• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA EL (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA EL (3)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 MAKALAH

TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM

PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM

Disusun untuk memenuhi salah satu matakuliah Fiqih Mu’amalah Kontemporer Dosen Pengampu : Imam Mustofa, SHI, MSI.

Di Susun Oleh

Rahmana Lufi Fadhillah

14124679

JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM PRODI HUKUM EKONOMI SYARI’AH (S1) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

JURAI SIWO METRO

(2)

2

JUAL BELI ON LINE (E- COMMERCE)

A. Pendahuluan

Di era globalisasi yang serba moderen ini, semua aktifitas manusia diupayakan dapat dilaksanakan dengan cepat dan mudah . aktifitas manusia terminimalisir dengan alat bantu, alat- alat canggih berupa elektronik semuanya dibuat untuk mempermudah pekerjaan manusia1.

Jual beli merupakan salah satu pemenuhan kebutuhan manusia . namun, jual beli dahulu pada umumnya dilaksanakan ditempat khusus , yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam melakukan transaksi jual beli. Seperti pasas , mall, supermarket, dan pusat perbelanjaan lainya. Akan tetapi, untuk melakukan transaksi diharuskan datang ke tempat transaksi. Dengan padatnya pekerjaan dan aktifitas manusia di zaman modern ini untuk datang ke pusat perbelanjaa akan menyita waktu kerjanya dan waktu istirahatnya. Oleh karenanya, inisiatif manusia modern mencari jalan jual beli yang tidak menyita waktu dan dapat dilakukan dimana saja tanpa mengganggu aktifitas wajibnya.

E- commerce adalah kegiatan komunikasi komersial bisnis dan menegement yang dilaksanakan menggunakan metode-metode elektronik seperti halnya elektronik data interchange dan automated data collection system. E-commerce juga dapat maliputi transfer informasi secara elektronis antarbisnis , dalam hal ini menggunakan elektronic data interchange( EDI).

E- commerce atau transaksi elektronik merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan sistem informasi . elektronik commerce ( e- commerce) adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsument ( consumers), manufaktur (manufactures), service providers, dan pedagang penata (intermediaries) dengan menggunakan jaringan – jaringan konputer ( computer network) yaitu internet .

1Witono , ”Pembuatan Aplikasi Web Jual Beli Dan Lelang Online”, jurnal

(3)

3

E- commerce merupakan salah satu implementasi dari bisnis on line , berbicara mengenai bisnis online tidak terlepas dari transaksi seperti jual beli via internet. Transaksi inilah yang kemudian dikenal dengan elektronik commerce yang lebih populer dengan istilah e-commerce. E- commerce merupakan aktivitas pembelian , penjualan, , pemasaran, dan pelayanan atas produk dan jasa yang ditawarkan melalui jaringan komputer. Dunia industri teknologi informasi melihatnya sebuah aplikasi bisnis secara elektronik yang mengacu pada transaksi

–transaksi komersial.

Adanya hubungan yang secara langsung antara satu jaringan komputer dengan jaringan yang lain maka sangat memungkin untuk melakukan satu transaksi langsung melalui jaringan komputer. Transaksi langsung inilah yang kemudian disebut dengan transaksi on line2.

Dalam lingkup pembahansan hukum islam yang menjadi bahan pembicaraan adalah bagaimanakah hukumnya transaksi yang dilakukan bila hanya melalui jariangan tanpa melihat langsung barang, antara pembelii dengan penjual hanya menyatakan kesepakatan melalui telefon secra tertulis atau komunikasi tanpa kehadiran di majlis akad. Apakah diperboleh kan atau tidak dan sah atau tidakkah akad yang demikian itu. Makalah ini akan membahas masalah hukum jual beli melalui elektroonik commerce atau sering di sebut dengan jula beli on-line.

