• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PROSES KEPERAWATAN ANAK. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KONSEP PROSES KEPERAWATAN ANAK. docx"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PROSES KEPERAWATAN ANAK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Kelompok III Disusun Oleh:

Resty Ashabul Kahfi Imas. M

Ajat Destiana Arif. F Dikdik. M Enjang. B

Nuni septiani Fitri. A

Asep setiawan Dedep supranawan Santi. A

Wiyadi

Prodi SI Keperawatan

STIKES YPIB Majalengka

Jl. Gerakan Koperasi No. 003 Telp. (0233) 284040

Tahun 2013/2014

(2)

Bismillahirrahmaanirrahim,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan pertolongan-Nya lah kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini mempunyai judul “Konsep Proses Keperawatan anak”, yang di susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak.

Menurut UU RI no. IV tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikahsedangakan menurut UU RI No. I tahun 1974 Bab IX pasal 42 disebutkan bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah.

Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga yang kelak akan melanjutkan nilai-nilai dari keluarga serta dianggap sebagai seseorang yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika orangtua sudah berada pada tahap lanjut usia.

Dengan kata lain anak adalah jaminan orangtua pada masa tuanya, maka dari itu sebagai jaminan hari tua maka anak-anak yang harus diberikan perawatan yang tepat ketika masa anaknya sehingga mereka bisa bertumbuh-kembang sebagaimana harusnya anak-anak tumbuh dan berkembang.

Maka dari itu kami mengajukan makalah ini namun, tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tugas ini. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini belum mencapai kesempurnaan karena masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan yang kami lakukan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari pihak Dosen maupun teman-teman lainnya demi kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas ini dapat dijadikan pedoman untuk penyusunan tugas dimasa yang akan datang.

Majalengka, 12 Mei 2014

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar Daftar Isi

Bab I pendahuluan

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...1

C. Tujuan dan Manfaat...1

Bab II Pembahasan A. Perkembangan keperawatan Anak...2

B. Filosofi Keperawatan Anak...3

C. Perawatan Berfokus Pada keluarga...3

D. Atraumatic Care...7

E. Manajemen Kasus...9

F. Prinsip-prinsip Keperawatan Anak...10

G. Ruang Lingkup Keperawatan Anak...11

H. Paradigma Keperawatan Anak...13

I. Peran Perawat Keperawatan Anak...16

Bab III Penutup A. Kesimpulan...19

B. Saran...19 Daftar Pustaka

(4)

A. Latar belakang

Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliiki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian juga keluarga, tidak lagi dipandang hanya sebagai pengunjung bagi anak yang sakit, melainkan sebagai mitra bagi perawat dalam menentukan kebutuhan anak dan pemenuhannya dalam bentuk pelayanan yang berpusat pada keluarga (famili centred care atau asuhanyang teurapeutik. Setiap perawat perlu memahami keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip dasar ini.

Prespektif keperawatan anak merupakan landasan nerpikir bagi seorang perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperwatan terhadap klien anak maupun keluarganya. Isi bahasan prespektif keperawatan anak mencakup perkembangan anak, falsafah keperawatan anak, dan peran perawat anak.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah perkembangan keperawatan anak 2. Bagaimanakah prinsip keperawatan anak.

3. Bagaimanakah ruang lingkup keperawatan anak 4. Bagaimanakah peran perawat anak.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Memahami perkembangan keperawatan anak 2. Mengetahui prinsip keperawatan anak

3. Mengetahui ruang lingkup keperawatan anak 4. Memahami peran perawat anak

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Keperawatan Anak

(5)

sangat sedikit, sementara epidemik terjadi di banyak tempat dan tidak terkontrol. Selain itu, buku-buku informasi tentang kesehatan anak sedikit. Pelayanan kesehatan yang dijalankan untuk anak hanya terbatas pada daerah perkotaan dan dalam bentuk pelayanan keliling dan perawatan tradisional. Statistik tentang status kesehatan anak tidak ada, padahal wabah penyakit pada anak banyak terjadi, seperti cacar, flu, difteri, dan terjadi epidemik secara perlahan, terutama karena penyakit TBC dan gangguan gizi.

