• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Harmoni Sunni Syiah www.nu.or.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Membangun Harmoni Sunni Syiah www.nu.or."

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

NU Online

Membangun Harmoni Sunni-Syiah

Selasa, 28/04/2015 11:00

Oleh Ahmad Choirul Rofiq

Kawasan Timur Tengah ternyata tidak kunjung selesai diterpa konflik horizontal. Gerakan kelompok ISIS belum mereda, perhatian dunia internasional sekarang tertuju kepada perang Yaman antara pemerintah Yaman menghadapi pemberontak Houthi atau Harakah Anshar Allah. Sebagian pihak menyatakan bahwa konflik di Yaman, bukanlah pertikaian antara

kelompok Sunni dan Syi’ah (antaranews.com, 11 April 2015). Namun, sebenarnya nuansa konflik keagamaan sesama Muslim tidak dapat dipungkiri. Tulisan berikut ini memotret relasi Sunni dan Syi’ah secara historis yang ternyata cenderung diwarnai konflik. Analisis historis terhadap topik ini diharapkan menggugah semangat untuk senantiasa mengutamakan dialog dalam resolusi konflik agar relasi harmonis dapat direalisasikan.

Friksi-friksi Islam

Menurut sejarah Islam, perpecahan di kalangan umat Islam terjadi setelah Perang Shiffin antara Khalifah ‘Ali ibn Abi Thalib (w. 40 H / 661 M) dan Gubernur Mu’awiyah ibn Abi Sufyan (w. 60 H / 680 M), pada tahun 37 H (657 M). Tiga fraksi kemudian muncul, yaitu pendukung ‘Ali yang disebut Syi‘ah, pendukung Mu‘awiyah, dan Khawarij yang tidak memihak  ‘Ali maupun Mu’awiyah. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok Mu‘awiyah disebut Ahlussunnah wal Jama’ah atau Sunni.

Pembicaraan mengenai Ahlussunnah wal Jama’ah biasanya dikaitkan dengan hadits Nabi Muhammad yang menyatakan adanya perpecahan umat Islam menjadi banyak golongan dan hanya satu golongan yang selamat. Ada dua versi hadits mengenai golongan yang dimaksud, yakni golongan yang disebut Rasulullah dengan Ma ana ‘alaih wa ashhabi (Golongan yang mengikuti aku dan para shahabatku) dan al-Jama‘ah (Golongan yang bersatu). Versi pertama diriwayatkan at-Tirmidzi bersumber dari ‘Abdullah ibn ‘Amr, sedangkan versi kedua diriwayatkan Abu Dawud bersumber dari Mu‘awiyah. Pada masa Mu‘awiyah, penistaan terhadap ‘Ali dan keluarganya ditradisikan. Masyarakat yang mengikuti pelestarian tradisi negatif ini disebut Ahlus Sunnah. Mu‘awiyah bahkan menambahkan label al-Jama‘ah sehingga menjadi Ahlussunnah wal Jama’ah. Dengan demikian, mazhab Sunni merupakan golongan yang mendukung mayoritas muslim. Doktrin teologis Sunni kemudian semakin diformulasikan oleh Abu Manshur Muhammad al-Maturidi (w. 333 H / 944 M), Abu al-Hasan al-Asy’ari (w. 330 H / 941 M), dan Abu Ja’far al-Thahawi (w. 321 H / 933 M). Dalam praktik fiqh, mazhab Sunni dikembangkan oleh Abu Hanifah (Hanafi), Malik ibn Anas (Maliki), Muhammad ibn Idris al-Syafi’i (Syafi’i), dan Ahmad ibn Hanbal (Hanbali).

Adapun Syi’ah meyakini bahwa penerus kepemimpinan politik setelah Nabi Muhammad wafat adalah  ‘Ali ibn Abi Thalib, sepupu sekaligus menantu Rasulullah. Meskipun Syi’ah berkembang menjadi beberapa sekte, tetapi masing-masing mempunyai kesamaan doktrin bahwa sebenarnya Rasulullah secara jelas menunjuk ‘Ali sebagai penggantinya. Di antara mereka ialah Salman al-Farisi, al-‘Abbas ibn ‘Abd al-Muthallib, ‘Ammar ibn Yasir, Abu Dzarr al-Gifari, Ubai ibn Ka‘b, dan al-Barra' ibn ‘Azib. Penunjukan ‘Ali terjadi di suatu tempat antara Mekah dan Madinah yang bernama Gadir Khumm sepulang dari haji Wada‘ pada 18 Dzulhijjah 10 H (10 Maret 632 M) ketika Rasulullah menyampaikan hadits: “Barangsiapa menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka ‘Ali juga menjadi pemimpinnya.” Tetapi doktrin ini disangkal kalangan Sunni sebab hadits itu menunjukkan konteks pertolongan dan kasih sayang, bukan pemberian kekuasaan atau kepemimpinan. Seandainya Rasulullah telah menunjuk ‘Ali sebagai penggantinya, tentu para khalifah sebelum ‘Ali tidak mau menerima pembaiatan mereka.

(2)

NU Online

Mengikis Ironi Perseteruan Sunni-Syi’ah

Hal yang menyedihkan, relasi di antara sekte-sekte Islam tersebut cenderung antagonistik. Perselisihan di kalangan umat Islam, terutama mengenai persoalan politik sektarian terus mewarnai perjalanan sejarah Islam. Konflik tersebut bahkan menelan banyak korban dari kaum Muslimin sendiri. Kenyataan inilah yang telah ditegaskan oleh asy-Syahrastani di dalam karya monumentalnya al-Milal wa an-Nihal bahwa konflik paling berdarah yang terjadi di tengah umat Islam adalah konflik yang berkaitan dengan kekuasaan. Dalam setiap perjalanan masa, tidak ada pedang yang terhunus di dalam masyarakat Islam demi alasan keagamaan sebagaimana terhunusnya pedang yang dipicu oleh permasalahan kekuasaan.