2 Assafa Endeshaw, hukum E- Commerce dan Internet, ( jakarta : pustaka pelajar

(4)

4 BAB II

PEMBAHASAN

TRANSAKSI JUAL BELI VIA MEDIA ELEKTRONIK (E-COMMERCE) DALAM

PERSEPEKTIF HUKUM ISLAM

Transaksi pertukaran (mu’awadhah( adalah salah satu transaksi yang

diperoleh melalui proses atau perbuatan memperoleh sesuatu dengan memberikan sesuatu. Bentuk transaksi pertukaran ini meliputi transaksi tukar-menukar ( al- mubadalah/al-mu’awadhah(, jual – beli ( al- bai’(, dan sewa – menyewa ( al- ijaroh)3.

Bisnis Online atau disebut juga bisnis internet adalah satu bentuk usaha yang medianya memakai akses internet. Sebagai satu bentuk bisnis yang mempergunakan dunia maya, bisnis ini mulai banyak digandrungi oleh banyak pengguna internet. Dikatakan demikian, Karena rata-rata pengguna internet akan lebih enjoy ketika berhadapan dengan komputer dan bahkan bisa berlama-lama di depan komputer ketika mereka sedang akses.

Di dalam dunia bisnis online dikenal istilah work from home atau bekerja dari rumah. Ini yang mengasyikkan. Hanya dengan memiliki kursi, sebuah meja, dan dihadapannya ada komputer yang dihubungkan dengan server internet, pengguna bisa menghasilkan uang. Bahkan uang itu bisa datang tanpa kita duga. Misalnya datang pada saat kita tidur. Uang bisa datang otomatis ditransfer ke rekening kita. Uang itu bisa berbentuk dollar, euro atau Rupiah. Berbeda dengan bisnis off line. Bisnis di luar rumah, kita harus keluar rumah untuk mencari dan mendapatkannya. Seperti menjadi sales sebuah perusahaan yang menjual suatu produk.

Untuk menyampaikan produk dari perusahaan ke konsumen maka kita sebagai sales wajib keluar rumah. Kita harus rela mengeluarkan keringat, rela bercapek-capek di jalan raya, rela berkorban meninggalkan istri dan anak, serta berbagai capek yang lain. Jika tidak bisa menyampaikan barang-barang perusahaan ke konsumen resikonya adalah kita akan dipecat oleh pemilik perusahaan. Bisnis online tidal demikian.

3Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan Konsep), (

(5)

5

Didalam E- commerce akad dalam transaksi elektronik di dunia maya berbeda dengan akad secara langsung. transaksi elektronik biasanya menggunakan akad secara tertulis, ( E- mail , short message servis / SMS , Black Barry Messager/BBM atau sejenisnya).

Pada dasarnya praktek ekonomi , bisnis, wirausaha dan lainya bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat dan di pandu baik oleh aturan-aturan ekonomi yang bersifat rasional dan dan di tuntut oleh nilai agama sebagai petunjuk4.

E- commerce sebagai bentuk transaksi jual beli, maka keabsahanya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat yang berlaku dalam jual beli. Apabila rukun dan syarat terpenuhi maka e-commerce sah sebagai sebuah transaksi yang mengikat , dan sebaliknya , apabila tidak terpenuhi maka tidak sah5.

Beberapa syarat yang terkait dengan pembahasan transaksi e-commerce dijelaskan dalam uraian berikut6:

تشت (هل ك لا ء صياا هب لا ادع ميف( س جملا د جتا ء م علا طرتشي

طر

لا دنع ل ب لا ير ف طرتشت ا فرعلا سحب ل ب لا جياا نيب ةاا ملا

ادع ر مج

عفد يعف شلا

ا لمء تلا نم نكمتيل ررض ل

تكلا قيرطلا نع جيءاا ن ك اذ

طرتشي تكلا ل ص سيل جم يف ل ب لا ل صح طرتشيف سارملا

ب طت

جياا ق

مجلا دنع حصي دق عتلا نع نيدق علا دحا ضارعا ع لدي ر دص دع ل ب لا

ر

ا اذا ي نحلا دنع ج ملا ع جر يكل ملا ادع

ل جملا فاتخا ج ي رخا رم ب لغتش

س

ث

د عني ا لبق

Maksud dari pernyataan diatas adalah bahwa Ulama mensyaratkan satu majlis (ijtihad al-majlis) dala sebuah transaksi , kecualimdalam hibah , wasiat, dan wakalah. Selain itu disyaratkan pula keberlangsungan antara ijab dan qobul

4Aris Baidowi, Etika Bisnis Persepektif Islam”,Jurnal Hukum Islam, ( Volume 9

, No. 2, Desember 2011) Hal...248

5Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, ( Jakarta : PT.

