• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Judul Penelitian Penerapan Model Pemb

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "A. Judul Penelitian Penerapan Model Pemb"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

A. Judul Penelitian

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA” (Penelitian pada Materi Pesawat Sederhana dilakukan di Kelas Lima SDN Batukarut Tiga)

B. Bidang Kajian

Dari permasalahan model pembelajaran yang kurang variatif dilapangan menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pesawat sederhana kurang optimal, maka bidang kajian dalam penelitian ini difokuskan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa materi pesawat sederhana.

C. Latar Belakang Penelitian

(2)

sekitar serta menekankan pada pengelaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar anak didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”.

Namun yang terjadi dilapangan kini pembelajaran IPA hanya sebatas transfer ilmu sang guru terhadap siswa. Hal ini tidak sejalan dengan hakikat IPA yang dalam pembelajarannya untuk mengembangkan kompetensi agar anak didik mampu memahami diri sendiri dan alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”. Pemberian materi secara ceramah masih menjadi pilihan utama para pengajar, namun dalam pembelajaran IPA yang dituntut anak harus aktif dalam pembelajaran dirasa kurang efektif dalam pemahaman konsep IPA bila hanya dengan metode ceramah.

Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menstimulus siswa agar aktif dalam pembelajaran IPA, maka Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) bisa menjadi pilihan yang tepat untuk menstimulus siswa aktif dalam pembelajaran. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

(3)

yang menerima skors atau perlakuan lain. Hal ini semakin dikuatkan oleh Edgar Dale (1946) dengan Cone of Experience, bahwa pembelajaran dengan pengalaman langsung akan memberikan daya ingat 90% lebih kuat dari pada hanya membaca dan mendengar yang memberi daya ingat sekitar 10%-20%. Maka, dengan model ini pembelajaran diharapkan dapat menjadi meaningful learning bagi siswa. Ketika kegiatan didalam kelas meaningful learning, maka pemahaman konsep IPA yang didapat oleh siswa bisa lebih mendalam karena pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana?

3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT)?

E. Tujuan Penelitian

Pembahasan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Peredaran Darah, bertujuan untuk:

1. Mengetahui perencanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana.

2. Mengetahui pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana.

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT).

F. Manfaat Penelitian

(4)

Untuk memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai Penerapan model pembelajaran teams games tournaments (TGT) pada mata pelajaran ipa materi pesawat sederhana di kelas lima SD.

2. Manfaat Praktis dari penelitian ini, untuk :

a. Guru, dapat memberikan pengajaran secara optimal dan lebih bervariatif dalam memeberikan materi pembelajaran peredaran darah di sekolah dasar.

b. Peneliti, dapat menambah wawasan mengenai model-model yang dapat digunakan dalam pembelajaran peredaran darah yang lebih bervariatif untuk bekal kelak terjun langsung di dunia pendidikan.

G. Kajian Pustaka

1. Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Hal ini sejalan dengan Depdiknas (2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Pengertian IPA selanjutnya menurut kamus Fowler (1951), IPA atau disebut juga dengan Nature of Sains didefinisikan sebagai “systematic and formulated knowledge deadling with material phenomena and based mainly on observation and induction” (yang diartikan bahwa ilmu pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan disusun dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi). Dan juga menurut Webster’s New Lollegiate Dictonary (1981) menyatakan “Nature of Science knowledge concerned with the physical world and it’s phenomena” (yang artinya ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya).

Dapat disimpulkan dari definisi-definisi diatas bahwa, IPA adalah pengetahuan yang berawal dari fenomena alam serta tersusun secara sistematis berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenenarannya melalui serangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

(5)

a. IPA sebagai Produk b. IPA sebagai Proses c. IPA sebagai Sikap

Mengacu pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses dan sikap, maka pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Menurut NRC (1996:20), pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau minds-on.

Dengan demikian, pembelajaran IPA disekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta menekankan pada pengelaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar anak didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”. Teknik pembelajaran bisa menggunakan perasaan keingintahuan siswa sebagai titik awal dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan penyelidikan atau percobaan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan untuk menemukan dan menanamkan pemahaman konsep-konsep baru dan mengaplikasikannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemui oleh siswa SD dalam kehidupan sehari-hari.

