KARYA TULIS ILMIAH
-SOSIOLOGI-Hubungan Jaringan Kepranataan Sosial dengan Penguatan
Ketahanan Sosial Masyarakat
OLEH :
1.
Khairil Arifin
Nosis : 871
2.
Nike Wahyuni
Nosis : 876
GURU PEMBIMBING : RITA SUSANTI, M.Pd NIP. 197311171998022001
SMA NEGERI AGAM CENDEKIA
BEKERJA SAMA DENGAN YAYASAN BINA INSAN
CENDEKIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karuniaNya kami dapat menyelesaiakan karya ilmiah yang berjudul “Hubungan Jaringan Kepranataan Sosial dengan Penguatan Ketahanan Sosial Masyarakat”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan karya ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada temanteman kelas XII IPS yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Tentunya ada halhal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil karya ilmiah ini. Karena itu kami berharap semoga karya ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Maninjau, 31 Maret 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... 2
DAFTAR ISI... 3
BAB I : PENDAHULUAN...4
1.1 Latar Belakang... 4
1.2 Rumusan Masalah...5
1.3 Tujuan Penelitian... 5
1.4 Manfaat Penelitian...5
BAB II : KAJIAN PUSTAKA... 6
2.1 Landasan Teori...6
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN... 10
3.1 Metode Penelitian... 10
3.2 Jenis Penelitian... 10
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 10
3.4 Teknik Pengumpulan Data... 10
BAB IV : HASIL PENELITIAN... 11
4.1 Hasil Penelitian...11
BAB V : PENUTUP... 14
5.1 Kesimpulan... 14
5.2 Saran... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indikasi melemahnya ketahanan sosial masyarakat di Indonesia nampak dengan meningkatnya kasus-kasus permasalahan sosial di masyarakat. Meningkatnya angka kasus konflik sosial, korban tindak kekerasan bahkan busung lapar anggota masyarakat yang tidak terdeteksi dini oleh masyarakat sekitarnya. Kepedulian dan solidaritas terhadap anggota masyarakat yang rentan makin memudar. (Muttaqin, 2005 : 2)
Ketahanan sosial masyarakat menjadi isu strategis nasional yang membutukan pengkajian secara ilmiah setelah merebaknya konflik sosial dan munculnya disintegrasi bangsa. (Astuti, Mulia : 2004, 1)
Ketahanan sosial masyarakat merupakan kondisi yang perlu dibangun dalam msyarakat Indonesia, sehingga mesyarakat mampu menghadapi resiko-resiko berbagai perubahan sosial yang dihadapinya. (Muttaqin : 2005, 3)
Ketahanan sosial erat kaitannya dengan ketersediaan modal sosial (social capital), sehingga konsepmodal sosial diprediksi mampu menjelaskan dinamika ketahanan sosial suatu komunitas. Jaringan sosial yang strategis mengandung resources, baik berupa informasi, pengaruh, pengakuan, maupun identitas. Jaringan sosial tersebut dapat berbentuk jaringan keluarga, komunitas dan lintas komunitas. Seluruh jaringan sosial dapat berhubungan (konstruktif maupun destruktif) dengan organisasi-organisasi (civil society) politik dan ekonomi yang ada diluar teritorinya. (Santoso, Umi Ratih : 2005, 5)
Secara sederhana, ketahanan sosial suatu komunitas sering dikaitkan dengan kemampuan dalam mengatasi resiko akibat perubahan sosial, ekonomi, politik yang mengelilinginya. (Bekte : 2007).
Pada saat ini diasumsikan bahwa komponen pranata sosial yaitu kelembagaan sosial lokal dan tokph masyarakat semakin menghadapi masalah kekurang percayanan masyarakat terhadap kiprahnya dilain pihak nilai-nilai lokal yang mengatur tata kehidupan juga mengalami perubahan dan kurang mengikut lagi terhadap sistem ketahanan sosial masyarakat. (Muttaqin : 2005, 2)
1.2 Rumusan Masalah`
Bagaimanakah keterkaitan hubungan jaringan kepranataan sosial dengan penguatan ketahanan Sosial masyarakat?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui keterkaitan hubungan jaringan kepranataan sosial dengan penguatan ketahanan sosial masyarakat.
1.4 Manfaat Penelitian
Bagi Penulis
Menambah wawasan mengenai cara pembuatan karya tulis ilmiah. Bagi pembaca
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pranata Sosial
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pranata sosial diartikan sebagai sistem tingkah laku yang bersifat resmi serta adat istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya, guna memenuhi berbagai komplek kebutuhan manusia dalam masyarakatnya.