Raja Grafindo Persada, 2013), Hal...63

(6)

6

dengan mengacu pada kebiasaan yang berlaku dalm masyarakat tertentu.

Hanya saja jumhur ulama dan kalangan syafi’iyah tidak disyaratkan qobul

langsung diucapkan oleh pihak penerima tawaran. Apabila ijab atau penawaran dilakukan melalui tulisan atau surat maka qobul harus dilakukan atau diucapkan ditempat surat atau tulisan itu diterima . syarat lainya adalah kesuaian antara ijab dan qobul dan tidak adanya indikasi pengingkaran antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

Akad dalam transaksi elektronik berbeda dengan akad secara langsung. Transaksi elektronik biasanya menggunakan akad secara tertulis, ( e-mail , short messaage servis / sms, black berry massager / bbm dan sejenisnya) atau meggunakan lisan via televon atau video seperti teleconference.

Umumnya, penawaran dan akad dalam transaksi elektronik dilakukan secara tertulis , dimana suatu barng dipajang dilaman internet dengan dilebeli harga tertentu . kemudian bagi konsumen atau pembeli yang menghendaki maka mentransfer uang sesuai dengan harga yang tertera dan ditambah ongkos kirim.

Suatu akad dilakukan dengan isyarat saja bisa absah, terlebih dengan menggunakan tulisan , gambar dan ilustrasi yang lebih jelas. Isyarat dalam akad pada dasarnya mempunyai kekuatan hukum sebagaimana penjelasan dengan lisan. Hal ini berdasrkan kaidah7 :

ن سل ب ن يبل ك سرخال ةد عملا ةر شاا

“isyarat (yang dapat dipahami) bagi orang yang bisu (hukumnya) sama

dengan penjelasan dengan lisan.”

Transaksi elektronik penjualan barang yang ditawarkan melalui internet merupakan transaksi tertulis8 . jual beli dapat menggunakan transaksi secara

lisan dan tulisan . keduanya memiliki kekuatan hukum yang sama. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyah:

7Ibid, hal...65

8 Arifin nur sodig, “ E-Commerce dan Jual Beli Online”, karya ilmiyah mahasiswa S1

(7)

7

طخل ك تكلا

“tulisan ( mempunyai kakuatan hukum ) sebagimana ucapan.”

Akad jual beli yang dilakukan secara tertulis sama hukumnya dengan akad yang dilakukan secara lisan. Berkaitan dengan kaidah ini al-dasuqi mengatakan:

نم ب تك مهدحا نم ل ق ا م نم ب تك ا نيبن جلا نم ل ب حصي

رجا

Kalangan malikiyah , hanbaliyah dan sebagian syafiiyah berpendapat bahwa tulisan sama hanya , hanya dengan lisan dalam hal sebagai indikasi kesuka relaan , baik saat para pihak yang melakukan akad hadir (ada) maupun tidak. Namun demikian, hal ini tidak berlaku untuk akad nikah.

Al-dimyati dalam kitab I’anah al-tholibin menjelaskan syarat transaksi atau akad ada delapan , di antaranya adalah lafadz akad dapat didengar atau inti akad dapat diterima masing-masing pihak.

Al-dimyati menyatakan :

ط خملا هعمسي ل نا ةد ع بر ي نم هعمسي ثحبي

عم هنم ل ب لا د ج ر صتي

دع

لذك لب ف جياا ظ ل هيلا حيرلا لمح ا ار ف لب ف عمسلا غ ب اذا مب هع مس

لبق ا

ت ا

-

حصي ل هبر ب نم هعمسي ل ف س نع ا ن يمريجبلا يف مك

Transaksi menggunakan tulisan merupakan transaksi kinayah yang keabsahanya sama dengan transaksi dengan lisan , selama maksud masing-masing pihak yang berakad tercapai. Al-syarwani menyatakan bahwa tulisan selama dapat menyampaikan pesan dan maksud pihak yang melkasanakan akad maka dapat diterima9:

