JURNAL ILMIAH
EFEKTIFITAS PERANAN BPD SEBAGAI MITRA KERJA PEMERINTAH DESA
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
(Studi Di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah)
OLEH :
SUDIRMAN
D1A 009 007
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
Halaman Pengesahan Jurnal Ilmiah
EFEKTIFITAS PERANAN BPD SEBAGAI MITRA KERJA PEMERINTAH DESA
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
(Studi Di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah)
OLEH :
SUDIRMAN
D1A 009 007
Menyetujui,
Mataram, juni 2013
Pembimbing Pertama
,EFEKTIFITAS PERANAN BPD SEBAGAI MITRA KERJA PEMERINTAH
DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
(Studi Di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah)
SUDIRMAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan, dan
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Bangkat Parak, Desa
Gapura, Desa pengengat, Desa Teruwai. Yang menjadi permasalahan adalah untuk
mengetahui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan
desa?; dan
faktor-faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (BPD) dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Desa Bangkat Parak, Desa Gapura, Desa pengengat, Desa
Teruwai?;.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian normatif empiris,
dengan menggunakan Pendekatan perundang-undangan, konseptual dan kajian hukum
sosiologis. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data
skunder. Data tersebut kemudian di olah dianalisa dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran BPD sebagai mitra kerja
pemerintah desa sudah efektif dan berjalan dengan baik. Saran yang diberikan yaitu
BPD harus lebih sering mengadakan pertemuan-pertemuan dan diskusi dengan
masyarakat agar lebih terjalin keakraban antara pemerintah desa dengan masyarakat.
Kata kunci : efektifitas, BPD, pemerintahan desa.
BPD ROLE AS AN EFFECTIVE GOVERNMENT PARTNERS VILLAGE
GOVERNMENT IN THE IMPLEMENTATION OF THE VILLAGE
(Studies in Central Lombok District Pujut)
SUDIRMAN
ABSTRACT
This study aims to determine the implementation of the duties and functions of
the Village Consultative Body (BPD) in governance, and to determine the factors that
affect the implementation of the duties and functions (BPD) in governance at the
BangkatParak village, Gapura Village, pengengat Village, Teruwai Village. The
problem is to determine the implementation of the duties and functions of the Village
Consultative Body (BPD) in governance Village?, And the factors that affect the
implementation of the duties and functions (BPD) in governance at the Bangkat Parak
village, Gapura Village, pengengat Village, Teruwai village?;.
In
this study, the authors use type normative empirical research, using the
statutory approach, conceptual and sociological study of law. The type of data in this
study is primary data and secondary data. Though the data are then analyzed using
qualitative descriptive methods.
Results of this study indicate that the role of government as a partner with BPD
village is effective and runs well. Advice given that BPD should be frequently held
meetings and discussions with the community to be more inter twined with the
familiarity between the village government.
I. PENDAHULUAN
Dalam konteks sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia yang membagi daerah Indonesia atas daerah-daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk dan susunan tingkatan pemerintahan terendah adalah desa atau kelurahan. Dalam konteks ini, pemerintahan desa adalah merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintahan nasional yang langsung berada di bawah pemerintah kabupaten.
Sebagian besar orang mendefinisikan “sistem” sebagai suatu cara yang dilakukan seseorang atau beberapa orang untuk mewujudkan atau tercapainya suatu kehendak yang ingin dicapai. Lebih jauh mengutip pendapat S. Pamudji memberikan definisi sistem sebagai suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks, terorganisir serta suatu himpunan atau perpaduan hal-hal yang membentuk suatu kebulatan yang yang utuh.1
Sedangkan “pemerintahan” adalah serangkaian proses kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh perundang-undangan.2
Selanjutnya mengutip pendapat S.E Finer mengenai pemerintahan beliau mendefinisikan pemerintahan atau “government” sebagai berikut:3
a. Menunjukkan kegiatan atau proses pemerintah, yaitu melaksanakan kontrol atas pihak lain. (the activity or the process of governing)
b. Menunjukkan masalah-masalah negara dalam mana kegiatan atau proses di atas dijumpai.( state of affairs)
c. Menunjukkan orang-oranag yang dibebani tugas untuk memerintah(people charged with the duty governing)
1S.Pamudji,teori sistem dan penerapannya dalam manjemen, Jakarta: Ichtiar Baru, 1981, hal.4 2Tesis Purnama Hady,Implementasi Peraturan Daerah No.3 Tahun 2007 Tentang Desa Dalam
Pengelolaan Administrasi Pemerintahan Desa Di Kabupaten Lombok Timur,Fakultas Hukum, Universitas Mataram, 2010, hal. 53
d. Menunjukkan cara, metode atau sistem dengan mana suatu masyarakat tertentu di perintah.
