• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH TENTANG UPAYA MENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH TENTANG UPAYA MENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

TENTANG

UPAYA MENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa Indonesia Hukum

dari Dra. Lies Widyawati, M. Pd.

Disusun oleh:

MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN

NPM. 151000126

UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG

FAKULTAS HUKUM

Jalan Lengkong Besar No. 68, No. Telepon (022) 4262194, Bandung,

Jawa Barat 40261

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah yang dikaruniakanNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul Upaya Menegakan Hukum di Indonesia. Sesuai dengan namanya, sebuah karya tulis ilmiah memang tidak dimaksudkan sebagai buku materi atau buku panduan, melainkan didalamnya terdapat pembahasan dan rincian-rincian mengenai hasil dari beberapa sumber yang telah penulis dapatkan.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mendapatkan berbagai kesulitan, baik dalam penyusunan, pengumpulan data dan dalam hal yang lainnya. Akan tetapi, berkat pertolonganNyalah akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Adapun penyusunan karya tulis ilmiah ini berdasarkan pada rincian-rincian data yang telah penulis dapatkan dari berbagai sumber.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dra. Lies Widyawati, M. Pd., sebagai dosen matakuliah Bahasa Indonesia Hukum yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

2. Orangtua penulis yang telah memberikan dukungan, dorongan, bantuan, serta memberikan doa restunya sehingga terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.

3. Saudara-saudara dan rekan-rekan penulis, yang senantiasa memberikan support semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis memahami dan menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari sempurna. Namun, penulis telah berusaha menyusun karya tulis ilmiah dengan usaha terbaik yang penulis miliki. Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada segenap yang telah mendukung terselesaikannya karya tulis ilmiah ini. Mudah-mudahan karya tulis ilmiah ini sesuai dengan yang diharapkan. Amiin Ya Allah Ya Rabbal Alamiin Ya Mujibas Sailin.

Bandung, 20 Desember 2015

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2 C. Tujuan Penulisan ... 2 D. Manfaat Penulisan ... 2 E. Metodologi Penulisan ... 3 F. Sistematika Penulisan ... 3 BAB II PEMBAHASAN ... 4 A. Definisi Hukum ... 4

B. Dasar Teori Menegakan Hukum Di Indonesia ... 5

C. Etika Menegakan Hukum Di Indonesia ... 6

D. Menegakan Hukum Di Indonesia ... 7

E. Upaya Menegakan Hukum Di Indonesia ... 8

BAB III PENUTUP ... 14

A. Kesimpulan ... 14

B. Saran ... 14

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara hukum, demikian ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945. Negara hukum mengandung konsekuensi tidak hanya penyelenggaraan negara yang harus memiliki dasar dan sesuai dengan aturan hukum, melainkan juga berarti tindakan warga negara tidak boleh melanggar aturan hukum yang berlaku.

Terhadap pelanggaran hukum, akan diberikan tindakan hukum yang berujung pada penjatuhan sanksi. Dalam kerangka negara hukum, penegakan hukum merupakan elemen penting karena menentukan suatu negara hukum akan menjadi slogan semata atau mewujud dalam keseluruhan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tanpa adanya penegakan, hukum akan kehilangan maknanya sebagai pedoman perilaku dan kehilangan sifat paksaan sebagai karakter utama. Di sisi lain, dalam proses penegakan hukum juga terdapat potensi menimbulkan permasalahan dan pertentangan, bahkan terhadap tujuan hukum itu sendiri.

Masalah yang sekarang terjadi adalah anggapan masyarakat terhadap hukum yang berlaku di Indonesia, dan pihak pejabat penegak hukum dalam hal ini adalah pihak kepolisian sebagai aparat yang berwenang dalam melakukan penyelidikan, pihak kejaksaan. dan pihak kehakiman sebagai pengambil keputusan. Masalah ini akan memberikan pengaruh yang buruk terhadap hukum di mata masyarakat, karena pihak kepolisian dianggap terlalu arogan dalam melakukan penyidikan terhadap para tersangka.