ف لب ي ف رض حل ل ينلا عم ب د عنيف ي نك ءا ه ا عى م ع ا ب تكلا

هم ع دنع ار

هل بق س جم ء ض نا مهر يخ دتمي

9Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer ,( Yogyakarta : Kaukaba

(8)

8

transaksi bukan pada zat cair atau udara termasuk kinayah. maka jual beli

dengan tulisan yang jelas bila disertai dengan niat maka hukum sah.meskipun bertransaksi dengan orang hadir dalam majlis akad, maka ia harus menerima akad tersebut ketika mengetahuinya. Khiyar mereka berlaku sampai majlis

menerimaan (qobul ) tersebut berakhir.”

Senada dengan al-Syarwani, al- Romli juga menyatakan:

لا هحجر مك رض حل ل ينلا عم ب د عنيف ي نك ءا ه ا عى م ع ا ب تكلا

يكبس

هريغ

غ نم ع ب ل هل بق س جم ء ض نا مهر يخ دتمي هم ع دنع ار ف لب ي ف

ى

ل ا لب هبت ك مك حص ربجلا هغ ب نيح لب ف ى غ ه نا ل ييراد عبك

“tulisan bukan pada zat zair atauu udara termasuk kinyah. Maka jual beli dengan tulisan yang jelas bila disertai dengan niat maka hukumnnya sah. Meskipun bertransaksi denbgan orang yang hadir dalam majlis akad, (pendapat ini) sebagaimana didukung oleh pendapat imam subki. Maka calon pembeli harus segera menjawab ijab ketika mengetahuinya. Adapun khiyarnya berlaku sampai majlis qobul transaksi tersebut berakhir. Apabila seseorang menjual sebuah rumah kepada orang yang tidak jelas atau tidak ada dengan mengatakan ‘ aku

jual rumah ini kepada si fulan’ padahal saat itu fulan tidak ada, namun saat

penawaran tersebut sampai kepada si fulan, kemudian dia langsung menjawab , maka transaksi tersebut sah. Hal ini sama dengan bila penawaran dilakukan secara tertulis. Bahkan transaksi tersebut lebih kuat dari pada dengan tulisan.”

Selain penjelasan tentang kekuatan transaksi secara tertulis di atas, perlu ditekankan bahwa yang menjadi acuan hukum suatu perbuatan adalah maksud dan tujuanya, bukan zhohirnya. Transaksi elektronik sebagai suatu perbuatan hukum , maka yang menjadi acuan adalah niat dan tujuan masing-masing pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut. Dalam hal ini berlaku kaidah fiqhiyah10.

ن بملا ظ لا ل ا ن عملا دص م ل د علا ف ةربعلا

(9)

9

“Acuan dalam suatu akad adalah tujuan dan subtansinya, bukan bentuk dan

lafazdnya.”

Lafazd ini merupakan derivasi dan pengembangan kaidah umum lainya “ al umuru bimaqosidiha” . dua kaidah diatas menunujukan bahwa yang menjadi acuan suatu perbuatan adlah niat dan tujuanya. Dalam sebuah akad ,, maka lafazd dan mediatidak menjadi pertimbangan atau acuan hukum. Berkaitan dengan hal ini ibnu al-qoyyim al-jauziyah mengatakan11 :

لا هر ص ا ين عم ى ح د علا ف عرملا نا د شت هل صا ه لا دعا ق

ظ

“kaidah fiqh dan ushul fiqh mengakui bahwa yang menjadi acuan utama

adalam akad dalah tujuan dan hakikatnya, bukna bentuk dan lafazdnya.”

Al-Syatiri juga mengatakan :

اا ر صل ا ين عمل د علا ف ةر بعلا

ظ ل

“Acuan dalam akad adalah maknanya bukan bentuk dan lafazdnya.”

Menguatkna pendapat tersebut Ibnu Qoyyim juga mengatakan :

“tidak ada perbedaan antara lafazd dengan lafazd, acuan utama dalam sebuah akad adalah hakikat dan tujuanya, bukan hanya mengacu pada lafaznya.