Akhir abad ke-19 dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak (the dark age of paediatric) sammpai pada pertengahan tahun 1800 mulai ada studi kesehatan anak yang dilakukan seorang tokoh kesehatan anak, yaitu Abraham Jacobi yang melakukan penyelidikan tentang penyakit pada anak. Ia memperhatikan kesehatan anak khususnya pada tunawisma dan buruh. Upayanya didukung oleh seorang wanita yang bernama Lilian Wald, yang menggembangka pelayanan keperawatan yang juga berfokus pada kegoiatan sosial, program sosial, dan pendidika khusus untuk orang tua dalam hal perawatan anak sakit. Selanjutnya, tumbuh upaya kesehatan anak sekolah (UKS) dan berkembang kursus-kursus kesehatan sekolah.

Awal tahun 1900, perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya penyakit menular. Orang tua dilarang untuk megunjungi anak dan membawa barang-barang atau mainan dari rumah ke rumah sakit. Akan tetapi pada tahun 1940 ditemukan efek psikologis dari tindakan isolasi, yaitu anak menjadi stress selam berada dirumah sakit. Karena anak stress dan gelisah serta tidak tenang berada dirumah sakit tanpa ada orang tua disampingnya, orang tua pun semakin stress. Akhirnya, orientasi pelayanan keperawatan berubah menjadi rooming, yaitu orang tua boleh tinggal bersama anaknya selama 24 jam. Selain itu, mainan boleh dibawa ke rumah sakit, dan penting untuk perawat atau tenaga kesehatan mempersiapkan anak dan orang tuanya sebelum dirawat dirumah sakit.

Dengan demikian, pendidikan kesehtan untuk orang tua menjadi sangat penting untuk dilakukan oleh perawat. Kerjasama antara orangtua dan team kesehtan dirasakan besar manfaatnya dan orang tua didorong untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya dan orangtua tidak hanya sekedar pengunjung bagi anaknya. Beberapa bukti ilmiah menunjukkan pentingnya keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dirumah sakit. (Darbyshire, 1992 dan Carter & Dearmun, 1995).

(6)

anaknya dan merasa ada dukungan psikologis sehingga diharapkan dapat berkerjasama sebagai mitra team kesehatan.

B. Filosofi Keperawatan Anak

Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang di miliki perwat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada anak yang berfokus pada keluarga

(Family centered care),pencegahan terhadap trauma (atraumatic care),dan manajemen kasus.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa keperawatan anak teah mengalami beberapa perubahan yang sangat mendasar, terutama dalam cara memandang terhadap klien anak itu sendiri dan pendekatan dalam pelayanan keperawatan anak.

C. Perawatan Berfokus Pada Keluarga

Pada dasarnya, setiap asuhan pada anak yang dirawat dirumah sakit memerlukan keterlibatan orang tua (Platt, 1959 dan Farrell, 1992). Waktu kunjungan bagi orang tua terhadap anaknya harus terbuka selama 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan pendidikan kesehatan pada orang tua yang terprogram secara reguler. Anak membutuhkan orang tua selama proses hospital.

Terjadi perpisahan antaraorang tua dengan anaknya karena harus dirawat dirumah sakit dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak. Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat dirumah sakit, orang tua menjadi stress. Hal ini terjadi seperti satu lingkaran setan. (Supartini, 2000).

Untuk mencapai tujuan dari upaya pencegahan dan pengobatan pada anak yang dirawat dirumah sakit, sangat diperlukan kerjasama antara orang tua dan tim kesehatan dan asuhan pada anak baik sehat maupun sakit paling baik dilaksanakan olleh orang tua, dengan bantuan tenaga keesehatan yang mengemukakan bahwa prinsip pelayanan keperawatan pada anak harus berfokus pada anak dan keluarga, untuk memnuhi kebutuhan anak dan keluarga.

(7)

lingkungan dan lain-lain. Kesemuanya dapat mempengaruhi pada proses pelayanan keperawatan yang diberikan. Sebagai bagian dari keluarga salah satu aspek yang penting adalah keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan pelayanan keperawatan sehingga bersama-sama dalam memberikan perawatan.

