• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etnografi Sebagai Penelitian Kualitatif pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Etnografi Sebagai Penelitian Kualitatif pdf"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

METODOLOGI PENELITIAN KOMUNIKASI

KAJIAN ETNOGRAFI

SEBAGAI PENELITIAN KUALITATIF

DISUSUN OLEH :

FEBY GRACE ADRIANY 147045003

RENANDA KHAIRUNA PURBA 147045004

MUHARRAMI SYAHPUTRA 147045006

NANDA RIZKI 147045007

AGNES APRILISNA LUBIS 147045009

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ... 2

Pendahuluan ... 3

Pembahasan ... 5

A. Etnografi sebagai Penelitian Kualitatif ... 5

B. Ciri Penelitian Etnografi ... 8

C. Etnografi Komunikasi ... 9

D. Melakukan Penelitian Etnografi ... 10

E. Informan dalam Penelitian Etnografi ... 13

F. Tantangan Penelitian Etnografi ... 13

G. Contoh Penelitian Etnografi Komunikasi Terdahulu ... 15

Penutup ... 18

(3)

PENDAHULUAN

Pada awalnya, metode penelitian dalam ilmu sosial banyak dipengaruhi oleh pendekatan positivistik, yang berpangkal pada keyakinan bahwa kebenaran itu selalu bermanifestasi dalam wujud gejala-gejala yang dapat diamati secara indrawi, artinya pendekatan positivistik berasumsi bahwa suatu gejala itu hanya boleh dinilai betul (true) bukan benar (right) maka gejala itu kasat mata, bisa diamati dan bisa diukur. Namun dalam perkembangannya mulai dilakukan pengembangan bahkan pendekatan positivistik mulai ditinggalkan oleh peneliti ilmu sosial karena ternyata tidak semua gejala sosiobudaya dapat diukur dan dikuantifikasi seperti awalnya realitas organik. Seorang tokoh pendekatan interaksionisme simbolik Mead menilai bahwa sesungguhnya mustahil untuk mengonsepkan objek-objek kajian ilmu sosial sepenuhnya sebagai sesuatu yang memiliki raga dan selalu dapat diobservasi.

Penelitian ilmu sosial pun dilakukan dalam dua bentuk, kuantitatif dan kualitatif. Metode kualitatif dipengaruhi oleh paradigma naturalistik-interpretatif Weberian, perspektif post-positivistik kelompok teori kritis serta post-modernisme seperti dikembangkan oleh Baudrillard, Lyotard, dan Derrida (Cresswell, 1994). Penelitian kualitatif berusaha mengkonstruksi realitas dan memahami maknanya. Sehingga, penelitian kualitatif biasanya sangat memperhatikan proses, peristiwa dan otentisitas. Memang dalam penelitian kualitatif kehadiran nilai peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas, melibatkan subjek dengan jumlah relatif sedikit. Peneliti kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan realitas yang ditelitinya.

Menurut Sukmadinata (2005) dasar penelitian kualitatif adalah konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman sosial yang diinterpretasikan oleh setiap individu. Peneliti kualitatif percaya bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang melalui interaksinya dengan situasi sosial mereka (Danim, 2002).

(4)

kacamata „out there‟, serta independen dari dirinya. Sementara itu, peneliti kualitatif memandang realitas merupakan hasil rekonstruksi oleh individu yang terlibat dalam situasi sosial. Secara epistemologis, peneliti kuantitatif bersikap independen dan menjaga jarak (detachment) dengan realitas yang diteliti. Sementara peneliti kualitatif, menjalin interaksi secara intens dengan realitas yang ditelitinya.

Bogdan dan Biklen (1992) menjelaskan bahwa terdapat beberapa ciri penelitian kualitatif, antara lain :

 Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan peneliti sebagai instrumen kunci.

 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih banyak kata-kata atau gambar-gambar daripada angka

 Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk. Hal ini disebabkan oleh cara peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.

 Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif, peneliti tidak mencari data untuk membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum mulai penelitian, namun untuk menyusun abstraksi.