Berkaitan dengan hal diatas, maka berlaku juga kaidah :

دص ملا ف ر تغي ا م لى س لا يف ر تغي

Maksud kaidah ini adlah hukum perantara terhadap suatu tindakan atau peristiwa hukum berbeda dengan hukum tujuanya12. Contohnya, apabila orang

hendak melakukan jual beli, maka yang menjadi perhatian hukumnya adalah tujuan dan maksud dari transaksi jual beli tersebut. Adapun perantara atau media untuk melaksanakan transaksi tersebut tersebut tidak dipermasalahkan.

11Ibid.,hal...68

12 C Ahmad , D Hermawan, E- Business dan E- Commerrce, (Yogyakarta : Andi

(10)

10

Bila mengacu pada tnjauan dan pendakatan fiqih, maka sah tidaknya suatu akad harus ditinjau dari sisi syarat dan rukunya. Berbagai rukun dan syaratnya sebagaimana dijelaskan pada subbab di atas dapat terpenuhi dalam sebuah transaksi elektronik via internet tablet atau media online lainya. Hanya saja ada permasalahan pada syarat akad atau transaksi harus satu majlis (ittihad al-majlis). Ulama fiqih kontemporer seperti mustofa al- zarqo dan wahbah al-zuhaili berpendapat bahwa suatu majlis tidak harus diartikan hadir dalam satu lokasi atau sebuah tempat , tetapi satu situasi dan kondisi , meskipun antara kedua belah pihak berjauhan , tetapi membicarakan objek yang sama. Terlebih dengan kecanggihan teknologi telekomunikasi saat ini, dimana seseornag yang berlainan tempat dan berjauhan bisa saling melihat gambar dan mendengar suara secara langsung dengan jelas seakan berhadapan langsung. Hal ini tentunya memenuhi kriteria satu majlis dalam syarat sebuah transaksi jual beli.

Zakariya al-Anshori mengatakan 13:

ف م ا اا ظ لا نم هي ع لدي م ربتع ف هل ق

ك هنع ةر بع ه مم ه نعم

سرخاا ةر ش ك هم م ى ق ا طخل

” suatu yang dapat menunjukan tujuan lafaz maka dapat menjadi media

dalam akad, seperti tulisan atau sejenisnya, seperti isyarat bagi orang yang bisu.”

An- Nawawi mengatakan 14:

تراا هب لصحي م ه جا تلا ء طعاا هي ط طرتشي ىذلا سل جمل ب دارملا

ط ب

د علا ن كم ا ل ب لا جياا نيب

“majelis yang disyaratkan dalam transaksi jual beli maksudnya adalah majlis tawajub ( saling menetapkan) yaitu majlis yang menghasilkan keterkaitan antara ijab dan qobul. Hal ini dilakukan dengan tidak mempertimbangkan tempat akad.”

As- Syatari menjelaskan bahwa akad atau transaksi dengan menggunakan teknologi elektronik , seperti telepon, faaks dan sejenisnya adalah

13Ibid.,hal...68

(11)

11

sah. Akad yang dilafazkan , tertulis, isyarat atau menggunakan media lainya yang sering sering digunakan dewasa ini adalah sah.

Hampir sama dengan pendapat ini , mengenai jual beli dengan transaksi elektronik al- zuhaili menjelaskan15 :

“ pertemuan qobul dan ijab, yaitu apabila keduanya diucapkan dalam satu majelis , bila kedua pihak yang bertransaksi sama sama hadir dalam satu majelis atau dalam suatu majelis yang diketahui bahwa pihak yang tidak hadir telah menyampaikan ijab. Pertemuan qobul dan ijab benar-benar terjadi apabila masing-masing pihak mengetahui keputusan pihak lain, yaitu dengan mendengarkan ijab dan memahaminya dan dengan mengetahui pihak tersebut tidak berpaling dri akad baik dari akad baik dari pihak yang manetapkan (al-mujib) , maupun dari pihak yang menerima (al-qobil) . maksud dari majelis akad adalah kondisi saat kedua belah pihak sedang melakukan bertransaksi. Dengan kata lainn, kesepakatan kata di tempat akad16.

