• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelengkapan Rekam Medis Rawat I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kelengkapan Rekam Medis Rawat I"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kelengkapan Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit

Umum Pusat Fatmawati Pada Bulan Desember 2015

Ni Putu Chandra Prima Murthi, Kurnia Sari

Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia

Email: niputu.chandrapm@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini membahas kelengkapan rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Bulan Desember 2015. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kelengkapan isi rekam medis pasien Instalasi Rawat Inap serta faktor-faktor yang berkaitan dengan pengisian rekam medis. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Pada penelitian kuantitatif menggunakan dua jenis daftar tilik, sedangkan wawancara menggunakan pedoman wawancara. Hasil penelitian didapatkan rata-rata rekam medis pasien rawat inap berdasarkan daftar tilik yang diadopsi dari Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis adalah 57,8%, sedangkan berdasarkan daftar tilik yang telah ada di rumah sakit adalah 78,9%. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata berdasarkan kedua daftar tilik tersebut yang disebabkan oleh daftar tilik yang digunakan oleh rumah sakit lebih detail. Tidak adanya pelatihan pengisian rekam medis kepada tenaga pengisi rekam medis merupakan salah satu hambatan dalam pengisian rekam medis secara lengkap.

Analysis of Completeness Inpatient Medical Record in Fatmawati

Hospital in December 2015

Abstract

This study discusses the completeness of inpatient medical records at the Fatmawati Hospital in December 2015. The purpose of this study is to analyze the completeness of the contents of the medical records of patients Inpatient as well as the factors relating to the charging of medical records. This research is a quantitative and qualitative methods of observation and in-depth interviews. In the quantitative research uses two kinds of checklists, while interview using interview guideline. The results, the average medical records of inpatients based checklists were adopted from Permenkes No. 269 Year 2008 on the Medical Record is 57.8%, while based checklist that had been in the hospital was 78.9%. This shows that there are differences on average, because the checklists used by hospitals is more detail. The lack of training to the personnel who’s filling medical record is one of obstacles in filling the medical record completely.

Keyword:

(2)

Pendahuluan

Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, rumah sakit merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit memiliki peran strategis dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia. Rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang padat teknologi dan padat pakar sehingga peran strategis tersebut menjadi sangat menonjol mengingat timbulnya perubahan-perubahan epidemiologi penyakit, perubahan struktur demografis, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), perubahan struktur sosio ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih bermutu, ramah serta sanggup memenuhi kebutuhan mereka yang menuntut perubahan pola pelayanan kesehatan di Indonesia (Aditama, 2002). Maka dari itu, Rumah Sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu kepada para pasiennya.

Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit sangat mengandalkan informasi secara intensif. Sistem informasi merupakan sarana untuk memberikan pelayanan yang bermutu yang dapat memuaskan pasiennya. Salah satu bentuk sistem informasi yang menunjang Rumah Sakit untuk memberikan pelayanan yang bermutu adalah rekam medis. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Departemen Kesehatan, 2008). Pada umumnya, rekam medis ini diisi oleh dokter atau dokter gigi, perawat serta petugas rekam medis. Rekam medis memiliki mutu yang baik bila memenuhi indikator-indikator dalam kelengkapan pengisiannya, keakuratannya, tepat waktu serta memenuhi persyaratan aspek hukum (Huffman 1994).

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati yang kemudian disebut RSUP Fatmawati merupakan Rumah Sakit Kelas A Pendidikan dan merupakan pusat rujukan wilayah Jakarta Selatan. RSUP Fatmawati telah menunjukan peningkatan pada jumlah kunjungan pasien di Instalasi Rawat Inap (IRNA) pada tahun 2011-2014 yaitu dari 29.400 kunjungan pada tahun 2011 menjadi 33.173 pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa RSUP Fatmawati diharapkan dapat terus memberikan pelayanan yang bermutu.

Beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat kelengkapan rekam medis di beberapa rumah sakit masih rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Armay (2009) di RS X Bogor menunjukkan bahwa dari 10 formulir yang diteliti sebesar 61,04 persen dinyatakan lengkap dan 38,96 persen dinyatakan tidak lengkap. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Surtihati (2011), menunjukkan bahwa kelengkapan rekam medis rawat inap di RS Y adalah sebesar 9,3 persen. Lalu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afdhal (2015), kelengkapan rekam medis rawat inap bayi dan anak di RS Z adalah sebesar 68,8 persen. Tinggi rendahnya kelengkapan rekam medis dapat berdampak pada mutu rekam medis dan nantinya mutu rekam medis akan berdampak pada mutu rumah sakit. Dengan kata lain, jika mutu rekam medis di rumah sakit tersebut baik dapat dikatakan rumah sakit memberikan pelayanan yang baik dan memiliki mutu yang baik.

(3)

Tinjauan Teoritis

1. Mutu Rekam Medis

Kualitas mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit dapat kita lihat dari baik atau buruknya mutu rekam medis rumah sakit tersebut. Rekam medis yang bermutu sendiri merupakan pemenuhan standar rekam medis yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku. Terdapat empat indikator mutu rekam medis yang harus dipenuhi yaitu kelengkapan isi rekam medis, keakuratan isi rekam medis, ketepatan waktu pengembalian rekam medis serta pemenuhan persyaratan hukum.

a. Kelengkapan isi rekam medis

Berdasarkan Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis, isi rekam medis rawat inap sekurang-kurangnya harus memuat:

• Identitas pasien,

• Tanggal dan waktu,

• Hasil anamnesis yang mencakup keluhan dan riwayat penyakit,

• Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik,

• Diagnosis,

• Rencana penatalaksanaan,

• Pengobatan dan/atau tindakan,

• Persetujuan tindakan bila diperlukan,

• Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan,

• Ringkasan pulang (discharge summary),

• Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan,

• Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu,

• Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik. b. Keakuratan isi rekam medis