Opini yang timbul di masyarakat membentuk suatu pandangan terhadap para pejabat yang berwenang menangani kasus-kasus tersebut akan mendapatkan asumsi yang buruk di mata masyarakat, para pejabat yang berwenang tersebut mampu mengatasi permasalahan yang timbul dengan mengatasnamakan hukum, dan bertindak seadil-adilnya terhadap para tersangka tanpa menutup-nutupi dengan membela kepentingan jabatan kepentingan instansi dan kepentingan-kepentingan lain yang berlindung di balik hukum.

Salah satu fungsi hukum adalah pemecahan masalah atau konflik disamping fungsi lain yaitu sebagai alat. Dalam pemecahan suatu masalah atau konflik hendaknya para pejabat yang berwenang hendaknya bersikap adil dan berlandaskan asas praduga tak bersalah dan tidak menempatkan hukum hanya sebagai alat untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

(5)

2

Permasalahan hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, baik dari sistem peradilannya, perangkat hukumnya, tidak konsistennya penegakan hukum, intervensi kekuasaan, maupun perlindungan hukum. Diantara banyaknya permasalahan tersebut, satu hal yang sering dilihat dan dirasakan oleh masyarakat awam adalah adanya ketidak pastian penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.

Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan penegakan hukum diperlukan beberapa upaya untuk mencapai kepastian hukum bagi setiap orang dengan adil dan tidak diskriminasi. Berdasarkan uraian di atas penulis menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul “Upaya Menegakan Hukum di Indonesia.”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada karya tulis ini, yaitu: 1. Apa definisi hukum?

2. Apa saja dasar teori menegakan hukum di Indonesia? 3. Apa saja etika menegakan hukum di Indonesia? 4. Apa tujuan menegakan hukum di Indonesia? 5. Bagaimana cara menegakan hukum di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

Adapun rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini, yaitu: 1. Mengetahui definisi hukum.

2. Mengetahui dasar teori menegakan hukum di Indonesia. 3. Mengetahui etika menegakan hukum di Indonesia. 4. Mengetahui tujuan menegakan hukum di Indonesia. 5. Mengetahui cara menegakan hukum di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini, yaitu:

1. Menyebarluaskan informasi tentang upayakan menegakan hukum di Indonesia kepada pembaca.

2. Mempermudah pembaca untuk mengatahui informasi tentang upayakan menegakan hukum di Indonesia kepada pembaca.

(6)

3

E. Metodologi Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan beberapa metodologi yang bertujuan untuk memudahkan penelitian yang sedang dikaji diantaranya, yaitu:

1. Seraching ialah memperoleh sumber materi dengan cara mencari dari internet melalui

google.

2. Diskusi kelompok yaitu memperoleh data dengan cara mendiskusikan materi yang telah ada hasil pencarian dari google.

3. Studi literatur yaitu mempelajari dan mengambil data dari buku-buku yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan dijadikan dasar dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

F. Sistematika Penulisan

Sebagai gambaran mengenai isi dari penulisan karya tulis ilmiah ini, secara singkat dapat diuraikan pembahasan sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.

2. BAB II Pembahasan

Bab ini membahas mengenai definisi hukum, dasar teori menegakan hukum di Indonesia, etika menegakan hukum di Indonesia, tujuan menegakan hukum di Indonesia, dan cara menegakan hukum di Indonesia.

3. BAB III Penutup

Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh dari keseluruhan pembahasan pada bab-bab sebelumnya.

(7)

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Hukum

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan. Dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. Seorang filsuf yang bernama Aristetoles menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela."

