• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isu-isu dalam hubungan internasional

N/A
N/A
Dwi warda Cahya kamila

Academic year: 2023

Membagikan " Isu-isu dalam hubungan internasional "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Isu-isu dalam hubungan internasional

Kesetaraan gender masih menjadi isu yang harus di bicarakan,dari zaman dulu sampai sekarang hanya sebagian kecil dari penduduk di dunia yang memandang penting akan isu ini,banyak orang yang

memandang rendah wanita dan menganggapnya lemah serta tidak penting,perempuan dianggap biang masalah dan kurang berpendidikan,mereka cenderung di kecualikan dalam acara penting bahkan saat mereka di ikut sertakan pandangan mereka malah di acuhkan.

Fenomena masih terjadinya ketidaksetaraan (baca: bias) gender, lebih disebabkan masih berlagsungnya budaya patriarkiyang dianut oleh sebagian besar bangsa-bangsa di dunia. Pandangan bahwa laki-laki lebih kuat, lebih perkasa, lebih berhak menduduki peran-peran penting telah mengkonstruk tatanan budaya yang lebih memihak laki-laki daripada perempuan. Konstruk budaya ini terus berlangsung dari abad ke abad dan dari generasi ke generasi, sehingga masyarakat kita susah membedakan antara apa yang disebut “kodrat” dengan “konstruk budaya” sebagai produk hasil cipta karya manusia.1. isu ini sudah terjadi sejak zaman dahulu tapi persoalan soal ketidaksetaraan gender semakin menyita perhatian banyak kalangan untuk dicarikan solusi yang merupakan cita-cita untuk mewujudkan keadilan social yang seutuhnya.

Menurut Bressler, Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Ayah memiliki otoritas terhadap perempuan, anak- anak dan harta benda. Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menuntut subordinasi perempuan (Charles E, Bressler, 2007).

patriarki merupakan sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Tatanan patriarki inilah yang menyebabkan perempuan menjadi subordinasi. Tatanan patriarki mengabsahkan superioritas laki-laki dan inferioritas perempuan yang tidak hanya kita temui pada satu atau dua kelompok masyarakat namun dapat kita temui di seluruh belahan dunia dengan kasus yang paling parah terdapat pada negara-negara dunia ketiga, dimana Indonesia adalah salah satunya. Catatan dari Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan menyebutkan setiap 2 jam sekali terdapat 3 perempuan Indonesia yang mengalami kekerasan seksual berupa pemerkosaan, pencabulan, pelecehan seksual dan paksaan berhubungan badan. Selain itu juga, kekerasan verbal sering dialami oleh wanita karena dianggap sebagai kaum lemah, rendah dan tidak berpendidikan.

1(http://repository.iainpekalongan.ac.id/129/1/TANTANGAN%20MEWUJUDKAN%20KESETARAAN%20GENDER

%20%20DALAM%20BUDAYA%20PATRIARKI.pdf)

(2)

.

Budaya patriarki masih melekat dalam kehidupan masyarakat. Dalam budaya patriarki, posisi kaum laki- laki paling utama daripada perempuan dan menganggap bahwa perempuan mengurus rumah tangga dan keluarga.

PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM RANAH POLITIK

Partisipasi politik adalah keterlibatan aktif individu maupun kelompok dalam proses pemerintahan yang berdampak pada kehidupan mereka. Hal ini meliputi keterlibatan dalam pembuatan keputusan maupun aksi oposisi. Yang penting, partisipasi politik merupakan proses aktif: seseorang mungkin menjadi anggota sebuah partai atau kelompok penekan, namun tidak memainkan peran aktif dalam organisasi2. Untuk saat ini, perempuan perlu ikut masuk dalam kancah politik untuk sedikit demi sedikit menghapus dominasi pria dalam segala bidang untuk mewujudkan cita-cita kesetaraan gender dan juga menciptakan demokrasi yang ramah gender (gender democracy). Ada beberapa hal yang menunjukkan hierarki keterlibatan perempuan dalam politik, yaitu :

 Memegang partai dan kantor public

 Menjadi kandidat dalam suatu jabatan

 Menjadi anggota aktif sebuah partai

 Menghadiri pertemuan dan membahas strategi politik

 Mencoba meyakinkan orang lain untuk memilih dengan cara tertntu

 Terbuka dengan rangsangan politik

Keterlibatan perempuan dalam bidang politik harus didukung agar tujuan untuk mensejahterakan serta mensetarakan gender bisa terwujud.

HAMBATAN POLITIK PEREMPUAN

Penelitian yang dilakukan oleh Sossou (2011) menyatakan bahwa kurangnya dukungan politik untuk kandidat dari perempuan. Hal ini menegaskan bahwa norma budaya dan sikap pada perempuan yang berkontribusi terhadap kekurangan program pelatihan berorientasi pada kepemimpinan dan pendidikan politik. Selain itu, ada beberapa hambatan politik perempuan, yakni :

 System perekrutan

 Aturan partai

 Hambatan pendidikan

 Hambatan ekonomi

 Pemarginalan perempuan dari ranah politik

2 (http://eprints.uad.ac.id/9799/1/315-318%20Fredik%20Lambertus%20Kollo.pdf)

(3)

Selain hambatan eksternal yang sudah disebutkan diatas, ada hambatan internal yang berasal dari individu perempuan itu sendiri, yakni:

 Minat politik perempuan yang rendah

 Kemampuan politik perempuan yang kurang kuat

 Kesadaran politik perempuan masih kurang.

