar arah ibu jari, atau juga didaerah leher kiri/kanan, dan dibawah sudut dagu. Arah

ketiga jari membentuk garis lurus sesuai dengan panjang sumbu tubuh. Perhitungan

menggunakan stopwatch.

2. Metode Auskultasi

Metode ini menggunakan stetoskop (alat dengar) untuk mendengarkan denyut

jantung. Tinggal menghitung berapa denyut dalam waktu 5 detik, 10 detik, atau

dalam 15 detik. Hasil dikalikan dengan 12, 6, dan 4 sesuai lama mendengarkan

detikan tersebut. Metode ini baik digunakan bila subyek diam tak bergerak.

3. Electrocardiografi (ECG)

ECG merupakan alat rekam jantung sehingga grafik aktifitas listrik jantung

dapat terekam. Dari gambar grafik tersebut dapat dihitung berapa denyut jantung per

menit. Alat ini mahal dan tidak praktis dilapangan. ECG tidak bias dipakai untuk

subyek yang bergerak dan biasanya dipakai di bangsal perawatan.

4. ECG Nirkabel

ECG nirkabel menggunakan alat sensor yang dipasang di dada, lalu secara

(47)

Alat ini dapat digunakan pada subyek yang bergerak aktif tanpa mengganggu

aktivitas yang dilakukan.

5. Sport Tester

Merupakan alat rekam yang dipasang di dada yang kemudian merekam

denyut jantung dan selanjutnya ditampilkan dalam monitor komputer.

6. Pulsemeter

Pulsemeter adalah alat untuk mengukur detak jantung. Pulsemeter akan

langsung menunjukka pada satu angka.

2.3 Hubungan Tekanan Panas terhadap Denyut Nadi

Tenaga kerja yang terpapar panas di lingkungan kerja akan mengalami heat

strain. Heat strain atau regangan panas merupakan efek yang diterima tubuh atas

beban iklim kerja tersebut (Santoso, 2005). Indikator heat strain adalah peningkatan

denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran keringat dan penurunan berat

bada (Wignjosoebroto, 2003).

Denyut nadi seseorang akan terus meningkat bila suhu tubuh meningkat

kecuali bila pekerja yang bersangkutan telah beraklimatisasi terhadap suhu udara

yang tinggi. Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200 denyut per

menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa

menit saja (Santoso, 2005).

Pemaparan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah,

(48)

bagian otot yang sedang bekerja. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat

di lingkungan panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus

membawa oksigen kebagian otot yang sedang bekerja dan membawa panas dari

dalam tubuh ke permukaan kulit sehingga menjadi beban tambahan bagi jantung

yang harus memompa darah lebih banyak lagi yang mengakibatkan frekuensi denyut

nadipun lebih cepat (Santoso, 2005).

Menurut Tarwaka (2004) bahwa reaksi fisiologis tubuh (heat strain) oleh

karena peningkatan temperatur udara diluar comfort zone adalah sebagai berikut :

a. Vasodilatasi

b. Denyut jantung meningkat

c. Temperatur kulit meningkat

d. Suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat dan lain-lain.

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut:

Gambar. 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Dependen

Denyut Nadi

Variabel Independen

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

survei analitik dengan rancangan cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana cara

pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dalam waktu yang bersamaan

(Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian stasiun pengeringan PT. Perkebunan

Nusantara IV Kebun Bah Butong Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun

Provinsi Sumatera Utara, dikarenakan perusahaan ini sudah melaksanakan program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan belum pernah ada penelitian mengenai

hubungan tekanan panas dengan denyut nadi pada pekerja.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret- September 2015.

(50)

Populasi dalam penelitian ini adalah 28 orang yang bekerja di stasiun

pengeringan.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Total Sampling sebanyak 28 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan langsung,

pengukuran tekanan panas dengan Questtemp dan pengukuran denyut nadi dilakukan

dengan metode palpasi yang menggunakan stopwatch.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder di peroleh dari PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah

butong yang meliputi profil perusahaan, dan gambaran umum perusahaan.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tekanan panas di stasiun

pengeringan.

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah denyut nadi pada pekerja di stasiun

(51)

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

1. Tekanan panas (Heat Stress) adalah batasan kemampuan penerimaan panas yang

diterima pekerja dari kontribusi kombinasi metabolisme tubuh akibat melakukan

pekerjaan dan factor lingkungan (temperatur udara, kelembaban, pergerakan

udara, dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan. Tekanan

panas diukur dengan alat ukur Questtemp.

2. Denyut nadi adalah frekuensi irama denyut/detak jantung yang dapat dipalpasi

(diraba) dipermukaan kulit pada tempat-tempat tertentu. Denyut nadi adalah

getaran didalam pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung.

Denyut nadi diukur dengan metode palpasi yang menggunakan stopwatch.

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Tekanan Panas (ISBB)

Pengukuran tekanan panas (ISBB) dilakukan dengan menggunakan

Questtemp. Dimana alat ini dioperasikan secara digital yang meliputi parameter suhu

basah, suhu kering, dan suhu radiasi. Pengukuran tekanan panas dilakukan pada awal,

pertengahan dan akhir shift kerja oleh asisten laboratorium Teknik Industri

Universitas Sumatera Utara yang sudah pernah mengoperasikan alat tersebut

sebelumnya. Pada waktu pengukuran, alat tersebut ditempatkan sekitar sumber panas

dimana pekerja melakukan pekerjaannya.

Questtemp ini tidak dapat menunjukkan angka ISBB lingkungan secara

(52)

suhu radiasi (Globe). Oleh karena itu, untuk mendapatkan ISBB lingkungan kerja

terlebih dahulu harus mengetahui suhu basah (Wet Bulb) dan suhu radiasi (Globe) di

lingkungan kerja tersebut. Setelah mengetahui angka Wet Bulb dan Globe, barulah

dapat dicari suhu pada lingkungan kerja tersebut atau ISBB.

Untuk pekerja di stasiun pengeringan, pekerja tidak mengalami paparan panas

sinar matahari secara langsung, untuk itu dapat dipakai rumus ISBB = 0,7 x suhu

basah (Wet Bulb) + 0,3 x suhu radiasi (Globe).

Menurut analisa, pekerja di stasiun pengeringan PT Perkebunan Nusantara IV

Kebun Bah Butong termasuk kedalam kategori jam kerja 75% - 100% dan dalam

beban kerja sedang. Jadi suhu yang diperkenankan oleh Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No. PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja adalah tidak lebih dari 280C.

Cara Kerja :

1. Tombol power ditekan

2. Tombol °C atau °F ditekan untuk menentukan suhu yang digunakan

3. Tombol globe ditekan untuk menentukan suhu bola

4. Tombol wet bulb ditekan untuk mendapatkan suhu basah

5. Hasil akan keluar kemudian dicatat

6. Tombol power ditekan kembali untuk mematikan

Pengukuran dilakukan di titik dimana pekerja melakukan pekerjaannya.

Pengukuran dilakukan di 2 titik setiap mesin pengeringan yang ada di stasiun

(53)

Pengukuran dilakukan pada dua shift kerja yaitu pukul 06.30 WIB - 14.30 WIB dan

pukul 14.30 WIB – 22.30 WIB dengan tiga kali pengukuran dalam satu shift kerja

yaitu pada awal shift kerja, pertengahan shift kerja dan akhir shift kerja. Kemudian

dari data tersebut, diambil rata-ratanya sehingga didapatkan data suhu pada

lingkungan kerja tersebut.

Adapun kategori untuk tekanan panas adalah

1. Tempat kerja memenuhi syarat yaitu tempat kerja dengan suhu yang tidak

melebihi 28,0 0C.

2. Tempat kerja tidak memenuhi syarat yaitu tempat kerja dengan suhu yang

melebihi 28,0 0C.

3.6.2 Denyut Nadi

Pengukuran denyut nadi dilakukan dengan metode palpasi yang menggunakan

stopwatch yang diukur oleh tenaga medis. Dimana denyut nadi normal pekerja 5

menit setelah bekerja menurut Moeljosoedarmo (2008) adalah tidak melebihi 90

denyut/ menit. Jika denyut nadi pekerja melebihi 90 denyut/menit maka pekerja

tersebut bekerja di lingkungan kerja yang memiliki suhu yang tinggi.

Pengukuran denyut nadi pada tenaga kerja dilakukan pada dua shift kerja

yaitu pukul 06.30 WIB - 14.30 WIB dan pukul 14.30 WIB – 22.30 WIB dengan dua

kali pengukuran dalam satu shift kerja yaitu sebelum dan 5 menit sesudah pekerja

melakukan pekerjaannya.

(54)

1. Denyut nadi normal yaitu denyut nadi sesudah pekerja melakukan

pekerjannya yang tidak melebihi 90 denyut/menit.

2. Denyut nadi meningkat yaitu denyut nadi sesudah pekerja melakukan

pekerjaannya yang melebihi 90 denyut/menit.

Cara Kerja :

1. Pegang pergelangan tangan kanan tenaga kerja.

2. Letakkan tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis) pada pergelangan

tangan kanan tenaga kerja dan cari denyut nadinya.

3. Stopwatch dihidupkan bersamaan dengan dimulainya perhitungan denyut nadi

selama 10 detik kemudian dikalikan 6 untuk mendapatkan hasil.

4. Stopwatch dan perhitungan denyut nadi dihentikan setelah 10 detik.

5. Catat hasil pengukuran denyut nadi tersebut.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam suatu penelitian, analisis data merupakan salah satu langkah yang

penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian

masih mentah dan belum memberikan informasi. Data-data tersebut dianalisis

menggunakan program Statistic Package For The Social Science (SPSS) versi 17.