Anak dan remaja membutuhkan pembelaan dari orang dewasa untuk mempertahankan, meninhgkatkan dan memperbaiki kesehatan, pembelaan tersebut merupakan salah satu dari hak anak yang harus dibela dan dilindungi dari berbagai perlindungan kesehatan dan kesejahteraan anak. Dalam penanganan pelayanan kesehatan anak harius didahulukan dalam penanganan, mengingat anak merupakan salah satu generasi penerus yang harus dilindungi dari kecacatan. Perlindungan atau pembelaan dari orang dewasa merupakan suatu kewajiban seseorang yang telah dewasa yang telah mampu mengatasi permasalahan yang ada. Anak sangat tergantung pada orang dewasa serta lingkungan yang ada di sekitarnya yang dapat memfasilitasi dalam segala pemenuhan kebutuhannya baik keluarga, orang yang berada di sekitarnya .

(8)

harus memberikan kesempatan belajar pada orangtua untuk merawat anak. Kkesabaran perawat orangtua merawat anak sesuai dengan kapasitasnya.

Etos asuhan yang berpusat pada keluarga pada dasarnya karena asuhan dan pemberi rasa aman dan nyaman orang tua terhadap anaknya merupakan asuhan keperawatan anak dirumah sakit sehingga asuhan keperawatan pada anak dirumah sakit harus berpusat dpada konsep anak sebagai bagian dari keluarga dan keluarga sebagai pemberi dukungan yang paling baik bagi anak selama proses hospitalisasi (Departement of Health, 1991).

Keluarga merupakan unsur penting dalam perwatan anak meningat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat di tentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak ( Wong, Perry & Hockenberry, 2002). Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan anak, harus mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung maupun pemberian pendidikan kesehatan pada anak. Selain itu, keperawatan anak harus memperhatian kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga karena tingkat sosial, budaya ,dan ekonomi dari keluarga dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya dalam kehidupan di masyarakat.

Perawat bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan hendaknya berfokus pada keluarga, dengan memperhatikan kemampuan dalam menentukan kekuatan dan kelemahan sebab kekuatan dan kelemahan,dari keluarga tersebut dapat dijadika acuan dalam pemberian playanan keperawatan.Kekuatan dan kelemahan keluarga tersebut dapat juga berupa fasilitas keluarga dalam merawat anak, tingkat pengetahuan,tingkat ekonomi, peran atau bentuk keluarga itu sendiri.

Kemudian kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaanya bentuk dukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang sangan baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil,tetapi apabila dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak.

(9)

Pentingnya keterlibatan keluarga dapat mempengaruhi proses ini dan dapat mempengaruhi kesembuhan anak, seringkali dapat di temukan dampak yang cukup bagi anak apabila anak ditinggal sendiri tanpa ada yang menemani seperti kecemasan bahkan menjadi stres. Apabila hal tersebut dibiarkan terus upaya penyembuhan sulit tercapai. Jika demikian halnya kerja sama atau keterlibatan orang tua dengan tenaga kesehatan yang ada dirumah sakit selama anak dalam perawatan sangatn diperlukan.Keterlibatan keluarga dan kemampuan keuarga dalam merawat merupakan dasar dari asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga. Perawat dengan menfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan pada anak yang sakit selama dirumah sakit. Harapan terbentuknya kerjasama yang utuh antara perawat dan fungsi orang tua dengan peran dan fungsi perawat dalam pemberian perawatan. Jangan sampai terjadi pemutusan dalam program perawatan. Demikian juga proses perpisahan antara orang tua dan anak masih fokus dalam perhatian perawatan,karena dapat juga berdampak besar dalam program perawatan anak , kerja sama tersebut dapat terjalin hingga program perawatan dirumah melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam perawatan anak seperti tindakan mengukur suhu ketika panas dan dalam pemberian kompres dingin / hangat.

Elemen Pokok Asuhan yang Berpusat Pada Keluarga :

1. Hubungan anak dan orangtua adalah unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan berespon terhadapp sakit dan perawatan dirumah sakit secara bebeda pula. Demikian pula orangtua mempunyai latarbelakang individu yang berbeda dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan dirumah sakit.

2. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi anaknya. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan merasa aman apabila berada disamping orangtuanya, terlebih lagi pada saat menghadapi situasi menakutkan seperti dilakukan prosedur invasif. Dengan demikian, tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada kerjasama yang baik antara perawat dan orang tua.

(10)

keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau mengobservasi gejala panas anak, melalui proses pendidikan kesehatan yang diberikan perawat. 4. Keberhasilan dan pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan untuk

mendukung kerjasama yang aktif dari orangtua. Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan famili centred tidak cukup hannya dari perawat, tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang ada.

D. Atraumatic care

Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak menimbulkan

adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawat tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam keperawatan anak. Perhatian khusus pada anak .

Beberapa khasus yang sering dijumpai di masyarakat seperti peristiwa yang dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah,nyeri,dan lain-lain. Apabila hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan dampak psikologis pada anak dan tentunya akan mengganggu perkembangan anak. Dengan demikian atraumatic care sebagai bentuk perawatan trapeutik dapat diberikan pada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan,seperti memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atu aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma. Untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain:

1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan,ketakutan, kekurangan kasih sayang gangguan ini akan menghambat proses penyembuan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

(11)

sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal. Serta pendidikan dalam hal kemampuan dan keterampilan orang tua dalam mengawasi perawatan anak.

3. Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri (dampak psikologis).

Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknis misalnya distraksi, relaksasi,imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

(12)

4. Tidak melakukan kekerasan pada anak

Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada anak dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak. 5. Modifikasi lingkungan fisik

Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembangan nyaman di lingkungan.

E. Manajemen Kasus

Pengelola khasus secara komperhensif adalah bagian utama dalam pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari berbagai kasus baik yang akut maupun kronis.Pendekatan psikologis yang dilakukan dengan mempersiapkan secara fisik, memberikan kesempatan orang tua dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak dan orang tua dan prinsif dalam upaya pencegahan ,peningkatan kesehatan merupakan tanggung jawab perawat.

Kemampuan perawat dalam mengelola kasus secara baik tentu berdampak dalam proses penyembuhan pada anak, meningkatkan anak memiliki kebutuhan yang spesifik dan berbeda satu sama lain. Keterlibatan orang tua dalam pengelolaaan kasus juga dibutuhkan, karena proses perawatan dirumah adalah bagian tanggung jawabnya dalam meneruskan program perawatan dirumah sakit . Pendidikan dan keterampilan mengelola kasus pada anak selama dirumah sakit, akan mampu memberikan keterlibatan secara penuh bagi keluarga(orang tua) (Wong,D.L,1995).

F. Prinsip – Prinsip Keperawatan Anak

(13)

keperawatan anak tersebut adalah pertama, anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandak anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proese kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran,bukan hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematanganya.

Kedua, anak sebagai individu yang unik yang mempuyai kebutuhan sesuai dengan tahap

perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki kebutuhan yang berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seprti kebutuhan nutrisi dan caitan, aktivitas, eliminasi, istirahat,tidur dan lain-lain. Selain kebutuhan fisiologis tersebut ,anak juga sebagai individu yang membutuhkan kebutuhan psikologis,sosial,spiritual. Hal tersebut dapat terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat bersamaan perlu memandang tingkat kebutuhan yang khusus yang di alami oleh anak.

Ketiga, pelayanan keperawatan berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan

peningkatan derajat kesehatan ,bukan hanya mengobati anak yang sakit. Upaya pencegahan penyakitbdan peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa.

Kempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada

kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komperhensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak. Untuk mensejahterakan anak, keperawatan selalu mementingkan anak. Anak dikatakan sejahtera berarti anak tidak merasakan gangguan psikologis ,seperti rasa cemas, takut dan lainya. Mereka selalu menikmati masa-masa kecil dengan penuh kesenangan dan kasih sayang. Kemudian dalam upaya mensejahterakan anak tersebut, tidak lepas dari peran keluarga,sehingga dalam memperbaiki mutu keperawatan selalu melibatkan keluarga.

