• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Hakim dalam Perkara Nomor : 4PDT.G2016PN.SLT (Studi terhadap Sengketa Obyek Jaminan) T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Hakim dalam Perkara Nomor : 4PDT.G2016PN.SLT (Studi terhadap Sengketa Obyek Jaminan) T1 BAB I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Peran lembaga peradilan ada di tengah – tengah masyarakat memiliki suatu tujuan mulia yaitu sebagai lembaga penyelesai masalah kepentingan umum. Hakim di dalam lembaga peradilan diberikan mandat dan kepercayaan oleh Negara untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam masyarakat umum. Hakim dituntut untuk dapat memberikan putusan yang seadil – adilnya. Pengertian hakim menurut Undang – Undang yaitu

“hakim adalah hakim agung dan hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung serta hakim Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”1.

Bambang Waluyo S.H di dalam bukunya Implementasi Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia menjelaskan mengenai “hakim adalah organ pengadilan yang dianggap memahami hukum, yang dipundaknya telah diletakkan kewajiban dan tanggung jawab agar hukum dan keadilan itu ditegakkan, baik yang berdasarkan kepada tertulis atau tidak tertulis (mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak

1

(2)

2

atau kurang jelas), dan tidak boleh ada satupun yang bertentangan dengan asas dan sendi peradilan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa”.2 Hakim dalam memutuskan sebuah perkara dituntut untuk harus berdasar pada keadilan serta tidak menitikberatkan maupun menguntungkan salah satu pihak yang berperkara. “Hakim dituntut untuk dapat berperilaku adil di dalam setiap kasus perkara, maka dari itu perilaku hakim pun harus diawasi oleh Komisi Yudisial yang mempunyai wewenang menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim dimana dalam pengawasan tersebut Komisi Yudisial dapat menerima laporan masyarakat tentang perilaku hakim, meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan berkaitan dengan perilaku hakim, melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim, memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar kode etik perilaku hakim, dan membuat laporan pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan disampaikan kepada Mahkamah Agung dan atau Mahkamah Konstitusi serta tindasannya disampaikan kepada Presiden dan DPR”3 .

Menurut sistem HIR/RBG, Hakim diperbolehkan untuk bertindak secara aktif di mana sebelum proses perkara berlangsung pada saat penggugat akan mengajukan gugatan, menurut Pasal 119 HIR/143 RGB Ketua Pengadilan Negeri berwenang untuk memberikan bantuan kepada orang yang hendak mengajukan gugatan tersebut berupa pemberian nasihat serta bantuan yang berhubungan dengan formalitas atau syarat-syarat

2

Bambang Waluyo,Implementasi Kekuasaan Keha kiman Republik Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1992. h. 11.

3

(3)

3

gugatan agar gugatan dapat diterima dan memenuhi syarat-syarat formalitas gugatan kepada penggugat atau kuasanya4. Hakim bersifat aktif dapat diperiksa dari adanya ketentuan Pasal 130 HIR/ Pasal 154 RBG yang mewajibkan bagi Ketua Pengadilan Negeri untuk berusaha mendamaikan kedua belah pihak yang berperkara serta hakim berwenang untuk memberikan penjelasan selayaknya kepada para pihak yang berperkara perihal upaya hukum yang dapat ditempuh dan tentang pengajuan alat bukti, sehingga pemeriksaan perkara dapat berjalan dengan lancar5. Prinsip hakim bersikap aktif di dalam menyelesaikan perkara perdata masih searah dan sejalan dengan asas et aequo et bono, yaitu hakim wajib memberikan putusan seadil-adilnya terhadap tuntutan yang diajukan oleh penggugat dalam petitum gugatannya yang bersifat subsider, karena pada umumnya dalam setiap gugatan penggugat selalu dicantumkan petitum primer serta petitum subsider6.

Hakim berkewajiban membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan7. Prinsip hakim tidak boleh memihak (imparsial), perlu kiranya untuk diteliti lebih lanjut agar nantinya prinsip hakim bersikap aktif di dalam menyelesaikan perkara perdata tersebut terdapat keserasian dengan prinsip – prinsip dan asas – asas hukum

4

H. Sunarto, Peran Aktif Hakim Dalam Perkara Perdata, Kencana, Jakarta, 2014, h. 11-12.

5

M. Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, h. 1., dikutip dari H. Sunarto, Ibid., h. 12.

6

H. Sunarto, Ibid., h. 13.

(4)

4

acara perdata yang lain yaitu: ultra petitum partium, et aequo et bono dan hakim tidak boleh memihak (imparsial) serta hakim bersifat pasif8.

Dalam hal perkara penjualan Obyek Hak Tanggungan secara sepihak oleh Kreditor dalam Turunan Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 4/Pdt.G/2016/PN.Slt. diputuskan perkara penjualan obyek Hak Tanggungan antara Bank Danamon Cabang Salatiga sebagai Kreditor dan Tergugat II dengan Budi Kabul sebagai pemilik Obyek Hak Tanggungan (Debitur) dan sebagai Penggugat. Pada kasus ini Majelis Hakim Pengadilan Negeri Salatiga memutuskan untuk pihak Penggugat di kalahkan dalam perkara ini. Majelis Hakim beranggapan bahwa Tergugat II telah dapat mengajukan bukti dalam dalil sangkalannya, sedangkan Penggugat hanya mengajukan 1 (satu) alat bukti dan 2 (dua) saksi yang tidak dapat menutupi kelemahan hukum Penggugat yaitu tidak dapat mengajukan bukti mengenai harga Obyek Hak Tanggungan yang sesuai dengan tuntutan Penggugat.

Inti permasalahan tersebut yaitu awalnya sekitar tahun 2004 Penggugat Budi Kabul ingin membantu temannya Kosidi (Tergugat I) yang kesulitan modal usaha dengan meminjam modal usaha pada Bank Danamon Cabang Salatiga (Tergugat II) yang kemudian sertifikat Hak Milik atas Tanah milik Budi Kabul seluas 366 m2 berdasar SHM No. 1644 dipinjam Kosidi sebagai jaminan pinjaman modal usaha jok motor sebesar Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah) melalui fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang oleh Kosidi (Tergugat I) pinjaman tersebut di bawa seluruhnya dan berjanji tidak sampai 1 (satu) tahun akan mengembalikan

8

(5)

5

sertifikat. Namun kemudian pada bulan September 2015 Budi Kabul menerima surat dari Bank Danamon Salatiga yang menyatakan akan melelang tanah dan bangunan miliknya yang saat ini ditinggali oleh Budi Kabul beserta istrinya Yuni Restiyowati dan kedua anaknya. Karena hal tersebut kemudian Budi Kabul berusaha menemui dan menghubungi Kosidi tetapi tidak berhasil karena ternyata Kosidi telah pergi meninggalkan tempat tinggalnya dan tidak dapat dihubungi lagi.

(6)

6

banding9 dan hingga penulis meneliti mengenai studi kasus ini, proses banding dimenangkan pula oleh pihak Bank Danamon Salatiga.

Dari uraian latar belakang masalah diatas penulis merasa pertimbangan Hakim kurang adil bagi Budi Kabul, dimana Hakim tidak mempertimbangkan ulang mengenai nilai dari harga pasar obyek jaminan sebenarnya yang saat ini ditaksir dapat mencapai ± Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah) dengan nilai limit lelang yang diajukkan oleh Bank Danamon Salatiga yang sangat merugikkan Penggugat, yaitu Rp. 109.800.000,- (seratus sembilan juta delapan ratus ribu rupiah). Oleh sebab itu penulis bermaksud untuk membahas dan menganalisis Pertimbangan Hakim atas perkara perdata Nomor 4/Pdt.G/2016/PN.Slt oleh Pengadilan Negeri Salatiga yang penulis beri judul:

“PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PERKARA NOMOR :

4/PDT.G/2016/PN.SLT

(STUDI TERHADAP SENGKETA OBYEK JAMINAN)”

9

(7)

7

B.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan apa yang penulis uraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah :

Apakah tepat pertimbangan hakim dalam Putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PN.Slt ditinjau dari segi yuridis dan filosofis ?

C.

TUJUAN PENELITIAN

Agar menjadi lebih jelas lagi apa yang menjadi sasaran penulis di dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

Menggambarkan ketidak tepatan pertimbangan hakim tersebut ditinjau dari segi yuridis dan filosofis dalam Putusan Nomor : 4/Pdt.G/2016/PN.Slt.

D.

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik secara teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut:

(8)

8

hukum perdata yang terkait dengan tinjauan terhadap putusan hakim dalam memutuskan perkara di Pengadilan serta menjadi bahan perbandingan bagi peneliti lainnya yang hendak melaksanakan penelitian serupa terkait dengan pertimbangan Hakim.

2. Manfaat secara praktis dari penelitian ini diharapkan :

a. Dapat memberikan sumbangan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas penegakan hukum perdata khususnya bagi Hakim dalam mengambil keputusan bilamana suatu saat nanti menghadapi permasalahan atau kasus yang serupa dengan penelitian ini.

b. Dapat dijadikan acuan maupun pedoman untuk para pihak dalam pembahasan hukum, agar para pembuat undang–undang tidak hanya mengacu pada hal-hal yang bersifat idiil namun juga memperhatikan hal – hal yang sifatnya filosofis di dalam nilai-nilai masyarakat.

E.

METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris10. Penelitian empiris atau (socio-legal research) yang merupakan model

10

(9)

9

pendekatan lain dalam meneliti hukum sebagai obyek penelitiannya, dalam hal ini hukum tidak hanya dipandang sebagai disiplin yang preskriptif dan terapan belaka,11 melainkan juga empirical atau kenyataan hukum.

2. Jenis Pendekatan

Pendekatan – pendekatan yang dipakai dalam pemecahan masalah pada karya ilmiah ini adalah pendekatan historis (historical approach) dilakukan dalam kerangka untuk memahami filosofi aturan hukum dari waktu ke waktu, serta memahami perubahan dan perkembangan filosofi yang menlandasi aturan hukum tersebut. Cara pendekatan ini dilakukan dengan menelaah latar belakang dari perkembangan mengenai isu hukum yang dihadapi12. Dan pendekatan kasus (case approach) dilakukan dengan cara menelaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap13 dengan analisis/evaluasi ratio decidendi putusan pengadilan. Dalam pendekatan undang – undang peneliti perlu memahami hierarki dan asas-asas dalam peraturan perundang–undangan14.

3. Bahan Hukum

11Banakar, Reza and Max Traves., ed, “Theory and Method in Socio-Legal Research: A Series Published for The ONATI Institute for the sociology of law (Oxford and Portland Oregon: Hart Publishing, 2005), h. xii., dikutip dari, Depri Liber Sonata, Ibid., h. 29.

12

https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/12/16/pendekatan-dalam -penelitian-hukum/ dikunjungi pada tanggal 24 Agustus 2017 pukul 13.31.

13

Ibid., h. 134.

14

(10)

10

Bahan hukum yang dipakai oleh penulis dalam metode penelitian ini terdapat dua macam bahan pustaka yaitu:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas yang disebut dengan teks autoritatif. Bahan–bahan hukum primer terdiri dari perundangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan undang-undang15 yaitu :

a. Putusan Pengadilan Negeri Salatiga Nomor 4/Pdt.G/2016/PN.Slt

b. Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda–Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah,

c. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 106/PMK.06/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan No. 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang,

d. Kitab Undang–undang Hukum Perdata.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan–bahan yang hubungannya erat dengan bahan hukum primer dan dapat menganalisis dan dapat

15

(11)

11

memahami bahan hukum primer.16 Yang digunakan oleh penulis meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan17.

4. Unit Analisa

Unit Analisa dalam penelitian ini adalah tepat tidaknya Putusan Hakim Pengadilan Negeri Salatiga yang melahirkan ketidak adilan bagi Penggugat di tinjau dari segi yuridis dan filosofis dalam Putusan Nomor 4/Pdt.G/2016/PN.Slt.

16

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,Jakarta, 1994, h. 10.

17

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada penelitian ini penulis lebih menjelaskan kejahatan Cybercrime di Negara China yang menjadikan sebagai faktor-faktor berdirnya Online Blue Army, sebagai pasukan

Ketiga macam perkiraan waktu tersebut akan digunakan untuk menentukan waktu pelaksanaan suatu kegiatan yang disebut dengan Waktu Harapan (Wh) atau Expected Time dengan

Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan hakim dalam rangka Penjatuhan pidana terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan tindak pidana penipuan dengan modus praktik

(2012) Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script Terhadap Prestasi Belajar Matematika Pada Materi Trigonometri Peserta.. Didik Kelas X Man

Kejayaan sukan bagi sesebuah negara adalah bergantung terhadap perancangan yang baik dan berkesan dalam pelbagai aspek seperti pembangunan jurulatih, pembangunan atlet, prasarana

Bahwa fungsi utama dari ilmu kedokteran forensik dalam mengungkap kasus pembunuhan yaitu membantu aparat penegak hukum khusunya mencari sebab- sebab kematian

Dari pembahasan pada bab sebelumnya diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa permainan merupakan hal yang harus diajarkan kepada anak karena