 Penelitian kualitatif menitikberatkan pada makna bukan sekadar perilaku yang tampak.

(5)

PEMBAHASAN

A. Etnografi sebagai Penelitian Kualitatif

Istilah ethnos dalam bahasa Yunani diartikan sebagai orang, ras, atau

budaya sekelompok orang. Jika „ethno‟ sebagai awalan digabungkan dengan

„graphic‟ sehingga membentuk etnographic yang merupakan suatu disiplin ilmu yang mengkaji budaya sekelompok orang. Penelitian etnografi bermula dari penelitian antropologi yang mengamati budaya di suatu tempat. Hal ini dilakukan oleh para peneliti awal seperti Taylor, Frazer, Morgan sekitar abad 20. Dimana penelitian lapangan ini hanya terfokus pada perkembangan budaya di suatu daerah. Teknik etnografi utama pada masa awal ini adalah wawancara yang panjang, berkali-kali, dengan beberapa informan kunci, yaitu orang-orang tua dalam masyarakat tersebut yang kaya dengan cerita tentang masa lampau, tentang

kehidupan yang “nyaman” pada suatu masa dahulu. Orientasi teoritis para peneliti

terutama berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan. Pendeknya, tipe

penelitian etnografi pada masa awal ini adalah “informan oriented”, karena tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran masa lalu masyarakat tersebut.

Selanjutnya penelitian ini terus berkembang (modern 1915-1925). Racliffe-Brown dan Malinowski mengembangkan penelitian etnografi ini yang menekankan kepada kehidupan masa kini oleh anggota masyarakat yaitu way of life suatu masyarakat, dimana penelitian ini berusaha mendiskripsikan dan membangun struktur sosial budaya suatu masyarakat dan membandingkan sistem sosial dalam rangka mendapatkan kaidah-kaidah umum tentang masyarakat. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, sang peneliti tidak cukup hanya melakukan interview dengan beberapa informan tua, seperti yang dilakukan oleh para etnografi awal, tapi yang lebih penting adalah melakukan observasi sambil berpatisipasi dalam kehidupan masyarakat tersebut.

(6)

Selanjutnya penelitian etnografi ini terus berkembang yang disebut sebagai etnografi baru (1960-an). Penelitian ini dikembangkan oleh Spradley, dimana penelitian ini menekankan kepada usaha untuk menemukan bagaimana berbagai masyarakat mengorganisasikan budaya mereka dalam pikiran mereka dan kemudian menggunakan budaya tersebut dalam kehidupan.

Jadi bentuk sosial dan budaya disini menurut aliran baru adalah susunan yang ada dalam pikiran (mind) anggota masyarakat tersebut dan tugas peneliti mengoreknya keluar dari pikiran mereka. Budaya suatu masyarakat terdiri atas segala sesuatu yang harus diketahui dan dipercayai seseorang agar dia dapat berprilaku sesuai dengan cara yang diterima masyarakat. Budaya bukanlah hanya suatu fenomena material seperti benda-benda, manusia, prilaku, atau emosi. Tugas peneliti etnografi adalah menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran tersebut.

Ada tiga prinsip dasar metodologis penelitian etnografi. Pertama, naturalisme yaitu menangkap karakter perilaku manusia yang muncul dalam setting alami, setting yang memberi kebebasan proses penelitian dan buka setting yang sengaja dibuat peneliti untuk tujuan penelitian. Kedua, pemahaman, yaitu mempelajari karakter subjek penelitian sebelum menjelaskan perilakunya. Ketiga, penemuan, yaitu konsepsi proses penelitian bersifat induktif atau berdasarkan temuan.

Jalan yang paling utama dalam memahami suatu budaya dengan mempelajari bahasa suatu budaya tersebut. Etnografi mengandalkan keterlibatan peneliti dalam kelompok atau komunitas selama jangka waktu tertentu di lapangan. Lama tidaknya penelitian etnografi ini bergantung pada pemahaman terhadap gejala yang diteliti. Penelitian bisa berlangsung dalam kurun waktu singkat apabila hanya meliputi satu peristiwa, misalnya meneliti tentang cara upacara perkawinan adat Betawi. Sebaliknya, akan berlangsung dalam waktu yang lama bila hendak meneliti a sinle society, masyarakat yang kompleks.