Dalam menjalankan suatu hal apapun itu tentunya harus memiliki dasar atau pijakan yang kuat, sehingga nanti dalam perjalanannya hal tersebut bisa terarah dan memperoleh hasil sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya dan tentunya disinilah letak atau fungsi dari pemerintah itu sendiri sebagai pengatur pengendali arah atau kebijakan.
Adapun Menurut Bagir Manan pemerintah pada dasarnya di bedakan atas tiga bagian yaitu:4
a. Pemerintah dalam arti sempit adalah penyelenggaraan kekuasaan negara dalam bidang eksekutif atau administrasi negara;
b. Pemerintah dalam arti agak luas yaitu penyelenggaraan kekuasaan negara dalam bidang eksekutif dan legislatif tertentu melekat pada daerah otonom.
c. Pemerintah dalam arti luas yang mencakup semua kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara dalam semua lingkungan jabatan negara, baik dibidang eksekutif legislatif maupun yudikatif.
Seorang ilmuwan politik, Karl W.Deutsch, dalam Syaukani, dkk, menyebutkan bahwa pemerintahan itu ibaratnya oranag yang membawa kapal ditengah samugra yang luas, sehingga dengan demikian pemerintah sebagai kapten harus mampu mengatur dan membawa bawahannya sehingga mereka bisa selamat sampai tujuan yang ingin dicapai.5
“Pemerintahan pada awalnya dibentuk untuk menghindarikeadaan di mana sebuah wilayah yang dihuni oleh manusia mengalami serba kekacauan. Keadaan itu kemudian memaksa lahirnya lahirnya seseorang dengan pengaruh yang ditimbulkannya untuk
4Bagir Manan,menyongsong fajar otonomi daerah, tinjauan dari segi etika dan kepemimpinan, Jakarta, 1997, hal.103-104
membentuk kelompok yang terkuat bagi upaya menetralkan dan melindungi suatu kelompok dari gangguan kelompok lain”.6
Kelompok tersebut pada tahap selanjutnya menjadi minoritas yang memiliki ototritas yang tak terbatas dengan tujuan yang dapat mereka ciptakan atas nama kelompok mayoritas (rakyat) atau bahkan atas kehendak dan keinginan mereka sendiri.7
Kemudian jika kita kaitkan dengan peran BPD sebagai suatu wadah yang menampung aspirasi sekaligus merumuskan peraturan masyarakat hendaknya mampu mengayomi dan memberikan segala kemampuannya untuk kemaslahatan masyarakatnya. Hal ini juga berlaku bagi kepala desa sebagai mitra kerja BPD dalam merumuskan sekaligus mengesahkan peraturan desa, hendaknya mampu mengakomodir semua aspirasi dan nilai-nilai (kearifan lokal) masyarakat adat sehingga nantinya semua peraturan tersebut bisa efektif di tengah-tengah masyarakat yang cenderung heterogen.
