• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL (1)"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN

INTERNASIONAL DAN INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Muhammad Darmawan Ardiansyah

NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN

INTERNASIONAL DAN INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Muhammad Darmawan Ardiansyah

NIM: 1112113000007

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul :

HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN

INDONESIA

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Januari 2013

Muhammad Darmawan Ardiansyah

(4)

Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa :

Nama : Muhammad Darmawan Ardiansyah NIM : 1112113000007

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN INDONESIA

……… ……… ………

Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji

Jakarta, 10 Januari 2013

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program studi Pembimbing,

(5)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

HAM DALAM KONTEKS HUBUNGAN INTERNASIONAL DAN INDONESIA

oleh

Muhammad Darmawan Ardiansyah 1112113000007

Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 januari 2012. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program Studi Ilmu Hubungan Internasional.

Ketua, Sekretaris,

Nama Ketua Sidang Nama sekretaris sidang

NIP. NIP.

Penguji I, Penguji II,

Nama penguji I Nama penguji II

NIP. NIP.

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 10 Januari 2013

Ketua Progaram Studi FISIP UIN Jakarta

(6)

ABSTRAKSI

Hak asasi manusia adalah salah satu isu global yang sampai saat ini menarik perhatian dalam studi hubungan internasional. Masalah ini muncul karena meningkatnya pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi akhir-akhir ini. peningkatan pelanggaran hak asasi manusia di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa pemahaman dan penerapan hak asasi manusia masih minim dikalangan penduduk dunia.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan HAM setelah reformasi. Selanjutnya juga ingin mengetahui dan mempelajari lebih lanjut bagaimana implikasi kebijakan tersebut terhadap penegakan HAM di negara Indonesia. Manfaat dari penelitian ini adalah agar berguna bagi perkembangan pengetahuan yang bersangkutan dengan HAM dikalangan para akademisi.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini memakai pendekatan pluralis. Pendekatan pluralis merupakan pendekatan yang mempunyai cakupan luas dalam membahas suatu permasalahan. Metode pendekatan ini lebih berkonsentrasi pada tujuan-tujuan yang bersangkutan dengan masyarakat. HAM merupakan hal yang berkaitan langsung dengan masyarakat, sehingga dimungkinkan dengan menggunakan pendekatan ini dapat diperoleh kesimpulan yang dapat diterima oleh mayoritas masyarakat.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrohmatullahi Wabarakatuhu.

Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tepat waktu, sesuai dengan kemampuan dan harapan penulis. Skripsi yang berjudul “HAM Dalam Konteks Hubungan Internasional dan Indonesia” dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang strata 1 (S1) demi memperoleh gelar sarjana dibidang ilmu sosial dan ilmu politik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarnya tidak lupa penulis haturkan kepada ibu Rahmi Fitriyanti selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan kesabaran dan ketulusannya telah mengajarkan dan meluangkan waktunya untuk membimbing saya dalam menulis skripsi ini. Nasehat serta saran yang beliau berikan sangat berharga dan membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan serta kontribusi yang diberikan oleh orang-orang yang sangat berperan bagi selesainya penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Amin Yaa Rabball’allamin.

(8)

Penulis

A. Pandangan Para Ilmuwan Eropa Terhadap HAM... B. Perkembangan HAM di Barat...

BAB III PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM DALAM

HUBUNGAN INTERNASIONAL

(9)

BAB IV HAM DAN PENERAPANNYA

A. Pemajuan dan Perlindungan HAM di Indonesia...

BAB V PENUTUP

Kesimpulan...

DAFTAR

PUSTAKA... ....

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pedoman dunia yang berkaitan dengan HAM telah dibentuk sejak tahun 1948, bernama Universal Declaration of Human Rights untuk menghormati hak-hak asasi manusia diseluruh negara.1 Deklarasi ini

dijadikan sebagai pedoman seluruh negara untuk menjamin hak setiap warga negaranya. Lahirnya berbagai konvensi maupun perjanjian

(10)

menunjukkan betapa pentingnya hak asasi manusia sebagai pelindung bagi setiap individu maupun kelompok di sebuah negara.