(7)

etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya. Dengan arti lain adalah etnografi mempelajari masyarakat dan belajar dari masyarakat. Kemudian kebudayaan sebagai objek dari penelitian etnografi merupakan pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompok-kelompok masyarakat tertentu seperti custom (adat) atau cara hidup masyarakat. Dimana pola tingkah laku, adat, dan pandangan masyarakat, semua dapat didefinisikan, diinterprestasikan, dan dideskripsikan dari berbagai perspektif. Dari paparan ini dapat dipahami bahwa pemahaman terhadap suatu budaya akan berbeda pada setiap orang yang berbeda budaya. Hal ini dapat dilihat dari contoh bahwa keinginan untuk menolong seseorang akan berbeda makna dengan orang lain yang berbeda budaya. Maka penelitian etnografi ini meneliti tingkah laku namun lebih dalam dari itu menyelidiki makna tingkah laku itu sendiri

(8)

Konstruktivisme justru menganggap subjek (komunikan/decoder) sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosial.

Ada beberapa konsep yang menjadi fondasi bagi metode penelitian etnografi ini. Pertama, pentingnya membahas konsep bahasa, baik dalam melakukan proses penelitian maupun saat menuliskan hasilnya dalam bentuk verbal. Sesungguhnya adalah penting bagi peneliti untuk mempelajari bahasa setempat. Konsep kedua adalah informan. Etnografer bekerja sama dengan informan untuk menghasilkan sebuah deskripsi kebudayaan. Informan merupakan sumber informasi; secara harafiah, mereka menjadi guru bagi etnografer.

B. Ciri Penelitian Etnografi

Endraswara (2006), menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik dari penelitian etnografi, yaitu;

1. Sumber data bersifat ilmiah, dimana peneliti berusaha memahami gejala empirik dalam kehidupan informan sehari-hari.

2. Peneliti adalah instrumen penting dalam pengumpulan data.

3. Bersifat deskripsi, mencatat dengan rinci fenomena budaya yang dilihat dan dibaca menggunakan instrumen apapun. Kemudian dikombinasikan, melalui abstraksi, dan ditarik kesimpulannya.

4. Penelitian etnografi biasanya digunakan untuk memahami bentuk- bentuk tertentu atau studi kasus.

5. Analisisnya bersifat induktif.

6. Peneliti bersikap sebagaimana penduduk asli yang ditelitinya ketika berada di lapangan.

7. Data dan informan harus berasal dari tangan pertama.

8. Kebenaran data harus dicek dengan data lain, misalnya data lisan dicek kembali menggunakan data tertulis.

9. Subjek penelitian disebut partisipan, konsultan, serta teman sejawat. 10.Sudut pandang penelitian ialah emik, bukan etik.

(9)

12.Bisa menggunakan kualitatif maupun kuantitatif, namun biasanya menggunakan kualitatif

Pada dasarnya, penelitian etnografi bertujuan untuk menguraikan budaya tertentu secara holistik, yaitu aspek budaya baik spiritual maupun material. Berusaha menggali pandangan hidup sesuai dengan sudut pandangan penduduk setempat. Penelitian etnografi ini mengangkat fenomena budaya yang kemudian akan ditemukan makna tindakan budaya suatu komunitas yang diekspresikan melalui apa saja.

C. Etnografi Komunikasi

Sedangkan untuk etnografi komunikasi, ruang lingkupnya menurut Hymes adalah sebagai berikut:

a. Pola dan fungsi komunikasi

b. Hakikat dan definisi masyarakat tutur (speech comm unity) c. Cara-cara berkomunikasi

d. Komponen-komponen kompetensi komunikatif

e. Hubungan bahasa dengan pandangan dunia dan organisasi sosial f. Semesta dan ketidaksamaan linguistik dan sosial

(10)

berlangsung. Semua itu menjadikan etnografi komunikasi sebagai multi studi dalam ilmu sosial. Contoh: riset etnografi komunikasi dapat menemukan jenis-jenis bahasa yang biasa digunakan untuk merepresentasikan kegiatan beristirahat (tidur) pada masyarakat Jawa, yaitu turu, tilem, dan sare. Penggunaannya ini tergantung pada konteks komunikasi yang berbeda seperti dengan siapa berbicara dan dalam situasi apa berbicara, yang semuanya menjadi budaya keseharian masyarakat Jawa.