Dengan kewenangan pokok yang yang dilakukan oleh pemerintah sebagai sebuah organisasi dari negara, W.S.Syaire meyakini bahwa pemerintah merupakan sebuah gejala yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaan negara.8
Jika pemerintah dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka tugas pokok selanjutnya adalah bagaimana pelayanan dapat membuahkan keadilan, pemberdayaan yang membuahkan kemandirian, serta pembangunan yang menciptakan kemakmuran.9
Mengutip pendapat Ndraha, jika fungsi pemerintahan dijalankan dengan baik maka hal tersebut memberikan definisi baru yaitu tentang pemerintahan sebagai suatu
6Muhadam Labolo,memahami Ilmu pemerintahan,Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2006, Hal.15 7Lihat Mosca dan Paretto dalam SP Varma,Teori Politik Modern,Jakarta: PT. Raja grafindo
Persada,2001, hal.201
ilmu, dimana pemerintahan mempelajari bagaimana memenuhi dan melindungi kebutuhan dan tuntutan tiap orang akan jasa publik dan layanan sipil dalam hubungan pemerintahan.10
Seorang pemerintah yang perannya sebagai pengatur dan pengen dali kehidupan masyarakatnya dalam menjalankan urusan tersebut tentunya harus berdasarkan wewenang yang telah diberikan oleh undang-undang, sehingga nantinya tidak berujung pada penyalah gunaan wewenang. Hal ini dikatakan pula oleh Ridwan HR,bahwasanya pemerintah hanya melakukan perbuatan hukum jika memiliki legalitas atau didasarkan pada undang-undang yang merupakan perwujudan aspirasi warga negara.11
Demikian juga halnya dengan pemerintahan desa, sebagai perangkat desa jika hendak melakukan perbuatan hukum tentunya harus menggindahkan peraturan-peraturan yang telah ditentukan sehingga dalam perjalannya tidak da penolakan dari masyarakat. Anggota BPD pun harus demikian dalam merumuskan peraturan desa tentunya harus dibarengi dengan kemampuan menelaah problema dan kemajemukan masyarakat, sehingga dalam pembuatan peraturan-peraturan tersaebut nantinya tidak terjadi kesenjangan sosial. Hal yang tidak kalah pentingnya disini adalah seperti yang dikatakan ridwan tadi, jangan sampai seorang pemangku jabatan pemerintahan menyalahgunakan wewenangnya, baik itu dalam hal pembuatan perauturan desa, dan terlebih lagi bagaimana menjadi seorang BPD yang benar-benar menjadi figur publik.
“Pemerintah desa adalah bagian integral dan merupakan struktur organisasi pemerintahan terbawah dalam sistem pemerintahan negara Republik Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya maka setiap aparat pemerintah desa harus didasarkan pada peraturan perundangan.”12
Untuk menunjang legitimasi yang kuat dan terarah dalam pemerintahan desa tentunya didasarkan pula pada prinsip akuntabilitas, transparansi dan responsivitas.
10Taliziduhu Ndraha,kybernologi I,Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hal.44
Akuntabilitas maksudnya adalah menunjuk pada institusi dan proses checks and balances dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Selanjutnya adalah transparansi, diutamakan pada pengelolaan kebijakan, keuangan dan pelayanan masyarakat(publik). Kemudian responsivitas berkaitan dengan daya tanggap pemerintah desa dan BPD dalam menyerap aspirasi-aspirasi masyarakat yang kemudian dijadikan landasan dalam pembentukan
peraturan desa, serta pengambilan kebijakan dan atau keputusan desa.13
Selain itu juga, dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah desa yang dimaksudkan disini adalah kepala desa sekaligus keseluruhan perangkat desa termasuk BPD, tentunya tidak mesti berpijak pada tiga hal tadi. Menurut Prajudi dalam bukunya menerangkan ada beberapa hal yang juga perlu adalah diantaranya. “…efektifitas, artinya kegiatan harus mengenai sasaran yang telah ditetapkan, moralitas yaitu salah satu syarat yang paling diperhatikan oleh masyarakat dan etika umum maupun etika kedinasan wajib dijunjung tinggi…”14
Adapun mengenai dasar hukum penyelenggaraan pemerintahan desa seperti yang telah di uraikan di atas adalah Undang-Undang no.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta PP RI no. 72 tahun 2005 Tentang Desa. Selanjutnya pengaturan lebih lanjut mengenai desa diatur dengan Perda masing-masing daerah.