Kelima, praktek keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk

(14)

Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan pada anak adalah selalu memperhatikan lingkungan yang ada, baik anak sebagai individu maupun anak sebagai bagian dari masyarakat.

Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada

ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang aka mempelajari aspek kehidupan anak.

G. Ruang Lingkup Praktik Keperawatan Anak

Lingkup praktik merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat pendidikan yang memiliki, lingkup yang dilakukan selama batas keprofesiannya. Sedangkan praktik keperawatan ini sendiri merupakan tindakan mandiri perawatan professional dengan melalui kerja sama secara kolaboratif dengan klien dan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan. lingkup praktik keperawatan anak merupakan batasan asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien anak dari usia 28 hari sampai 18 tahun atau usia bayi baru lahir sampai 12 tahun (Gartinah, dkk 1999). Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan untuk tumbuh kembang anak seperti asuh, asih, dan asuh (Sularyo, 1993).

 Kebutuhan asuh

Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan akan gizi atau nutrisi, kebutuhan pemberian tindakan keperawatan dalam meningkatkan dan mencegah terhadap penyakit, kebutuhan perawatan dan pengobatan apabila sakit, kebutuhan akan tempat atau perlindungan yang layak, kebutuhan hygiene perseorangandan santitasi lingkungan yang sehat, kebutuhan akan pakaian, kebutuhan kesehatan jasmanidan akan rekreasi, dan lain-lain. Kesemuanya merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi pada anak dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak.

(15)

Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau memperbaiki psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan banyak ditentukan perkembangan psikologis yang termasuk di dalamnya adanya perasaan kasih sayang atau hubungan anak dengan orang tua atau orang di sekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan mengingatkan ikatan kasih sayang yang erat (bonding) dan terciptanya basic trust

(rasa percaya yang kuat).  Kebutuhan asuh

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh anak, untuk mencapai perkembangan dan pertumbuhan secara optimal dan sesuai dengan usia tumbuh kembang. Pemenuhan kebutuhan asuh (stimulasi mental) akan memperbaiki perkembangan anak sejak dini sehingga perkembangan psikososial, kecerdasan, kemandirian, dan kreativitas pada anak akan sesuai dengan harapan atau usia perkembangan dan pertumbuhan.

Dalam memberikan layanan keperawatan anak selalu diutamakan, mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses kematangan yang berada dengan pelayanan keperawatan pada orang dewasa . Pemberian prioritas ini oleh karena beberapa perbedaan antara anak dan dewasa, di antaranya :

Pertama , struktur fisik antara anak dan dewasa berbeda mulai dari ukurang besarnya

hingga aspek kematangan fisik, perbedaan tersebut dilihat dari ukuran bahwa anak lebih kecil disbanding dengan orang dewasa yang cenderung lebih besar , demikian juga ketahanan fisik anak lebih rentan ketahanannya, relatif rendah disbanding kan dengan orang dewasa yang mempunyai ketahanan fisik yang baik.

Kedua , proses fisiologis anak dengan oranh orang dewasa mempunyai perbedaan dalam

fungsi tubuh . Orang dewasa cenderung fungsi tubuh sudah mencapai kematangan, sedangkan anak masaih dalam proses menuju kematangan , sehingga dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu memperhatikan usia tumbuh kembang.

Ketiga , kemampuan berfikir anak dengan orang dewasa juga berbeda, dimana orang

(16)

Keempat , tanggapan terhadap pengalaman masa lalu pada orang dewasa dan anak mempunyai perbedaan , padac anak cenderung kepada dmpak psikologis , apabila pengalaman pada masa lalu yang dialami kurang mendukung , yang berdampak pada tumbuh kembang anak , sedangkan orang dewasa cenderung sudah mempunyai mekanisme koping yang baik dan matang.

H. Paradigma Keperawatan Anak

Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Tanpa ini batasan dan lingkup keperawatan tidak mudah dipahami secara jelas.Penggunaan paradigma keperawatan anak tetap mengacu pada konsep paradigma keperawatan secara umum yang merupakan cara pandang dalam suatu ilmi, landasan berpikir tersebut terdiri dari empat komponen ,diantaranya manusia dalam hal ini adalah anak, keperawatan, sehat-sakit, dan lingkungan yang daoat digambarkan sebagai berikut.