D. Melakukan Penelitian Etnografi

Etnografi memanfaatkan beberapa teknik pengumpulan data, meskipun teknik utamanya adalah pengamatan berperan serta (participant observation). Lindloff (1995) mengemukakan etnografer tidak mengingkari teknik penelitian kuantitatif, mereka juga sering menggunakan sensus dan prosedur statistik untuk menganalisis pola-pola atau menentukan siapa yang menjadi sampel penelitian. Etnografer juga terkadang menggunakan tes diagnostik, inventori kepribadian, dan alat pengukur lainnya. Pendeknya, etnografer akan memanfaatkan metode apapun yang membantu mereka mencapai tujuan etnografi yang baik. Penelitian etnografi tidak saja berbentuk etnografi lengkap (comprehensive ethnography) dimana mencatat satu total way oflife atau memberikan satu deskripsi utuh, lengkap dan mendetail tentang sistem sosial dan sistem kebudayaan suatu suku bangsa dan topic oriented ethnography (monografi) yang terfokuskan pada satu aspek tertentu, melainkan mulai beranjak kearah hyphothesis oriented ethnography yang bertujuan untuk menguji hipotesa dan tidak sekedar mendeskripsikan.

Penelitian etnografi memiliki karakteristik dan langkah-langkah tersendiri, Spradley (2007) mengemukakan langkah-langkahnya sebagai berikut :

1. Menetapkan informan. Terdapat beberapa syarat dalam memilih informan agar bisa memberikan informasi seperti yang diharapkan.. Peneliti juga harus melakukan penduga-dugaan siapa yang layak menjadi informan yang tepat sesuai dengan penelitiannya.

(11)

(meliputi perekaman, model wawancara, waktu dan dalam suasana bahasa asli), menjelaskan menjelaskan pertanyaan (meliputi pertanyaan deskriptif, struktural, dan kontras).

3. Membuat catatan etnografis. Catatan etnografi dapat berupa laporan ringkasan, laporan yang diperluas, jurnal lapangan, dan perlu diberikan analisis atau interpretasi. Catatan ini juga sangat fleksibel, tidak harus menggunakan kertas ini itu atau buku ini itu, melainkan cukup sederhana saja.Yang penting penelitian bisa mencatat jelas tentang identitas informan. 4. Mengajukan pertanyaan deskriptif. Spradley menjelaskan bahwa

pertanyaan deskriptif merupakan dasar dari pertanyaan etnografi. Dalam hal ini, perlu membangun hubungan dengan informan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Salah satu model pertanyaan deskriptif umum ialah seorang peneliti yang menggali permasalahan dengan cara meminta informan untuk membicarakan suatu lingkup budaya tertentu. Prinsip utama dalam mengajukan pertanyaan deskriptif ialah dengan memperluas pertanyaan cenderung memperluas jawaban (Spradley, 2007:119).

5. Melakukan analisis wawancara etnografis. Analisis dalam hal ini bisa memungkinkan bagi kita guna menemukan berbagai permasalahan untuk ditanyakan kembali dalam wawancara berikutnya. Hal penting dalam penelitian etnografi ialah bahwa informan telah memahami secara keseluruhan budaya mereka, sehingga analisis lebih ditekankan pada penyelidikan berbagai bagian budaya sebagaimana yang telah dikonseptualisasikan oleh informan (Spradley, 2007:129-130).

6. Membuat analisis domain. Peneliti membuat istilah pencakup dari apa yang dinyatakan oleh informan. Istilah tersebut seharusnya memiliki hubungan semantis yang jelas (Endraswara, 2006:213).