Badan Permusyawaratan Desa, yang selanjutnya disebut BPD, adalah satu badan yang sebelumnya disebut Badan Perwakilan Desa, yang berfungsi menetapkan Peraturan Desa, bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.15
Dalam rangka melaksanakan kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya, dibentuklah Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga legislasi dan wadah yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
13Edy Topo Ashari dan Desi Pernanda,membangun kepemerintahan yang baik, bahan ajar diklatpim
III,lembaga administrasi negara RI, Jakarta. Hal.65
aspirasi masyarakat. Lembaga ini pada hakikatnya adalah mitra kerja Pemerintah Desa yang memiliki kedudukan yang sejajar dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat.
Adapun Menurut H.A.W Widjaja beliau mengemukakan fungsi dari Badan Permusayawaratan Desa adalah menetapkan peraturan bersama kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.16
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dapat membuat Rancangan Peraturan Desa yang secara bersama-sama Pemerintah Desa ditetapkan menjadi Peraturan Desa. Dalam hal ini, BPD sebagai lembaga pengawasan memiliki kewajiban untuk melakukan kontrol terhadap implementasi peraturan desa serta anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes).17
Telah begitu banyak peraturan yang mengatur tentang Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang belum sepenuhnya menjadikan aspirasi masyarakat sebagai acuan dalam pembuatan peraturan Desa, menjadikan penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kinerja BPD itu, apakah benar-benar membantu pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan atau hanya menjadi simbol demokrasi tanpa implementasi, atau malah menimbulkan masalah yang tidak perlu, yang hanya akan menghabiskan energi yang sesungguhnya lebih dibutuhkan oleh masyarakat desa untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan dan krisis ekonomi. Berdasarkan pengamatan awal dan informasi yang didapatkan oleh peneliti bahwa kinerja Badan Permusyawaratan Desa (BPD) telah berjalan dengan baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan: 1) Bagaimana pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
16HAW.Widjaja,penyelenggaraan otonomi di Indonesia,Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, hal.279
17HAW. Widjaja,Pemerintahan Desa/Marga berdasarkan Undang-undan No.22 tentang
penyelenggaraan pemerintahan desa?; 2) Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Tujuan dari penelitian ini antara lain : 1) Untuk mengetahui pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. 2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (BPD) dalam penyelenggaraan pemerintahan di Desa Bangkat Parak, Desa Gapura, Desa pengengat, Desa Teruwai dan di Kantor Camat Pujut Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
Agar tidak menyimpang jauh dari rumusan masalah dan judul dalam penelitian ini maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah efektifitas peranan BPD sebagai mitra kerja pemerintah Desa dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam hal pembuatan peraturan bersama-sama Kepala Desa, dalam hal ini efektif bermakna bahwa BPD dapat menjalankan fungsinya dengan baik yaitu mampu menampung dan menyalurkan aspirasi dari masyarakat kepada Pemerintah Desa berhubungan dengan pembentukan peraturan serta pengambilan kebijakan dan atau keputusan Desa. Adapun dalam penelitian ini materinya merujuk pada Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Permendagri No. 35 tahun 2007 Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, dan PP. No. 72 tahun 2005 tentang Pemerintahan Desa.
Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini antara lain : 1) Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan keilmuan, khususnya dalam kajian ilmu pemerintahan. 2) secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi anggota BPD dan Kepala Desa
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian normatif empiris, dengan menggunakan Pendekatan perundang-undangan, konseptual dan kajian hukum sosiologis. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Data tersebut kemudian di olah dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang artinya menerangkan data yang diperoleh setelah diseleksi dan dilihat kesesuaiannya dengan ketentuan yang berlaku kemudian disimpulkan untuk mendapatkan
jawaban dari permasalahan yang diteliti.
II. PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Desa Bangkat Parak, Desa Gapura, Desa
pengengat, Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
Pada dasarnya Terdapat 5 tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pertama, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. Kedua, membentuk panitia pemilihan Kepala Desa. Ketiga, mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa. Keempat, membahas rancangan peraturan desa bersama dengan Kepala Desa. Kelima, melakukan pengawasan terhadap peraturan desa dan peraturan Kepala Desa.
Kelima tupoksi tersebut menjadi landasan bagi BPD di tiap-tiap Desa yang berada di wilayah kecamatan pujut, terutama di desa tempat penulis melakukan penelitian sebagai acuan mereka dalam menyelenggarakan pemerintahan yang baik sesuai dengan PP No. 72 Tahun 2005 Peraturan Pemerintah tentang Pemerintahan Desa.
1. Fungsi BPD dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
kemudian menindaklanjuti aspirasi tersebut untuk disampaikan kepada instansi atau lembaga terkait. Untuk itu dibutuhkan pengetahuan oleh masyarakat tentang keberadaan dan peranan BPD. Berkaitan dengan tupoksi di atas penulis menemukan bahwa hal tersebut berjalan dengan baik. Hal tersebut dilihat dari tanggapan responden yakni 5 dari 9 aspirasi yang masuk telah berjalan meski belum sepenuhnya sempurna. Jika melihat rasio tersebut di atas maka jika kembali merujuk pada PP. No. 72 Tahun 2005 ataupun UU. No. 32 tahun 2004 maka bisa dikatakan bahwa kemampuan BPD dalam menyalurkan aspirasi masyarakat sudah tergolong baik.
2. Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa
Dalam membentuk panitia Pemilihan Kepala Desa, BPD membentuk panitia Pemilihan Kepala Desa yang keanggotaannya berasal dari Unsur Perangkat Desa, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan, Tokoh masyarakat.
Dalam pemilihan kepala desa di desa ini, hal yang dilakukan oleh BPD terlebih dahulu yaitu membentuk panitia pemilihan. Adapun panitia-panitia tersebut dapat berasal dari tokoh-tokoh masyarakat, unsur-unsur perangkat desa, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di Desa, setelah itu anggota BPD berembuk dan berunding kemudian memustuskan siapa-siapa yang menjadi panitia pemilihan.
Adapun tugas dari panita pemilihan kepala desa yaitu, yaitu melaksanakan semua kegiatan selama pencalonan kepala desa dan bertanggung jawab kepada BPD dengan cara melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan mulai dari penjaringan bakal calon sampai dengan terpilih Kepala Desa.
3. Mengusulkan Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa
berdasarkan berita acara pemilihan yang diberikan oleh ketua panitia pemilihan kepala desa memberitahukan kepada pemerintah daerah tentang calon kepala desa yang telah disetujui dan telah memenuhi persyaratan. Setelah mendapat surat keputusan dari pemerintah daerah tentang penetapan calon kepala desa, BPD menginstruksikan kepada panitia pemilihan kepala desa agar melaksanakan tugasnya dalam menyelenggarakan pemilihan kepala desa. Hasil dari pemilihan kepala desa tersebut kemudian dilaporkan oleh panitia pemilihan kepala desa kepada BPD.
4. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam menetapkan Peraturan
Desa bersama Kepala Desa
Dalam merumuskan dan menetapkan peraturan desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berpedoman pada Peraturan daerah Kabupaten Lombok Tengah tentang Tata Cara Penyusunan dan Penetapan Peraturan Desa. BPD dalam merumuskan Peraturan Desa bersama-sama dengan pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa), melalui beberapa proses antara lain sebagai berikut : a. Pemerintah Desa mengundang anggota BPD untuk menyampaikan maksudnya
membentuk peraturan desa dengan menyampaikan pokok-pokok peraturan desa yang diajukan.
b. Kepala Desa terlebih dahulu mengajukan rancangan peraturan desa, demikian halnya dengan pemerintah desa yang juga mengajukan rancangan peraturan desa. c. BPD memberikan usul untuk melengkapi atau menyempurnakan rancangan
peraturan desa.
d. Ketua BPD menyampaikan usulan tersebut kepada pemerintah desa untuk diagendakan.