Walaupun telah dibentuk berbagai perjanjian internasional tentang HAM, tidak dapat menjamin akan tegaknya prinsip-prinsip HAM di sebuah negara. Hal ini dapat dibuktikan dari masih banyaknya negara yang

melakukan pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM dalam bentuk

pembunuhan massal, penyiksaan, penculikan, pemerkosaan, penahanan tanpa sebab, dan proses hukum yang tidak adil merupakan kejadian yang telah menjadi rutinitas di negara-negara yang sering dilanda konflik

peperangan.

Praktik kejahatan yang terjadi di negara-negara Amerika Latin, Eropa, dan timur tengah serta tempat-tempat lainnya menjadi sebuah contoh mengerikan terhadap pelanggaran HAM dan menimbulkan keprihatinan bagi stabilitas keamanan internasional. Contoh pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak berdosa oleh kelompok taliban di Afghanistan juga merupakan pelanggaran HAM yang sangat berat dimana rakyat yang tidak bersalah harus menanggung akibat-akibat yang ditimbulkan oleh

kebijakan pemerintah negara tersebut.

Berjuta-juta pengungsi di seluruh penjuru dunia berbondong-bondong melarikan diri karena telah kehilangan rasa aman dan tempat tinggal diakibatkan oleh konflik yang tidak kunjung selesai. HAM masih sebatas prinsip-prinsip yang belum bisa diterapkan. Memandang nasib-nasib para buruh kerja Indonesia khususnya Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang

(11)

negara-negara tetangga, seperti Malaysia, singapura, dan Brunei yang sangat memprihatinkan.

Para tenaga kerja Indonesia yang merantau di sana dianiaya, ditindas, dan diperlakukan tidak lebih dari seorang budak. Pelanggaran HAM yang terjadi pada mereka tidak hanya dilakukan oleh para majikan mereka, melainkan juga dilakukan oleh para aparatur negara yang notabene juga harus melindungi hak-hak setiap manusia yang hidup di negara tersebut. Betapa mirisnya kehidupan yang mereka jalani

diakibatkan karena tidak adanya jaminan HAM bagi diri mereka.

Asia Tenggara juga tidak bisa terlepas dari sorotan dunia internasional mengenai pelanggaran HAM yang terjadi di wilayah tersebut. Sebut saja Myanmar yang sedang dilanda konflik kekuasaan, ditindasnya muslim rohingya yang tidak diakui anggota

kewarganegaraannya di Thailand, serta Indonesia yang masih memiliki dosa pelanggaran HAM pada masa orde baru dimana banyak terjadi pelanggaran HAM yang tidak dapat diungkap kasusnya sampai sekarang.

(12)

Masih banyak pelanggaran yang dijumpai di berbagai kawasan dunia seperti yang telah dicontohkan di atas menunjukkan bahwa hak asasi manusia yang dijunjung tinggi oleh negara-negara di dunia hanya masih terbatas pada retorika saja. Pemajuan dan perlindungan HAM masih dibutuhkan bagi tegaknya prinsip-prinsip HAM di dunia. Maka dari itu, dibutuhkan upaya yang harus dilakukan secara sungguh-sungguh dari berbagai kalangan terutama aktivis-aktivis HAM untuk melindungi dan menegakkan prinsip-prinsip HAM.

B. Identifikasi Masalah

Isu HAM pada abad 21 ini menjadi salah satu isu terpenting dunia yang menyangkut kehidupan seluruh masyarakat di berbagai negara. Kenyataan ini dapat kita lihat dari berbagai masalah yang telah

dipaparkan diatas dimana HAM telah mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat baik secara politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Di lain sisi setiap negara pada saat ini juga sangat peduli terhadap permasalahan yang berkaitan dengan HAM.

(13)

Begitu pentingnya isu HAM di dunia saat ini menjadi hal yang sangat menarik untuk dibahas dalam tulisan ini, upaya apa yang diperlukan bagi pemajuan dan perlindungan HAM diwujudkan dalam konteks hubungan internasional. Sebelum mengulas hal tersebut, adakalanya untuk

memahami isu HAM, diperlukan juga penjelasan mengenai sejarah dan perkembangan HAM di dunia, terutama kaitannya dengan pandangan-pandangan tradisi pemikiran negara-negara modern.

Disini juga akan dibahas tentang keterkaitan HAM dan demokrasi karena kedua hal tersebut mempunyai keterikatan satu dengan yang lain. Ketidakseimbangan antara hak-hak sipil dan politik yang lebih

mendominasi HAM di daripada hak-hak yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, dan budaya. Dan pembahasan terakhir dalam tulisan ini adalah mengenai pemajuan dan jaminan perlindungan HAM di Indonesia.

Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1) Upaya apa yang harus dilakukan agar prinsip-prinsip HAM dapat dijamin dan ditegakkan dalam konteks hubungan internasional?

2) Bagaimana upaya pemajuan dan perlindungan yang harus dilakukan?

(14)

C. Tujuan dan Manfaat Penilitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian mengenai hal-hal yang diperlukan bagi tegaknya prinsip-prinsip HAM di dunia adalah:

a) Untuk mencari solusi bagi tegaknya HAM di dunia.

b) Untuk mengetahui bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh negara-negara di dunia khususnya negara maju bagi tegaknya prinsip-prinsip HAM.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a) Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pemikiran-pemikiran yang berkaitan dengan isu-isu HAM.

b) Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar strata 1 (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

(15)

ini penulis terinspirasi dari skripsi tersebut. Akan tetapi, penulis menggunakan pandangan yang berbeda dalam menguraikan permasalahan ini.

D. Kerangka Teoritis

Di dalam ilmu hubungan internasional dikenal berbagai pendekatan yang dapat digunakan menjadi kerangka berpikir untuk memahami isu-isu yang berkaitan dengan ilmu hubungan internasional. Salah satu dari sekian banyaknya pendekatan yang ditawarkan oleh ilmu hubungan internasional adalah pendekatan pluralis. Pendekatan ini akan dijadikan penulis sebagai kerangka pemikiran untuk mengulas makalah ini.

Dalam pandangan atau perspektif pluralisme isu-isu yang berkaitan dengan hubungan internasional mempunyai dimensi kajian yang sangat luas dan beragam. Kaum pluralis lebih memandang isu hubungan

internasional pada sisi yang lebih luas dan cenderung berkonsentrasi pada isu-isu yang berkaitan langsung dengan masyarakat.2 Mengacu pada perspektif kaum pluralis, dapat dipastikan bahwa hak asasi manusia masuk kategori isu hubungan internasional yang berhubungan langsung dengan kepentingan masyarakat.

Adanya tata hubungan antarnegara dan antarbangsa baru

menyebabkan isu-isu baru muncul dalam hubungan internasional. Para pengamat hubungan internasional telah memalingkan perhatiannya pada isu-isu hak asasi manusia, sistem pemerintahan demokrasi, dan

(16)

lingkungan hidup. Isu-isu tersebut merupakan isu yang paling banyak dibicarakan, karena tuntutan situasi dan kondisi dunia yang

memprihatinkan.

Tentunya masih banyak isu-isu yang juga mendapat sorotan masyarakat dunia. Akan tetapi setidaknya hak asasi manusia telah menjadi isu utama yang cukup menyita perhatian dikalangan para pengamat politik, karena pandangan didalamnya yang menggugah solidaritas di kalangan umat manusia. Hal inilah yang menjadikan HAM sebagai isu global yang perlu mendapat perhatian serius dari pengamat politik dunia.

Kaum pluralis mengatakan bahwa sistem hubungan internasional tidak hanya ditentukan oleh aktor negara saja, tetapi juga aktor-aktor non negara. Pluralisme berpandangan bahwa semua aktor, baik negara

maupun tidak, memiliki peran yang sama penting dalam sistem hubungan internasional. Aktor negara yang diperankan oleh lembaga pemerintahan memiliki peran yang sangat penting dalam pengambilan dan pembuatan kebijakan untuk mengambil langkah strategis atas isu-isu yang timbul.

Di lain sisi aktor non-negara pun juga memiliki peran yang tidak kalah penting dari aktor negara. Mereka dapat berbuat apa saja dalam

merespon berbagai isu-isu yang berkembang di kehidupan masyarakat nasional maupun internasional. Berkembang pesatnya teknologi dan komunikasi di abad 21 menjadikan aktor non-negara lebih mudah

(17)

Di era globalisasi ini dunia tengah dilanda arus gelombang

demokratisasi yang sangat kuat. HAM dan segala aspek yang berkaitan dengannya serta demokrasi yang sedang melanda negara-negara yang baru merdeka dianggap sebagai satu-satunya penyelamat bagi dunia yang sedang dilanda krisis keamanan dan ekonomi internasional yang tidak dapat dielakkan. HAM telah menjadi isu penting hubungan

antarnegara.

E. Metodologi Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian berfungsi sebagai data dalam penyusunan penelitian ini. untuk penelitian ini, penulis menggunakan Metode Deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan fenomena-fenomena yang sedang berlangsung, yang kemudian hasil penelitian dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada dan selanjutnya dapat disimpulkan secara jelas oleh penulis dalam tulisan ini. Dengan metode penelitian ini, penulis memberikan penjelasan mengenai pemajuan dan perlindungan terhadap HAM dalam ruang lingkup hubungan internasional dan perkembangannya di Indonesia setelah reformasi.

2. Teknik Pengumpulan Data

(18)

tulisan, baik dari sebuah buku, dokumen, jurnal, majalah, koran, data dari internet, dan data-data yang bersumber dari sebuah media yang dapat dipertanggungjawabkan isi-isinya. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengunjungi perpustakaan universitas dan perpustakaan umum yang sekiranya dapat ditemukan tulisan-tulisan yang dapat menunjang data yang ada di dalam penulisan skripsi ini.

G. Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan ini menggambarkan secara singkat mengenai penyusunan penulisan skripsi ini. Adapun gambaran penulisannya,

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan teknik pengumpulan data, lokasi dan lamanya penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Sejarah HAM

Bab ini menjelaskan tentang sejarah terbentuknya HAM, perkembangan isu HAM dalam hubungan internasional, perkembangan HAM di Barat, serta pandangan ilmuwan Barat terhadap HAM.

BAB III PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM DALAM HUBUNGAN

(19)

Dalam bab ini akan dibahas bagaimana perkembangan HAM di Eropa dan Asia serta pemajuan dan perlindungan HAM dalam hubungan

internasional.

BAB IV HAM DAN PENERAPANNYA

Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana langkah Indonesia dalam memajukan dan melindungi HAM.

BAB V KESIMPULAN

Pada bagian bab ini penulis membuat suatu kesimpulan dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, yang merupakan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan pada bagian awal, sesuai dengan sistematika penulisan skripsi ini.

BAB II

SEJARAH HAM

A. Pandangan Para Ilmuwan Eropa Terhadap HAM

(20)

para filsuf dan pemikir politik seperti Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau, dan John Rawls.3

John Locke mengemukakan bahwa HAM telah melekat pada setiap individu dan oleh karenanya hak itu tidak bisa diambil atau diserahkan kepada orang lain atau lembaga tertentu tanpa adanya persetujuan dari yang bersangkutan.4 Maka dari itu eksistensi negara-negara modern dengan seluruh kekuasan yang dimilikinya harus mendapat legitimasi dari rakyat bahwa warga negara telah menyerahkan hak-hak mereka dalam sebuah kontrak dengan negara.

Jean Jacques Rousseau menyatakan bahwa setiap orang merupakan bagian dari masyarakat dan karena itu kepentingan publik harus lebih diutamakan daripada kepentingan individu.5 Rawls berpandangan bahwa interaksi sosial yang dilakukan berdasarkan keadilan dan sikap kooperatif secara timbal balik dapat menjamin keadilan sosial dalam masyarakat.6 Pemikiran liberal mewariskan sebuah pandangan yang sama dengan yang tertulis pada Universal Declaration of Human Rights yang berbunyi: semua manusia dilahirkan bebas dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama.7

Prinsip yang terdapat dalam pasal tersebut sesungguhnya sejalan dengan ajaran semua agama bahwa manusia harus saling menyayangi

3 Miriam Budiardjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 212.

4 Ahmad Suhelmi, “Pemikiran Politik Barat”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal. 306.

5 Ibid., hal. 241.

(21)

dan menghargai tanpa membedakan ras, agama, suku dan status sosial ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila negara-negara Barat memiliki kodifikasi HAM dan mekanisme perlindungan yang paling efektif dibandingkan dengan bangsa lainnya. Banyak yang mengatakan bahwa negara Barat bisa melakukan hal itu dengan mudah karena telah memiliki sejarah bernegara selama ratusan tahun.

B. Perkembangan HAM di Barat

Negara yang mempunyai sejarah HAM paling tua adalah negara Inggris. Inggris tidak hanya melahirkan pemikiran-pemikiran tentang HAM yang masih relevan hingga saat ini tetapi juga sistem pemerintahan yang kemudian ditiru oleh negara-negara jajahannya. Pada tahun 1215 Inggris membuat piagam Magna Charta yang mempunyai isi mengenai prinsip pembatasan kekuasaan pemerintah. Di tahun 1689 Inggris membuat

English Bill of Rights untuk dijadikan landasan bagi pemerintahan monarki konstitusionalnya.8

Pengalaman Inggris serta pemikiran tentang HAM yang berkembang pesat disana pada abad 16 dan 17 dijadikan AS sebagai inspirasi untuk membuat hal serupa. Hal ini dibuktikan oleh adanya pembuatan

Declaration of independence tahun 1776 dan amandemen konstitusi AS yang bernama The US Bill of Rights tahun 1791.9 Setelah membuat tata pemerintahan yang didasarkan pada hak-hak warga negara, dilanjutkan dengan pembuatan mekanisme pembuatan pembatasan kekuasaan dalam pemerintahannya.

(22)

Pembatasan kekuasaan yang dibentuk lebih dikenal sekarang sebagai sistem Checks and Balances.10 Setelah pembuatan mekanisme tersebut dibentuk legislatif dan yudikatif. Tiga pilar inilah yang dijadikan AS sebagai pijakan untuk menjalankan sistem pemerintahannya. Pilar terpenting bagi pemerintahan AS adalah sistem Checks and Balances, dimana sistem ini mencegah pemusatan kekuasaan pada satu badan pemerintahan untuk mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan yang melanggar hak warga negara.

Selain Inggris dan AS, Perancis juga memiliki sejarah politik yang gemilang, dimana sejarah politiknya menjadi sumber inspirasi untuk promosi HAM. Revolusi Perancis yang terkenal dengan prinsip-prinsip egaliterianismenya membawa pengaruh kuat bagi perkembangan demokrasi di dunia. Di tahun 1789 Perancis memproklamasikan

Declaration of the Rights of Man and of Citizens yang merupakan cikal bakal tradisi demokrasi dan HAM negara itu sampai saat ini.11

Perkembangan HAM di negara barat turut mempengaruhi perkembangan HAM di seluruh dunia karena banyak negara-negara yang menjadikan pemikiran-pemikiran HAM yang berkembang di Barat, terutama yang berkaitan dengan demokrasi, dijadikan acuan dalam pemajuan dan perlindungan HAM di negaranya. Bahkan DUHAM yang dicetuskan oleh PBB pada tanggal 10 Desember 1948 dan sejumlah konvensi internasional tentang HAM merupakan buah pemikiran dari filsuf-filsuf barat.12

(23)

Dalam perkembangan selanjutnya, isu HAM menjadi bahasan utama banyak negara di seluruh dunia. Pada tahun 1950, Eropa mengeluarkan

The European Convention on Human Rights dan tahun 1975 Helsinki Accord, tahun 1969 negara-negara Amerika menghasilkan American Convention on Human Rights, tahun 1981 Afrika mencetuskan African Charter on Human and People’s Rights,

Tahun 1990 Organisasi Konferensi Islam (OKI) mengeluarkan Cairo Declaration on Human Rights in Islam, tahun 1993 Vienna Declaration, dan di kalangan parlemen negara-negara anggota ASEAN dihasilkan

Human Rights Declaration of AIPO.13 ASEAN juga mencatat kemajuan yang sangat berarti pada tahun 2008 dengan meratifikasi Piagam ASEAN oleh semua negara anggota, untuk membuka harapan bagi jalannya mekanisme HAM di negara-negara ASEAN.

(24)

BAB III

PEMAJUAN DAN PERLINDUNGAN HAM DALAM HUBUNGAN

INTERNASIONAL

A. Pemajuan dan Perlindungan HAM di Eropa

Upaya dalam memajukan dan melindungi HAM telah menjadi isu hangat yang sering diperbincangkan dalam hubungan internasional, saat ini isu HAM tidak hanya menjadi urusan satu negara saja tetapi telah menjadi isu internasional. Pesatnya arus globalisasi menjadikan pemerintah tidak lagi bisa menyembunyikan pelanggaran HAM yang terjadi. Dalam perpolitikan, negara maju dapat menekan negara yang melakukan pelanggaran HAM. Maka dari itu upaya pemajuan dan perlindungan HAM sangat penting bagi kestabilitasan sebuah bangsa.

Dalam memajukan dan melindungi HAM dapat dilakukan melalui berbagai aktor dan tingkatan. Ada lima aktor yang dapat diidentifikasi dalam upaya pemajuan dan perlindungan HAM, yaitu: individu, masyarakat madani, nasional, regional, dan global.14 Bagi aktor individu dapat kita lihat pada tokoh-tokoh yang gencar melakukan

(25)

aktivitas yang berkaitan dengan HAM, contoh saja Munir yang telah menyita perhatian dunia dimana seluruh aktor baik negara atau non-negara bersatu mendukung kasus Munir agar cepat terselesaikan.

Masih banyak pejuang-pejuang HAM dan demokrasi di berbagai menuju pemerintahan yang lebih demokratis.

Aktor pemajuan dan perlindungan HAM selanjutnya adalah civil society baik pada tingkat nasional maupun global. Hampir ditemukan di setiap negara demokrasi maupun non-demokrasi dapat ditemukan organisasi non-pemerintah yang selalu aktif dalam memperjuangkan HAM dan aspek-aspeknya.15 Globalisasi mengakibatkan civil society yang tergabung dalam NGO tidak hanya terbatas pada satu negara saja, akan tetapi mereka telah membuat jaringan lintas batas negara yang dikenal dengan transnational networks of civil society.

Melihat kembali pada peran yang dilakukan oleh individu dan juga kelompok civil society di atas, mereka sesungguhnya merupakan aktor-aktor non-negara yang secara individual maupun kelompok bertindak untuk memajukan dan melindungi HAM. Mereka juga dikenal sebagai pembela HAM. Istilah para pembela HAM hanya dapat diperuntukkan bagi

(26)

mereka yang melakukan kegiatannya melalui upaya-upaya damai sesuai dengan prinsip-prinsip HAM untuk memajukan dan melindungi HAM.16

Aktor yang diharapkan dapat berperan aktif dalam pemajuan dan perlindungan HAM adalah negara atau pemerintah. Peranan aktor negara menjadi kontroversial dibandingkan dengan aktor lainnya karena justru negara sering menjadi sumber ancaman terhadap hak sipil dan politik dari warga negaranya. Sebagaimana diketahui, negara yang sudah menganut sistem politik demokrasi juga sering melakukan pelanggaran HAM demi pencapaian tujuan nasional yang bersifat vital seperti keamanan nasional dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Usaha pemerintah dalam membentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang bertugas untuk memonitor dan merekomendasikan kasus pelanggaran HAM untuk ditindaklanjuti oleh lembaga peradilan.17 Pemerintah dapat memberi kontribusi yang signifikan terhadap upaya pemajuan dan perlindungan HAM melalui pemberdayaan lembaga peradilan yang independen baik untuk peradilan sipil maupun militer sehingga prinsip supremasi hukum secara efektif dapat dilaksanakan tanpa memandang status atau kedudukan seseorang.

Pemajuan dan perlindungan HAM juga diperlukan di tingkat regional. Hal ini dikarenakan keterbatasan politik dalam negara berdaulat dalam menyelesaikan kasus pelanggaran HAM sehingga timbul pemikiran untuk menciptakan perlindungan HAM pada level regional. Membangun

16 Miriam Budiardjo, “Dasar-dasar Ilmu Politik”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hal. 237.

(27)

kesepakatan yang mengikat di antara negara dalam suatu kawasan untuk membuat Dewan HAM regional, yang dapat berperan sebagai aktor pembela HAM di kawasan itu, untuk menerima pengaduan warga negara yang hak asasinya dilanggar oleh pemerintah.