(6)

Jigsaw, Group Investigation, Learning Together, Complex Instruction, Structur Dyadic Methods dan Team Games Tournament.

Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok-kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran.

Langkah-langkah metode pembelajaran tipe Team Games Tournament, menurut Slavin terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu: tahap Presentasi di kelas, Tim, Game, Turnamen, dan Rekognisi Tim (Robert E. Slavin, 2001: 166-167). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka pembelajaran cooperative learning tipe team games tournament memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Tahap Presentasi di kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.

b. Tim

Tim terdiri dari empat, lima siswa atau lebih yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

c. Game

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.

d. Turnamen

(7)

kelompok terhadap lembar kegiatan. Pada turnamen pertama guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen 3, siswa berprestasi tinggi sebelumnya pada meja satu, tiga berikutnya pada meja dua dan seterusnya.

e. Rekognisi Tim

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh.

Riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan teori kognitif.

Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:

a. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.

b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa

(8)

d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.

f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

Sedangkan kelemahan dari pembelajaran TGT antara lain: a. Bagi Guru

Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

b. Bagi Siswa

Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

3. Pesawat Sederhana

Pesawat sederhana adalah alat-alat sederhana yang dapat digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Gunting dan jungkat-jungkit termasuk pesawat sederhana.

Secara umum pesawat sederhana dapat dikelompokkan menjadi 4 macam, yaitu:

a. Pengungkit b. Bidang miring c. Katrol

(9)

Penjelasan mengenai pengelompokan pesawat sederhana diuraikan sebagai berikut:

a. Pengungkit

Pengungkit sering juga disebut tuas. Pengungkit atau tuas adalah alat sederhana yang digunakan untuk mengungkit yang terbuat dari batang besi, kayu dan bahan-bahan lainnya. Pengungkit memiliki bagian-bagian khusus seperti kuasa, titik tumpu dan beban.

1) Kuasa

Kuasa adalah gaya yang dilakukan pada tuas atau pengungkit. Pada kuasa terdapat titik kuasa. Titik kuasa adalah titik tempat kuasa dilakukan.

2) Titik tumpu

Titik tumpu adalah titik yang merupakan tumpuan beban dan kuasa.

3) Beban

Beban adalah benda yang akan diberi perlakuan, misalnya diangkat, digunting, dan didorong.

Dilihat dari posisi kuasa, titik tumpu, dan beban, pengungkit dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pengungkit jenis pertama, kedua, dan ketiga.

1) Pengungkit jenis pertama

Pengungkit atau tuas jenis ini memiliki posisi kuasa, titik tumpu, dan beban. Atau posisi sebaliknya, yaitu beban, titik tumpu, dan beban. Dengan demikian posisi titik tumpu selalu berada di antara beban dan kuasa. Contoh pengungkit jenis pertama antara lain jungkat-jungkit, penggunaan tang, linggis, dan gunting.

2) Pengungkti jenis kedua

Posisi tuas jenis kedua adalah titik tumpu, beban dan kuasa. Juga sebaliknya kuasa, beban, dan titik tumpu. Tuas jenis kedua memiliki posisi beban di antara titik tumput dan kuasa. Contoh: pembuka tutup botol, gerobag dorong.

3) Pengungkit jenis ketiga

(10)

posisi orang memancing, orang menyekop pasir, orang menjepit kue dengan penjepit kue dan sebagainya.

b. Bidang Miring

Bidang miring juga termasuk pesawat sederhana. Bidang miring sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bidang miring adalah suatu bidang yang permukaannya miring, di mana sisi yang satu lebih tinggi dari sisi yang lainnya. Fungsinya adalah untuk mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaan. Kegunaan yang lain adalah untuk menjaga keselamatan manusia dan memperkecil gaya.

Beberapa contoh kegunaan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari, yaitu:

1) Jalan berkelok-kelok di pegunungan

Jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok demi tujuan tertentu. Jalan yang dibuat demikian menyebabkan kecuraman menjadi kecil. Coba kamu bandingkan dengan jalan yang lurus, manakah yang lebih curam? Tentu saja yang lurus tanpa kelokan jauh lebih curam. Sebuah mobil akan merasa susah mencapai ketinggian suatu tempat di gunung. Hal ini terjadi bila jalan di pegunungan dibuat lurus. Gaya yang dibutuhkan menjadi sangat besar. Keadaan akan berbeda bila jalan dibuat berkelok-kelok. Meskipun jarak tempuh jauh, namun mobil dapat sampai dengan gaya yang lebih kecil. Keselamatan penumpang mobil juga akan lebih terjamin.

2) Tangga

Contoh yang lain adalah pada penggunaan tangga. Orang memperbaiki kabel listrik membutuhkan tangga. Tangga membantu seseorang untuk dapat naik ke tempat yang lebih tinggi.

3) Papan miring

(11)

menggunakan papan yang dibuat miring. Papan tersebut dipakai untuk menggelindingkan beban ke atas truk.

c. Katrol

Katrol juga termasuk pesawat sederhana. Katrol adalah suatu alat yang digunakan untuk mengangkat benda. Bentuk katrol terdiri dari roda kecil dengan aluran tertentu dan tali. Katrol yang dikaitkan dengan tali bergerak memutar menarik beban. Bila tali ditarik, maka roda akan memuatar menarik beban. Gaya yang dipakai akan sedikit dibandingkan dengan menarik beban secara langsung. Katrol dibedakan menjadi 5 macam, yaitu :

1) Katrol tetap

Posisi katrol tetap selalu tetap dan tidak berpindah tempat. Prinsip kerja katrol tetap dapat diterapkan pada sumur air pada kehidupan kita. Beban yang tidak terikat langsung akan ditarik dengan melewati roda. Benda yang terangkat membutuhkan gaya yang lebih kecil. Bayangkan seseorang mengambil air secara langsung dengan timba. Tentunya ia akan merasa berat dibanding dengan mengambil menggunakan katrol tetap. Jadi katrol tetap adalah sebuah alat yang dipakai mengangkat benda dengan roda yang tidak berpindah-pindah dan berputar pada porosnya.

2) Katrol bebas

Katrol bebas adalah katrol yang memiliki posisi berubah-ubah (bebas). Gerakan katrol bebas memutar pada tali yang dilewatinya. Beban biasanya diletakkan pada katrol yang terletak di atas tali. Ujung tali akan dikaitkan pada tempat yang tetap. Sedangkan ujung lain digunakan sebagai penarik. Jika dibandingkan dengan katrol tetap maka katrol bebas memerlukan gaya yang lebih kecil untuk mengangkat beban.

3) Katrol majemuk

(12)

banyak katrol yang digunakan, maka semakin kecil pula gaya yang dibutuhkan.

d. Roda

Roda sangat berguna bagi kehidupan manusia. Roda dapat digunakan untuk memindahkan benda. Keuntungan pemakaian pesawat sederhana jenis ini adalah memperkecil gaya gesek.

Mobil, sepeda, sepeda motor dan becak menggunakan roda untuk bergerak. Benda akan lebih mudah digerakkan dan digeser bila dipasangkan roda.

4. Hasil Belajar

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Para ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai definisi hasil belajar. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa.

Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

(13)

pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:

a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis. 2) Faktor Psikologis. b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan. 2) Faktor Instrumental.

Sedangkan, Menurut Sunarto (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:

a. Faktor Intern

Faktor-faktor intern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain: 1) Kecerdasan/intelegensi; 2) Bakat; 3) Minat; 4) Motivasi

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor ekstern antara lain: 1) Keadaan lingkungan keluarga; 2) Keadaan lingkungan sekolah; 3) Keadaan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas, peneliti menggunakan faktor eksternal (pengaruh dari luar) berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament (TGT). Pelaksanaan jenis model pembelajaran kooperatif ini menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPA.

H. Definisi Oprasional

Pembelajaran IPA di SD adalah pengetahuan tentang alam yang tersusun secara sistematis menekankan pada pengalaman langsung anak dalam penerapannya.

(14)

Pesawat sederhana adalah alat yang diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia.

Model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament adalah salah satu jenis model pembelajaran kooperatif yang menekankan kerja tim dengan ciri-ciri siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim atau kelompok.

I. Hipotesis

Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini, bahwa:

“Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada Mata Pelajaran IPA Materi Pesawat Sederhana dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”

J. Metode dan Prosedur Penelitian 1. Metode Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins (1993:44), sebagaimana yang dikutip oleh Rochiati Wiriaatmaja (2008: 11) penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalan disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Sedangkan menurut Kemmis (1983) dikutip oleh Rochiati Wiriaatmaja (2008:12), menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

(15)

Dari pemaparan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan berfikir dan bertindak reflektif seorang guru atas masalah yang terjadi didalam kelas serta mecobakan gagasan perbaikan sambil terlibat didalamnya dan melihat langsung perubahan yang terjadi dari upaya yang telah dilaksanakan.

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperbaiki, meningkatkan, dan mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik sebagai upaya pemecahan masalah, serta menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah yang mirip atau sama, dengan melakukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya. kegiatan pembelajaran dalam mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran (Soedarsono FX, 2001: 5)

2. Setting dan Subyek Penelitian

Tempat Penelitian : SDN Batukarut III Subyek Penelitian : Kelas V (Lima)

Obyek Penelitian : Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ipa Materi Pesawat Sederhana

Waktu Penelitian : Bulan Januari – Mei 2014

3. Model Penelitian

(16)

Secara mendetail Kemmis dan Taggart (Hopkins, 1993:48) menjelaskan tahapan-tahapan penelitian tindakan yang dilakukannya. Tahap-tahap penelitian tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: pada tahap perencanaan (plan) peneliti menyusun pedoman observasi, menyusun rencana dan strategi pembelajaran serta panduan observasi. Pada kotak tindakan (act), kegiatan mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament pada materi pesawat sederhana, mengevaluasi proses dan hasil belajar. Pada kotak pengamatan (observe), mengobservasi proses pembelajaran dengan menggunakan check list observasi. Dalam kotak refleksi (reflect), peneliti melakukan refleksi terhadap pengaplikasian model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament pada materi pesawat sederhana.

4. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah prosedur penelitian tindakan kelas ini disusun sebagai berikut:

(17)

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan beberapa persiapan diantaranya:

1) Permintaan ijin Kepala Sekolah SD

2) Observasi sebelum kegiatan wawancara

3) Identifikasi Masalah

4) Mempersiapkan media

5) Menyusun silabus, RPP, dan LKS

6) Menyiapkan kisi-kisi dan soal tes untuk instrument

b. Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan semua step yang telah tersusun dalam perencanaan yang telah dibuat untuk kebutuhan data penelitian.

c. Pengamatan Tindakan

Semua kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan dicatat atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamatan juga membuat catatan dalam buku hariannya.

d. Refleksi

Kegiatan dimana merenungkan kekurangan yang telah ditangkap dalam kegiatan pengamatan sebelumnya, hal-hal yang kurang baik kiranya dilakukan perbaikan untuk mendapat hasil yang optimal.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

(18)

meninggalkan teori-teorinya diluar kelas, dan mulai mengamati tanpa ada keinginan untuk menjustifikasi suatu teori atau menyanggahnya. Untuk melaksanakan observasi yang baik terdapat beberapa pedoman, yaitu memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah yang umum atau yang khusus. Kegiatan umum yang harus diobservasi berarti segala sesuatu yang terjadi di kelas harus diamati dan dikomentari, serta dicatat dalam catatan lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus, hanya memfokuskan keadaan khusus di kelas seperti kegiatan tertentu atau praktek pembelajaran tertentu yang sudah didiskusikan sebelumnya. Dan menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan.

Observasi dilaksanakan pada tahap awal ketika kita akan merencanakan suatu tindakan. Setelah kita melaksanakan observasi, kita mengetahui tahap selanjutnya yang akan dilaksanakan. Observasi dilakukan untuk menilai proses mengajar guru di dalam kelas dan untuk menilai siswa ketika proses pembelajaran.

b. Wawancara

Menurut Hopkins (1993:125), sebagaimana yang dikutip oleh Rochiati Wiriaatmaja (2008: 117) wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa siswa, kepala sekolah, beberapa teman sejawat, pegawai tata usaha disekolah, orang tua siswa, dll.

Ada baiknya wawancara menggunakan alat rekaman untuk membatu catatan lapangan, juga sebagai alat pengingat topik bahasan.

(19)

Dokumentasi dapat berupa foto, video, atau rekaman suara yang bertujuan untuk menangkap suasana kelas atau peristiwa yang terjadi di kelas secara detail. Dokumentasi yang akan dilaksanakan tidak diperankan oleh peneliti dengan tujuan agar tidak mengganggu jalannya pembelajaran di kelas.

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan meruapakan hal terpenting dalam sebuah penelitian dimana catatan lapangan ini memuat banyak data secara deskriptif berbagai kegiatan, suasana kelas, iklim sekolah, kepemimpinan, berbagai bentuk interaksi sosial dan nuansa-nuansa lainnya.

e. Tes

Tes yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran yaitu tes tertulis dan tes tidak tertulis/lisan. Tes tertulis dilaksanakan diakhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

6. Pengolahan data

Data yang telah terkumpul sebagai hasil belajar siswa dapat dibedakan atas tes tulis dan tidak tertulis. Pemberian skor dibedakan menjadi data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu penilaian yang diberikan dalam bentuk deskripsi sebagai hasil dari penilaian lembar observasi, sedangkan data kuantitatif yaitu penilaian yang diberikan dalam bentuk angka, sebagai hasil dari penilaian tes tertulis pada siklus-siklus pembelajaran terhadap siswa mengenai pokok bahasan gaya dalam pembelajaran IPA. Setelah data kuantitatif diperoleh, selanjutnya dilakukan langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut. a. Pengolahan data hasil belajar siswa

(20)

dengan hasil 100% benar. Dengan kata lain, jika materi tes benar-benar mewakili seluruh bahan pelajaran yang telah diajarkan sesuai dengan kurikulum, maka nilai yang diperoleh siswa menunjukkan besarnya presentase penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap

b. Menghitung Rata-Rata Nilai Kelas

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata hasil belajar siswa adalah: Februari Maret April Mei Juni Juli

(21)

BAB II 5. Bimbingan

BAB III 6. Bimbingan

Instrumen 7. Bimbingan

Lapangan 8. BAB IV

9. BAB V

10. Bimbingan Akhir 11. Sidang

L. Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. (2009). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.Bandung: CV.Maulana Media Grafika.

Anonim. (2011). Hakekat Pembelajaran IPA di Sekolah. [ONLINE]. Tersedia: http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sekolah.html#.UpRDKNJ3Zrg. [18 Desember 2013].

Djojosoediro, Wasih. Hakikat IPA dan Pembelajaran IPA SD. [ONLINE]. Tersedia: http://tpardede.wikispaces.com/file/.../Microsoft+Word+-+ipa_unit1_1_pdf.pdf. [18 Desember 2013].

Purwanto, Ngalim. (1994). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA

YA, Astuti. (2013). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (teams games Tournament) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Sosiologi. [ONLINE]. Tersedia: http://eprints.uns.ac.id/1936/2/2218-4995-1-SM.pdf?. [18 Desember 2013].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa para investor yang ingin melakukan investasi pada suatu perusahaan dapat mempertimbangkan harga saham, volume perdagangan

Koordinator tiap jurusan akan memanggil para wisudawan sesuai.. Kegiatan Non protokoler Foto Grup setiap Jurusan

Prodi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu–Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul dan Pembimbing Akademik.. Ibu Prita Dhyani Swamilaksita, SP., M.Si selaku

[r]

No Nama Penyedia Hasil Evaluasi Administrasi 1 KAP.. Kumalahadi,Kuncara,Sugen g Pamudji

Sehubungan dengan telah berakhirnya masa sanggah terhadap Pengumuman Pemenang Seleksi Umum untuk paket pekerjaan tersebut diatas oleh Kelompok Kerja ( POKJA ) Konsultansi III

Resiko kontinjensi pada bank umum adalah suatu keadaan yang masih diliputi oleh ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu

Hal ini berarti juga bahwa jika seorang auditor merasa puas dengan pekerjaannya, merasa puas karena telah bekerja di KAP ini dan memiliki rekan kerja yang