Salah satu fungsi rekam medis adalah sebagai dokumentasi sejarah kesehatan pasien, baik di masa sekarang dan di masa lalu beserta pelayanan dan pengobatan yang diterima oleh pasien tersebut secara akurat dan memadai. Dari fungsi ini diketahui bahwa keakuratan pengisian rekam medis sangatlah penting. Keakuratan pengisian rekam medis merupakan ketepatan catatan rekam medis dimana semua data pasien ditulis dengan teliti, cermat, seksama dan sesuai dengan keadaan sebenarnya (Huffman 1994). Keakuratan pengisian rekam medis meliputi:

• Catatan identitas yang sesuai dengan identitas waktu masuk dirawat,

• Catatan diagnose sesuai hasil pemeriksaan pasien,

• Catatan pengobatan sesuai dengan diagnosis,

• Catatan pemberian obat sesuai dengan instruksi dokter,

• Catatan paramedic perawatan sesuai dengan evaluasi grafik, suhu, nadi dan tensi,

• Catatan tindakan sesuai dengan instruksi dokter. c. Ketepatan waktu pengembalian rekam medis

Rekam medis harus diisi dan dikembalikan kepada bagian rekam medis tepat pada waktunya, yakni sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Pengisiin rekam medis yang tepat waktu ini sangat penting, mengingat manusia dapat dengan mudah lupa informasi yang ia terima. Rekam medis sebaiknya diisi berdekatan waktunya dengan peristiwa yang akan didokumentasikan ke dalam rekam medis. Joint Commission menyarankan untuk setiap peristiwa klinis yang terjadi harus segera didokumentasikan ke dalam rekam medis.

d. Pemenuhan persyaratan hukum

(4)

untuk rekam medis diatur dalam Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis yaitu:

• Rekam medis harus dibuat segera dan dilengkapi setelah pasien menerima pelayanan,

• Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pecatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien,

• Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung,

• Jika terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan, maka dapat dilakukan pembetulan dengan cara pencoretan tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan yang bersangkutan.

Tinggi rendahnya suatu mutu rekam medis sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor sumber daya tenaga kesehatan, faktor sarana dan prasarana, faktor kebijakan atau prosedur untuk pengisian dokumen rekam medis serta faktor pembiayaan.

a. Faktor sumber daya tenaga kesehatan

Sumber daya tenaga kesehatan terutama dokter, perawat serta petugas lainnya yang berkaitan dengan pengisian rekam medis merupakan faktor yang mempengaruhi mutu rekam medis. Faktor ini merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan mutu rekam medis. Kualitas dari rekam medis sangatlah bergantung dengan karakteristik individu yang mengisinya. Pengisi rekam medis haruslah mengetahui dan mengerti pentingnya membuat rekam medis yang akurat dan lengkap. Karakteristik yang dimaksud adalah pendidikan, pelatihan tentang rekam medis, latar belakang pendidikan dan masa kerja petugas.

b. Faktor sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang dimaksud disni adalah alat serta fasilitas yang menunjang dalam penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit. Alat serta fasilitas tersebut seperti alat tulis, komputer, lembaran formulir serta tempat penyimpanan rekam medis. Untuk mencapai efisiensi dalam pelayanan yang diberikan kepada pasien, alat dan fasilitas tersebut harus disediakan oleh pihak rumah sakit.

c. Faktor kebijakan atau prosedur untuk pengisian dokumen rekam medis

Kebijakan atau prosedur pengisian rekam medis sangat penting untuk menunjang penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit sehingga rekam medis yang diisi sesuai dengan standar yang berlaku. Selain itu perlu adanya pemantauan terhadap kebijakan atau prosedur pengisian rekam medis tersebut.

d. Faktor pembiayaan

Dalam menunjang penyelenggaraan rekam medis di rumah sakit diperlukan adanya anggaran. Anggaran tersebut digunakan untuk pemenuhan sumber daya tenaga kesehatan serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan rekam medis tersebut.

2. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem merupakan sebuah upaya untuk melakukan pemecahan masalah yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan analisis secara sistematik (Ariani, 2015). Menurut Azwar (1996) dalam Isya (2015), pendekatan sistem terdiri dari input, proses dan output. Input merupakan kumpulan bahan-bahan atau benda-benda yang diperlukan agar suatu sistem bekerja. Unsur-unsur dalam input terdiri dari sebagai berikut: a. Man adalah SDM yang akan terlibat dalam pengelolaan suatu proses manajemen.

b. Money adalah anggaran yang akan digunakan dalam pengelolaan suatu proses manajemen. c. Method adalah semua acuan dan aturan yang akan digunakan dalam pengelolaan suatu proses

manajemen.

d. Material merupakan semua bahan tetrkait dengan pengelolaan suatu proses manajemen dan tidak menggunakan mesin atau motor penggerak. Contoh dari material adalah gedung, peralatan medis, peralatan non medis, alat tulis kantor, dan lain sebagainya.

(5)

Proses adalah unsur sistem yang berfungsi sebagai pengolahan terhadap input sehingga dapat menghasilkan output. Sedangkan output adalah hasil kerja dari sistem tersebut, bersifat nyata, dapat dilihat dan diukur.

Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dan merupakan penelitian Mixed Methods. Penelitian Mixed Methods adalah penelitian kuantitatif yang dilakukan secara observasional dengan menggunakan daftar tilik atau check list untuk mengetahui kelengkapan isi rekam medis rawat inap. Setelah itu penelitian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif untuk mengetahui variabel sumber daya tenaga kesehatan, kebijakan atau prosedur pengisian rekam medis serta sarana dan prasarana terhadap kelengkapan isi rekam medis pasien Instalasi Rawat Inap RSUP Fatmawati Jakarta melalui pendekatan sistem yaitu input-proses-output. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rekam Medis dan Pusat Data Informasi (IRMPDI) dan Instalasi Rawat Inap RSUP Fatmawati yang beralamat di Jalan RS Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan pada bulan September 2015 hingga Desember 2015. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2015 dengan mengambil rekam medis yang baru datang dari IRNA ke IRMPDI dan belum dilakukan pelengkapan rekam medis kembali. Populasi merupakan keseluruhan unit di dalam penelitian yang akan kita teliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dokumen rekam medis pasien rawat inap RSUP Fatmawati pada bulan Desember 2015. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang karakteristiknya kita ukur dan nantinya dipakai untuk menduga karakteristik populasi. Sampel penelitian ini adalah semua berkas rekam medis pasien rawat inap yang kembali pada Desember 2015. Menurut Fraenkel dan Wallen (2012), besaran sampel minimum untuk penelitian yang bersifat deskriptif adalah 100 sampel. Maka dari itu pada penelitian ini diambil sampel sebanyak 427 rekam medis.

Hasil dan Pembahasan Penelitian

1. Kelengkapan Rekam Medis

Observasi yang dilakukan oleh peneliti terkait kelengkapan rekam medis menggunakan dua jenis daftar tilik yaitu daftar tilik yang telah digunakan oleh RSUP Fatmawati dan daftar tilik berdasarkan berdasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis. Jumlah rekam medis yang didapatkan dari hasil observasi adalah 427 rekam medis. Rekam medis tersebut merupakan rekam medis yang baru datang ke IRMPDI dari Instalasi Rawat Inap (IRNA).

(6)

Tabel 1 Kelengkapan Rekam Medis Berdasarkan Daftar Tilik yang Telah Digunakan Oleh RSUP Fatmawati

n=427

No. Catatan RM %

A INFORMED CONSENT 92,8

1. General Consent 93,4

2. Persetujuan Operasi 90,4

3. Persetujuan Pembiusan 71,7

4. Persetujuan Transfusi 93,9

5. Persetujuan Tindakan Risiko Tinggi 100 6. Persetujuan Penelitian Klinis 100 7. Diagnosa Awal, Informasi yang Mendukung

Rencana Tindakan 100

B PENGKAJIAN AWAL PASIEN 78,1

1. Pengkajian Awal Medis 51,8

2. Pengkajian Awal Keperawatan 97,2

3. Skrining Status Gizi 91,6

4. Skrining Status Fungsional 96,5

5. Skrining Nyeri 87,6

6. Pengkajian dan Pengkajian Ulang Pasien di Akhir

Kehidupan 99,1

7. Kajian Kebutuhan Khusus 99,1

8. Discharge Planning 17,6

9. Rencana Tata Laksana dengan Target Terukur 22,5

10. Kajian Kebutuhan Edukasi 98,6

11. Obat yang Diminum Sebelum Masuk Rumah Sakit 97,9

C CATATAN PASIEN TERINTEGRASI 90,7

1. Kajian Ulang Medis Setiap Hari 100

2. Rencana Tindakan Pembedahan 98,8

3. Rencana Perawatan Medis Setelah Operasi 99,5 4. Rencana Keperawatan Setelah Operasi 99,5 5. Efek Obat Pada Pasien Dipantau (Kejadian Tidak

Diharapkan) 55,7

D EDUKASI 70,4

1. Kepercayaan dan Nilai (Budaya) yang Dianut

Pasien 60

2. Kecakapan Baca Tulis, Tingkat Pendidikan dan

Bahasa 60,7

3. Hambatan Emosi dan Motivasi 67,7

(7)

Lanjutan tabel 1…

n=427

No. Catatan RM %

E LAIN-LAIN 79,1

1. Obat yang Diberi, Dicatat Dalam RM 99,5

2. Pencatatan Nama, Tanggal, Waktu dan Tanda

Tangan Petugas 17,8

3. Ada Keterlambatan Memberi Pengobatan 99,8

4. Perencanaan Perawatan Pasien 99,3

F. CATATAN ANESTESI 71,6

1. Kajian Pra-Sedasi 72,4

2. Pemantauan Selama Sedasi 72,6

3. Kriteria Pemulihan 71,2

4. Kajian Pra-Anestesi dan Pra-Induksi 72,1 5. Waktu Mulai dan Selesai Anestesi 72,4 6. Rencana Pembiusan (Konsul Anestesi) 68,9

G. LAPORAN OPERASI 71,6

1. Diagnosis Pra-Operasi 72,1

2. Diagnosis Post-Operasi 72,6

3. Nama Dokter Bedah dan Asistennya 71,9

4. Nama Prosedur/Operasi 72,6

5. Spesimen Bedah yang Dikirim Ke PA 71,7

6. Komplikasi Selama Prosedur 67,7

7. Jumlah Darah yang Hilang 70,7

8. Tanggal, Waktu dan Tandatangan Operator 72,6

H. RINGKASAN PULANG 61,1

1. Alasan Dirawat, Diagnosis dan Komplikasi 66,5 2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang yang Ditemukan 80,3 3. Prosedur Diagnostik dan Terapi yang Dilakukan 79,9 4. Obat yang Diminum Termasuk yang Dibawa Pulang 88,1

5. Kondisi Pasien Saat Pulang 17,3

6. Instruksi Pulang 34,7

I. RUJUKAN 100

1. Nama Petugas yang Siap Menerima Pasien 100

2. Alasan Dirujuk 100

3. Kondisi Khusus yang Terkait dengan Rujukan 100 4. Catatan Setiap Perubahan Kondisi Selama Proses

Pemindahan 100

RERATA KELENGKAPAN PENGISIAN 78,9

(8)

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa angka kelengkapan rekam medis bervariasi berdasarkan masing-masing komponen. Jika pasien tidak menjalani operasi, maka tidak ada lembar persetujuan operasi dan dikategorikan lengkap. Jika dilihat dari komponen yang ada dalam catatan rekam medis, urutan kelengkapan isi rekam medis rawat inap adalah Ringkasan Pulang 61,1 persen, Edukasi 70,4 persen, Laporan Operasi 71,5 persen, Catatan Anastesi 71,6 persen, Pengkajian Awal Pasien 78,1 persen, Lain-Lain 79,1 persen, Catatan Pasien Terintegrasi 90,7 persen, Informed Consent 92,7 persen, dan Rujukan 100 persen.

