• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Demam Typhoid Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Demam Typhoid Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2009"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NURHAYATI HARAHAP NIM. 081000280

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NURHAYATI HARAHAP NIM. 081000280

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh :

NURHAYATI HARAHAP NIM. 081000280

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 Juni 2011 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Jemadi, M.Kes drh. Rasmaliah, M.Kes

NIP. 19640404 199203 1 005 NIP. 19590818 198503 2 002

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH drh. Hiswani, M.Kes NIP. 19450817 197302 2 001 NIP.19650112 199402 2 001

Medan, Juni 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

(4)

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Penyakit ini erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan serta personal hygiene yang buruk. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid dengan CFR 3,5 %.

Pada tahun 2008 proporsi penderita demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit di Sumatera Utara adalah 11,4 %. Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang tahun 2009 yaitu 3,5 %.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang tahun 2009. Populasi penelitian ini adalah 344 data penderita dengan besar sampel 185 data yang diambil secara simple random sampling.

Analisa statistk dengan menggunakan uji chi-square dan uji-t.

Proporsi tertinggi penderita demam tifoid berdasarkan sosiodemografi ditemukan pada kelompok umur 11 – 20 tahun 31,9 % dengan proporsi perempuan 17,8 % dan laki-laki 14,1 %. Umur termuda 2 tahun 3,2 %, tertua 78 tahun 0,5 %, sex ratio 134 %, agama Islam 64,5 %, pelajar/mahasiswa 49,7 %, status tidak kawin 68,1 %, berasal dari Kota Lubuk Pakam 52,4 %. Proporsi penderita demam tifoid tertinggi dengan gejala demam 100 %,mual 73 %,badan lemas 48,6 %, muntah 45,9 %, anoreksia 42,2 %, sakit kepala 30,3 %, batuk 15,7 %, diare 15,1 %, sakit perut 15,1 %, mual 7,3 %, perut kembung 5,4 %, lidah tifoid 4,3 %, konstipasi 2,7 %, tidak ada komplikasi 97,8 %, jenis komplikasi meningitis 2 orang, lama rawatan rata-rata 4,03 hari, sumber biaya bukan biaya sendiri 53 % dan pulang berobat jalan/sembuh klinis 93,5 %. Penderita demam tifoid yang meninggal tidak dijumpai.

Uji chi-square tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi umur berdasarkan status komplikasi (p = 0,533), lama rawatan rata-rata (p = 0,120), ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,000) secara bermakna lebih lama dirawat penderita demam tifoid pulang berobat jalan dibanding dengan penderita pulang atas permintaan sendiri, tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p = 0.080), idak ada perbedaan yang bermakna sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,417).

Dianjurkan kepada penderita demam tifoid pada saat kontrol untuk melakukan pemeriksaan bakteriologis dan menjaga kebersihan personal hygiene.

Kata kunci : Penderita demam tifoid, karakteristik, Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

(5)

ABSTRACT

Typhoid fever is a contagious diseases caused by the bacterium Salmonella

typhi or Salmonella paratyphi. The disease is closely related to the environment, particularly environments that do not meet health requirements as well as poor personal hygiene. Based on the WHO report in 2003 there were 17 million cases of typhoid fever with a CFR of 3,5 %. In 2008 the proportion of hospitalized patients with typhoid fever at the Hospital in North Sumatra is 11,4 %. The proportion of hospitalized patients with typhoid fever in Deli Serdang Hospital in 2009 is 3,5 %.

The study is descriptive case series with a design that aims to investigate the characteristict of hospitalized patients with typhoid fever in Deli Serdang Hospital in 2009. The study population was 344 patients with a large data sample of 185 data taken by simple random sampling. Statistic Analysis using chi-square test and t – test.

The highest proportion of patient with typhoid fever based on sociodemografic found in the age group 11 – 20 years 31,9 % with the proportion of women 17,8 % men and 14,1 %. Age youngest 2 years 3,2 %, 0,5 % of the oldest 78 years, sex ratio of 134 %, Islam 64,5 %, study/colager 49,7 %, 68,1 % unmarried status, derived from the City of Lubuk Pakam 52,4 %. The highest proportion of typhoid fever patients with symptoms of fever 100 %, nausea 73 %,48,6 % of seakness, vomiting 45,9 %, anorexia 42,2 %, headache 30,3 %, cough 15,7 %, diarrhea 15,1 %, pain stomach 15,1 %, abdominal bloating 5,4 %, typhoid tongue 4,3 %, constipation 2,7 %, 97,8 % no complications, complications of meningitis two types of people, the average long-maintainability average 4,03 days, the source of costs rather than cost alone 53 % and home ambulatory/clinically cured 93,5 %. Patients who died of typhoid fever is not found.

Chi-square test there was no significant difference in the proportion of age based on the status of complications (p = 0,533), length of treatment on average (p = 0,120), no significant difference average treatment time based on the state coming home (p = 0,000) in significantly longer cared for patients with typhoid fever than the home ambulatory patients to go home at his own request, there was no significant difference in average nursing time based on cost sources (p = 0,080), no significant difference based on the state as the source of the cost of home (p = 0,417).

It is recommended to patients with typhoid fever at the time of the control to perform bacteriological examinations and hygiene personal hygiene.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Nurhayati. Harahap

Tempat/tanggal lahir : Medan, 19 Februari 1970

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah menikah

Jumlah Anak : 2 (Dua) orang

Alamat Rumah : Jl. Batang Kuis Gg. Tambak Rejo Lr. Cemara

Buntu Bedimbar Tanjung Morawa Kab. Deli

Serdang.

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN No. 064985 Medan tahun 1977 – 1983

2. SMPN 16 Medan tahun 1983 – 1986

3. SMAN 11 Medan tahun 1986 – 1989

4. AKPER DepKes RI Medan tahun 1990 – 1993

5. FKM USU tahun 2008 - 2011

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 1996 – 2004 : Staf RSU Pirngadi Medan

2. Tahun 2005 s/d sekarang : Staf Puskesmas Tanjung Morawa

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“ Karakteristik Penderita Demam Typhoid Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2009”.