Secara umum, rumusan definisi hukum seiyanya mengandung beberapa unsur sebagai berikut:

a. Hukum mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam masyarakat. Peraturan berisikan perintah dan larangan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur perilaku manusia agar tidak bersinggungan dan merugikan kepentingan umum.

b. Peraturan hukum ditetapkan oleh lembaga atau badan yang berwenang untuk itu. Peraturan hukum tidak dibuat oleh setiap orang melainkan oleh lembaga atau badan yang memang memiliki kewenangan untuk menetapkan suatu aturan yang bersifat mengikat bagi masyarakat luas.

c. Menegakan aturan hukum bersifat memaksa. Peraturan hukum dibuat bukan untuk dilanggar namun untuk dipatuhi. Untuk menegakkannya diatur pula mengenai aparat yang berwenang untuk mengawasi dan menegakkannya sekalipun dengan tindakan yang represif. Meski demikian, terdapat pula norma hukum yang bersifat fakultatif/melengkapi.

d. Hukum memliki sanksi dan setiap pelanggaran atau perbuatan melawan hukum akan dikenakan sanksi yang tegas. Sanksi juga diatur dalam peraturan hukum.

(8)

5

Berdasarkan uraian secara umum tentang definisi hukum, Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S. H., M. H dalam memberikan sebuah defini terhadap hukum, yaitu:

“Hukum adalah keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat, juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan kaidah tersebut dalam masyarakat.” (Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S. H., M. H; 2014: 8)

B. Dasar Teori Menegakan Hukum Indonesia

Tata pemerintahan, khususnya reformasi di bidang menegakan hukum dan peradilan, tetap merupakan salah satu tantangan terbesar pembangunan jangka menengah bagi konsolidasi demokrasi dan supremasi hukum di Indonesia. Selama era reformasi yang dimulai sejak tahun 1998 berbagai upaya reformasi peradilan telah dilakukan, akan tetapi perubahan secara sistematis dan mendasar dari lembaga-lembaga penegak hukum tetap berjalan lambat dimana kepolisian dan lembaga peradilan dipandang sebagai lembaga terkorup di Indonesia. Tidak seperti bidang pemerintahan lainnya yang telah terdesentralisasi kewenangannya, kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman masih tersentralisasi di pusat dan bersifat hierarkis.

Dalam upaya untuk menciptakan sistem peradilan yang lebih independen dan dapat dipertanggungjawabkan serta mendukung supremasi hukum, pemerintah membentuk sebuah lembaga baru bernama Mahkamah Konstitusi dan jajaran lembaga pengawas independen untuk reformasi peradilan, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Yudisial, Komisi Kejaksaan, dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).

Dukungan Komisi Eropa dalam sektor menegakan hukum dan peradilan dirancang untuk menanggapi prioritas-prioritas pemerintah memberantas korupsi, meningkatkan penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan memberantas kejahatan transnasional.

(9)

6

C. Etika Menegakan Hukum Indonesia

Etika secara sederhana dapat diartikan sebagai seperangkat nilai yang menentukan baik atau buruk suatu tindakan yang akan dipilih untuk dilakukan. Ukuran baik buruk dapat bersumber pada nilai universal atau ditentukan oleh keadaan khusus suatu peristiwa. Etika lebih terkait dengan persoalan sikap dan tata cara bertindak, bukan dengan substansi dari tindakan itu sendiri.

Ada kalanya dari sisi substansi suatu tindakan adalah benar, tetapi pilihan cara dari tindakan itu tidak baik. Etika menegakan hukum sangat penting untuk dikembangkan dan dijalankan karena beberapa alasan. Pertama, hukum adalah norma yang bersumber pada tata nilai yang dipandang adil dan benar yang menjadi salah satu ciri puncak peradaban manusia.

Oleh sebab itu, menegakan hukum juga harus dilakukan dengan cara yang benar sesuai dengan standar etika bangsa beradab. Hukum yang ditegakkan dengan cara biadab dengan sendirinya akan menurunkan derajat substansi hukum menjadi sekadar nafsu untuk menghukum atau menuntut balas. Kedua, etika semakin diperlukan mengingat semakin berkembangnya kelembagaan aparat penegak hukum.

Yang dimaksud dengan penegak hukum saat ini bukan hanya hakim, jaksa, dan polisi, tetapi telah berkembang sedemikian rupa sesuai dengan perkembangan jenis pelanggaran hukum yang semakin kompleks dan membutuhkan keahlian spesifik untuk menanganinya dan tidak dapat dibebankan hanya kepada polisi dan jaksa.

Selain itu, mengingat aparat hukum diberi kuasa memaksa oleh negara, diperlukan mekanisme untuk mengawasi agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Upaya untuk menciptakan aparat penegak hukum yang baik dilakukan dengan membentuk aparat penegak hukum lain yang memiliki kewenangan koordinasi dan supervisi, bahkan penindakan jika ada aparat penegak hukum yang melakukan pelanggaran hukum.

Salah satu potensi negatif dari perkembangan aparat penegak hukum itu adalah kemungkinan tumpang tindih kewenangan dan perlawanan dengan menggunakan kuasa hukum yang dimiliki. Hal inilah yang terjadi misalnya dalam hubungan antara KPK dan Polri. Tentu saja hal ini tidak berarti menegakan hukum harus dikembalikan kepada satu lembaga saja karena tidak sesuai dengan kompleksitas persoalan yang dihadapi dan justru akan memperbesar kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan.

Etika menegakan hukum menjadi penting untuk mencegah terjadinya gesekan antaraparat penegak hukum. Apabila proses menegakan hukum, terutama terkait dengan aparat penegak hukum yang lain, dilakukan dengan cara-cara yang menjunjung etika, tentu pertentangan antaraparat penegak hukum tidak perlu terjadi.

(10)

7

Menegakan hukum yang etis tentu tidak boleh dimaknai sebagai pembiaran jika ada aparat penegak hukum yang melanggar hukum. Etika lebih pada cara menangani pelanggaran hukum. Hal ini dapat dimulai sejak ada indikasi awal pelanggaran hukum yang sebaiknya segera berkoordinasi antarpimpinan sehingga pelanggaran tidak berlanjut.

Etika juga terkait dengan momentum tindakan menegakan hukum yang harus tepat sehingga tidak menimbulkan persepsi perlawanan atau pembalasan serta tidak mencederai martabat kelembagaan. Demikian pula jika memang harus ada tindakan terhadap aparat penegak hukum, tentu harus dilakukan dengan cara-cara beradab dan sudah pada tempatnya tetap memerhatikan status sebagai aparat penegak hukum.

D. Tujuan Menegakan Hukum Indonesia

Pernyataan Taverne adalah suatu pernyataan ekstrem. Setidaknya ada dua hal penting dari penyataan tersebut. Pertama, aparat penegak hukum yang diwakili hakim, jaksa, dan polisi memiliki peran penting dalam menegakan hukum untuk memberantas kejahatan, bahkan walau tanpa undang-undang. Tentu saja dalam kondisi saat ini tidak mungkin menegakkan hukum tanpa ada dasar aturan hukum tertulis.

Kedua, pernyataan ”tanpa undang-undang secarik pun” menunjukkan bahwa hukum tidak harus selalu dimaknai sebagai undang-undang. Tidak adanya undang-undang tidak berarti tidak ada hukum. Konsekuensinya, menegakan undang-undang tidak selalu sama dengan menegakan hukum.

Oleh sebab itu, menegakan hukum tidak boleh dimaknai sekadar sebagai pelaksanaan ketentuan dalam undang-undang. Menegakan hukum harus diabdikan untuk mencapai tujuan hukum itu sendiri, yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Ketiga tujuan hukum tersebut bermuara pada terwujudnya tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ketertiban hanya akan tercapai jika ada keadilan, kepastian, dan keputusan hukum yang bermanfaat. Dalam pelaksanaannya mungkin saja terdapat kondisi atau peristiwa di mana pelaksanaan aturan ternyata menimbulkan ketidakadilan bahkan mengganggu ketertiban sosial. Tentu saja tujuan hukum harus lebih dikedepankan jika hal itu terjadi. Untuk itulah aparat penegak hukum dibekali dengan kewenangan diskresi dan tentu saja harus memperhatikan etika menegakan hukum.

(11)

8

E. Upaya Menegakan Hukum Indonesia

Negara Republik Indonesia adalah negara yang berlandaskan hukum. Pengertian negara hukum merupakan terjemahan langsung dari istilah rechtstaat menurut Tradisi Eropa Continental dan istilah rule of law menurut tradisi Anglo Saxon.

Unsur-unsur yang harus ada pada negara hukum dalam pengertian rechtstaat adalah: a. pengakuan hak-hak asasi manusia (groundrechten);

b. pemisahan kekuasaan (scheiding van machten);

c. pemerintahan berdasarkan atas undang-undang (wetmatigheid van het bestuur); d. peradilan administrasi (administrative rechtspraak).

Kemudian unsur-unsur negara hukum dalam pengertian rule of law adalah: a. supermasi hukum (supermacy of law);

b. persamaa di depan hukum (equality before of law);

c. konstitusi berdasarkan hak-hak asasi manusia (contitution based on human rights). Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum dalam arti yang luas. Upaya-upaya penegakan hukum harus mampu mengarahkan dan menampung kebutuhan-kebutuhan hukum sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat yang berkembang kearah modernisasi menurut tingkat kemajuan pembangunan disegala bidang sehingga tercapai ketertiban dan kepastian hukum sebagai prasarana yang harus ditujukan ke arah peningkatan pembinaan kesatuan bangsa, sekaligus berfungsi sebagai sarana penunjang modernisasi dan pembangunan yang menyeluruh.

Dengan demikian, upaya penegakan hukum di Indonesia dilakukan dengan jalan: a. Peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum nasional, antara lain dengan

mengadakan pembaharuan, kodifikasi, serta unifikasi hukum di bidang-bidang tertentu dengan jalan memperhatikan kesadaran hukum masyarakat.

b. Menertibkan dengan fungsi lembaga-lembaga hukum menurut proporsinya masing-masing.

c. Peningkatan kemampuan dan kewibawaan penegak hukum.

Hal-hal yang dinyatakan di atas diidendifikasi sebagai pembangunan dengan cara struktural maupun spiritual. Secara struktural terutama ditujukan pada peningkatan dan penyempurnaan pembinaan hukum, serta tertibnya fungsi-fungsi lembaga-lembaga hukum menurut proporsinya, secara spiritual terutama ditujukan pada peningkatan kemampuan serta kewibawaan penegak hukum.

(12)

9

Dalam kerangka upaya-upaya penegakan hukum Indonesia paling sedikit perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Hukum tidak merupakan aturan-aturan yang bersifat ad hoc, akan tetapi merupakan aturan-aturan umum dan tetap.

b. Hukum tadi harus diketahui dan jelas bagi para warga masyarakat yang kepentingan-kepentingannya diatur oleh hukum tersebut.

c. Dihindarinya penerapan peraturan-peraturan yang bersifat retroaktif (berlaku surut). d. Hukum tersebut harus dimengerti oleh umum.

e. Tidak ada peraturan-peraturan yang saling bertentangan, baik mengenai bidang kehidupan tertentu maupun untuk berbagai bidang kehidupan.

f. Pembentukan hukum harus memperhatikan kemampuan warga masyarakat untuk mematuhi hukum tersebut.

g. Perlu dihindari terlalu banyak dan seringnya perubahan hukum yang dapat menyebabkan warga masyarakat kehilangan ukuran dan pedoman bagi kegiatan-kegiatanya.

h. Adanya korelasi antara hukum dengan pelaksanaan dan penerapan hukum tersebut. i. Hukum mempunyai landasan yuridis, filosofis, maupun sosiologis.

j. Perlu diusahakan agar hukum tersebut diberi bentuk tertulis.

Tertibnya fungsi lembaga-lembaga hukum menurut proporsinya, sangat bergantung pada pebentukan lembaga baru sambil menghapuskan lembaga yang lama dan pemberian fungsi yang baru pada lembaga-lembaga tersebut, dan hal-hal tersebut sangat ditentukan oleh paling sedikit syarat-syarat sebagi berikut:

a. Lembaga-lembaga pembentuk, pelaksana dan penegak hukum adalah lembaga-lembaga kenegaraan karena negaralah yang mempunyai monopoli kekuasaan.

b. Adanya hierarki peradilan yang tegas sifatnya, rasional dan didukung oleh tata cara yang tegas pula.

c. Dengan berkembangnya spesialisasi dalam masyarakat, harus ada penghubung antara bagian-bagian yang ada sebagai akibat adanya pengotakan yang merupakan bagian dan suatu sistem.

Peningkatan kemampuan serta kewibawaan penegak hukum, bahwa mereka terdiri dari orang-orang yang terlatih yang merasa dirinya terikat pada hukum yang diterapkannya serta membuktikannya dalam pola-pola perikelakuannya sehingga akan dapat dijadikan teladan bagi faktor kepatuhan terhadap hukum.

(13)

10

Penyuluhan dan pendidikan hukum kepada warga masyarakat banyak menyangkut faktor pelembagaan dan pengendapan hukum di dalam masyarakat. Artinya, dalam hal ini usaha-usaha terutama diarahkan pada efektivikasi hukum dan evaluasi terhadap efektivitas dari hukum tersebut.

Kerangka tersebut merupakan suatu penjabaran di dalam melaksanakan penegakan hukum. Kerangka tersebut bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri karena berkaitan dengan bidang-bidang kehidupan lainnya di dalam masyarakat. Bahkan, ada bidang-bidang kehidupan tertentu yang mempunyai pengaruh yang menentukan kerangka minimal tersebut. Dalam melaksanakan kerangka tersebut akan dijumpai kelompok-kelompok tertentu di dalam masyarakat yang dapat mencakup beberapa golongan, yang secara bekerjasama membimbing masyarakat. Salah satu di antaranya adalah kalangan hukum (law society), yang diharapkan akan dapat menjalankan peranan yang menentukan di dalam penegakan hukum Indonesia.

Ada berbagai macam cara untuk mengatasi masalah menegakan hukum di Indonesia, yaitu:

1. Didalam rangka penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan agar lebih memperhatikan rasa keadilan pada masyarakat dan kepentingan nasional sehingga mendorong adanya kesadaran hukum masyarakat untuk mematuhinya.

2. Penegak hukum seharusnya berjalan tidak semata melihat fakta, tapi menimbang serta melihat latar belakang peristiwa, alasan terjadinya kejadian, unsur kemanusiaan dan juga menimbang rasa keadilan dalam memberikan keputusan. Hakim diwajibkan mencari dan menemukan kebenaran materil yang menyangkut nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilan pidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencari dan menemukan kebenaran materil untuk mewujudkan keadilan materiil. Dengan ini diharapkan tidak ada keputusan yang kontroversial dan memberikan keputusan yang seadil-adilnya sehigga yang terjadi pada nenek minah tidak terjadi lagi.

3. Hukum seharusnya tidak ditegakkan dalam bentuknya yang paling kaku, arogan, hitam putih. Tapi harus berdasarkan rasa keadilan yang tinggi, tidak hanya mengikuti hukum dalam konteks perundang-undangan hitam putih semata. Karena hukum yang ditegakkan yang hanya berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya akan menghasilkan putusan-putusan yang kontoversial dan tidak memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.

(14)

11

4. Hakim sebagai pemberi putusan seharusnya tidak menjadi corong undang-undang yang hanya mengikuti peraturan perundang-undangan semata tanpa memperdulikan rasa keadilan. Tapi hakim seharusnya mengikuti perundang-undangan dengan mementingkan rasa keadilan yang seadil-adilnya. Sehingga keputusannya dapat memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.

5. Komisi Yudisial sebagai komisi yang dibentuk untuk mengawasi perilaku haki seharusnya memberi peringatan dan sanksi yang tegas kepada hakim yang memberikan putusan yang kontroversial dan tidak memenuhi rasa keadilan, juga yang melanggar kode etik. Hal ini dikarenakan tahun ini saja ada 968 putusan yang dilaporkan pada Komisi Yudisial dan sekitar 69 persen dilaporkan masyarakt karena diduga tidak memberikan rasa keadilan.

6. Meningkatkan pembinaan integritas, kemampuan atau ketrampilan dan ketertiban serta kesadaran hukum dari pelaksana penegak hukum tentang tugas dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan tugasnya penegak hukum benar-benar melaksanakan asas persamaan hak di dalam hukum bagi setiap anggota masyarakat.

7. Mencukupi kebutuhan personal, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan menegakan hukum. Meningkatkan kesejahteraan penegak hukum. Sehingga tidak ada hakim yang terlibat kasus korupsi.

8. Memberikan pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun informal secara berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya menegakan hukum diIndonesiasehingga masyarakat sadar hukum dan menaati peraturan yang berlaku. 9. Menyediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum.

Melaksanakan asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan di semua tingkat peradilan. 10. Pemberian sanksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak menjalankan

(15)

12

11. Harus ada reformasi institusional didalam tubuh lembaga penegak hukum. Bukan hanya reformasi didalam tubuh Polri dan KejaksaanRItapi juga pada lembaga penegak hukum lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Lembaga Perlindungan Saksi dan korban (LPS). Hal ini dikarenakan carut-marutnya hukum yang ada di Indonesiajuga disebabkan karena adanya oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab didalam tubuh lembaga penegak hukum. Kejaksaan sudah mencanangkan adanya pembaruan didalam tubuh Kejaksaan yakni terkait tentang perekrutan jaksa, kode perilaku, standar minimum profesi, dan pengawasan sanksi disiplin. Selain itu saat Kejaksaan juga merencanakan pemangkasan tiga ribu jabatan jaksa, pengektifan peran pengawasan dan pembinaan, bidang intelejen ditugasi mencegah perbuatan tercela jaksa, pemberian reward and punishment. Kepolisian juga telah merencakan meminta setiap jajaran merancang target dalam waktu tertentu, mengadakan kontrak kerja dan pakta integritas, mengevaluasi secara rutin kinerja jajaran, transparansi sistem rekrutmen anggota polisi dan proses pelayanan administarasi.

12. Adanya penghargaan bagi jaksa dan hakim berprestasi yang memberikan terobosan – terobosan dalam menegakan hukum diIndonesia. Dengan adanya penghargaan ini diharapkan setiap jaksa maupun hakim berlomba untuk memberikan terobosan yang bermanfaat bagi menegakan hukum diIndonesia.

13. Perlunya Kapolri dan Jaksa Agung yang berwibawa, yang mempunyai kredibilitas tinggi.

Cara melaksanakan semua hal ini yaitu dengan cara mengadakan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat, maupun dengan penindakan atau represif menindak tegas setiap anggota masyarakat yang melakukan pelanggaran hukum. Kemudian dampak negatif yang ditimbulkan antara lain yaitu semakin berkembang dan variasi pula pelanggaran hukum yang terjadi.Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan adalah antara lain dengan mengefektifkan pengawasan baik melalui pengawasan lembaga peradilan maupun masyarakat serta berdasarkan asas-asas umum pemerintahan yang baik, bertanggung jawab dan adil.

(16)

13

Pelaksanaan pemerintahan yang baik pada gilirannya juga akan membuat masyarakat memperoleh dan merasakan ketentraman lahir batin, berupa kelangsungan hidup dan pelaksanaan hak tidak tergantung pada kekuatan fisik dan non fisik. Sepanjang tidak melanggar hak dan merugikan orang lain maka masyarakat dapat secara bebas menjalankan apa yang diyakininya sebagai kebenaran, serta dapat secara bebas pula mengembangkan bakat dan kesenangannya. Selain itu merasakan diperlakukan secara wajar, berperikemanusiaan, adil dan beradab sekalipun melakukan kesalahan. Demi menjamin dan memberikan landasan hukum bahwa perbuatan pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai suatu perbuatan yang sah (legitimate dan justified), dapat dipertanggungjawabkan (accountable and

responsible) dan bertanggung jawab (liable), maka setiap perbuatan pemerintahan itu harus

(17)

14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini, yaitu:

1. Hukum adalah keseluruhan asas dan kaidah yang mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat, juga meliputi lembaga (institusi) dan proses yang mewujudkan kaidah tersebut dalam masyarakat.