Lebih lanjut al- zuhaili menjelaskan bahwa mengenai syarat adanya barang dan uang sebagai pengganti harga barang, maka dalam transaksi elektronik atau e-commerce tidak dilakukan secara langsung dalam dunia nyata. Dalam hal bentuk dan wujud barang yang menjadi objek transaksi, dalam e-commerce biasanya hanya berupa gambar ( foto atau video) yang menunjukan barang aslinya kemudian dijelaskan spesifikasi sifat dan jenisnya. Pembeli dapat dengan bebas memilih barang yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Barang akan dikirim setelah uang dibayar. Mengenai sistem pembayaran atau penyerahan uang pengganti barang, maka umumnya adalah dilakukan dengan cara transfer. Bila sistem yang berlaku seperti ini, maka pada dasarnya jual beli ini adalah jual beli salam. Pembeli memilih barang dengan spesifikasi tertentu, kemudian membayarnya, setelah itu barang akan diserahkan atau dikirim kepada pembeli. Hanya saja dalam transaksi salam , uang yang dibayarkan dimuka sebagai mana jual beli salam.

15 Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, Hal...37-38

16Menurut wahbah zuhaili yang dikutip oleh imam mutafa dalam , fikih

(12)

12

Apabila sistem salam yang dilakukan dalm e-commerce, maka rukun dan syaratnya juga harus sesuai dengan transaksi salam. Rukun salam yaitu17:

a. Muslim ( pembeli atau pemesan)

b. Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan) c. Muslam fih ( barang yang dipesan)

d. Ra’sul mal ( harga pesanan atau modal yang

dibayarkan)

e. Shighot ijab – qobul ( ucapan serah terima)

Adapun mengenai syarat salam , secara umum sama dengan syarat jual beli , yaitu : barang yang di pesan merupakan sepenuhnya milik penjual , bukan barang najis dan bisa diserahterimakan. Hanya saja dalam akad salam tidak ada syarat bagi pemesan untuk melihat barang yang dipesan, ia hanya sisyaratkan menentukan sifat-sifat dan jenis atau spesifikasi barang yang dipesan secara jelas18.

Sedangkan syarat secara rinci dapat dilihat dalam rukun-rukun salam :

a. Syarat para pihak yang bertransaksi: 1) Harus cakap hukum

2) Harus rela, tidak dalam keadaan dipaksa , terpaksa atau dalam tekanan.

b. Syarat ra’s al-mal uang atau dana yang dibayarkan : 1) Jelas harganya

2) Dana harus diserahkan pada saat akad tunai

c. Syarat barang yang dipesan :

1) Ditentukan dengan sifat-sifat tertentu , jenis, kualitas dan jumblah : 2) Satu jenis , tidak bercampur dengan jenis lainya

3) Barang yang sah diperjaul belikan.

17Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...72-75

18 Belly riawan , perlindungan konsumen dalam kegiatan transaksi jual beli

(13)

13

d. Syarat ijab qobul19 :

1) Harus dijelaskan secar spesifik dengan siapa berakat

2) Antara ijab dan qobul harus selaras, baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati

3) Tidak mengandung hal-hal yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang

4) Akad harus pasti , tidak boleh ada khiyar syarat.

Beberapa ulama nenentukan syarat transaksi yang dilakukan dengan perantara:

1) Kesinambungan antara ijab dan qobul . menurut jumhur , selain

syafi’iiyah qobul tidak harus langsung

2) Qobul dilakukan di tempat sampainya ijab 3) Kesesuaian antara ijab dan qobul

4) Tidak adannya pengingkaran dari salah satu pihak yang bertransaksi.

Model transaksi jarak jauh yang dilakukan dengan perantara menurut ulama kontemporer, seperti muhammad buhats al- muthi’i, mustafa al-zarqa, wahbah

az-zuhaili , syekh abdullah bin munni’ adalah secara hukum fiqih . alasan ulama

tersebut adalah20:

1) Ulama masa lalu telah membolehkan transaksi yang dilakukan dengan perantara, ijab sah saat pesan telah sampai kepada penerima pesan. 2) Maksud dari satu majlis dalam syarat transaksi adalah satu waktu

dimana kedua belah pihak melakukan transaksi , bukan berarti satu lokasi atau tempat , dan hal ini dapat berlangsung dengan menggunakan telepon atau internet dan media lainya.