Perempuan kurang percaya diri untuk berpartisipasi dalam bidang politik, disebabkan karena adanya budaya patriarki yang masih melekat dalam kehidupan masyarakat. Dalam budaya patriarki lebih mengutamakan kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum perempuan. Kaum perempuan merasa didiskriminasi dan kurang dipercayai untuk maju ke panggung politik, hal inilah yang menyebabkan partisipasi perempuan di bidang politik masih rendah. Sebagian besar posisi strategis dalam dunia politik selalu diduduki oleh kaum laki-laki.

Berbgai penelitian yang menemukan bahwa rendahnya partisipasi perempuan dalam politik oleh karena adanya dukungan bagi kaum perempuan. Selain itu, berbagai hambatan yang mengenai partisipasi perempuan dalam politik, baik hambatan dari eksternal maupun internel. Ada juga

representasi perempuan di bidang politik, dalam hal ini di institusi legislatif, yakni dari sosial budaya dan lain sebagainya.

Diharapkan agar kaum perempuan dirangkul sehingga mereka bisa percaya diri dalam mengakses ke ranah politik. Perempuan memiliki peresaan yang halus, sifat yang lembut jadi harus menopang kaum perempuan dan memberikan kesempatan yang sama untuk menduduki posisi strategis di bidang politik, agar kaum perempuan mampu mengimplementasikan karakter dasarnya yang halus itu melalui kepemimpinannya dalam rangka kesejahteraan masyarakat secara umum.

Issues in international relations

Gender equality is still an issue that needs to be discussed, from ancient times until now only a small portion of the world's population considered this issue important, many people looked down on women and considered them weak and unimportant, women were considered to be the problem and less educated. they tend to be excluded from important events even when they are included their views are ignored.

The phenomenon of gender inequality (read: bias) is more due to the ongoing patriarchal culture that is embraced by most nations in the world. The view that men are stronger, more powerful, more entitled to occupy important roles has constructed a cultural order that favors men more than women. This cultural construct continues from century to century and from generation to generation, so that our society finds it difficult to distinguish

(4)

between what is called "nature" and "cultural constructs" as products created by human creations. . This issue has occurred since ancient times but the issue of gender inequality has increasingly attracted the attention of many people to find a solution which is the goal of realizing complete social justice.

According to Bressler, patriarchy is a social system that places men as the main central authority figure in social organization. Fathers have authority over women, children and property. This system implicitly institutionalizes government and male privileges and demands the subordination of women (Charles E, Bressler, 2007).

patriarchy is a social system that places men as the main central authority figure in social organization. This patriarchal order causes women to become subordinated. The patriarchal order legitimizes male superiority and female inferiority which we do not only encounter in one or two groups of society but can be found in all parts of the world with the most severe cases found in third world countries, where Indonesia is one of them. Records from the National Commission on Violence Against Women state that every 2 hours there are 3 Indonesian women who experience sexual violence in the form of rape, sexual harassment, sexual harassment and forced intercourse. In addition, verbal violence is often experienced by women because they are considered weak, inferior and uneducated.

.

Patriarchal culture is still inherent in people's lives. In a patriarchal culture, the position of men is more important than women and they assume that women take care of the household and family.

WOMEN'S PARTICIPATION IN POLITICS

Political participation is the active involvement of individuals and groups in government processes that impact their lives. This includes involvement in decision-making as well as oppositional action. Importantly, political participation is an active process: a person may be a member of a party or pressure group, but not play an active role in the organization .

For now, women need to participate in the political arena to gradually remove male domination in all fields to realize the ideals of gender equality and also create a gender-friendly democracy (gender democracy). There are several things that show the hierarchy of women's involvement in politics, namely:

• Holding parties and public offices

• Become a candidate in a position

• Become an active member of a party

• Attend meetings and discuss political strategy

• Trying to convince others to vote a certain way

• Be open to political stimulation

The involvement of women in the political field must be supported so that the goals of welfare and gender equality can be realized.

(5)

WOMEN'S POLITICAL OBSTACLES

Research conducted by Sossou (2011) states that there is a lack of political support for female candidates. This confirms that it is cultural norms and attitudes toward women that contribute to the lack of leadership-oriented training programs and political education. In addition, there are several political obstacles for women, namely:

• Recruitment system

• Party rules

• Educational barriers

• Economic barriers

• Marginalization of women from the political sphere

In addition to the external obstacles mentioned above, there are internal obstacles that come from the individual women themselves, namely:

• Low political interest in women

• Women's political abilities are less strong

• Women's political awareness is still lacking.

Women lack confidence to participate in politics, due to the existence of a patriarchal culture that is still inherent in people's lives. In a patriarchal culture, men prioritize more compared to women. Women feel discriminated against and are not trusted enough to advance to the political stage, this is why women's participation in politics is still low. Most of the

strategic positions in the world of politics are always occupied by men.

Various studies have found that the low participation of women in politics is due to support for women. In addition, there are various obstacles regarding women's participation in politics, both external and internal. There is also representation of women in the political field, in this case in legislative institutions, namely from socio-cultural and so on.

It is hoped that women will be embraced so that they can be confident in accessing the political sphere. Women have subtle feelings, soft nature, so they must support women and provide equal opportunities to occupy strategic positions in the political field, so that women are able to implement their subtle basic character through their leadership in the framework of the welfare of society in general.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Pekerjaan pemindahan pupuk kompos dari timbangan ke pengayakan dilakukan oleh 1 orang pekerja dengan cara memegang, mengangkat, membawa dan meletakkan secara manual

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan fokus permasalahannya dalam penelitian ini adalah: “Apa makna