Komponen paradigma keperawatan anak 1. Anak

Dalam keperawatan anak ,yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah anak,anak diartikan sebagai seserorang yang berusia kurang dari 18th dalam masa tumbung kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik , sosiologis, sosial,

M a n

u s i a

( A n a

k )

L i n

g k

u n

g a

n

K e p

e r a

w a t

a n

S e h

(17)

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai dari bayi (0-1 th) usia bermain / olddler (1-2,5thn), pra sekolah (2,5-5thn), usia sekolah(5- 11thn),hingga remaja (11-18thn). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan ,pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,kognitif , konsep diri, pola koping dan perilaku sosial.

Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetap mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Ada kalanya anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan ada juga perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga di pengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan pertumbuhan usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hampir sama dengan konsep diri yang dimiliki anak. Bhawa pola koping pada anak juga sudah terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis. Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti bagai mana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya , dan lain sebagainya.

Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi prilaku sosial pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak, dengan menunjukan keceriaan (tidak menangis). Hal tersebut sudah mulai menunjukan terbentuknya oerilaku sosial yang seiring perkembangan usian. Perubahan perilaku sosial juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak.

2. Lingkungan

(18)

memiliki kasus penyakin bawaan maka dikemudian hari akan mengalami perubahan status kesehatan cenderung mudah sakit. Kemudian contoh factor lingkungan eksternal yang berperan dalam status kesehatan anak adalah gizi anak, peran orang tua , saudara , teman sebaya atau masyarakat yang berada dalam lingkungan tersebut juga memiliki potensi untuk mempengaruhi status kesehatan anak seperti apabila lingkungan anak tidak ada dukungan untuk berkembang selalu tertekan , diberikan tanpa control yang jelas , tidak aman dan tanpa adanya kasih sayang , maka status kesehatan anak tidak dapat mencapai tingkat kesejahteraan, dan bahkan anak cenderung mudah terjadi sakit. 3. Keperawatan

Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keparawatan yang diberikan pada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan melibatkan keluarga seperti adanya dukungan, pendidikan kesehatan, dan upaya dalam rujukan ke tenaga kesehatan dalam program perawatan anak.

Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan secara langsung pada keluarga mengingat keluarga merupakan system terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara efektif, dan dalam keperawatan anak keluarga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan keperawatan, disamping keluarga sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perlindungan anakdan mempunyai peran untuk memenuhi kebutuhan anak , keluarga juga mempunyai peran seperti peran dalam mempertahankan kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan memsejahteraan anak untuk mencapai masa depan yang lebih baik, melalui interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak (Wong, 1995).

4. Sehat-Sakit

(19)

dukungan pada keluarga. Jadi batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik , mental dan social serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO, 1974) yang memiliki ciri sebagai berikut : Memiliki kemampuan merefleksikan perhatian induvidu sebagai manusia, memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan baik secara internal maupun eksternal dan memiliki hidup yang kreatif dan produktif.

I. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak ,perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat anak di antaranya :

 Pemberi perawatan

Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keparawatan anak, sebagai perawat anak , pemberi pelayanan keperawatan dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dasar anak seperti kebutuhan asah, asih, dan asuh.

 Sebagai advocate keluarga

Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak , pearawat juga mampu menjadi advocat keluarga sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan haknya sebagai klien.

 Pendidikan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak , perawat harus mampu menjadi peran pendidik, sebab beberapa pesan dan cara mengubah perilaku pada anak atau keluarga harus selalu dilakukan dengan pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami gangguan yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat.

(20)

Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan sehingga setiap dalam melakukan asuhan keperawatan yang harus selalu mengutamakan tindakan pencegahan terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak dari penyakit atau masalah yang diderita.