Hukum transaksi via teknologi modern seperti telepon , i- pad , tablet, atau media internet lain telah dibahas pada muktamar VI fiqih islam yang dilaksanakan di jeddah sauidi arabia tanggal 14- 20 maret 1990. Melihat perkembangan teknologi modern yang berdamapak pada segala bidang , termasuk transaksi perdagangan demi kecepatan kegiatan bisnis dan

19 Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, Hal...39-40

(14)

14

ekonomi lainya, maka perlu diputuskan hukum tentang penggunaan media tersebut dalam persepektif fiqih islam. hal ini tentunya dengan tetap berpegang pada persyaratan-persyaratan transaksi yangg telah ditetapkan oleh fuqoha baik transaksi secra lisan , tulisan maupun via surat, persyaratan antara ijab dan qobul , tidak adanya maksud salah satu pihak untuk melakukan wanprestasi dan kesinambungan antara ijab dan qobul. Muktamamar tersebut memutuskan sebagai berikut21:

1. Apabila transaksi telah dilakukan oleh dua belah pihak yang tidak bertemu langsung secra fisik, tidak saling melihat dan mendengar satu sama lain, serta hanya menggunakn perantara surat , faksmili, atau internet, maka transaksi tersebut telah sah dan mengikat secra hukum dengan syarat kedua belah pihak saling memahami dan menerima maksud transaksi secara tepat. 2. Apabila transaksi dilakukan oleh dua belah pihak yang berjauhan

dengan perantara telepon atau media teknnologi modern lainya, maka transaksi kedua belah pihak tersebut berlaku sebagai mana transaksi yang dilakukan secara langsung.

3. Apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi terhadap transaksi dilakukan dengan alat teknologi modern tersebut dengan batasan waktu tertentu, maka dia tidak dapat menarik kembali yang telah dilakukan.

4. Transaksi via teknologi tersebut tidak berlaku pada akad nikah, karena dalam akad nikah diisyaratkan adanya saksi, tidak berlaku pada menukar, karena adanya syarat penyerahan, dan jual beli inden, karena diisyaratkan down painment.

5. Apabila terjadi pemalsuan , pengingkaran, atau kekeliruan, maka hukum yang berlaku sama dengan transaksi yang dilakukan secara langsung. Dalam hal ini , dalam transaksi ada sistem pengawasan sebagai upaya untuk menjamin terpenuhinya hak para pihak yng melakukan transaksi. Sistem pengawasan ini

21 Adi Sulistyo, jual beli e-comerce , teori dan implementasi, (jakarta timur

(15)

15

disebut dengan process control yang menjadi bagian dari proses transaksi elektronik.

Transaksi jual beli melalui media elektronik dianggap sebgai ittihad majlis , sehingga akad jual beli tersebut sah, karena masing-masing mutaaqidain saling mengetahui dan mengetahui objeknnya sehingga tidak terjadi ghoror( ketidak jelsan). Dengan demikian maka akan terealisasi ijab dan qobul yang didasari suka sama suka.

Ittihat majlis bisa bermakna ittihad al-zaman ( satu waktu), satu lokasi (ittihad zaman) dan satu posisi(ittihad haiah). Perbedaan tempat yang disatukan melalui media komunikasi modern , membuat tempat yang berjauhan bisa dianggap menyatu22.

Berbagaikan perbapat para ulama dan penjelasan yang telah dipaparkan diatas, maka cukup jelas, bahwa transaksi perdagangan atau jual beli yang dilakukan via media elektronik hukumnya sah. Kecanggihan media elektronik dapat membuat suasana dalam dunia maya menjadi seolah nyata. Namun demikian, transaksi tersebut dikategorikan sebgai transaksi kinayah yang keabsahannya dan kekuatan hukumnya sama dengan transaksi yang dilakukan secra langsung23.

22Imam mustafa , “transaksi elektronik ( e- commerce ) dalam persepektif fikih “,

jurnal hukum islam , ( pekalongan : STAIN Pekalongan, volume 10 , no.2, desember 2012 ), hal 159-160

23Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Hal...79-80

(16)

16

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

E- commerce sebagai bentuk transaksi jual beli, maka keabsahanya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat yang berlaku dalam jual beli. Apabila rukun dan syarat terpenuhi maka e-commerce sah sebagai sebuah transaksi yang mengikat , dan sebaliknya , apabila tidak terpenuhi maka tidak sah. Transaksi jual beli via media elektronik disamakan akadnya dengan jual beli akad salam.

Dan dari berbagai perbapat para ulama dan penjelasan yang telah dipaparkan diatas, maka cukup jelas, bahwa transaksi perdagangan atau jual beli yang dilakukan via media elektronik hukumnya sah. Kecanggihan media elektronik dapat membuat suasana dalam dunia maya menjadi seolah nyata. Namun demikian, transaksi tersebut dikategorikan sebgai transaksi kinayah yang keabsahannya dan kekuatan hukumnya sama dengan transaksi yang dilakukan secara langsung.

(17)

17

DAFTAR PUSTAKA

Aris Baidowi, “Etika Bisnis Persepektif Islam”,Jurnal Hukum Islam, Volume 9 , No. 2, Desember 2011

Djamil, Fathurrahman Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan Konsep), (Jakarta Timur: Sinar Grafika , 2013

Endeshaw , Assafa, hukum E- Commerce dan Internet, jakarta : pustaka pelajar , 2011

Fathurrahman Djamil, Hukum Ekonomi Islam ( Sejarah, Teori Dan Konsep), Jakarta Timur: Sinar Grafika , 2013

Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer , Yogyakarta : Kaukaba Dipantara, 2014

Imam Mustofa, Ijtihad Kontemporer Menuju Fiqih Kontekstual, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013

mustafa , Imam “transaksi elektronik ( e- commerce ) dalam persepektif

fikih “, jurnal hukum islam , pekalongan : STAIN Pekalongan, volume 10 , no.2,

desember 2012

nur sodig, Arifin “ E-Commerce dan Jual Beli Online”, karya ilmiyah

mahasiswa S1 sistem informasi , Yogyakarta : STMIK AMIKOM Yogyakarta , 2012

riawan , Belly perlindungan konsumen dalam kegiatan transaksi jual beli online di indonesia , kertha semaya , volume 03 , NO . 01, januari 2015

Sulistyo,Adi ,jual beli e-comerce , teori dan implementasi, jakarta timur ekuilibria,2014

Witono , ”Pembuatan Aplikasi Web Jual Beli Dan Lelang Online”, jurnal

Referensi

Dokumen terkait

 Peperiksaan Profesional III ke dalam Borang Professional Examination III Short Case Mark Sheet (PU/PS/BR10/PEP) dan Borang Professional Examination II/

Penulisan Skripsi yang berjudul “MODEL PENGELOLAAN ASET DALAM PENCAPAIAN KEMANDIRIAN OPERASIONAL DI PONDOK PESANTREN ANNUQAYAH DESA GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP”

Dilihat dari segi pelayanan jasa yang akan ditawarkan, pelanggan tidak akan merasa dirugikan sebab pegawai yang bekerja di beauty care and treatment ini merupakan lulusan terbaik

Bahkan akhir-akhir ini sering terjadi kasus perceraian yang di latar belakangi oleh faktor ekonomi keluarga yang tidak tercukupi, tidak dipenuhinya kewajiban suami

Pengembangan properti yang dilakukan Alam Sutera Group selalu mengutamakan inovasi untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, menghadirkan kenyamanan hidup bagi

Dosen juga harus pandai mengatur cara berinteraksi dengan baik.Tindakan nonverbal baik disengaja ataupun tidak dapat memberikan petunjuk mengenai bagaimana dosen itu

Seperti syarat-syarat sah dari jual beli yang menyebutkan bahwa dalam jual beli yang dilakukan tidak adanya unsur keterpaksaan dan kedua belah pihak saling

Berdasarkan proses transaksi jual beli secara elektronik yang telah diuraikan di atas yang telah menggambarkan bahwa ternyata jual beli tidak hanya dapat dilakukan secara