7. Mengajukan pertanyaan struktural. Pertanyaan ini diperoleh dengan hasil analisis domain yang dilakukan oleh peneliti etnografi sebelumnya. Beberapa prinsip dalam mengajukan pertanyaan struktural ialah,

(12)

b) Prinsip Penjelasan, pertanyaan struktural seringkali menuntut suatu penjelasan, pertanyaan ini tidak selazim pertanyaan deskriptif. Biasanya, dari pertanyaan yang diajukan tersebut membuat informan mengetahui batasan jawaban yang diperlukan.

c) Prinsip Pengulangan, tujuan dari pengulangan ini untuk memperoleh kejelasan dari istilah-istilah informan mengenai domain dalam suatu budaya.

d) Prinsip Konteks, pemberian informasi kontekstual mengenai penelitiannya kepada informan akan membantu memberikan perluasan dalam pertanyaan struktural.

e) Prinsip Kerangka Kerja Budaya

8. Membuat analisis taksonomik. Setelah melewati langkah-langkah sebelumnya, seorang peneliti bisa jadi telah memperoleh bangunan informasi budaya yang ditelitinya. Dalam tahap ini, peneliti membuat batasan ruang lingkup etnografi dan membuat analisis mendalam mengenai makna dari beberapa domain yang telah terpilih.

9. Mengajukan pertanyaan kontras. Pertanyaan kontras (perbedaan) diajukan biasanya untuk memperjelas domain-domain yang disebutkan oleh informan. Selain itu juga berguna untuk menemukan hubungan-hubungan yang tersembunyi dari simbol-simbol yang digambarkan oleh informan.

10. Membuat analisis komponen 11. Menemukan tema-tema budaya 12. Menulis laporan etnografi

(13)

mendefinisikan hal-hal penting yang harus di temukan oleh peneliti, tetapi informan yang mendefinisikanya. Seorang responden adalah siapa saja yang menjawab daftar pertanyaan penelitian atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh seorang peneliti. Sebagian besar orang akan ambigu definisi responden dan informan karena keduanya sama-sama menjawab pertanyaan dan tampak memberikan informasi mengenai kebudayaan mereka. Pelaku adalah seorang yang menjadi obyek pengamatan dalam setting alam. Seorang etnografer melakukan observasi seperti mendengarkan dan menyaksikan masyarakat dengan setting alamiah yang wajar.

E. Informan dalam Penelitian Etnografi

Ada beberapa kriteria yang harus dimiliki informan dalam penelitian etnografi, antara lain : pertama, enkulturasi penuh, artinya dapat mengetahui budayanya dengan baik. Kedua, keterlibatan langsung. Ketiga, suasana budaya yang tidak dikenal, biasanya akan semakin menerima tindak budaya sebagaimana adanya, dia tidak akan basa-basi. Keempat, memiliki waktu yang cukup. Dan kelima, non-analitis. Sedangkan pemilihan informan ditentukan dengan 4 cara :

a. Secara insidental, artinya peneliti menemui seseorang yang sama sekali belum di ketahui pada salah satu wilyah penelitian

b. Menggunakan modal orang-orang yang telah di kenal, peneliti berusaha menghubungi beberapa orang terdekat dengan cara ini peneliti bisa meyakinkan bahwa penelitiannya akan di hargai.

c. Sistem quota, artinya informan kunci telah di rumuskan kriterianya. Misalkan ketua organisasi, ketua RT, dukun dan sebagainya.

d. Secara snowball artinya informasi kunci di mulai dari jumlah kecil (satu orang) kemudian atas rekomendasi orang tersebut informan kunci menjadi semakin besar sampai jumlah tertentu. Dari cara- cara tersebut peneliti dapat memilih salah satu cara yang cocok. Pemilihan berdasakan aspek kemudahan peneliti memasuki setting dan pengumpulan data.

F. Tantangan Penelitian Etnografi

(14)

internal yaitu sifat dan karakter yang melekat di responden sebagai objek penelitian yang dapat membuat tujuan utama dari etnografi tidak tercapai yaitu mendapatkan data perilaku target market secara natural.

 Risih bila diamati

Istilah „demam panggung‟ mungkin lebih tepat untuk menggambarkan dari

sifat yang pertama ini. Tidak setiap orang akan merasa nyaman dan berperilaku natural bila mereka tahu sedang diamati. Ini tantangan yang cukup besar dalam etnografi karena objektif dari etnografi tidak akan

tercapai apabila orang yang diamati berperilaku secara „kaku‟ tidak apa

adanya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi apabila ada orang lain (tim etnografi) atau peralatan yang tidak biasa misalnya video rekaman yang berada dalam kehidupan mereka sehari-hari, yang akhirnya apa yang dilakukan dan dikerjakan terkesan serba salah.

 Gengsi

Sifat gengsi dari seseorang yang menjadi target etnografi juga dapat menghambat hasil data yang natural . Ingin selalu berusaha terlihat baik dan

„wah‟ dimata orang lain akan menjadikan pola kebiasaan yang biasa

dilakukan sehari-hari dapat berubah. Sebagai contoh pada saat dietnografi , mereka yang biasanya tidak sarapan pagi menjadi sarapan pagi atau biasanya sarapan dengan sajian sekedarnya menjadi berubah dengan sajian sarapan yang lebih mewah, dsb.

 Suka basa basi dan adanya rasa sungkan

(15)

Dari ketiga sifat dan karakter dari target pengamatan ini menjadikan penggunaan metode etnografi tidak mudah untuk mendapatkan data secara natural, perlu persiapan dan usaha tersendiri dalam aplikasinya. Oleh karena itu dibutuhkan data-data pendukung lain dan pendekatan berbeda untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai prilaku konsumen Indonesia secara umum.

G. Contoh Penelitian Etnografi Terdahulu

a) Pola Komunikasi Etnis Besemah (Studi Etnografi Komunikasi Pada Kelompok

Etnis Di Dusun Jangkar, Kelurahan Jangkar Mas Kecamatan Dempo Utara

Kotamadya Pagaralam Provinsi Sumatera Selatan) oleh Tina Kartika,

Universitas Bandar Lampung Tahun 2012.

(16)

komunikasi yang membentuk peristiwa komunikasi Etnis Besemah terdiri dari: Genre/tipe peristiwa komunikatif misalnya salam khas Etnis Besemah adalah samlekum. Dongeng misalnya Jambu Mbak Kulak, Gadis Perawan Di sarang Penyamun, Dirut. Bentuk Pesan yang digunakan adalah pesan verbal dan pesan nonverbal. Isi pesan yang digunakan tergantung situasi atau pesan apa yang dibutuhkan. Norma ketika berinteraksi misalnya menggunakan base tutughan dan singkuh. Kebiasaan antara lain: bercocok tanam, tradisi berhubungan dengan seseorang lahir/dapat untung, menikah/bekagoan, meninggal/mate, pria dewasa bertanggungjawab memenuhi kebutuhan keluarga, sedekah/hajatan bersifat insidental seperti sedekah tolak balak. Interpretasi terhadap nilai, seperti: Singkuh, likuh, ziarah kubur, base tutughan, pepatah-petiti/ungkapan tradisional, bicara dengan suara keras, pekerjaan; buruh dan pengemis, lelaki dewasa sebagai kepala keluarga. Dari hasil hubungan komponen komunikasi tersebut didapatkan pola komunikasi, antara lain: 1). Pola komunikasi keluarga inti Etnis Besemah. 2). Pola komunikasi keluarge pasat Etnis Besemah, 3). Pola perilaku komunikasi singkuh Etnis Besemah, 4). Pola perilaku komunikasi melalui pepata jeme tue. 6. Pola pesan pada Etnis Besemah, 6). Pola komunikasi sesama Etnis Besemah.

b) Pola Perilaku Komunikasi dalam Game Online Audition AyoDance Studi

Etnografi pada Pemain Game Online AyoDance yang Kecanduan di Kota

Malang oleh Fendy Gunawan, Universitas Brawijaya Malang Tahun 2013.