 Konseling

Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan memberikan waktu untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh anak maupun keluarga. Berbagai masalah tersebut dihararapkan mampu diatasai dengan cepat dan harapan pula tidak terjadi kesenjangan antara perawat, keluarga maupun anak itu sendiri. Konseling ini dapat memberikankemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

 Kolaborasai

Merupakan tindakan kerja sama dalam menentukan tindakan yang akan dilaksanakan perawat dengan tim kesehatan lain. Pelayanan keperawatan tidak akan dapat dilaksanakan secara mandiri oleh tim perawat tetapi harus melibatkan tim kesehatan lain seperti dokter, ahli gizi, psikolog, dan lain-lain, mengingat anak merupakan induvidu yang kompleks yang membutuhkan perhatian dalam perkembangan.

 Pengambilan keputusan etik

Dalam mengambil keputusan , perawat mempunyai peran yang sangat penting, sebab perawat selalu berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam selalu di samping anak, maka peran sebagai pengambilan keputusan etik dapat dilakukan oleh perawat, seperti akan melakukan pelayanan keperawatan.

 Peneliti

(21)

J. Konsep Keperawatan Anak

Contoh konsep keperawatan anak pada kasus BBLR 1. Pengkajian

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan Data subyektif terdiri dari

Biodata atau identitas pasien :

Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin

Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (TalbottLaura A, 1997 : 6).

Riwayat kesehatan

Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR

yaitu:

Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.

Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.

Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).

Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :

Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.

Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

Riwayat post natal

Yang perlu dikaji antara lain :

Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm  2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

(22)

Pola nutrisi

Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.

Kebutuhan parenteral

Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5% Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10% Kebutuhan nutrisi enteral

BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

Kebutuhan minum pada neonatus : Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari

Pola eliminasi

Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah

Latar belakang sosial budaya

Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropika

Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.

Hubungan psikologis

(23)

2. Data Obyektif

Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)

Keadaan umum

Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

Tanda-tanda Vital

Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).

Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).

1. Kulit

Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.

2. Kepala

Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.

3. Mata

Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.

4. Hidung

(24)

5. Mulut

Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak. 6. Telinga

Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan 7. Leher

Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek 8. Thorax

Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.

9. Abdomen

Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.

10. Umbilikus

Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat.

11. Genitalia

Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.

12. Anus

Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses. 13. Ekstremitas

Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.

14. Refleks

Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang

(Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

3. Data Penunjang

Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat memberikan obat yang tepat pula.

Pemeriksaan yang diperlukan adalah :

(25)

Analisa Data

Produksi surfactan yang belum optimal

Gangguan pertukaran gas

2.Akral dingin, cyanosis pada ekstremmitas, keadaan riwayat persalinan dengan ketuban mekoncal

- Metabolisme meningkat - Intake yang kurang.

Perawatan intensif Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi.

(26)

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi sehubungan dengan reflek menghisap lemah. 3. Resiko terjadinya hipoglikemia b/d meningkatnya metabolisme tubuh neonatus

4. Resiko terjadinya hipotermia b/d lapisan lemak kulit yang tipis

5. Resiko terjadinya infeksi b/d tali pusat yang belum kering, imunitasyang belum sempurna, ketuban meconial

6. Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayi sehubungan dengan rawat terpisah.

dengan alas yang data, kepala lurus, dan leher sedikit

tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm

1. Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.

2. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.

2. Jalan nafas harus tetap

dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.

3. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam

3. Deteksi dini adanya kelainan. 3. Kolaborasi dengan team medis

(27)

pemancar panas (infant warmer pada suhu lingkungan sehingga handuk / kain yang kering dan hangat.

Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.

3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam.3. Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat hipotermia 4. Kolaborasi dengan team medis

untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.

1. Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera mendapat tindakan / perawatan yang tepat.

2. Monitor turgor dan mukosa mulut.

2. Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.

3. Monitor intake dan out put.3. Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance)

4. Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.

4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.

5. Lakukan control berat badan setiap hari.

5. Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monito

5. Lakukan control berat badan setiap hari.

5. Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monito

4. 1. Lakukan teknik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan keperawatan

1. Pada bayi baru lahir daya tahan tubuhnya kurang / rendah. 2. Cuci tangan sebelum dan

sesudah melakukan tindakan.

2. Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.