Pranata sosial adalah sistem nilai dan norma yang terwadahi dalam suatu lembaga yang berfungsi memberikan acuan, pedoman dan sarana integrasi sosial dalam kehidupan masyarakat. (Muttaqin : 2004, 3)
2.1.2 Besaran Pokok Jaringan Pranata Sosial
Secara garis besar jaringan pranata sosial yang ditemukan dilapangan dapat dikategorikan menjadi tiga besaran pokok, yaitu:
1) Jaringan pranata sosial dengan pola yang sederhana, tidak terstruktur dengan baik, insidensial, tidak permanen serta kurang mendapat sentuhan dari pihak-pihak luar terutama pihak pemerintah.
2) Jaringan pranata sosial yang mencerminkan pola yang sudah sistematis, terstruktur tetapi kurang mendapat dukungan dari masyarakat (tokoh) karena terlalu dalamnya intervensi pemerintah.
3) Jaringan pranata sosial yang terbbangun atas inisiatif dan prakarsa masyarakat walaupun terkadang kurang sistematis dan kurang terstruktur namun memiliki makna yang signifikan terhadap penanganan masalah kesejahteraan sosial di lingkungannya. (Nugroho, Bambang : 2005, 39)
lembaga (institusi). Namun keduanya dapat dipahami sebagai bentuk materiel yang utuh dan kompleks (materiel entities). (George Ritzer, 23, 1986)
Pranata sosial sebagai media kontraktual sosial dalam kerangka pemahaman ini juga salah satunya dapat diarahkan kepada keberfungsiannya pada penanganan untuk mengatasi permasalahan sosial (kesejahteraan sosial) dalam kehidupan masyarakat. Keberfungsian pranata sosial juga diarahkan kepada berbagai upaya dalam usaha kesejahteraan sosial. (Syawie, M : 2005, 41)
Usaha kesejahteraan sosial mengacu kepada program, pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara konkrit (nyata) berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah sosial yang dohadapi oleh anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok ataupun komunitas. Usaha kesejahteraan sosial merupakan upaya yang konkrit baik yang bersifat langsung (direct services) maupun tidak langsung (indirect services), sehingga pa yang dilakukan dapat dirasakan sebagi upaya yang benar-benar untuk menangani masalah ataupun kebutuhan yang dihadapi warga masyarakat. (Isbandi R, 1994).
2.1.2 Ketahanan Sosial
Ketahanan Sosial Masyarakat
Ketahanan sosial masyarakat merupakan kemampuan bertahan di tingkat komunitas lokal terhadap berbagai perubahan sosial, ekonomi, budaya dan politik yang terjadi. Ketahanan sosial juga menggambarkan kemampuan internal dalam menggalang indikator maupun mengatur berbagai sumber daya. Jadi ketahan sosial merupakan produk interaksi dinamis antara faktor internal dan eksternal, dengan demikian maka ketahanan sosial suatu masyarakat tidak hanya menunjukkan kemampuan mengatasi berbagai perubahan yang terjadi tetapi juga menggambarkan kemampuan suatu masyarakat untuk dapat segara kembali kepada keadaan semula. (Astuti, Mulia : 2004, 3)
Indikator ketahanan sosial masyarakat :
a. Perlindungan sosial terhadap kelompok rentan, miskin dan penyandang masalah sosial.
1) Kesesuaian jenis pelayanan sosial dasar, dengan parameter dalam suatu masyarakat tersedia jenis-jenis pelayanan sosial dasar (pendidikan, kesehatan, sarana ekonomi, sarana agama, pelayan kesejahteraan sosial) yang sesuai dengan kebutuhan dasar kelompok rentan, miskin dan penyandang masalah sosial.
2) Kemampuan jangkauan pelayanan sosial dasar, dengan parameter pelayan sosial dasar dapat diakses dengan mudah, dekat dengan lingkungan sosial warga dan cukup tersedia sesuai dengan kebutuhan kelompok rentan, miskin dan penyandang masalah sosial.