(17)
(18)

PENUTUP

Etnografi merupakan bagian dari penelitian sosial yang mengkaji budaya sekelompok orang yang bertujuan untuk memahami way of life suatu masyarakat, struktur sosial dan budaya masyarakat menurut interpretasi sang peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dalam pengumpulan data. Pengamatan berperan serta (participant observation) merupakan teknik pengumpulan data utama dan bisa dilengkapi dengan teknik lainnya.

Seringkali penelitian etnografi memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya yang cukup besar, karena fenomena yang ditangkap tentang masyarakat sekitar cukup kompleks dan penelitian dilakukan dalam setting alami, tidak bisa direkayasa untuk kepentingan penelitian. Selain terlibat dalam kehidupan masyarakat yang diteliti, peneliti pun bekerja sama dengan informan untuk mendapatkan data dari sisi „orang

dalam‟.

(19)

DAFTAR REFERENSI

Buku :

Ardial, H. 2014. Paradigma dan Model Penelitian Komunikasi. Jakarta : Bumi Aksara Bogdan , R.C. & Biklen , S.K. 1992. Qualitative research for Education: An

introduction to theory and methods. Boston : Allyn & Bacon

Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Spradley, James. P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Skripsi, Tesis, dan Disertasi :

Kartika, Tina. 2012. Pola Komunikasi Etnis Besemah (Studi Etnografi Komunikasi Pada Kelompok Etnis Di Dusun Jangkar, Kelurahan Jangkar Mas Kecamatan Dempo Utara Kotamadya Pagaralam Provinsi Sumatera Selatan). Disertasi pada Universitas Bandar Lampung : tidak diterbitkan

Gunawan, Fendy. Pola Perilaku Komunikasi dalam Game Online Audition AyoDance (Studi Etnografi pada Pemain Game Online AyoDance yangKecanduan di Kota Malang). Skripsi pada Universitas Brawijaya Malang : www.academia.edu

Jurnal :

Indrariani, Eva A. 2011. Strategi Komunikasi Mahasiswa Asing Dalam Interaksi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Parole Vol. 2, No. 1, pp 77-82

Jailani, M Syahran. 2013. Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenomenologi, Grounded Theory, dan Studi Kasus. Edu-Bio Vol. 4, pp 41-50

(20)

Internet :

Febriyani, Feny, et al. 2014. Etnography. Paper pada Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta : https://www.academia.edu/7139292/etnography akses 8 April 2015 pukul 13.48

http://communicator12.blogspot.com/2010/08/penelitian-etnografi-komunikasi.html

akses 8 April 2015 pukul 12.33

http://fgreisye.blogspot.com/2013/12/metode-penelitian-komunikasi-kualitatif.html

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kaitan tema dari seminar ini, peran konservasi flora Indonesia dalam mengatasi dampak pemanasan global, maka yang menjadi isu penting saat ini meningkatnya kesadaran

Dalam kehidupan sehari-hari, di awal tahun ini tidak terlalu penting bagi kita untuk memikirkan tujuan / stasiun kita mau ke mana, yang penting adalah apakah saya hari demi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode survei yang bertujuan untuk mengetahui peman- faatan media dalam pembelajaran ekonomi pada

Hasil program ini menunjukkan bahwa partisipan mampu memunculkan perilaku meminta tolong pada orang asing untuk membantunya menyeberang jalan melalui teknik

Hip displasia adalah perkembangan abnormal dari persendian coxofemoral yang dicirikan oleh subluksasio atau luksasio lengkap dari caput femur pada hewan muda dan

Sebagai tindak lanjut dari Pasal 216 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun

Karena siswa kurang memahami konsep segi tiga dan siswa tidak dapat mengerjakan soal-soalnya untuk membantu dan meningkatkan prestasi siswa dalam belajar

Variabel bebas yang diukur pada subjek dalam penelitian ini adalah: usia saat ini, status perkawinan, jumlah anak, usia menarche, pendidikan, pekerjaan, pendapatan per