Fakta-fakta historis berikut ini menegaskan kenyataan pahit tersebut. Pada masa kekuasaan Dinasti Umawiyyah, para pengikut Syi’ah dan Khawarij mengalami tekanan keras. Gerakan oposisi mereka diberangus oleh pemerintah Umawiyyah secara kejam, meskipun penindasan tersebut sempat berhenti sejenak selama kepemimpinan Khalifah ‘Umar ibn ‘Abdul Aziz (98-101 H / 717-720 M) yang terkenal dengan kesalehan dan keadilannya. Peralihan kekuasaan dari Umawiyyah ke ‘Abbasiyah juga tidak mengubah kebijakan represif terhadap Syi’ah dan Khawarij.

Karena setiap penguasa dari tiap sekte Islam biasanya tidak toleran kepada sekte lain, maka kebijakan represif akhirnya diterapkan secara silih berganti dan berlatar belakang fanatisme sektarian. Ketika Dinasti Fatimiyah yang beraliran Syi’ah berhasil memantapkan kekuasaannya di hadapan ‘Abbasiyah yang Sunni, mereka menyebarkan ajaran Syi’ah secara gencar. Sebaliknya, setelah Dinasti Fatimiyah digulingkan Dinasti Ayyubiyah yang Sunni, penyebaran Syi’ah dihentikan. Lembaga al-Azhar yang didirikan Fatimiyah sebagai pusat pengajaran Syi’ah ditutup dan selanjutnya diorientasikan untuk mengajarkan mazhab Sunni. Buku-buku tuntunan Syi’ah dimusnahkan karena dinilai menyimpang menurut pandangan Sunni.

Konflik Sunni dan Syi’ah yang justru melemahkan umat Islam berlangsung antara Dinasti Turki Usmani dan Dinasti Safawiyah. Turki Usmani yang mengalahkan Safawiyah berhasil memaksa Safawiyah agar menghentikan penistaan kepada Khalifah Abu Bakr ash-Shiddiq, ‘Umar ibn al-Khattab, dan ‘Usman ibn ‘Affan. Sungguh ironis, penistaan kepada figur-figur al-Khulafa’ ar-Rasyidun dilakukan oleh umat Islam sendiri. Khalifah ‘Ali dihina saat Umawiyyah berkuasa, sedangkan tiga khalifah sebelum ‘Ali juga dinistakan ketika Safawiyyah memegang pemerintahan.

Pada masa sekarang pun, permusuhan sektarian antara Sunni dan Syi’ah masih terlihat di tengah masyarakat Islam. Perang di Yaman sedang berkecamuk antara pemerintah Sunni dan pemberontak Syi’ah. Sementara dunia Islam masih ingat betapa menyedihkan dampak yang ditimbulkan sewaktu konflik antara Irak dan Iran setelah keberhasilan Revolusi Iran. Sedangkan di Indonesia, pengusiran komunitas minoritas Syi’ah dilakukan oleh mayoritas penganut Sunni di Sampang, Madura. Jelas sekali bahwa korban dari konflik internal sesama kaum Muslimin tersebut adalah orang Islam sendiri.

Oleh sebab itu, gerakan nyata untuk membangun komunikasi intensif di antara umat Islam yang sangat majemuk wajib dilakukan sehingga energi umat Islam tidak disia-siakan dalam pertikaian internal. Kemiskinan yang melanda di sebagian negara berpenduduk Muslim dan penjajahan Palestina oleh Israel adalah sebagian permasalahan penting yang harus segera dituntaskan. Pesan mulia untuk mengedepankan persatuan umat dan memahami perbedaan yang ada telah diteladankan Nabi Muhammad ketika beliau mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dari Mekkah dan kaum Anshar dari Madinah. Para ulama dan pemimpin negara-negara Islam di seluruh dunia hendaknya mengutamakan dialog dalam menyelesaikan masalah umat Islam sehingga kerugian besar tidak diderita oleh kaum Muslimin. Kepentingan politis parsial seharusnya dikesampingkan supaya kemaslahatan seluruh umat Islam tercapai.

 

Referensi

Dokumen terkait

Melalui diskusi, siswa dapat menentukan sisi alas dari bangun ruang kubus dengan benar.. Melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan 3 benda-benda yang berbentuk balok

Dengan demikian, kesimpulan akhir dari penelitian ini yakni produk skala kecemasan aspek kognitif untuk siswa kelas V sekolah dasar ini berkualitas sangat baik dan dapat membantu

Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = 0, variabel biaya periklanan dengan media elektronik, periklanan dengan surat kabar, periklanan dengan poster,

Kali Wonokromo yang adalah bagian dari delta Sungai Brantas (Brantas river basin) , karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran sedimen, faktor

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sumberdaya yang digunakan untuk pengembangan kegiatan produksi dan tingkat produksi hasil hutan, peternakan, dan

Dibandingkan dengan harga buah kopi dan kopi biasa kopi luwak lebih memiliki harga yang tinggi yaitu untuk per kilogramnya bisa mencapai Rp 200.000,- yaitu biji kopi luwak yang masih

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil glukosa tertinggi adalah 277 mg/ml dengan menggunakan bubuk jerami padi yang telah di delignifikasi menggunakan microwave

Kemudian puisi Sukmawati ini juga ditanggapi kurang baik dari sastra atau penulis, Sukmawati memang bukan penulis puisi, apalagi sastrawan. Tapi bukan