Setelah BPD dan Kepala Desa mengajukan rancangan Peraturan Desa kemudian akan dibahas bersama dalam rapat BPD dan setelah mengalami penambahan dan perubahan, kemudian rancangan Peraturan Desa tersebut disahkan dan disetujui serta ditetapkan sebagi Peraturan Desa.
5. Melaksanakan Pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa
Di dalam pelaksanaan peraturan desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) juga melaksanakan kontrol atau pengawasan terhadap peraturan-peraturan desa dan Peraturan Kepala Desa. Pelaksanaan pengawasan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa yang dimaksud disini yaitu Pelaksanaan pengawasan terhadap APBDes dan Rencana pembangunan yang dijadikan sebagai peraturan desa dan juga pengawasan terhadap keputusan Kepala Desa.
1. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Peraturan Desa.
Badan Permusyawaratan Desa dalam menjalankan fungsinya mengawasi peraturan desa dalam hal ini yaitu mengawasi segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah desa. Segala bentuk tindakan pemerintah desa, selalu dipantau dan diawasi oleh kami selaku BPD baik sebara langsung ataupun tidak langsung, hal ini kami lakukan untuk melihat apakan terjadi penyimpangan peraturan atau tidak.
Beberapa cara pengawasan yang dilakukan oleh BPD terhadap pelaksanaan peraturan desa, antara lain :
a. Mengawasi semua tindakan yang dilakukan oleh pelaksana peraturan desa. b. Jika terjadi penyelewengan, BPD memberikan teguran untuk pertama kali
secara kekeluargaan.
c. BPD akan mengklarifikasi dalam rapat desa yang dipimpin oleh Ketua BPD. d. Jika terjadi tindakan yang sangat sulit untuk dipecahkan, maka BPD akan
peraturan seperti melaporkan kepada Camat serta Bupati untuk ditindaklanjuti.
2. Pengawasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Pengawasan terhadap APBDes ini dapat dilihat dalam laporan pertanggungjawaban Kepala Desa setiap akhir tahun anggaran. Adapun bentuk pengawasan yang dilakukan oleh BPD yaitu :
a. Memantau semua pemasukan dan pengeluaran kas desa.
b. Memantau secara rutin mengenai dana-dana swadaya yang digunakan untuk pembangunan desa.
Terkait efektivitas pengawasan BPD dalam mengawasi jalannya peraturan desa, dibutuhkan juga partisipasi dan kerja sama dari seluruh komponen masyarakat.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Tupoksi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Bangkat Parak Kec. Pujut Kab. Lombok
Tengah.
Dalam mewujudkan suatu organisasi yang efektif dalam pelaksanaan fungsinya tidak lepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi kinerjanya dalam mencapai tujuan, seperti halnya dengan Badan Permusyawaratan Desa, untuk menjadi efektif dan baik tidak serta merta terjadi begitu saja tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. 1. Masyarakat
dalam bentuk aspirasi maupun dalam pelaksanaan suatu keputusan sangat menentukan pelaksanaan tugas dan fungsi BPD.
2. Pola Hubungan Kerja Sama dengan Pemerintah Desa
Salah satu faktor yang berpengaruh di dalam pelaksanaan tugas dan fungsi BPD di Desa Bangkat Parak adalah pola hubungan kerja sama terciptanya hubungan yang harmonis antara BPD dengan Pemerintah Desa dengan senantiasa menghargai dan menghormati satu sama lain, serta adannya niat baik untuk saling membantu dan saling mengingatkan mendukung jalannya kinerja BPD. Keharmonisan ini desebabkan karena adanya tujuan dan kepentingan bersama yang ingin dicapai yaitu untuk mensejahterakan masyarakat desa. Sebagai unsur yang bermitra dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, BPD dan Pemerintah Desa selalu menyadari adanya kedudukan yang sejajar antara keduanya.
3. Pendapatan/insentif
Adanya pemberian insentif atau pendapatan juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam memacu kinerja BPD untuk menjadi lebih baik dan merupakan wujud penghargaan dan kepedulian pemerintah terhadap BPD. Pemberian insentif yang dinilai belum memadai bagi anggota BPD terkadang menjadi penghambat dalam meningkatkan kinerja. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti diketahui bahwa insentif yang diberikan oleh pemerintah masih sangat minim. Hal inilah yang terkadang membuat anggota menomorduakan tugasnya. Insentif yang diberikan masih jauh untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami sehingga kami masih perlu untuk mencari pekerjaan sampingan.
4. Rekruitmen/sistem pemilihan anggota BPD
tokoh-tokoh masyarakat yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Orang-orang yang dipilih untuk menduduki jabatan BPD ini merupakan orang yang danggap mampu baik dari segi pendidikan, maupun pengaruhnya dimasyarakat dalam hal ini mampu bekerja sama dan mampu menangkap serta membaca masalah-masalah yang ada di desa.
5. Fasilitas operasional
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Badan Permusyawaratan Desa di lokasi penelitian pemeliti menemukan BPD melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dengan baik meski belum sepenuhnya terlaksana. Karena jika kita melihat ukuran efektifitas ini ada beberapa hal diantaranya, aturan, aparat penegak hokum, kesadaran masyarakat, dan fasilitas atau sarana dan prasarana yang mendukung sehingga tugas tersebut bisa terlaksana dengan baik tentunya dalam hal ini berkaitan dengan tupoksi anggota BPD. 2) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa, yaitu : masyarakat, masyarakat yang baik adalah masyarakat yang bersifat aktif .Pola hubungan kerjasama dengan pemerintah desa,
Pendapatan/insentif, dan Rekruitmen/sistem pemilihan anggota BPD, Fasilitas
Operasional, adapun kinerja BPD dalam mengefektifkan tupoksinya dapat lebih
ditingkatkan dengan fasilitas operasional yang mendukung. B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Abdullah, Rozali, Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung, jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Hady, Purnama, Implementasi Peraturan Daerah No.3 Tahun 2007 Tentang Desa Dalam
Pengelolaan Administrasi Pemerintahan Desa Di Kabupaten Lombok Timur, tesis, 2010.
HR ,Ridwan, hukum administrasi negara, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006. Sayre , W.S. dalam Inu Kencana Syafiie,ekologi Pemerintahan, Jakarta:PT.Pertja, 1998. Ndraha, kybernologi I, Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Labolo, Muhadam, memahami Ilmu pemerintahan, jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2006.
Manan, Bagir, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Tinjauan Dari Segi Etika Dan Kepemimpinan, Jakarta, 1997.
Mosca dan Paretto dalam SP Varma, Teori Politik Modern, jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2001. Widjaja, HAW. Pemerintahan Desa/Marga berdasarkan Undang-undan No.22 tentang pemerintahan
Daerah suatu telaah Administrasi Negara, cet.3, jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003. --- Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat Dan Utuh, cet. Ke 2, jakarta, PT. raja
grafindo persada, 2004.
--- Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia, jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
Gaffar, Affan; Syaukani; dan Ryass Rasyid, otonomi daerah dalam negara kesatuan, jakarta: Pustaka Pelajar, cet.7, 2007
Ashari, Topo, Edy, dan Desi Pernanda, membangun kepemerintahan yang baik, bahan ajar diklatpim
III, lembaga administrasi negara RI, Jakarta
Atmosudirdjo, Prajudi, hukum administrasi negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.
Pamudji, S, Teori Sistem Dan Penerapannya Dalam Manjemen, Jakarta: Ichtiar Baru, 1981. Finer,S.E, dalam S.Pamudji, Perbandingan Pemerintahan, Jakarta: Bina Aksara, 1998.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945
Indonesia, Undang- Undang Tentang Pemerintahan Daerah, UU. No. 32 tahun 2004.
Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Tentang Pedoman Umum Tata Cara
Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
Permendagri Nomor 35 Tahun 2007