3. Pakai baju khusus/ short waktu masuk ruang isolasi (kamar bayi)

3. Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi

(28)

pusat dengan triple dye 2 kali sehari.

memper-cepat pengeringan tali pusat karena mengan-dung anti biotik, anti jamur, desinfektan. 5. Jaga kebersihan (badan,

pakaian) dan lingkungan bayi.

5. Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman. 6. Observasi tanda-tanda infeksi

dan gejala kardinal

6. Deteksi dini adanya kelainan 7. Hindarkan bayi kontak

dengan sakit.

7. Mencegah terjadinya penularan infeksi.

8. Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.

8. Mencegah infeksi dari pneumonia

9. Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai advis dokter yaitu pemeriksaan DL, CRP.

9. Sebagai pemeriksaan penunjang

5. 1. Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi.

1. Mencega pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk

pemantauan intake dan out put. 2. beri selimut dan bungkus bayi

serta perhatikan suhu lingkungan

2. Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi.

3. Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi)

3. Deteksi dini adanya kelainan. 4. Kolaborasi dengan team medis

untuk pemeriksaan laborat yaitu distrostik.

4. Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia lebih lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang lain.

6. 1. Jelaskan para ibu / keluarga tentang keadaan bayinya sekarang.

1. Ibu mengerti keadaan bayinya dan mengura-ngi kecemasan serta 3. Orientasi ibu pada lingkungan

rumah sakit.

(29)

4. Tunjukkan bayi pada saat ibu berkunjung (batasi oleh kaca pembatas).

4. Menjalin kontak batin antara ibu dan bayi walaupun hanya melalui kaca pembatas.

5. Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu dan bayi jika keadaan bayi memungkinkan.

5. Rawat gabung merupakan upaya mempererat hubungan ibu dan bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.

d. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Santosa NI, 1995).

e. Tahap Evaluasi

(30)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar, yaitu munculnya orientasi pelayanan dari perawatan isolasi menjadi rooming in, dengan diterimanya familiy centred care atauu asuhan yang berpusat pada keluarga sebagai satu pendekatan dalam merawat anak.

Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh dan berkembang. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, melainkan individu yang sedang berada dalam proses tumbuh-kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik. Sepanjang rentang sehat-sakit, anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung ssehingga tumbuh-kembangnya dapat terus berjalan. Orang tua diyakini sebagai orang yang paling tepat dan paling baik dalam memberikan perawatan anak, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, sedangkan perawat memberikan bantuan apabila keluarga tidak mampu melakukannya.

Peran penting seorang perawat profesional dalam menjalankan asuhan keperrawatan adalah sebagai pembela, pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan etik, perencana kesehatan, dan peneliti.

B. Saran

(31)

Daftar Pustaka

http://dianhusadasriwahyunib.blogspot.com/p/asuhan-keperawatan-pada-anak.html Gartinah T, dkk. 1999. Keperawatan dan Praktik Keperawatan. Jakarta: PPNI

Sularyo Ts (1993), Pertumbuhan Linier (stature) anak dalam upaya pemantauan dengan minat pada keperawatan pendek disampaikan dalam Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan.

Jakarta:FKUI

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan :Kerjasama antar tim kesehatan dan pasien/keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien sehingga masalah keperawatan pada pasien mengenai

Kesimpulan: Kerjasama antar tim kesehatan dan pasien atau keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien sehingga masalah kebersihan jalan

Kesimpulan : Kerjasama antar tim kesehatan dengan klien atau keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan, komunikasi terapeutik dapat

Kesimpulan : Kerjasama antar tim kesehatan, pasien dan keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, komunikasi

Kesimpulan: Kerjasama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga klien sangat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi terapeutik

Kesimpulan : kerjasama antar tim kesehatan dan pasien atau keluarga sngat diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien sehingga masalah keperawatan pasien

Kesimpulan: kerjasama antar tim kesehatan dan pasien atau keluarga sangat penting atau diperlukan untuk keberhasilan dalam asuhan keperawatan pada pasien,

Kesimpulan: Kerjasama antara tim kesehatan, pasien dan keluarga sangat diperlukan untuk keberhasilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien, dari 3