3) Keberlangsungan pelayanan sosial dasar, dengan parameter kapasitas/kemampuan pelayan sosial dasar meningkat dan terus menerus tersedia seiring dengan peningkatan kebutuhan dasar kelompok rentan, miskin dan penyandangan masalah sosial. Kesesuaian, kecukupan dan keberlangsungan pelayanan sosial dasar bagi kelompok rentan, miskin dan penyandang masalah sosial lainnya menunjukkan adanya mekanisme perlindungan sosial dalam masyarakat dan merefleksikan ketahana sosial masyarakat.
b. Partisipasi masyarakat dalam organisasi sosial
Kriteria yang daoat diidentifikasi yaitu keikutsertaan warga masyarakat dalam organiasi sosial lokal dan berbasis institusi trasisi, dengan parameter terpelihara peran dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Semakin aktif warga masyarakat dalam organisasi sosial lokal, maka semakin meningkat relasi sosial antar warga, mendorong kerukunan sosial dan terpenuhi kebutuhannya dalam situasi sulit. Hal ini merefleksikan ketahanan sosial masyarakat.
c. Pengendalian terhadap konflik sosial
dapat dicegah meluasnya masalah atau dampak negatif yang dapat ditimbulkan. Hal ini merefleksikan tingkat ketahanan sosial masyarakat.
d. Kearifan dalam memelihara sumber daya alam dan sosial
Sumber daya alam yang tersedia di sekitar manusia merupakan satu kesatuan dengan kehidupan manusia. Terpeliharanya kearifan lokal dalam memelihara sumber daya alam dan sosial merefleksikan ketahanan sosial masyarakat. (Puspasari, Anna : 2005, 5 – 6)
Menurut Hari Hikmat (2003), ketahanan sosial masyarakat mutlak strategis diperlukan karena beberapa alasan :
1. Ketahanan sosial merupakan salah satu indikator dari pembangunan yang berkelanjutan.
2. Ketahan sosial merupakan salah satu dampak yang diharapkan dari program perlindungan sosial yang dikelola oleh pemerintah (formal publik schemes) dan masyarakat
( traditional or informal private pr community based schemes).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu metode mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti dokumen, buku, catatan, majalah, kisah-kisah sejarah dsb. (Mardalis : 1999)
3.2
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur dengan mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atu permasalahan yang ditemukan. Referensi teori yang diperoleh dengan jalan studi literatur dijadian sebagai fondasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian ditengan lapangan.
3.3
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di SMAN Agam Cendekia, sedangkan waktu penelitian dilaksanakan tanggal 29 Februari 2017 sampai tanggal 31 Maret 2017.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini diantaranya yaitu :
Studi Kepustakaan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
1. Identifikasi Jaringan a. Konstruksi Jaringan
Terkait dengan konstruksi jaringan Ronarld Burt (1982) dalam teori jaringannya mencoba mndeskripsikan jaringan dari perspektif aktor sebagai berikut :
1) Jaringan yang bersifat “atomistis” yaitu jaringan yang dibentuk atau terbangun karena semata-mata adanya kehendak aktor, dengan suatu pengertian aktor memiliki kemampuan yang otonom didalam menentukan mekanisme jaringan.
2) Jaringan yang bersifat “normatif” adalah jarinagn yang terbentuk karena adanya saling ketergantungan antar aktor, dengan perkataan lain terbangunnya jaringan karena terjadinya sosialisasi diri antar aktor.
3) Jaringan yang bersifat “strukturalis” yaitu jarinagn yang terbentuk oleh adanya struktur sosial yang mempersatukan para aktor dalam kesamaan sosial dalam kepentingan bersama.
Memperhatikan uraian diatas, jaringan kepranataan yang ditemui dilapangan juga mencerminkan pada tiga karakteristik yang diadopsi dari pemikiran Ronarld Burt dalam teori jaringannya. Bahkan ketiga karakteristik tersebut diatas saling bersinergi didalam terbangunnya jaringan.
Bagi masyarakat yang memiliki struktur yang homogen baik dari segi etnis, budaya atau religi, nilai-nilai kesamaan yang mendorong mereka untuk melakukan kerjasama atau jaringan.
Secara umum jaringan sangat efektif jika jaringan dapat dikembangkan pada pola yang kondusif bagi upaya untuk meningkatkan kebersamaan, persatuan dan penanganan masalah yang dihadapi warga. Oleh karena itu, peran pemerintah dipandang masih diperlukan, paling tidak dalam memberikan motivasi dan fasilitas bagi terbnagunnya jaringan yang lebih menguntungkan baik pada keberadaan lembaga itu sendiri maupun masyarakat secara umum.