Berdasarkan tabel tersebut, maka gambaran kelengkapan rekam medis rawat inap RSUP Fatmawati adalah sebagai berikut:

a. Informed Consent

Catatan terendah pada Informed Consent adalah pada Persetujuan Pembiusan sebesar 71,6 persen dan catatan tertinggi pada Informed Consent adalah pada Persetujuan Tindakan Risiko Tinggi, Persetujuan Penelitian Klinis dan Diagnosa Awal Informasi yang Mendukung Rencana Tindakan sebesar 100 persen.

b. Pengkajian Awal Pasien

Catatan terendah pada Pengkajian Awal Pasien adalah pada Discharge Planning sebesar 17,6 persen. Catatan tertinggi pada Pengkajian Awal Pasien adalah Pengkajian Ulang Pasien di Akhir Kehidupan dan Kajian Kebutuhan Khusus sebesar 99,1 persen.

c. Catatan Pasien Terintegrasi

Catatan terendah pada Catatan Pasien Terintegrasi adalah pada Efek Obat pada Pasien Dipantau sebesar 55,7 persen. Efek obat pada pasien dipantau memiliki kelengkapan terendah karena masih banyak rekam medis yang tidak diisi oleh Farmasi. Padahal seharusnya farmasi menuliskan efek obat pada pasien dan memberikan tandatangan serta tanggal. Catatan tertinggi pada Catatan Pasien Terintegrasi adalah Kajian Ulang Medis Setiap Hari sebesar 100 persen. Kajian ulang medis sudah dilakukan setiap hari oleh DPJP dan perawat.

d. Edukasi

Catatan terendah pada Edukasi adalah pada Kepercayaan dan Nilai (Budaya) yang Dianut Pasien sebesar 60 persen dan catatan tertinggi pada Edukasi adalah Kemauan Pasien Menerima Informasi sebesar 95,8 persen.

e. Lain-lain

Catatan terendah pada Lain-lain adalah pada Pencatatan Nama, Tanggal, Waktu dan Tandatangan sebesar 17,8 persen. Rendahnya pencatatan nama, tanggal, waktu dan tandatangan disebabkan oleh tidak diisinya formulir Discharge Planning (seperti yang dijelaskan pada bagian pengkajian awal pasein). Jika formulir Discharge Planning tidak diisi, maka pencatatan nama, tanggal, waktu dan tandatangan menjadi tidak lengkap. Selain disebabkan oleh formulir Discharge Planning, rendahnya angka pencatatan nama, tanggal, waktu dan tandatangan juga disebabkan oleh tidak ditandatanganinya lembaran pengkajian awal medis, informed consent dan ringkasan pulang. Catatan dengan skor tertinggi pada Lain-Lain adalah Ada Keterlambatan Memberi Pengobatan sebesar 99,8 persen.

f. Catatan Anestesi

Catatan terendah pada Catatan Anestesi adalah Rencana Pembiusan (Konsul Anestesi) sebesar 68,9 persen dan catatan tertinggi pada Catatan Anestesi adalah Pemantauan Selama Sedasi sebesar 72,6 persen.

g. Laporan Operasi

Rerata kelengkapan untuk Laporan Operasi adalah sebesar 71,6 persen. Catatan terkecil pada Laporan Operasi adalah Komplikasi selama Prosedur sebesar 67,7 persen dan catatan terbesar pada Laporan Operasi adalah Diagnosis Pra-Operasi dan Diagnosis Post-Operasi sebesar 72,6 persen.

h. Ringkasan Pulang

(9)

Catatan tertinggi pada Ringkasan Pulang adalah Obat yang Diminum Termasuk yang Dibawa Pulang sebesar 88,1 persen.

i. Rujukan

Dari semua rekam medis yang ditelaah, peneliti menemukan adanya beberapa pasien yang dirujuk ke rumah sakit lain. Sisanya pasien tidak dirujuk ke rumah sakit lain. Maka formulir yang tidak ada karena tidak dirujuk ke rumah sakit lain dianggap lengkap. Persentase catatan Rujukan sebesar 100 persen.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar kelengkapan pengisian rekam medis adalah 100 persen. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan seluruh komponen catatan rekam medis tersebut belum memenuhi standar, kecuali catatan Rujukan yang sudah 100 persen.

Selain menggunakan daftar tilik yang telah digunakan oleh rumah sakit, peneliti juga menggunakan daftar tilik yang diadopsi dari Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis. Berikut adalah gambaran kelengkapan rekam medis berdasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis:

Tabel 2 Kelengkapan Rekam Medis Berdasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis

n=427

No. Catatan RM %

1. Identitas Pasien 100

2. Tanggal, waktu dan tanda-tangan petugas 17,8 3. Hasil Anamnesis yang Mencakup Keluhan

dan Riwayat Penyakit

51,8

4. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Medik

80,3

5. Diagnosis 51,8

6. Rencana Penatalaksanaan 22,5

7. Pengobatan dan/atau Tindakan 79,9 8. Persetujuan Tindakan Bila Diperlukan 62,5 9. Catatan Observasi Klinis dan Hasil

Pengobatan

100

10. Ringkasan Pulang (Discharge Summary) 11,7

Jika dilihat dari tabel tersebut, terdapat dua komponen yang dapat dikategorikan lengkap (100 persen) yaitu Identitas Pasien dan Catatan Observasi Klinis dan Hasil Pengobatan. Namun masih ada komponen yang dapat dikategorikan tidak lengkap (< 100 persen) yaitu Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Medik (80,3 persen), Pengobatan dan/atau Tindakan (79,9 persen), Persetujuan Tindakan Bila Diperlukan (62,5 persen), Hasil Anamnesis Mencakup Keluhan dan Riwayat Penyakit (51,7 persen), Diagnosis (51,7 persen), Rencana Penatalaksanaan (22,5 persen), Tanggal, Waktu dan Tandatangan Petugas (17,8 persen) dan Ringkasan Pulang (11,7 persen). 2. Skor Kelengkapan Rekam Medis