B. Pemajuan dan Perlindungan HAM di Asia

Di tengah globalisasi nilai-nilai yang berkaitan dengan demokrasi dan HAM, Asia khususnya Asia Tenggara masih tertinggal dibandingkan dengan Eropa. Ada kebutuhan yang nyata untuk mengupayakan pemajuan dan perlindungan HAM karena masih cukup banyak negara yang belum menganut demokrasi sering melanggar hak-hak politik dan sipil dari rakyatnya sebagai individu maupun kelompok. Selain itu banyak juga kelompok minoritas yang mengalami penindasan di kawasan Asia Tenggara.

Di luar mekanisme perlindungan HAM yang disediakan oleh negara, mereka mengalami kesulitan untuk mengadukan pelanggaran HAM yang terjadi. Upaya di tingkat regional sudah dilakukan oleh civil society untuk merespon persoalan HAM yang terjadi di kawasan tetapi negara-negara yang tergabung dalam ASEAN sudah mulai memikirkan untuk melembagakan prinsip-prinsip penghormatan HAM melalui wadah kerjasama ASEAN. Pembentukan Piagam ASEAN (ASEAN Charter) merupakan bagian dari upaya ke arah itu.18

Sebagai negara yang sudah menganut demokrasi seharusnya Indonesia lebih percaya diri lagi dalam berperan sebagai aktor dalam

(28)

pemajuan dan perlindungan HAM dan memainkan peranan kepemimpinannya di Asia Tenggara untuk memperjuangkan HAM individu maupun kelompok sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di dalam konstitusi dan ideologi negara. Sebagian kalangan mengatakan bahwa sampai saat ini ASEAN masih merupakan lembaga solidaritas antar pemerintah daripada antar rakyat ASEAN.

BAB IV

HAM DAN PENERAPANNYA

(29)

Oleh karena soal HAM telah menjadi salah satu isu penting dalam hubungan internasional, sebagai bagian dari masyarakat internasional, Indonesia pun perlu memberi perhatian besar pada pemajuan dan perlindungan HAM. Ada argumen yang mengatakan bahwa setelah Indonesia melakukan proses demokratisasi pasca kejatuhan rezim otoritarian orde baru, Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan kiprahnya dalam pemajuan dan perlindungan HAM baik di dalam negeri maupun di dunia internasional khususnya di Asia Tenggara.

Isu HAM menjadi isu penting dalam agenda kebijakan dan politik luar negeri negara-negara maju (Barat). Globalisasi telah memberikan dorongan tumbuhnya kesadaran masyarakat domestik Indonesia akan pentingnya pemajuan dan perlindungan HAM. Hal ini pula yang menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah khususnya Departemen Luar Negeri dalam meletakkan isu HAM dalam konteks kepentingan nasional dalam kebijakan hubungan luar negeri.

Upaya-upaya yang dilakukan Departemen Luar Negeri, sebagai institusi pemerintah dan didukung para pemangku kepentingan lainnya yang sejak awal tahun 1990-an melakukan kebijakan pro-aktif dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kesadaran akan arti penting penghormatan terhadap HAM, mulai menunjukkan hal yang positif seiring dengan perubahan yang terjadi di dalam negeri dari proses era reformasi menuju era demokrasi.19

(30)

Di bidang kelembagaan, Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang memiliki Rencana Aksi Nasional HAM (RANHAM ke-1 periode 1998-2003 dan RANHAM ke-2 periode 2004-2009). Demikian halnya di bidang penegakan HAM dari aspek hukum, Indonesia merupakan salah satu dari hanya sedikit negara yang memiliki pengadilan HAM.20 Disamping terbentuknya Komnas HAM, terbentuk pula Komnas Perempuan, Komnas Perlindungan Anak serta institusi HAM nasional lainnya.

Upaya-upaya lain yang juga perlu dilakukan agar citra Indonesia di mata internasional semakin baik dan juga semakin positif adalah, pemerintah harus menyelesaikan secara adil dan tuntas semua bentuk pelanggaran HAM yang dilakukan pada masa lalu terutama pada masa pemerintahan orde baru di bawah Soeharto dan pada masa transisi di bawah Presiden B.J. Habibie. Pengadilan Indonesia harus dapat mengungkapkan otak di balik pembunuhan aktivis HAM Munir yang sudah menjadi sorotan dunia internasional.

Upaya lain yang juga tidak kalah penting adalah pemerintah Indonesia perlu memasukkan materi multikulturalisme dalam kurikulum pendidikan pada semua tingkatan agar hakekat masyarakat Indonesia sebagai bangsa yang majemuk tetap dilestarikan melalui cara berpikir dan perilaku yang menjunjung tinggi HAM orang lain meskipun berasal dari latar belakang agama dan suku yang berbeda.

(31)
(32)

BAB V

KESIMPULAN

Membahas pemajuan dan perlindungan HAM dalam konteks hubungan internasional tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangan HAM itu sendiri. Terutama tradisi pemikiran filsuf-filsuf barat yang mempengaruhinya. Tradisi pemikiran negara-negara Barat tersebut telah menjadi inspirasi bagi negara-negara lain untuk memasukkan perlindungan HAM dalam konstitusinya.

Isu HAM juga tidak dapat dilepaskan gagasan tentang demokrasi, karena secara teoritis dapat dikatakan bahwa semakin demokratis suatu bangsa semakin tinggi pula jaminan untuk perlindungan HAM bagi warga negaranya. Meskipun tidak semua orang dapat menerima pernyataan ini karena banyak juga negara demokrasi yang dengan mudah mengabaikan HAM.

(33)

aktor negara tetapi juga aktor-aktor non-negara. Aktor negara melalui pemerintahan harus memiliki kemauan dan komitmen untuk memajukan HAM dan melindunginya.

Individu dan kelompok masyarakat madani sebagai aktor non-negara juga merupakan aktor penting yang dapat diandalkan dalam pemajuan dan perlindungan HAM. Melalui aktivitas dan kampanye yang dilakukannya aktor individu dapat mempengaruhi kebijakan dan diplomasi HAM dari aktor-aktor internasional baik negara maupun non-negara. Melalui kekuatan jaringan global yang dimilikinya, kelompok masyarakat madani selain dapat mengungkapkan laporan pelanggaran HAM juga dapat mendorong upaya pemajuan dan perlindungan HAM di seluruh dunia.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Budiardjo Miriam. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Bahia Tahzib-Lie, W. Cole Durham, Tore Lindholm. Kebebasan Beragama Atau Keyakinan. Yogyakarta: Kanisius, 2010.

(35)

Jemadu Aleksius. Politik Global Dalam Teori & Praktik. Sleman: Graha Ilmu, 2008.

Lemhanas. Keadilan Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005.

Monib Muhammad. Islam Dalam Pandangan Nurcholis Madjid. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Sudarsono Juwono. Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: Pustaka Jaya, 1996.

Suhelmi Ahmad. Pemikiran Politik Barat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Ubaedillah Ahmad & Rozak Abdul. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Kencana, 2012.

Yuana Ari Kumara. The Greatest Philosophers. Yogyakarta: Andi, 2010.

Internet:

 Nurhayati.”Enam Fungsi KOMNAS HAM”. Bangka Pos.

Referensi

Dokumen terkait

fungsi lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan masyarakat Karo dan mengetahui.. pengaruh dari situasi ekonomi, politik dan sosial budaya terhadap

Selama ini paradigma Newtonian telah mewarnai seluruh aspek kehidupan kita, seperti di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan. Paradigma ini berpandangan bahwa

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini menyebabkan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan manusia baik komunikasi, sosial, ekonomi, politik,

Umat Islam, misalnya, tidak memiliki paham yang seragam terhadap posisi Yahudi dan Kristen dalam konteks persoalan-persoalan teologis dan berbagai aspek kehidupan, sama dengan

RAN HAM adalah alat bagi pemerintah pusat dan daerah dan daerah untuk membangun supremasi hukum dan sekaligus memajukan hak-hak sipil dan politik dan hak-hak ekonomi, sosial

Tabrani Rab yang cukup kritis dalam memandang segala aspek kehidupan masyarakat Riau baik dari sisi sosio- politik, ekonomi maupun budaya tidak memberikan pengaruh yang

Dengan keragaman aspek kehidupan manusia seperti ekonomi, sosial, politik, hukum, struktur kelembagaan, kelembagaan struktur, teknologi dalam berbagai bentuk,

Masyarakat dalam tipe budaya ini tetap memiliki pemahaman yang sama sebagai warga negara dan memiliki perhatian terhadap sistem politik, tetapi keterlibatan mereka dalam cara