Skripsi ini disusun untum memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan

pendidikan pada program studi Strata di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan moril

maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis

dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Syarifah, M.S selaku dosen Pembimbing Akademik penulis .

4. Ibu Drh. Rasmaliah, M. Kes dan Bapak Drs. Jemadi, M. Kes selaku dosen

pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan

(8)

5. Ibu Prof. Dr. Nerseri Barus, MPH dan Ibu Drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen

penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk penyempurnaan

skripsi ini.

6. Seluruh dosen pengajar dan pegawai staf akademik Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

7. Direktur RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam yang telah memberikan izin

penulis untuk melakukan penelitian serta Kepala Rekam Medis beserta

pegawai rekam medis yang turut membantu dalam pengumpulan data

8. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih dan hormat

kepada yang kusayangi Ayahanda Alm H. Pangeran Harahap dan Ibunda Hj.

Sawiyah Silalahi yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik

penulis, serta yang ku cintai suamiku Sugiatno, S. Sos dan anak-anakku

tercinta Ridho Alfi Fauzan dan Aisha Ayu Andira atas pengorbanan dan kasih

sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

9. Ibu mertua terima kasih atas doa dan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini

10.Kakak, abang dan adikku terimah kasih atas doa dan motivasi yang telah

diberikan

11.Teman-teman peminatan Epidemiologi Nenny, Rapael, Prida, Lia, Vera,

Sinta, Mika, Vilino, Nina dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan

namanya terima kasih atas doa, bantuan, semangat dan kebersamaan dalam

(9)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat menbangun demi perbaikan dan

kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang

terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmad-Nya kepada kita semua.

Amin....

Tanjung Morawa, Juni 2011

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 9

2.6. Sumber Penularan ... 11

2.6.1. Penderita Demam Tifoid ... 11

2.6.2. Karier Demam Tifoid ... 11

2.7. Komplikasi ... 12

2.7.1. Komplikasi Intestinal ... 12

2.7.2. Komplikasi Ekstraintestinal ... 13

2.8. Pencegahan Demam Tifoid ... 14

2.8.1. Pencegahan Primer ... 14

2.8.2. Pencegahan Sekunder ... 15

(11)

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 22

5.8.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 38

5.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi ... 38

5.8.3. Lama Rawatan Berdasarkan Status Komplikasi ... 40

5.8.4. Sumber Biaya Berdasarkan Status Komplikasi ... 41

5.8.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 42

5.8.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 43

(12)

BAB 6 PEMBAHASAN ... 46

6.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Typhoid Rawat Inap Berda Sarkan Sosiodemografi ... 46

6.2. Proporsi Penderita Demam Typhoid Berdasarkan Gejala Klinis ... 51

6.3. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi.. 52

6.4. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 53

6.5. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid ... 54

6.6. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Sumber Biaya ... 54

6.7. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 55

6.8. Analisa Statistik ... 56

6.8.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 56

6.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi ... 58

6.8.3. Lama Rawatan Berdasarkan Status Komplikasi ... 61

6.8.4. Sumber Biaya Berdasarkan Status Komplikasi ... 64

6.8.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 64

6.8.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 65

6.8.7. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang .... 66

6.8.8. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 67

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

7.1.Kesimpulan ... 68

7.2. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1 RANDOM NUMBER LAMPIRAN 2 SPIN DIAL DIRECTION LAMPIRAN 3 MASTER DATA

LAMPIRAN 4 OUTPUT MASTER DATA

LAMPIRAN 5 LEBIH DARI SATU GEJALA KLINIS LAMPIRAN 6 SURAT PENELITIAN DARI FKM

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Umur dan Jenis Kelamin) di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 31

Tabel 5. 2. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Suku, Agama, Pekerjaan, Status

Perkawinan, Tempat Tinggal di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 33

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Gejala Klinis di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 34

Tabel 5.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 35

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 36

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli Serdang Tahun2009 ... 37

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 38

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status

Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 39

Tabel 5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi

Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 40

(14)

Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita

Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 42

Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 43

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 44

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 46

Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Suku di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 48

Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Agama di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 49

Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 50

Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Status Perkawinan di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 51

Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 52

Gambar 6.7. Diagram Bar Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Gejala Klinis di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 53

Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Status Komplikasi di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 55

Gambar 6.9. Diagram Bar Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 56

Gambar 6.10. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Deli Serdang

(16)

Gambar 6.11. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 58

Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 59

Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD

Deli Serdang Tahun 2009 ... 60

Gambar 6.14. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD

Deli Serdang Tahun 2009 ... 62

Gambar 6.15. Diagram Bar Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inapdi RSUD

Deli Serdang Tahun 2009 ... 63

Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli

Serdang Tahun 2009 ... 64

Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di

RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 65

Gambar 6.18. Diagram Bar Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat

Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 66

(17)

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Penyakit ini erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan serta personal hygiene yang buruk. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid dengan CFR 3,5 %.

Pada tahun 2008 proporsi penderita demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit di Sumatera Utara adalah 11,4 %. Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang tahun 2009 yaitu 3,5 %.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang tahun 2009. Populasi penelitian ini adalah 344 data penderita dengan besar sampel 185 data yang diambil secara simple random sampling.

Analisa statistk dengan menggunakan uji chi-square dan uji-t.

Proporsi tertinggi penderita demam tifoid berdasarkan sosiodemografi ditemukan pada kelompok umur 11 – 20 tahun 31,9 % dengan proporsi perempuan 17,8 % dan laki-laki 14,1 %. Umur termuda 2 tahun 3,2 %, tertua 78 tahun 0,5 %, sex ratio 134 %, agama Islam 64,5 %, pelajar/mahasiswa 49,7 %, status tidak kawin 68,1 %, berasal dari Kota Lubuk Pakam 52,4 %. Proporsi penderita demam tifoid tertinggi dengan gejala demam 100 %,mual 73 %,badan lemas 48,6 %, muntah 45,9 %, anoreksia 42,2 %, sakit kepala 30,3 %, batuk 15,7 %, diare 15,1 %, sakit perut 15,1 %, mual 7,3 %, perut kembung 5,4 %, lidah tifoid 4,3 %, konstipasi 2,7 %, tidak ada komplikasi 97,8 %, jenis komplikasi meningitis 2 orang, lama rawatan rata-rata 4,03 hari, sumber biaya bukan biaya sendiri 53 % dan pulang berobat jalan/sembuh klinis 93,5 %. Penderita demam tifoid yang meninggal tidak dijumpai.