(10)

Tabel 3 Distribusi Skor Kelengkapan Rekam Medis Pasien Rawat Inap RSUP Fatmawati Bulan

Hasil analisis menunjukkan bahwa rata-rata skor kelengkapan dengan menggunakan datar tilik yang sudah digunakan oleh RSUP Fatmawati adalah 78,9 persen. Skor terendah adalah 49,1 persen dan skor tertinggi adalah 98,2 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya rekam medis yang memiliki skor tertinggi 100 persen yang merupakan standar berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dan standar yang telah ditetapkan oleh RSUP Fatmawati.

Sedangkan rata-rata skor kelengkapan berdasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis adalah sebesar 57,8 persen. Skor terendah adalah 20 persen dan skor tertinggi adalah 100 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan daftar tilik yang diadopsi dari Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis memiliki rekam medis yang memiliki skor maksmium 100 persen.

Dari hasil kedua analisis tersebut dapat dilihat perbandingan rata-rata kelengkapan menggunakan daftar tilik dari RSUP Fatmawati dan daftar tilik berdasarkan Permenkes RI No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis. Perbedaan antara masing-masing rata-rata kelengkapan mencapai 21,1 persen. Perbedaan ini disebabkan karena daftar tilik yang digunakan oleh RSUP Fatmawati untuk menilai kelengkapan rekam medis lebih mendetail jika dibandingkan daftar tilik yang diadopsi dari Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis. Peneliti menyarankan untuk tetap menggunakan daftar tilik yang telah digunakan RSUP Fatmawati dengan beberapa perbaikan. Perbaikan tersebut adalah menyesuaikan komponen-komponen yang ada pada daftar tilik dengan formulir rekam medis yang ada.

RSUP Fatmawati adalah Rumah Sakit Pendidikan Kelas A. Sebagai Rumah Sakit Pendidikan Kelas A, RSUP Fatmawati dituntut untuk melakukan pendokumentasian pasien secara lengkap dan akurat. Pihak rumah sakit sebaiknya memberikan pelatihan secara terus-menerus untuk mengingatkan seberapa pentingnya pengisian rekam medis yang lengkap dan akurat.

3. Sumber Daya Tenaga Kesehatan

Dari hasil wawancara dengan perawat dikatakan bahwa pelatihan yang diberikan kepada perawat adalah berupa sosialisasi pengisian formulir baru. Sosialisasi ini diberikan kepada kepala ruang setiap lantai rawat inap yang kemudian disampaikan kepada perawat pelaksana setiap lantai. Sedangkan pelatihan untuk dokter diberikan pada pada saat masa orientasi dokter baru dan penyampaian feedback kelengkapan rekam medis kepada perwakilan setiap Satuan Medis Fungsional (SMF). Sebaiknya diadakan pelatihan secara khusus terkait pengisian rekam medis dan dilakukan secara berkala. Pelatihan tersebut juga tidak hanya diberikan kepada dokter atau tenaga pengisi rekam medis baru saja, tetapi diberikan juga kepada karyawan yang sudah memiliki pengalaman. Karyawan yang sudah memiliki pengalaman pun akan selalu memerlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

(11)

merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kinerja para tenaga kerja. Pimpinan rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pelatihan yang memadai bagi karyawannya. Pelatihan dapat meningkatkan produktivitas dari karyawan, meningkatkan kualitas dari output dan meningkatkan kemampuan karyawan tersebut dalam melakukan pekerjaannya. Karyawan yang lebih terlatih tidak hanya lebih kompeten dalam pekerjaannya, karyawan yang lebih terlatih juga akan lebih menyadari pentingnya setiap tindakan yang ia lakukan. Pelatihan secara khusus terkait rekam medis diperlukan secara berkala karena dapat meningkatkan tingkat kesadaran tenaga pengisi rekam medis dalam mengisi rekam medis yang lengkap dan akurat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukaesih (2008), pelatihan dipercaya dapat meningkatkan kinerja dari karyawan. Pelatihan merupakan bagian dari peningkatan kompetensi yang mencakup keterampilan dalam menjalankan tugas dan peningkatan keterampilan dalam memberikan penguatan yaitu kemampuan dalam memberikan respon atau tanggap terhadap pelaksaaan tugasnya serta peningkatakan keterampilan membuat variasi yang artinya mampu melakukan inovasi baru dan kreatif dalam melaksanakan tugasnya.

Menurut peneliti, sosialisasi panduan pengisian formulir baru bukan merupakan bagian dari pelatihan. Sosialisasi tersebut hanya dilakukan jika terdapat formulir rekam medis baru. Pelatihan sendiri merupakan pendidikan jangka pendek yang mempelajari pengetahuan bersifat teknis. Seharusnya penelitian yang diberikan dikemas dalam bentuk workshop. Misalnya diadakan workshop pengisian rekam medis. Workshop dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali dan diberikan kepada seluruh tenaga pengisi rekam medis. Selain itu, tenaga pengisi rekam medis yang baru maupun yang sudah berpengalaman harus selalu diberikan penyegaran terhadap pengisian rekam medis secara lengkap dan akurat. Diharapkan dengan melakukan pelatihan berupa workshop dan penyegaran tersebut dapat terus meningkatkan mutu rekam medis di RSUP Fatmawati.

4. Kebijakan atau Prosedur Pengisian Rekam Medis

Standard Operating Procedure (SOP) adalah sebuah dokumen yang menjelaskan secara detail yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada di dalam suatu organisasi, digunakan untuk memastikan semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-fasilitas berjalan efektif dan efisien, konsisten, standar dan sistematis. Tujuan dari SOP adalah untuk menjamin semua karyawan melakukan pekerjaan dengan cara yang sama.

Menurut informan, prosedur pengisian rekam medis yang diterapkan di RSUP Fatmawati sudah sangat lengkap. Didalam prosedur tersebut terdapat panduan mengisi masing-masing formulir rekam medis, siapa saja yang bertanggung jawab mengisi formulir tersebut dan waktu paling lambat untuk mengisi rekam medis tersebut. Prosedur yang telah ada sangat membantu dan mempermudah dalam pengisian rekam medis. Kebijakan atau prosedur pengisian rekam medis sangat membantu dan mempermudah pengisian rekam medis. Namun masih ada beberapa formulir rekam medis yang dinilai kurang jelas siapa pengisinya seperti bagian Discharge Planning.

Berdasarkan Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Nomor HK.03.05/II,1/2853/2015 disebutkan bahwa formulir Discharge Planning dapat diisi oleh DPJP dan perawat berkolaborasi. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan sosialisasi kembali terkait panduan pengisian formulir rekam medis dan kasus seperti apa saja yang membutuhkan

Discharge Planning.

Menurut informan, terdapat beberapa hal yang menghambat pelaksanaan dari kebijakan atau prosedur pengisian rekam medis seperti beban kerja dokter yang tinggi, belum berlakunya sistem

reward and punishment sehingga para dokter merasa tidak ada efek jika mereka mengisi rekam medis dengan lengkap.

Pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kinerja karyawan. Sistem pengendalian manajemen menjadi alat untuk mengembangkan dan mengelola sumber daya manusia suatu organisasi. Sistem pengendalian manajemen terfokus pada output, dimana dilakukan penekanan pada motivasi karyawan dengan memperkuat reward and punishment.

(12)

kepada tenaga pengisi rekam medis. Hal ini dapat mendorong tenaga pengisi rekam medis untuk terus mengisi rekam medis secara lengkap.

Selain itu, perlu diadakannya perbaikan prosedur atau panduan pengisian rekam medis. Hal ini dirasa penting mengingat masih adanya tenaga pengisi rekam medis yang mengalami kebingungan terhadap siapa yang bertanggung jawab untuk menulis formulir rekam medis, kapan waktu paling lambat untuk mengisi dan bagaimana cara mengisi yang baik dan benar. Misalnya, pada lembaran

Discharge Planning. Seharusnya pada panduan pengisian rekam medis dijelaskan lebih detail siapa yang seharusnya mengisi formulir tersebut dan diperjelas bahwa pengisian Discharge Planning selambat-lambatnya adalah 2 x 24 jam setelah pasien dirawat. Kemudian, mengingat bahwa rekam medis tersebut juga tidak hanya diisi oleh dokter dan perawat, perlu dijelaskan apakah tenaga kesehatan yang lain wajib melakukan pengisian rekam medis dan pada formulir manakah mereka harus mengisi. Diharapkan dengan melakukan perbaikan prosedur atau panduan pengisian rekam medis ini dapat terus meningkatkan pemahaman semua tenaga pengisi rekam medis tentang bagaimana cara mengisi rekam medis yang lengkap dan akurat, siapa yang seharusnya mengisi rekam medis tersebut dan kapan waktu selambat-lambatnya mengisi rekam medis

.

5. Sarana dan Prasarana

Berdasarkan Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B, sarana merupakan segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi mata maupun teraba oleh panca indra dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan umumnya merupakan bagian dari suatu gedung ataupun bangunan gedung itu sendiri sedangkan prasarana merupakan benda maupun jaringan atau instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain, sarana merupakan segala sesuatu yang menyangkut fisik gedung atau bangunan atau ruangan, sedangkan prasarana merupakan segala sesuatu yang membuat sarana tersebut dapat berfungsi seperti pengadaan air bersih, listrik, instalasi air limbah dan lain-lain.

RSUP Fatmawati memerlukan sarana dan prasarana yang baik dalam melayani pasien hal ini untuk mendukung pelaksanaan pengisian rekam medis. Berdasarkan observasi peneliti, sarana dan prasarana yang telah disiapkan rumah sakit untuk mendukung pengisian rekam medis adalah formulir rekam medis, alat tulis, komputer, printer dan ruangan untuk mengisi rekam medis. Kondisi dari sarana dan prasarana tersebut sudah cukup memadai untuk beberapa hal. Misalnya ketersediaan formulir, formulir yang dibutuhkan selalu tersedia di bagian rumah tangga RSUP Fatmawati. Hal tersebut didukung dengan pernyataan dari informan 1 bahwa formulir rekam medis selalu ada di rumah tangga, jika ruangan kehabisan formulir dapat segera mengambil formulir di bagian Rumah Tangga.

Sedangkan untuk alat tulis, pihak rumah sakit telah menyediakan alat tulis namun dengan jumlah yang terbatas sehingga sering kali tenaga pengisi rekam medis harus mempersiapkan sendiri alat tulis untuk mendukung proses pengisian rekam medis. Hal ini didukung oleh pernyataaan dari informan 2 dan informan 3 bahwa seringkali pihak rumah sakit kehabisan alat tulis 4 warna, hal tersebut menyebabkan informan untuk menyediakan alat tulis sendiri. Untuk komputer dan printer, setiap ruangan sudah memiliki komputer dan printer masing-masing, hal tersebut menunjukkan ketersediaan komputer dan printer sudah cukup memadai.

Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil observasi mengenai kelengkapan rekam medis pasien rawat inap RSUP Fatmawati Bulan Desember 2015 didapat:

a. Dilihat dari komponen rekam medis pasien rawat inap RSUP Fatmawati, maka urutan kelengkapannya adalah sebagai berikut:

(13)

• Edukasi 70,4 persen dengan catatan terendah pada Kepercayaan dan Nilai (Budaya) yang Dianut Pasien sebesar 60 persen dan tertinggi adalah Kemauan Pasien Menerima Informasi sebesar 95,8 persen.

• Laporan Operasi 71,5 persen dengan catatan terendah pada Komplikasi selama Prosedur sebesar 67,7 persen dan tertinggi pada Laporan Operasi adalah Diagnosis Pra-Operasi dan Diagnosis Post-Operasi sebesar 72,6 persen.

• Catatan Anastesi 71,6 persen dengan catatan terendah pada Rencana Pembiusan (Konsul Anestesi) sebesar 68,9 persen dan tertinggi adalah Pemantauan Selama Sedasi sebesar 72,6 persen

• Pengkajian Awal Pasien 78,1 persen dengan catatan terendah pada Discharge Planning

sebesar 17,6 persen dan tertinggi pada adalah Pengkajian Ulang Pasien di Akhir Kehidupan dan Kajian Kebutuhan Khusus sebesar 99,1 persen.

• Lain-Lain 79,1 persen dengan catatan terendah pada Pencatatan Nama, Tanggal, Waktu dan Tandatangan sebesar 17,8 persen dan tertinggi pada Ada Keterlambatan Memberi Pengobatan sebesar 99,8 persen.

• Catatan Pasien Terintegrasi 90,7 persen dengan catatan terendah pada Efek Obat pada Pasien Dipantau sebesar 55,7 persen dan tertinggi pada Kajian Ulang Medis Setiap Hari sebesar 100 persen.

• Informed Consent 92,7 persen dengan catatan terendah pada Persetujuan Pembiusan sebesar 71,6 persen dan tertinggi pada Persetujuan Tindakan Risiko Tinggi, Persetujuan Penelitian Klinis dan Diagnosa Awal Informasi yang Mendukung Rencana Tindakan sebesar 100 persen.

• Rujukan 100 persen.

b. Jika dilihat berdasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis, maka urutan kelengkapannya adalah Ringkasan Pulang 11,7 persen, Tanggal, Waktu dan Tandatangan Petugas 17,8 persen, Rencana Penatalaksanaan 22,5 persen, Diagnosis 51,7 persen, Hasil Anamnesis Mencakup Keluhan dan Riwayat Penyakit 51,7 persen, Persetujuan Tindakan Bila Diperlukan 62,5 persen, Pengobatan dan/atau Tindakan 79,9 persen, Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Medik 80,3 persen, Identitas Pasien 100 persen dan Catatan Observasi Klinis dan Hasil Pengobatan 100 persen.

c. Berdasarkan hasil skoring kelengkapan rekam medis pasien rawat inap RSUP Fatmawati Bulan Desember 2015, rata-rata skor kelengkapan dengan menggunakan datar tilik yang sudah digunakan oleh RSUP Fatmawati adalah 78,9 persen. Skor terendah adalah 49,1 persen dan skor tertinggi adalah 98,2 persen. Sedangkan rata-rata skor kelengkapan berdasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis adalah sebesar 57,8 persen. Skor terendah adalah 20 persen dan skor tertinggi adalah 100 persen.

2. Sumber daya tenaga kesehatan yang menjadi pengisi rekam medis RSUP Fatmawati belum mendapatkan pelatihan secara khusus dan berkala terkait rekam medis. Selain itu, waktu juga menjadi salah satu hambatan dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap.

3. Sudah terdapat kebijakan atau prosedur pengisian rekam medis RSUP Fatamawati namun masih kurang sosialisasi tentang siapa yang bertanggung jawab untuk mengisi beberapa formulir seperti formulir Discharge Planning.

4. Sarana dan prasarana yang mendukung pengisian rekam medis seperti komputer, printer, alat tulis dan formulir sudah cukup memadai.

Saran

(14)

Bagi Rumah Sakit

1. Perlu dilakukan pelatihan secara berkala untuk tenaga pengisi rekam medis. Pelatihan yang dilakukan dapat berupa workshop dimana dilakuakn demontrasi atau pemberian contoh. Pelatihan tersebut diberikan kepada tenaga pengisi rekam medis baru maupun yang sudah berpengalaman. 2. Memberlakukan sistem reward and punishment untuk semua tenaga pengisi rekam medis.

Reward and punishment ini dapat mendorong tenaga pengisi rekam medis untuk terus mengisi rekam medis dengan lengkap dan akurat.

3. Melakukan perbaikan panduan pengisian rekam medis sehingga panduan pengisian rekam medis menjadi lebih lengkap dan lebih jelas. Diharapkan dengan melakukan perbaikan panduan pengisian rekam medis tersebut dapat terus meningkatkan pemahaman tenaga pengisi rekam medis.

4. Melakukan perbaikan terhadap daftar tilik yang digunakan oleh rumah sakit. Pada daftar tilik yang telah digunakan oleh rumah sakit terdapat beberapa bagian yang tidak sesuai dengan apa yang ada di formulir rekam medis. Sebaiknya pada daftar tilik disesuaikan dengan judul setiap bagian dari formulir rekam medis.

Bagi Penelitian Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian terhadap proses pengisian rekam medis di RSUP Fatmawati untuk mengetahui apakah proses pengisian rekam medis tersebut sudah sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh RSUP Fatmawati.

Kepustakaan

Aditama, T, Y., 2002, Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi Kedua, Jakarta: UIP.

Afdhal, P.N., 2015. Analisis Hubungan Karakteristik Dokter Pengisi Rekam Medis dengan Kelengkapan Rekam Medis Rawat Inap Bayi dan Anak di RSIA Budi Kemuliaan Pada Tahun 2014. Universitas Indonesia.

Anjaryani, W. D., 2009. Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Pelayanan Perawat di RSUD Tugurejo Semarang. Semarang: Tesis Magister Promosi Kesehatan, Universitas Diponegoro. Ardika, R.G., 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Perawat Tentang Rekam Medis dengan

Kelengkapan Pengisian Catatan Keperawatan di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode 1-31 Januari 2012. Semarang: Jurnal Penelitian Media Medika Muda Fakultas Kedokteran, Universitas Diponergoro.

Ariyani, R., 2015, Analisis Kelengkapan Rekam Medis Rawat Inap Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta Tahun 2014. Depok: Tesis FKM, Universitas Indonesia.

Armay, E. Y., 2009, Analisis Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medis Rawat Inap Psikiatri Tahun 2008 di RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia.

Aryanti, F. A., 2014. Analisis Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap RSAU DR. Esnawan Antariksa Halim Perdana Kusuma Jakarta Tahun 2014. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia.

Boxall, P., Purcell, J. & Wright, P., 2007. Human Resource Managment, New York: Oxford University Press.

Hadi, E.N., 1998. Aplikasi Penelitian Kualitatif dalam Pemantauan dan Evaluasi Program Kesehatan., FKM UI.

Darmiasih, M., 2015. Gambaran Kelengkapan Isi Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati November-Desember 2014. Universitas Indonesia.

Depkes, 2006. Pedoman Penyelenggaraan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit Tahun 2006, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.

(15)

Rekam Medis. Jakarta: Depkes RI.

Depkes. 2009. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. Depkes. 2009. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI. Fraenkel, J.R., Wallen, N.E. & Huyn, H.H., 2012. How to Design and Evaluate Research in

Education, Available at:

https://www.academia.edu/3642866/How_to_Design_and_Evaluate_Research_i n_Education.

Hatta, G.R., 2011. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Huffman, E.K., 1994. Health Information Managment: Formerly Medical Record Managment

10th ed., Berwyn, Illinois: Physicians’ Record Company.

Kementrian Kesehatan, 2012. Pedoman-Pedoman Teknis di Bidang Bangunan dan Sarana Rumah Sakit, Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Available at:

https://www.scribd.com/doc/247488457/Pedoman-Teknis-Bangunan-Sarana-RS-pdf#.

Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Nomor

HK.03.05/II.1/1395/2014 Tentang Pedoman Pengorganisasian Instalasi Rekam Medik dan Pusat Data Informasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Nomor

HK.03.05/II.1/2853/2015 Tentang Pemberlakuan Panduan Pengisian Formulir Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Nomor HK.03.05/II.1/796/2015 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis & Pusat Data Informasi di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati.

Mulang, A., 2015. The Importance of Training for Human Resource Development in Organization. , 5(1), pp.190–197.

Isya, M., 2015. Analisis Kelengkapan Berkas Rekam Medis Rawat Inap RSU Hermina Depok Tahun 2015. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia.

Nelfiyanti. 2010. Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Perawat Terhadap Kelengkapan Pengisian Dokumentasi Asuhan Keperawatan pada Rekam Medis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan. Medan: Tesis FKM, Universitas Sumatera Utara.

Pahlevi, W., 2009. Analisis Pelayanan Pasien Rawat Inap di Unit Administrasi RSUD Budhi Asih Jakarta Timur Tahun 2009. Depok: Skripsi FKM, Universitas Indonesia.

Profil Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati 2015.

RSUP Fatmawati. (2010). Buku Panduan Pengelolaan Rekam Medis RSUP Fatmawati. Jakarta: RSUP Fatmawati.

RSUP Fatmawati. 2015. Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. [ONLINE] Available at:http://www.fatmawatihospital.com/. [Accessed 02 July 15].

Sari, D. P., 2011. Analisis Karakteristik Individu dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Hermina Depok. Depok: Tesis FKM, Universitas Indonesia.

Siagian, S.P., 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukaesih, F., 2008. Hubungan Karakteristik Petugas dengan Kinerja Petugas Rekam Medik di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu. Medan: Tesis, Universitas Sumatera Utara. Surtihati, 2011. Analisis Kelengkapan Formulir Dokumen Rekam Medis Pasien Bedah di Rawat

(16)
(17)

Gambar

Tabel 1 Kelengkapan Rekam Medis Berdasarkan Daftar Tilik yang Telah Digunakan Oleh RSUP Fatmawati
Tabel 3 Distribusi Skor Kelengkapan Rekam Medis Pasien Rawat Inap RSUP Fatmawati Bulan Desember 2015

Referensi

Dokumen terkait

mengajak saya untuk mendiskusikan alasan di balik aturan tersebut,” untuk butir pola asuh authoritative, sedangkan contoh butir pola asuh authoritarian adalah,

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9

Rumusan masalah yang dikaji adalah apakah penerapan metode pembelajaran permainan ular tangga dapat meningkatkan hasil belajar Matematika materi Operasi Penjumlahan dan

ABSTRAK : Aplikasi dari soil cement column untuk memperbaiki daya dukung dari tanah lempung lunak Margomulyo diteliti dalam penelitian ini untuk menemukan kenaikan dari daya

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Titasari (2010) yang berhasil menemukan pengaruh.. rasio efisiensi terhadap pengungkapan tanggung jawab

Dari survey awal terkait faktor kondisi kesehatan yang mungkin mempengaruhi kelelahan didapat bahwa PT SCG Pipe and Precast Indonesia Bogor telah melaksanakan

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul PENGEMBANGAN KINERJA PEGAWAI DITINJAU DARI KEPEMIMPINAN