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik

setiap variabel penelitian. Dimana pada umumnya, menghasilkan distribusi dan

(55)

mendapatkan gambaran awal mengenai keadaan umum responden sehingga tidak

akan menimbulkan kerancuan ketika analisis data penelitian dilakukan.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis lanjutan untuk melihat hubungan variabel independen (tekanan

panas) dan variabel dependen (denyut nadi) dengan menggunakan uji statistik Chi

Square dengan taraf kepercayaan 95%. Jika P value < 0,05 artinya ada hubungan

antara variabel independen (tekanan panas) dengan variabel dependen (denyut nadi).

Jika P value > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen (tekanan

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong

Perkebunan Bah Butong dibuka pada tahun 1917 oleh Nederland Handel

Maskapai (NV.NHM). Pabrik pertama didirikan pada tahun 1927 dan mulai

beroperasi sejak tahun 1931.

Secara kelembagaan, tahun 1957 Pemerintah Indonesia melakukan pengambil

alihan perusahaan yang dikelola bangsa asing, termasuk perusahaan NHM, melalui

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 229/UM/57, Tanggal 10 Agustus 1957

yang diperkuat dengan Undang-Undang Nasionalisasi Nomor. 86/1958.

Tahun 1961, PPN Baru dan Pusat Perkebunan Negara dilebur menjadi Badan

Pimpinan Umum PPN Daerah Sumatera Utara I-IX melalui U.U. Nomor. 141 Tahun

1961 Sumut III dan Jo PP Nomor 141 Tahun 1961.

Tahun 1963 Perkebunan Teh Sumatera Utara dialihkan menjadi Perusahaan

Aneka Tanaman IV ( ANTAN-IV ) melalaui PP Nomor. 27 Tahun 1963.

Tahun 1968 terjadi perubahan menjadi Perusahaan Negara Perkebunan

(57)

Perubahan berikutnya mulai tahun 1974 menjadi Persero yaitu

PT Perkebunan VIII ( PTP VIII ) melalui Akta Notaris GHS Lumban Tobing

SH Nomor. 65 Tanggal ; 31 April 1974 yang diperkuat SK Menteri Pertanian Nomor.

YA/5/5/23, Tanggal : 07 Januari 1975.

Setelah mengalami beberapa kali pergantian nama perusahaan maka pada

tahun 1974 nama perusahaan menjadi perusahaan negara PT. Perkebunan VIII (PTP

VIII) mengusahakan 6 (Enam) Unit Usaha Teh yaitu Unit Balimbingan, Marjandi,

Bah Birung Ulu, Sidamanik, Bah Butong, Toba Sari dan Sibosur.

Pada tanggal 11 Maret 1996 terjadi restrukturisasi kembali, dimana

Perkebunan Bah Butong masuk dalam lingkup PTP Nusantara IV melalui Akte

Pendirian PTPN IV Nomor. 37 Tanggal 11 Maret 1996 yang mengatur peleburan

PTP VI, VII dan VIII menjadi PT Perkebunan Nusantara IV (PERSERO).

Sejak tahun 1998 s/d 2000 dibangun pabrik baru yang lebih besar dan

modern, diresmikan pada tanggal 20 Januari 2001.

4.1.2 Keadaan Umum Perusahaan

Lokasi Kebun Bah Butong berada di Kecamatan Sidamanik, 26 Km dari Kota

Pematang Siantar dan 155 Km dari Kantor Pusat yang berada di Kota

Medan.

Luar Areal HGU = 2.602.95 Ha dengan luas TM = 1.049.95 Ha dengan

ketinggian 890 mdpl. Jenis klon tanaman the terdiri dari tanaman klonal (Gambung

Gambar

Tabel 2.3 Frekuensi Nadi Menurut Berbagai Usia
Gambar. 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1 Jumlah Karyawan PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong
Tabel 4.2 Waktu Fermentasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan pupuk fosfor memberikan pengaruh yang nyata dan sangat nyata terhadap rata-rata pertambahan jumlah daun umur 90 hst dan rata-rata pertambahan diameter

RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2014 dan 2015. Mengetahui sebaran etiologi pasien CTS di RSUP Haji

- Iuran wajib oleh wajib pajak, berdasar norma hokum untuk memenuhi pengeluaran Negara.. Guna kesejahteraan yang tak langsung balas

menghargai waktu, anak mampu memanajemen waktu sehingga anak akan terbiasa untuk disiplin terhadap waktu dalam hal ini anak tidak akan menyia- nyiakan waktu luang

Masalah keperawatan timbul pada tanggal 22 Desember 2006 dan telah teratasi pada tanggal 26 desember 2006, dan setelah itu intervensi yang berkaitan dengan hal tersebt

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pemberian stimulasi dini dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 30-36 bulan di Posyandu Gamping Kidul Ambarketawang

Penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research) yaitu studi kepustakaan yang mengadakan penelitian dengan cara mempelajari dan membaca literatur-literatur yang

Data yang diambil adalah data sekunder yang diperoleh dari buku register ibu hamil di Puskesmas Sentolo I Kulon Progo pada tahun 2011 yang terdapat data ibu hamil, umur