Jaringan sangat berkepentingan dengan upaya pembesaran modal sosial. Pada sati sisi, dengan kesadaran dan keterbatasan yang dimiliki oleh masing pranata sosial, kultur jaringan mendorong upaya untuk menyatukan keterbatasan-keterbatasan kedalam suatu ikatan kohesifitas yang kuat untuk terciptanya solidaritas internal yang tangguh. Dengan ikatan tersebut, keterbatasan-keterbatasan dimaksud berubah menjadi sebuah kekuatan berupa jaringan.
Efektifitas jaringan memang tidak hanya tergantung dari peran pemerintah semata, tetapi yang paling penting adalah kesadaran kolektif masyarakat terhadap pemahaman dan sikap yang mendukung terhadap pentingnya jaringan tersebut didalam membantu memperkuat peran-peran kepranataan secara kolektif terkoordinasi dalam keidupan sosial masyarakat.
c. Elemen dan Pola Jaringan
Terbangun dan efektif sebuah jaringan ditentukan oleh banyak hal yang saling terkait diantaranya adalah elemen jaringan. Pertama, kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya jaringan pranata sosial dalam kehidupan sosial masyarakat. Kedua, peran aktor atau tokoh (masyarakat, adat ataupun agama) sebagai representasi pranata sosial yang terdapat dalam suatu komunitas. Ketiga, kesamaan pandangan masyarakat atau tokoh terhadap permasalahan kehidupan masyarakat termasuk pada permasalahaan kesejahteraan sosial dalam lingkup kehidupannya.
2. Keterkaitan dengan Ketahanan Sosial
Penguatan jaringan adalahsuatu proses upaya yang sistematis menjadikan ketahanan sosial suatu komunitas menjadi lebih baik, dinamis, berdaya dan kuat dalam menghadapi berbagai pemenuhan kebutuhan sosial, tantangan dan hambatan yang mempengaruhi eksistensi atau keberadaan kehidupan masyarakat. Antara jaringan, modal sosial dan penguatan ketahanan sosial memiliki keterkaitan yang saling terkait. Apalagi jika dikaitkan secara langsung dengan ketahanan sosial masyarakat yang sejak awal mendefinisikan ketahanan sosial masyarakat sebagai kemampuan dari komunitas dalam mengatasi berbagai resiko perubahan sosial, ekonomi, politik yang mengelilinginya. Suatu komunitas/masyarakat dipandang memiliki ketahanan sosial bila : (a) mampu melindungi secara efektifanggotanya termasuk individu dan keluarga rentan dari gelombang perubahan yang mempengaruhinya. (b) mampu melakukan investasi sosial dalam jaringan sosial yang meguntungkan, dan (c) mampu menembangkan mekanisme yang efektif dalam mengelola konflik dan kekerasan.
Keberadaan jaringan pada masing-masing daerah memiliki suatu kekhasan masing-masing tetapi pada dasarnya masyarakat memandang penting terbangunnya jaringan baik sebagai sarana untuk mempersatukan kemampuan dalam mendapatkan kekuatan ataupun jaringan sebagai sarana untuk menjembatani berbagai perbedaan yang terdapat pada masing-masing pranata atau lembaga sosial yang ada. (Muttaqi : 2005, 47)
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ketahanan sosial masyarakat dipahami secara dinamis dan kreatif berdasarkan kearifan lokal. Perspektif kearifan lokal dalam memahami ketahanan sosial dilakukan untuk mengukur “satuan terintegrasi” (entity entagrated) dilingkungan akar rumput yang didalamnya terdapat sejumlah unsur atomistik yang saling berperan sebagai struktur mediasi kontrak sosial. Unsur tersebut antara lain terangkum dalam suatu keperangkatan dan kepranataan sosial. (Santoso, Umi Ratih : 2003, 175)
Pranata sosial yang berfugsi secara baik dalam komunitas menjadi sarana yang produktif untuk membantu mengatasi permasalahan sosial, sehingga masyarakat dapat terbebas dari lilitan permasalahan dan kemungkinan daya tahan sosial menguat. (Puspasari, Ana : 2005, 41)
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin (eds). 2004. Masyarakat Tanpa Konflik. Jakarta: Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat.
Astuti, Mulia. 2004. Dimensi Indikator Ketahanan Sosial Masyarakat. Jakarta: Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat.
Santoso, Umi Ratih. 2005. Menuju Masyarakat Berketahanan Sosial. Jakarta: Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat.
Muttaqin (eds). 2005. Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat. Jakarta: Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat.