BAB I
HUKUM EKONOMI DAN KOMERSIAL
A. Pengertian
1. Pengertian hukum
Apakah hukum itu, tidak mudah untuk memberikan jawaban atas pertanyaan ini, namun sekedar sebagai pegangan dapat dikatakan bahwa : Hukum adalah semua peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan mesyarakat dan menyediakan sanksi terhadap pelanggarannya.
Pengaturan dimaksud mempunyai dua bentuk, yaitu bentuk pertama adalah tertulis yang sering disebut sebagai hukum tertulis, sedangkan yang kedua adalah yang tidak tertulis yang sering disebut hukum tidak tertulis.
ds
1
2 3
dd
eq
Enrollment in local colleges, 2005
College New students Graduating
students Change
Undergraduate
Cedar
University 110 103 +7
Elm College 223 214 +9
Maple Academy 197 120 +77
Pine College 134 121 +13
Oak Institute 202 210 -8
Graduate
Cedar
University 24 20 +4
Maple Academy 3 11 -8
Pine College 9 4 +5
Oak Institute 53 52 +1
Total 132,00 -18
Source: Fictitious data, for illustration purposes only
200 300 400 500 1400
2. Pengertian ekonomi dan komersial
Istilah ekonomi berasal dari bahasa latin oikonomia yang mengandung pengertian rumah tangga. Rumah tangga disini mungkin kecil seperti keluarga, mungkin besar seperti negara. Pengaturan demikian bertujuan untuk mencapai kemakmuran. Berbeda dengan hukum, pengaturan melalui ekonomi diatas terbatas pada usaha-usaha manusia untuk mencapai kemakmuran dengan menggunakan sumber daya ekonomi yang tersedia secara efisien dan produktif. Jadi belum berorientasi pada pencapaian keadilan dan kepastian hukum dalam sumberdaya ekonomi tersebut yang dapat dilakukan melalui hukum.
Sedangkan istilah komersial memiliki pengertian yang lebih sempit (khusus) dari pada istilah ekonomi yang umum. Usaha komersial yaitu berkaitan dengan perusahaan ekonomi mikro. Karakteristik komersial meliputi produksi, distribusi dan penjualan barang-barang dan jasa-jasa untuk memperoleh laba.
3. Hukum Ekonomi
Ekonomi mengemban tugas untuk memanfaatkan sumber daya – sumber daya yang ada disekeliling kita untuk mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat. Ekonomi mempunyai tujuan menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup masyarakat dan anggota-anggotanya. Sekarang timbul pertanyaan bagaimana mengoptimalkan sumber daya tersebut. Dalam masalah ini maka akan dihadapkan manusia yang harus mendayagunakan lingkungannya / sumberdaya – sumberdaya tersebut sehingga tercapai tujuan kesejahteraan ma syarakat.
Jika individu – individu kita anggap sebagai satuan utama , maka dalam situasi interaksi antara individu tersebut muncullah faktor kebutuhan (jarak yang sedang dimiliki dengan sumber daya yang tersedia)
Agar terpenuhi kebutuhannya, seseorang harus berusaha dan berbuat dengan cara melakukan tindakan ekonomi ( mengambil kekayaan secara langsung misalnya, pertanian, pertambangan pertenakan dan lain-lain, dan secara tidak langsung misalnya jual beli, tukar menukar, pinjam meminjam dll)
Jika individu-individu dalam masyarakat memburu kebutuhan sendiri-sendiri, yang berusaha mencapai kepuasan secara maksimal tanpa aturan, maka yang timbul adalah kekacauan. Dengan demikian sampailah kepada kebutuhan yang untuk menyusun suatu pola interaksi antara sesama masyarakat yang akan menghasilkan optimasi pemanfaatan sumber daya dalam masyarakat yaitu suatu hukum.
Hukum ini tidak sepenuhnya mendisipliner ekonomi, tetapi hukum ini dimunculkan oleh ekonomi.
Jadi hukum ekonomi mempunyai ruang lingkup pengertian yang luas meliputi semua persoalan berkaitan dengan hubungan antara hukum dan kegiatan-kegiatan ekonomi.
B. Sumber Hukum Ekonomi
Para sarjana hukum klasik membagi hukum kedalam dua katagori yaitu hukum privat dan hukum publik.
Hukum privat mengatur kepentingan pribadi sebagai contoh adalah Hukum Perdata, Hukum Dagang dan lain-lain, sedangakan hukum publik mengatur kepentingan umum contohnya Hukum Negara (Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha negara), Hukum Acara, hukum pidana dan lain-lain.
Sekarang ini pembagian demikian sudah kurang diperhatikan mengingat antara lain sulitnya membedakan secara tegas perkembangan hukum antara kedua bidang tersebut. Ruang lingkup hukum ekonomi mempunyai cakupan yang lebih luas , yaitu meliputi semua aspek hukum sepanjang menyangkut kegiatan ekonomi artinya disamping meliputi hukum privat juga menjangkau hukum publik. Dengan demikian salah satu ciri hukum ekonomi adalah adanya keterlibatan negara atau pemerintah.
Para ahli hukum telah menjelaskan berbagai macam sumber hukum yang berlaku untuk hukum ekonomi . Sumber hukum tersebut terdiri dari perundang-undangan, perjanjian, traktat, yurisprodensi, kebiasaan dan pendapat sarjana.
1. Perundang-undangan.
Perundang-undangan merupakan produk hukum tertulis yang sengaja diciptakan oleh pihak yang berwenang untuk mengatur kehidupan masyarakat termasuk dibidang ekonomi dan bisnis. Perundangan ini bertingkat sesuai dengan materi yang diatu dan sipa pembuatnya. Tingkatan itu adalah sebagai berikut :
UUD 45
Perjanjian (kontrak) mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan perundang-undangan, artinya perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak tertentu dapat dijadikan dasar hukum bagi yang membuatnya. Perbedaannya dengan perundang-undangan adalah dalam hal bahwa perjanjian hanya berlaku bagi para pihak yang membuatnya, sedang perundang-undang mengikat atau berlaku untuk semua pihak yang menjadi subyek pengaturannya.
3. Traktat
Sering disebut sebagai perjanjian antar negara. Traktat ini dapat dibuat oleh dua negara (bilateral) atau oleh banyak negara (multilateral)
Indonesia telah melakukan traktat berupa peserta dari konvensi Internasional dibidang ekonomi dan bisnis antara lain :
Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization =WTO)
Konversi Berne tentang Hak Cipta
4. Yurisprodensi
Yurisprudensi adalah putusan-putusan pengadilan yang tetap. Putusan tetap ini akan selalu diikuti oleh hakim lainnya dalam membuat putusan-putusan dalam kasus yang serupa.
Kebiasaan
Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat (Ps.27 UU no 14 Tahun 1970). Mungkin ekonomi dan bisnis baik secara lokal, nasional atau internasional belum terdeteksi atau belum dibuat, maka kebiasaan ini dapat dipaka sebagai sumber hukum.
5. Doktrin