Uji chi-square tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi umur berdasarkan status komplikasi (p = 0,533), lama rawatan rata-rata (p = 0,120), ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,000) secara bermakna lebih lama dirawat penderita demam tifoid pulang berobat jalan dibanding dengan penderita pulang atas permintaan sendiri, tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p = 0.080), idak ada perbedaan yang bermakna sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,417).

Dianjurkan kepada penderita demam tifoid pada saat kontrol untuk melakukan pemeriksaan bakteriologis dan menjaga kebersihan personal hygiene.

Kata kunci : Penderita demam tifoid, karakteristik, Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

(18)

ABSTRACT

Typhoid fever is a contagious diseases caused by the bacterium Salmonella

typhi or Salmonella paratyphi. The disease is closely related to the environment, particularly environments that do not meet health requirements as well as poor personal hygiene. Based on the WHO report in 2003 there were 17 million cases of typhoid fever with a CFR of 3,5 %. In 2008 the proportion of hospitalized patients with typhoid fever at the Hospital in North Sumatra is 11,4 %. The proportion of hospitalized patients with typhoid fever in Deli Serdang Hospital in 2009 is 3,5 %.

The study is descriptive case series with a design that aims to investigate the characteristict of hospitalized patients with typhoid fever in Deli Serdang Hospital in 2009. The study population was 344 patients with a large data sample of 185 data taken by simple random sampling. Statistic Analysis using chi-square test and t – test.

The highest proportion of patient with typhoid fever based on sociodemografic found in the age group 11 – 20 years 31,9 % with the proportion of women 17,8 % men and 14,1 %. Age youngest 2 years 3,2 %, 0,5 % of the oldest 78 years, sex ratio of 134 %, Islam 64,5 %, study/colager 49,7 %, 68,1 % unmarried status, derived from the City of Lubuk Pakam 52,4 %. The highest proportion of typhoid fever patients with symptoms of fever 100 %, nausea 73 %,48,6 % of seakness, vomiting 45,9 %, anorexia 42,2 %, headache 30,3 %, cough 15,7 %, diarrhea 15,1 %, pain stomach 15,1 %, abdominal bloating 5,4 %, typhoid tongue 4,3 %, constipation 2,7 %, 97,8 % no complications, complications of meningitis two types of people, the average long-maintainability average 4,03 days, the source of costs rather than cost alone 53 % and home ambulatory/clinically cured 93,5 %. Patients who died of typhoid fever is not found.

Chi-square test there was no significant difference in the proportion of age based on the status of complications (p = 0,533), length of treatment on average (p = 0,120), no significant difference average treatment time based on the state coming home (p = 0,000) in significantly longer cared for patients with typhoid fever than the home ambulatory patients to go home at his own request, there was no significant difference in average nursing time based on cost sources (p = 0,080), no significant difference based on the state as the source of the cost of home (p = 0,417).

It is recommended to patients with typhoid fever at the time of the control to perform bacteriological examinations and hygiene personal hygiene.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan

Nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh

bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar

dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang

Pembangunan Nasional (RPJP – N) Tahun 2005 – 2025 pembangunan kesehatan

diarahkan untuk peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat

terwujud. 1

Di dalam Deklarasi Millenium (Millenium Development Goals 2015)

mempunyai delapan tujuan umum yaitu mencakup kemiskinan, pendidikan,

kesetaraan gender, angka kematian bayi, kesehatan ibu, beberapa penyakit menular,

lingkungan, permasalahan global, bantuan dan uang. Tujuan umum tersebut Salah

satunya adalah lingkungan. Lingkungan berperan besar sekali dalam penyebaran

penyakit menular, seperti sanitasi umum, polusi udara dan kualitas air merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit.2

Demam tifoid (thypoid fever atau tifus abdominalis) merupakan salah satu

penyakit menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan

(20)

memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Penyakit ini

disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.3

Demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan

masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat

kaitannya dengan kualitas yang rendah dari higiene pribadi dan sanitasi lingkungan

yang kurang serta prilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.4

Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid di

seluruh dunia, dimana 600.000 diantaranya meninggal (CFR 3,5 %).5

Berdasarkan hasil penelitian Crump, J.A,dkk (2000), insiden rate demam

tifoid di Eropa yaitu 3 per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per 100.000

penduduk dan di Asia yaitu 274 per 100.000 penduduk.Pada tahun 2005 insiden rate

demam tifoid di Dhaka yaitu 390 per 100.000 penduduk.6

Angka insiden demam tifoid di Indonesia selama kurun waktu lima tahun dari

tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 mempunyai kecendrungan penurunan dari 64

per 100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 2.6 per 100.000 penduduk pada

tahun 2006.7

Berdasarkan Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

tahun 2005, angka kesakitan demam tifoid adalah 500 per 100.000 penduduk, dengan

kematian(CFR 0,6 % - 5 %)8

Berdasarkan Data Surveilans tahun 2007, insiden demam tifoid tahun 2007

sangat tinggi sebesar 110,7 per 100.000 penduduk. Propinsi Lampung merupakan

(21)

Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008, demam

tifoid yang rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit

terbesar yaitu 661 penderita dari 12876 pasien rawat jalan (5.1%), sedangkan rawat

inap di Rumah Sakit menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit terbesar yaitu sebanyak

1.276 penderita dari 11.182 pasien rawat inap (11.4 %).10

Berdasarkan data yang diperoleh dari Survei pendahuluan di Rumah Sakit

Umum Daerah Deli Serdang, proporsi kasus demam tifoid yang dirawat inap tahun

2009 3,5 % (344 kasus dari 9807 kasus rawat inap). Dari data di atas maka perlu

dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009.

1.2.Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di Rumah

Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di Rumah

Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status

perkawinan dan tempat tinggal ).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan

(22)

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan

status komplikasi dan jenis komplikasi.

d. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan

sumber biaya.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan

keadaan sewaktu pulang

g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan status komplikasi.

h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan status

komplikasi dan jenis komplikasi.

i. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan berdasarkan status komplikasi.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi sumber biaya berdasarkan status

komplikasi.

k. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan berdasarkan sumber biaya.

l. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu

pulang.

m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status komplikasi berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

n. Untuk mengetahui perbedaan sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan informasi bagi Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang dalam

rangka meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan terhadap penderita

demam tifoid.

1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti laian yang ingin mengadakan penelitian

lebih lanjut mengenai demam tifoid.

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Demam Tifoid

Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.

Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran .11

2.2.Infectious Agent 4

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella

paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak

membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut

getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di

dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan

(suhu 600C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi.

Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu : 12

1. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh

kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut

juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak

tahan terhadap formaldehid.

2. Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili

dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan

(25)

3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat

melindungi kuman terhadap fagositosis.

Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan

menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut

aglutinin.

2.3. Patogenesis 13

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia

melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh

asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.

Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman

akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia.

Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama

oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan

selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah

bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di

dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia

pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh

terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan

kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke

dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya

dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam,

(26)

2.4. Gejala Klinis14

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding

dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa inkubasi

maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri

kepala, pusing dan tidak bersemangat.

Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu :

a. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris

remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh

berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi

pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam

keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun dan

normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b. Ganguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah

(ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya

kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut

kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan.

Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat

terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

(27)

2.5. Epidemiologi Demam Tifoid 2.5.1. Distribusi dan Frekwensi

a. Orang

Demam tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada perbedaan

yang nyata antara insiden pada laki-laki dan perempuan.

Insiden pasien demam tifoid dengan usia 12 – 30 tahun 70 – 80 %, usia 31 – 40 tahun

10 – 20 %, usia > 40 tahun 5 – 10 %.15

Menurut penelitian Simanjuntak, C.H, dkk (1989) di Paseh, Jawa Barat terdapat

77 % penderita demam tifoid pada umur 3 – 19 tahun dan tertinggi pada

umur 10 -15 tahun dengan insiden rate 687,9 per 100.000 penduduk. Insiden rate

pada umur 0 – 3 tahun sebesar 263 per 100.000 penduduk.16

b. Tempat dan Waktu

Demam tifoid tersebar di seluruh dunia. Pada tahun 2000, insiden rate demam

tifoid di Amerika Latin 53 per 100.000 penduduk dan di Asia Tenggara 110 per

100.000 penduduk.6 Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun, di

Jakarta Utara pada tahun 2001, insiden rate demam tifoid 680 per 100.000 penduduk

dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 1.426 per 100.000 penduduk.17

2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Determinan)

a. Faktor Host

Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi. Terjadinya

penularan Salmonella thypi sebagian besar melalui makanan/minuman yang tercemar

(28)

dengan tinja atau urine. Dapat juga terjadi trasmisi transplasental dari seorang ibu

hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya.18

Penelitian yang dilakukan oleh Heru Laksono (2009) dengan desain case

control , mengatakan bahwa kebiasaan jajan di luar mempunyai resiko terkena

penyakit demam tifoid pada anak 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan

tidak jajan diluar (OR=3,65) dan anak yang mempunyai kebiasaan tidak mencuci

tangan sebelum makan beresiko terkena penyakit demam tifoid 2,7 lebih besar

dibandingkan dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (OR=2,7).20

b. Faktor Agent

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Jumlah kuman yang

dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 – 109 kuman yang tertelan melalui

makanan dan minuman yang terkontaminasi. Semakin besar jumlah Salmonella thypi

yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid.24

c. Faktor Environment

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di

daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai

dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat

terjadinya penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber

air minum dan standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Lubis, R. di RSUD. Dr. Soetomo (2000) dengan

desain case control , mengatakan bahwa higiene perorangan yang kurang,

(29)

tercemar berat coliform beresiko 6,4 kali lebih besar terkena penyakit demam tifoid

dibandingkan dengan yang kualitas air minumnya tidak tercemar berat coliform

(OR=6,4) .19

2.6. Sumber Penularan (Reservoir)

Penularan penyakit demam tifoid oleh basil Salmonella typhi ke manusia

melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin dari

penderita tifoid.4

Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu :13

2.6.1. Penderita Demam Tifoid

Yang menjadi sumber utama infeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan

mikroorganisme penyebab penyakit, baik ketika ia sedang menderita sakit maupun

yang sedang dalam penyembuhan. Pada masa penyembuhan penderita pada

umumnya masih mengandung bibit penyakit di dalam kandung empedu dan

ginjalnya.

2.6.2. Karier Demam Tifoid.

Penderita tifoid karier adalah seseorang yang kotorannya (feses atau urin)

mengandung Salmonella typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai

gejala klinis. Pada penderita demam tifoid yang telah sembuh setelah 2 – 3 bulan

masih dapat ditemukan kuman Salmonella typhi di feces atau urin. Penderita ini

disebut karier pasca penyembuhan.

Pada demam tifoid sumber infeksi dari karier kronis adalah kandung empedu

(30)

medika-mentosa dengan obat anti tifoid gagal, harus dilakukan operasi untuk

menghilangkan batu atau memperbaiki kelainan anatominya.3

Karier dapat dibagi dalam beberapa jenis.21

a. Healthy carrier (inapparent) adalah mereka yang dalam sejarahnya tidak

pernah menampakkan menderita penyakit tersebut secara klinis akan tetapi

mengandung unsur penyebab yang dapat menular pada orang lain, seperti

pada penyakit poliomyelitis, hepatitis B dan meningococcus.

b. Incubatory carrier (masa tunas) adalah mereka yang masih dalam masa tunas,

tetapi telah mempunyai potensi untuk menularkan penyakit/ sebagai sumber

penularan, seperti pada penyakit cacar air, campak dan pada virus hepatitis.

c. Convalescent carrier (baru sembuh klinis) adalah mereka yang baru sembuh

dari penyakit menulat tertentu, tetapi masih merupakan sumber penularan

penyakit tersebut untuk masa tertentu, yang masa penularannya kemungkinan

hanya sampai tiga bulan umpamanya kelompok salmonella, hepatitis B dan

pada dipteri.

d. Chronis carrier (menahun) merupakan sumber penularan yang cukup lama

seperti pada penyakit tifus abdominalis dan pada hepatitis B.

2.7. Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :

2.7.1. Komplikasi Intestinal13

a. Perdarahan Usus

(31)

mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat

perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.

b. Perforasi Usus

Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada

minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam

tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran

kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya

adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.

2.7.2. Komplikasi Ekstraintestinal 22

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis),

miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi

intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

c. Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis

d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis

e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis

f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis

g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,

(32)

2.8. Pencegahan Demam Tifoid

Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan

penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.23

2.8.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang

sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat

dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin

tifoid, yaitu : 4

a. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang

diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin ini

kontraindikasi pada wanita hamil, ibu menyusui, demam, sedang

mengkonsumsi antibiotik . Lama proteksi 5 tahun.

b. Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni,

K vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-Phenol

preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 – 12 tahun 0,25 ml dan anak

1 – 5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu.

Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada

tempat suntikan. Kontraindikasi demam,hamil dan riwayat demam pada

pemberian pertama.

c. Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin diberikan

(33)

Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah endemik, orang

yang terpapar dengan penderita karier tifoid dan petugas

laboratorium/mikrobiologi kesehatan.

Mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh, memberikan

pendidikan kesehatan untuk menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat dengan cara

budaya cuci tangan yang benar dengan memakai sabun, peningkatan higiene makanan

dan minuman berupa menggunakan cara-cara yang cermat dan bersih dalam

pengolahan dan penyajian makanan, sejak awal pengolahan, pendinginan sampai

penyajian untuk dimakan, dan perbaikan sanitasi lingkungan.4

2.8.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit

secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat.

Untuk mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :24

a.Diagnosis klinik

Diagnosis klinis penyakit ini sering tidak tepat, karena gejala kilinis yang khas

pada demam tifoid tidak ditemukan atau gejala yang sama dapat juga ditemukan pada

penyakit lain. Diagnosis klinis demam tifoid sering kali terlewatkan karena pada

penyakit dengan demam beberapa hari tidak diperkirakan kemungkinan diagnosis

demam tifoid.

b. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman

Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih

(34)

pertama. Hasil ini menurun drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana hasil

positip menjadi 40%. Meskipun demikian kultur sum-sum tulang tetap

memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90% positip. Pada minggu-minggu

selanjutnya hasil kultur darah menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu 85% dan

25% berturut-turut positip pada minggu ke-3 dan ke-4. Organisme dalam tinja masih

dapat ditemukan selama 3 bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap

mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yang

lama.

c.Diagnosis serologik12

c.1. Uji Widal

Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum

penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada

orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid.

Antigen yang digunakan pada uij Widal adlah suspensi Salmonella typhi

yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji Widal adalah untuk

menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam

tifoid.25

Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin besar

pula kemungkinan didiagnosis sebagai penderita demam tifoid. Pada infeksi yang

(35)

waktu paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat selama

2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.

Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :12

a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut

b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau

pernah menderita infeksi

c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.

Beberapa faktor yang mempengaruhi uji Widal antara lain :11,25

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penderita

a. Keadaan umum gizi penderita

Gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.

b. Waktu pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Aglutinin baru dijumnpai dalam darah setelah penderita mengalami sakit

selama satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu kelima atau

keenam sakit.

c. Pengobatan dini dengan antibiotik

Pemberian antibiotik dengan obat antimikroba dapat menghambat

pembentukan antibodi.

d. Penyakit-penyakit tertentu

Pada beberapa penyakit yang menyertai demam tifoid tidak terjadi

pembentukan antibodi, misalnya pada penderita leukemia dan karsinoma

(36)

e. Pemakaian obat imunosupresif atau kortikosteroid dapat menghambat

pembentukan antibodi.

f. Vaksinasi

Pada orang yang divaksinasi demam tifoid, titer aglutinin O dan H

meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai

1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama

1 atau 2 tahun. Oleh karena itu titer aglutinin H pada seseorang yang

pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.

g. Infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya

Keadaan ini dapat menyebabkan uji Widal positif, walaupun titer

aglutininnya rendah. Di daerah endemik demam tifoid dapat dijumpai

aglutinin pada orang-orang yang sehat.

2. Faktor-faktor teknis

a. Aglutinasi silang

Karena beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen O dan

H yang sama, maka reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat juga

menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies lain. Oleh karena itu spesies

Salmonella penyebab infeksi tidak dapat ditentukan dengan uji widal.

b. Konsentrasi suspensi antigen

Konsentrasi suspensi antigen yang digunakan pada uji widal akan

mempengaruhi hasilnya.

(37)

Daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih

baik daripada suspensi antigen dari strain lain.

c.2. Uji Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)12

a. Uji ELISA untuk melacak antibodi terhadap antigen Salmonella typhi

belakangan ini mulai dipakai. Prinsip dasar uji ELISA yang dipakai

umumnya uji ELISA tidak langsung. Antibodi yang dilacak dengan uji

ELISA ini tergantung dari jenis antigen yang dipakai.

b.Uji ELISA untuk melacak Salmonella typhi

Deteksi antigen spesifik dari Salmonella typhi dalam spesimen klinik

(darah atau urine) secara teoritis dapat menegakkan diagnosis demam tifoid secara

dini dan cepat. Uji ELISA yang sering dipakai untuk melacak adanya antigen

Salmonella typhi dalam spesimen klinis, yaitu double antibody sandwich ELISA.

Pencegahan sekunder dapat berupa :

a. Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui penigkatan usaha

surveilans demam tifoid.

b. Perawatan umum dan nutrisi

Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinis jelas sebaiknya dirawat

di rumah sakit atau sarana kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.

Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk

mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Bila klinis

berat, penderita harus istirahat total. Bila penyakit membaik, maka

dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan

(38)

Nutrisi pada penderita demam tifoid dengan pemberian cairan dan diet.

Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun

parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada

komplikasi penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus

mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.

Sedangkan diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup.

Sebaiknya rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi.

Diet untuk penderita tifoid biasanya diklasifikasikan atas : diet cair, bubur

lunak, tim dan nasi biasa.

c. Pemberian anti mikroba (antibiotik)

Anti mikroba (antibiotik) segera diberikan bila diagnosa telah dibuat.

Kloramfenikol masih menjadi pilihan pertama, berdasarkan efikasi dan

harga. Kekurangannya adalah jangka waktu pemberiannya yang lama,

serta cukup sering menimbulkan karier dan relaps.

Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada wanita hamil, terutama pada

trimester III karena dapat menyebabkan partus prematur, serta janin mati

dalam kandungan. Oleh karena itu obat yang paling aman diberikan pada

(39)

2.8.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan

akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid

sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga

dan dapat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid.

Pada penderita demam tifoid yang carier perlu dilakukan pemerikasaan

laboratorium pasca penyembuhan untuk mengetahui kuman masih ada atau tidak.

(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian mengenai karakteristik penderita demam tifoid

yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2009 adalah

sebagai berikut :

Karakteristik Penderita Demam Tifoid

1. Sosiodemografi :

Umur

Jenis kelamin Suku

Agama Pekerjaan

Status perkawinan Tempat tinggal

2. Gejala klinis

3. Status komplikasi dan jenis komplikasi

4. Lama rawatan rata-rata

5. Sumber pembiayaan

6. Keadaan sewaktu pulang

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita demam tifoid adalah pasien yang dinyatakan menderita demam tifoid berdasarkan diagnosis dokter dan hasil pemeriksaan laboratorium

(41)

3.2.2. Sosiodemografi penderita demam tifoid dibedakan atas :

a. Umur adalah usia penderita demam tifoid rawat inap sesuai dengan yang tertulis di kartu status , berdasarkan Rumus Sturges.

1. 1 – 10 tahun

Untuk analisa statistik, umur dikategorikan atas :

1. Anak ( <= 14 tahun)

2. Dewasa (. 14 tahun)

b. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita demam tifoid

sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah etnis yang melekat pada penderita demam tifoid sesuai dengan

yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Jawa 2. Batak 3. Melayu 4. Minang

5. Aceh

d. Agama adalah kepercayaan yang diyakini penderita demam tifoid sesuai

dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

(42)

e. Pekerjaan adalah kegiatan rutin dan utama yang dilakukan penderita demam

tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Pegawai Negeri Sipil/TNI-POLRI 2. Pegawai Swasta/Karyawan 3. Pelajar/Mahasiswa

4. Wiraswasta

5. Ibu Rumah Tangga

6. Dan Lain-lain (Belum sekolah, tidak/belum bekerja, pensiunan)

f. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan

penderita demam tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Kawin 2. Belum kawin

g. Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita demam tifoid tinggal menetap

sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Kota Lubuk Pakam 2. Luar kota Lubuk Pakam

3.2.3. Gejala Klinis adalah keadaan penderita demam tifoid saat masuk ke rumah

sakit yang merupakan manifestasi dari infeksi Salmonella typhi sesuai dengan

yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Demam

7. Lidah Kotor (Lidah tipoid) 8. Nyeri otot

(43)

3.2.4. Status komplikasi adalah keterangan mengenai ada atau tidaknya komplikasi pada penderita demam tifoid, yaitu :

1. Ada komplikasi 2. Tidak ada komplikasi

3.2.5. Jenis komplikasi adalah adanya penyakit lain yang bersifat memperberat penyakit demam tifoid sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang

dikategorikan atas :13

1. Meningitis 2. Anemia 3. Pneumonia

3.2.6. Lama rawatan adalah lama hari rawatan penderita demam tifoid, dihitung dari tanggal mulai masuk sampai dengan keluar, sesuai dengan yang tertulis di

kartu status.

3.2.7. Sumber biaya adalah asal biaya rawatan penderita demam tifoid dihitung mulai dari masuk sampai dengan keluar, sesuai yang tertulis di kartu status ,

yaitu :

1. Askes

2. Jamkesmas/Askeskin 3. Umum (Biaya sendiri)

Untuk analisa statistik, sumber biaya dikategorikan atas :

1. Biaya sendiri

2. Bukan biaya sendiri

3.2.8. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita demam tifoid sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan desain case series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Pemilihan

lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut tersedia data

penderita demam tifoid yang dibutuhkan, selain itu belum pernah dilakukan

penelitian tentang karakteristik penderita demam tifoid untuk tahun 2009 di rumah

sakit tersebut.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan Juni2011.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah data seluruh penderita demam tifoid yang

dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009 yang berjumlah 344

data penderita.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah data sebagian penderita demam tifoid yang

(45)

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :26

Berdasarkan perhitungan di atas, besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah sebanyak 185 data penderita demam tifoid rawat inap tahun 2009.

a. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling

(pengambilan sampel acak sederhana), dengan menggunakan angka acak pada

program komputer C survey. Sampel diambil dari populasi yang sudah diacak oleh

komputer. Untuk menentukan sampel pertama diambil dari baris atau kolom tertentu

yang diperoleh dengan menggunakan spin dial direction. Dari spin dial direction

(46)

akan diambil sampel pertama. Kemudian diambil sampel sebanyak yang dibutuhkan.

Sampel yang telah diambil disesuaikan dengan kartu status yang telah diberi nomor

urut 1 – 344.

4.4. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang

diperoleh dari kartu status penderita yang berasal dari rekam medis Rumah Sakit

Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009. Kartu status penderita demam tifoid yang

dipilih sebagai sampel, dikumpul dan dilakukan pencatatan tabulasi sesuai dengan

variabel yang akan diteliti.

4.5. Analisa Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program SPSS. Analisis

univariat secara deskriptif dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan uji t.

Disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram pie dan batang.

(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kelas B terletak di Kota Lubuk Pakam, Ibukota Kabupaten Deli Serdang hanya berjarak +29 Km dengan jarak

tempuh + 1 jam dari kota Medan. Rumah Sakit ini mempunyai luas areal + 2 Ha dan

luas bangunan + 10.362 m2.

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang pada tahun 1958 sebagai Rumah

Sakit Pembantu, tahun 1979 sebagai Rumah Sakit Umum Kelas D sesuai dengan

Kep. Menkes. RI Nomor : 51/Menkes/SK/II/1979.Pada tahun 1987 sebagai Rumah

Sakit Umum Daerah Kelas C, dan tahun 2008 sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B

Non Pendidikan (Kep. Menkes RI Nomor : 405/MENKES/SK/IV/2008) tanggal 25

April 2008.

Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam, adalah satu-satunya

Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, sebagai Pusat

Rujukan Pelayanan, dan telah terakreditasi penuh 12 Pelayanan sesuai SK.No. HK.

03.05/III/3389/2008.

Visi Rumah Sakit Umum Deli Serdang adalah “ Pelayanan yang unggul

dalam mutu, prima dalam pelayanan dan menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan

yang paripurna dan proaktif untuk terwujudnya masyarakat sehat 2010”.

Adapun Misi dari Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang, adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pelayanan yang profesional, terjangkau, mudah, serta

(48)

2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM maupun

sarana prasarana sesuai kebutuhan secara universal terarah dan

berkesinambungan.

3. Mengembangkan sistem administrasi, informasi dan komunikasi serta

pengelolaan data dan pelaporan secara cepat dan akurat.

4. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama sektor pelayanan

kesehatan, pendidikan, penelitian, dan lingkungan dengan instansi,

perusahaan, lembaga pendidikan serta lembaga sosial lainnya.

5. Meningkatkan serta mengembangkan sistem manajemen yang transparan,

akomodatif dan responsive.

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang mempunyai wilayah kerja efektif di

14 Kecamatan yang ada di kabupaten Deli Serdang, dengan jumlah penduduk sekitar

1.700.000 jiwa, yaitu : Kec. Lubuk Pakam, Kec. Tanjung Morawa, Kec. B.Kuis,

Kec. Pantai Labu, Kec. Galang, Kec. Pagar Merbau, Kec. Deli Tua, Kec. Gunung

Meriah, Kec. STM Hilir, Kec. STM Hulu, Kec. Patumbak, Kec. Namo Rambe,

Kec. Kotarih, dan Kec. Bangun Purba.

5.1.1. Pelayanan Medis

Rumah Sakit ini dilengkapi dengan berbagai prasarana yang terdiri dari

Instalasi Rawat jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi

Penyakit Dalam dan Instalasi Bedah.

Memiliki 14 jenis tenaga spesialis (Penyakit Dalam, Anak, Bedah, Kebidanan

(49)

Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang menerima pasien anggota

TNI/POLRI, PNS, Keluarga dan Praktek Umum. Sumber biaya pasien untuk berobat

berasal dari Askes, Askeskin/Jamkesda, dan biaya sendiri.

5.1.2. Penunjang Umum

Penunjang umum yang terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

terdiri dari administrasi, jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik,

laboratorium, taman, parkir, instalasi gizi, instalasi farmasi dan fasilitas umum

lainnya.

5.2. Sosiodemografi Penderita Demam Tifoid

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita demam tifoid rawat inap

di RSUD Deli Serdang Tahun 2009, diperoleh distribusi berdasarkan sosiodemografi

(umur dan jenis kelamin) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(50)

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid

berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 11 – 20 tahun 31,9 %

dengan proporsi perempuan 17,8 % dan laki-laki 14,1 %, dan terendah pada

kelompok umur 71 – 80 tahun 0,5 % dengan proporsi perempuan 0,5 % dan laki-laki

tidak dijumpai. Berdasarkan jenis kelamin perempuan 57,3 % dan laki-laki 42,7 %

dengan sex ratio = 57,3 % : 42,7 % = 1,34 : 1 (134 %), artinya perempuan penderita

demam tifoid lebih banyak daripada laki-laki.

Karakteristik penderita demam tifoid dengan umur termuda 2 tahun (3,2 %)

sebanyak 6 orang, dimana jenis kelamin laki-laki 3 orang, perempuan 3 orang,

1 orang dengan biaya sendiri dan 5 orang bukan biaya sendiri, tempat tinggal 3 orang

di kota Lubuk Pakam dan 3 orang di luar kota Lubuk Pakam, lama rawatan 5 hari 2

orang, 4 hari 3 orang, 3 hari 1 orang, pulang atas permintaan sendiri 1 orang dan

pulang berobat jalan 5 orang.

Karakteristik penderita demam tifoid dengan umur tertua 78 tahun (0,5 %)

sebanyak 1 orang dengan jenis kelamin perempuan, biaya sendiri, tempat tinggal kota

(51)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan, Tempat Asal) di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Karakteristik Sosiodemografi Jumlah

f %

Karyawan/Pegawai Swasta 8 4,3

Wiraswasta 13 7,0

Pelajar/Mahasiswa 92 49,7

IRT 26 14,1

Lain-Lain (Belum sekolah,

tidak/belum bekerja, pensiunan) 26 14,1

Jumlah 185 100

Berdasarkan tabel 5.2. di atas dapat dilihat distribusi proporsi penderita

demam tifoid berdasarkan Sosiodemografi (Suku, agama, pekerjaan, status

perkawinan dan tempat tinggal) adalah sebagai berikut :

Proporsi suku yang tertinggi adalah Batak 43,8 % (81 orang) dan yang

(52)

Proporsi agama yang tertinggi adalah Islam 65,4 % (121 orang) dan yang

terendah adalah Kristen 34,6% (64 orang).

Proporsi pekerjaan yang tertinggi adalah Pelajar/Mahasiswa 49,7 %

(92 orang) dan yang terendah adalah Karyawan/Pegawai Swasta 4,3 % (8 orang).

Proporsi status perkawinan yang tertinggi adalah Tidak Kawin 68,1 %

(126 orang) dan yang terendah adalah Kawin 31,9 % (59 orang).

Proporsi tempat tinggal yang tertinggi adalah Kota Lubuk Pakam 52,4 %

(97 orang) dan yang terendah adalah Luar Kota Lubuk Pakam 47,6 % (88 orang).

5.3. Gejala Klinis

Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun

2009 berdasarkan gejala klinis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3. Disribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Gejala Klinis di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Gejala Klinis (n = 185) f %

Berdasarkan tabel 5.3. di atas dapat dilihat bahwa dari 185 penderita demam

(53)

konstipasi 2,7 % (5 orang). Untuk mengetahui distribusi frekuensi > 1 gejala klinis

penderita demam tifoid dapat dilihat pada tabel 5.15 (Lampiran 5).

5.4. Status Komplikasi

Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 berdasarkan status komplikasi tertinggi adalah penderita tidak ada

komplikasi 97,8 % (181 orang) dan proporsi penderita dengan komplikasi 2,2 %

(4 orang). Adapun jenis komplikasi yang ditemukan adalah meningitis 2 orang,

pneumonia 1 orang dan anemia 1 orang dengan Hb 6,8 gr/dl. Meningitis, anemia dan

pneumonia adalah jenis komplikasi ekstraintestinal (didalam usus).

5.5. Lama Rawatan Rata-rata

Lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli

Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

X 4,03

SD 1,584

95 % Confidence Interval 3,80 – 4,26

Coefficient of Variation 39,3 %

Minimum 1

Maksimum 9

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita

demam tifoid adalah 4,03 hari (4 hari), Standar Deviasi (SD) 1,584 dan nilai

Coefficient of Variation sebesar 39,3% yang berarti lama rawatan rata-rata penderita

(54)

rawatan maksimum adalah 9 hari. Berdasarkan 95 % Confidence Interval didapatkan

bahwa lama rawatan rata-rata selama 3,80 – 4,26 hari.

Penderita demam tifoid yang dirawat 1 hari berjumlah 5 orang (2,7 %),

2 orang jenis kelamin perempuan berumur 9 tahun dan 50 tahun sedangkan 3 orang

jenis kelamin laki-laki berumur 5 tahun, 6 tahun dan 15 tahun. Penderita pulang atas

permintaan sendiri (PAPS) dan sumber biaya semua penderita biaya sendiri.

5.6. Sumber Biaya

Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Sumber Biaya Jumlah

f %

1 Biaya sendiri 87 47

2 Bukan biaya sendiri 98 53

Jumlah 185 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid

berdasarkan sumber biaya yang tertinggi adalah bukan biaya sendiri 53 % (98 orang)

(55)

5.7. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah

f %

1 PBJ/Sembuh Klinis 173 93,5

2 PAPS 12 6,5

Jumlah 185 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid

berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah Pulang Berobat Jalan

(PBJ)/Sembuh Klinis 93,5 % (173 orang) dan yang terendah adalah Pulang Atas

(56)

5.8. Analisa Statistik

5.8.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi umur penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi

di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi Pada Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Status Komplikasi

Umur (tahun)

Total <= 14 tahun > 14 tahun

f % f % f %

1 Ada komplikasi 2 50 2 50 4 100

2 Tidak ada

komplikasi 76 42 105 58 181 100

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam

tifoid yang mengalami komplikasi sebanyak 4 orang, dimana usia <= 14 tahun 50 %

(2 orang) dan usia > 14 tahun 50 % (2 orang). Dari 181 penderita demam tifoid tidak

ada komplikasi usia <= 14 tahun 42 % (76 orang), dan usia >14 tahun 58 %

(105 orang).

Analisa statistik dengan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk

dilakukan karena terdapat 2 sel (50 %) expected count yang besarnya kurang

dari 5, sehingga menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p > 0,05. Hal ini berarti

secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna umur penderita demam

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan, Tempat Asal) di RSUD Deli Serdang Tahun 2009
Tabel 5.3.  Disribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Gejala Klinis di RSUD  Deli Serdang Tahun 2009
Tabel 5.5. Distribusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Balai Diklat KKB Bogor, Cirebon dan Garut TA 2013 pada Satuan Kerja Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat akan

21/CV.BJ/IV/2015; Tanggal 23 April 2015 untuk Paket Pekerjaan Jasa Konstruksi Pembangunan Shelter Kantor SAR Mataram berdasarkan Hasil Evaluasi POKJA ULP Kantor SAR

Clustering K-Means terhadap dosen berdasarkan publikasi jurnal nasional dan internasional di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Dengan demikian hasil penelitian ini memberikan kesimpulan ada hubungan rendah antara sikap ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan dengan keteraturan

[r]

Akibat pendidikan yang masih kurang ini, mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan untuk ikut berkompetisi di dalam memperebutkan posisi pekerjaan yang ditawarkan oleh hotel

Berdasarkan kesepakatan tersebut di atas, tidak terdapat keuntungan atau kerugian dan piutang atau kewajiban yang harus dicatat oleh Perusahaan dalam laporan

pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih Perusahaan dan Anak perusahaan sebagai lessor dalam sewa pembiayaan. Lease payment receivable is treated as