2. Dasar teori menegakan hukum di Indonesia adalah pemerintah membentuk sebuah lembaga baru bernama Mahkamah Konstitusi dan jajaran lembaga pengawas independen untuk reformasi peradilan, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Yudisial, Komisi Kejaksaan, dan Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas). 3. Etika menegakan hukum menjadi penting untuk mencegah terjadinya gesekan

antaraparat penegak hukum.

4. Menegakan hukum harus diabdikan untuk mencapai tujuan hukum itu sendiri, yaitu keadilan, kepastian, dan kemanfaatan.

5. Upaya menegakan hukum di Indonesia adalah perlu adanya peningkatan kemampuan serta kewibawaan penegak hukum dan penyuluhan dan pendidikan hukum kepada warga masyarakat banyak menyangkut faktor pelembagaan dan pengendapan hukum di dalam masyarakat.

B. Saran

Adapun penulis mengenai karya tulis ilmiah ini, yaitu:

1. Masyarakat perlu mengetahui definisi hukum yang sebenarnya supaya tidak terjadinya ketimpangan antara penegak hukum dan pelaksana hukum.

2. Dasar teori menegakan hukum di Indonesia harus semestinya menjadi landasan utama menegakan hukum di Indonesia yang sebenar-benarnya.

3. Perlunya etika dalam menegakan hukum di Indoensia untuk mencegah terjadinya gesekan antaraparat penegak hukum.

4. Seharusnya menegakan hukum di Indoenesia itu harus mencapai tujuan hukum yang terdiri atas keadilan, kepastian, dan kemanfaatan.

5. Upaya menegakan hukum di harus terjadi secara sinergis antara penegak hukum dan pelaksana hukumnya.

(18)

15

DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, Umar Said. 2014. Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta Tumur: Sinar Grafika. https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum http://mathedu-unila.blogspot.co.id/2011/12/pengertian-hukum.html http://nasional.sindonews.com/read/975457/18/etika-penegakan-hukum-1426130757 http://www.asekmadb.ac.id/2013/12/10/penegakan-hukum-oleh-pemerintah-di-indonesia-oleh-fetty-dkk/ https://justiceinmanyrooms.wordpress.com/2012/02/10/mengatasi-masalah-penegakan-hukum-di-indonesia/ http://brainly.co.id/tugas/76813 http://anakjalanan137.blogspot.co.id/2009/08/upaya-penegakan-hukum-indonesia.html

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memahami latar belakang sosial ekonomi politik setiap produk hukum ekonomi syariah sebagai bagian penting dari hukum Islam dapat diperoleh berbagai kearifan

Bidang pendidikan merupakan salah satu dari lima bidang utama yang terkait dengan usaha kesejahteraan sosial. Bidang yang lainnya antara lain kesehatan, perumahan, jaminan sosial,

Hukum tertulis maupun tidak tertulis tersebut dibuat oleh pihak yang berwenang untuk mengatur kehidupan masyarakat di berbagai bidang, meliputi ekonomi,politik, sosial budaya

Kondisi kehidupan kita saat ini, berbagai bentuk penyimpangan telah melanda masyarakat di semua bidang. Dalam bidang sosial, ekonomi, politik, pemerintahan, hukum, seni dan budaya,

Karya tulis atau bentuk lainnya yang diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi atau seni yang ditulis atau dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah mengikuti pedoman

UUD 1945Pasal 33 ayat (1) UUD 1945menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama atasasas kekeluargaan. Kegiatan ekonomi yang sesuai atas asas

Tujuan dilaksanakannya program Keluarga Berencana ( KB) salah satunya sebagai upaya untuk membentuk keluarga kecil yang sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

Dengan berdiskusi bersama kelompok, peserta didik dapat menyajikan informasi tentang peran Indonesia dalam berbagai bentuk kerjasama di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya,